Anda di halaman 1dari 6

LEGENDA DANAU LAUT TAWAR

KONON dahulu kala ada sebuah desa yang tersembunyi di atas gunung.
Gunung-gunung melengkung memagari wilayah tersebut. Hasil alam yang
berlimpah ruah, masyarakatnya hidup serasi dengan alam. Tersebutlah
dataran Gayo, dataran tinggi di mana kemakmuran melingkupi
penduduknya.
Dahulu di daerah ini, ada sebuah kolam kecil di tengah hutan yang luas
lagi lebat yang di dalamnya hanya hidup beberapa ikan saja. Airnya
memancar keluar dari dalam tanah seperti air yang mendidih sangat
jernih sekali, sehingga seluruh hewan yang menghuni hutan tersebut
sangat suka meminum air dari kolam itu. Bukan saja hewan yang acap
datang ke kolam itu, bidadari dari kayangan pun konon sering
mengunjungi kolam tersebut untuk sekedar mandi sambil bermain dan
bercanda sesama mereka. Menurut cerita, Putri Bensu adalah salah satu
nama dari bidadari tersebut yang turut mandi bersama dengan kakak-
kakaknya sambil berluluran di atas batu besar yang ada di tepi kolam.
Sementara di sebelah bebatuan yang besar lainnya biasanya ada seorang
pemuda bernama Malim Dewa yang selalu meniup seruling dengan
merdunya untuk memikat hati sang bidadari terutama Putri Bensu.
Setelah mandi para bidadari ini akan kembali ke langit yang lebih dikenal
dengan nama Negeri Antara.

Di pinggiran kolam yang jernih ini pun tumbuh sebatang pohon yang
sangat besar batangnya, banyak buahnya serta rimbun daunnya. Tempat
dimana segala jenis binatang yang hidup di hutan tersebut untuk
berteduh dari teriknya matahari dan derasnya hujan sambil beristirahat
sejenak setelah melalang buana mencari makanan, sekaligus tempat
menghilangkan rasa dahaga karena kolam tersebut airnya sangat jernih
serta berada tepat di samping pohon besar. Begitu pun dengan burung-
burung yang bermain dari cabang satu ke cabang yang lainnya lagi sambil
mencari makanan di atas pohon kayu yang besar tadi. Mereka memakan
buahnya sembari mencari ulat-ulat kecil yang merayap di atas cabang
serta daunnya yang rimbun sebagai makanan tambahan. Tidak hanya ada
pohon besar itu di pinggir kolam tersebut, tumbuhan lainpun hidup subur
mengelilingi kolam walau memang tidak sebesar pohon yang satu itu.

Pada zaman itu hiduplah seorang ulama yang sangat disegani dan sangat
di hormati oleh masyarakat Gayo karena ketaatannya dalam beribadah,
arif dalam mendudukkan perkara lagi bijaksana dalam bersikap, ulama ini
bernama Aulia. Sang Ulama memiliki ciri badan yang sangat berbeda dari
manusia sekarang, beliau berbadan sangat besar dan tinggi, memiliki
langkah kaki yang sangat lebar, tidaklah seberapa tingginya gunung-
gunung yang menjulang di muka bumi serta dalam, panjang dan luasnya
lautan di samudra. Seperti itulah kira-kira besar badannya, luas
langkahnya, hanya khayalan kita saja yang bisa menyimpulkannya.
Sehingga sang Ulama di juluki dengan nama Unok . Sampai sekarang
julukan Unok masih melekat di antara masyarakat Gayo. Biasanya
diberikan kepada mereka yang berbadan besar, tinggi dan mempunyai
langkah kaki yang lebar.

Ketaatan Sang Unok dalam beribadah kepada Allah SWT menjadi tauladan
di dataran tinggi Gayo. Banyak kabaran mengatakan kalau Unok sering
terlihat di tanah suci untuk beribadah apalagi ketika hari Jumat tiba
beliau selalu mengerjakan shalat Jumat di Mekkah, sehabis mandi beliau
mengenakan pakaian yang sangat bagus lagi bercahaya harum pula
wangi tubuhnya padahal jarak Mekkah dan Gayo sangat lah jauh bila di
ukur dengan angka-angka skala, tetapi tidak bagi Unok dengan sekejap
mata beliau bisa sampai di Mekkah. Unok tidak berlama-lama berada di
Mekkah, sehabis melaksanakan kewajibannya menunaikan ibadah beliau
langsung kembali lagi ke dataran tinggi Gayo, tak pernah ada yang
mengetahui dengan cara apa beliau bisa sampai di Mekkah, atau mahluk
apakah yang beliau tunggangi. Mungkinkah Unok mengendarai Burak
seperti kendaraan Nabi pada saat pergi menuju Sidratul Muntaha, atau
mungkin beliau terbang, karena belum pernah ada yang melihat secara
langsung. Namun menurut kabaran beliau biasanya hanya berjalan kaki
menuju ke Masjidil Haram.

Pada suatu hari yang mana menurut penanggalan sebagai hari serta
bulan yang baik, turunlah sebuah ilham atau amanah kepada Sang Ulama
bahwa nanti suatu hari akan turun cobaan dari Allah SWT kepada seluruh
mahluk hidup yang ada di bumi untuk menguji siapa-siapa saja yang
beriman dan siapa-siapa yang tidak di antara mereka. Apabila dia beriman
maka dia akan selamat dari cobaan ini karena memegang teguh amanat
atau perintah Tuhan, sementara yang tidak, pasti akan mendapat azab
dariNya karena ingkar serta durhaka terhadap perintahNya. Cobaan yang
maha dahsyat itu berupa banjir besar yang akan menenggelamkan semua
yang ada di bumi baik daratan maupun gunung-gunung yang tinggi
sekalipun. Semua akan ikut tenggelam saat air itu datang, dunia akan
tergenang bak lautan yang luas.
Dalam ilham tersebut Unok diperintahkan untuk membuat sebuah perahu
yang sangat besar agar bisa melindungi dan menyelamatkan mahluk
hidup yang beriman. Di dalam perahu itulah nanti seluruh mahluk hidup
akan tinggal sementara, makan dan minum serta bisa mengangkut bekal
makanan karena tidak ada yang mengetahui sampai kapan banjir itu akan
surut atau berhenti. Entah berapa bulan atau mungkin berbilang tahun.
Perahu besar pun harus segera di buat dan akan diletakkan di sebuah
tempat yang berdekatan dengan Mekkah.

Pada hari baik, setelah ada kesepakatan untuk membuat perahu yang
besar, mulailah Unok dan orang-orang yang percaya akan alamat ilham
Sang Unok mengumpulkan perkakas dan bahan-bahan yang akan
digunakan untuk membuat perahu besar tersebut. Pohon-pohon mulai di
tebang, tali tambang mulai di rajut. Membuat perahu yang besar di
perlukan pohon yang besar serta banyak pula, maka Unok memutuskan
untuk memilih batang pohon besar yang ada di samping kolam ikan di
tengah hutan. Dengan segera mulailah Unok menarik kuat batang pohon
tersebut karena memang sangat besar dan berumur sangat tua. Unok
hampir kehabisan tenaga namun terus menarik batang pohon tersebut,
begitu kuatnya Unok menarik hingga batang pohon tersebut tercabut
beserta dengan akar-akarnya yang mengurat dalam di tanah. Setelah
batang pohon besar tadi berhasil di cabut oleh Unok maka ia
membawanya dengan cara menyeret ke tanah sampai ke tepi pantai Laut
Aceh dan meneruskanya hingga menyeberangi lautan yang luas sehingga
hampir mendekati Mekkah. Bekas akar pohon besar tadi yang tanahnya
terbongkar sehingga membentuk lubang yang sangat besar serta sangat
dalam, lama-kelamaan air kolam memenuhi lubang tersebut, airnya pun
semakin hari semakin banyak hingga kolam tersebut berubah menjadi
danau yang dikenal dengan nama Danau Laut Tawar dan kabarnya bekas
batang pohon besar yang diseret Unok itu kini telah menjadi Arul (sungai)
yang bernama sungai Peusangan yang mengalirkan air dari Danau Laut
Tawar menuju pesisir Aceh saat ini.
LEGEND OF LAKE SEA FRESH

Been said that long ago there was a village hidden in the mountains.
Mountains curving fence in the region. Natural products that abound, the
people live in harmony with nature. Tersebutlah Gayo highland, plateau
where the prosperity of surrounding residents.

In the past in this area, there is a small pool in the middle of a vast forest
more dense in which only live a few fish only. The water gushing out of the
ground like water boiling very clear at all, so that all the animals that
inhabit the forest is like drinking water from the pond. Not only animals
who often come to the pool, an angel from heaven was reportedly often
visited the pond for a bath while playing and joking among themselves.
According to the story, Princess Bensu is one of the names of the angel
who helped bathe along with his older brothers while berluluran on a large
rock in poolside. While next to other big rocks there is usually a young
man named Malim Dewa who always played the flute sweetly to captivate
the angel especially Princess Bensu. After bathing the angels will go back
to the sky, better known by the name of State Antara.

On the outskirts of a crystal clear pool is also growing very large tree
trunk, lots of fruit and green leaves. The place where all kinds of animals
that live in the forest for shelter from the scorching sun and the pouring
rain while taking a break after melalang the globe in search of food, and a
place to relieve thirst because the pool water was very clear and it is
located right next to a large tree. So even with the birds play from one
branch to another branch again while looking for food on the big wooden
tree earlier. They eat the fruit while looking for small worms that crawl
over the lush branches and leaves as food additives. Not only is there
great trees at the edge of the pond, lush plant life around the pond
lainpun although it is not as big as the tree that one.

At that time there lived a scholar who is highly respected and highly
respected by the community Gayo because keta'atannya in worship, wise
in case another seat prudent attitude, this cleric named Aulia. The Ulema
have characteristics very different bodies of human beings now, his body
is very large and high, has footstep very wide, it is not how high the
mountains towering in the earth as well as in the length and breadth of
the ocean in the ocean. Such was roughly his big, wide steps, a delusion
we are able to conclude. So that the cleric nicknamed the Unok name.
Until now the nickname Unok still lingering among the Gayo people.
Usually given them a big man, tall and have feet wide steps.

The Unok obedience in worship to Allah SWT be a role model in the Gayo
highlands. Many kabaran said that Unok often seen in the holy land to
worship especially when Friday arrived he was always working Friday
prayers in Mecca, after a bath, he dressed very nice anymore anyway
luminous fragrant scent of his body when the distance of Mecca and so is
Gayo far when measured by the numbers of the scale, but not for Unok
with the blink of an eye he was able to Mecca. Unok not linger in Mecca,
after carrying out its obligations pilgrimage he went straight back to the
central highlands, nobody ever knows what way he could get in Mecca, or
the creature does he ride. Could Unok Burak driving such a vehicle at the
time of the Prophet went to Sidratul Muntaha, or perhaps he is flying,
because no one has ever viewed directly. But according to kabaran he
usually just walk to the Haram.

On a day which according to the calendar as a day and a good month,


there came an inspiration or a mandate to the cleric that later one day will
drop test from Allah to all living things on earth to test who those who
believe and who -who is not among them. If he has faith that he would
survive this ordeal due to uphold the mandate or the Lord's command,
while not, would have faced doom from Him for bad faith and seditious
against the commandments. A terrifying ordeal in the form of a great flood
that would drown all that is in the earth, both land and mountains are high
though. All will participate drowned when the water comes, the world will
be inundated like a vast ocean.
In the inspiration Unok ordered to make a very large boat in order to
protect and save sentient beings who believe. Inside the boat later that all
living creatures will be while, eating and drinking and can transport food
supplies because no one knows how long the flood will recede or stop.
Who knows how many months or maybe they are many years. Big boat
will soon need to be made and will be put in a place adjacent to
Mekkah.Pada good day, after there is an agreement to create a boat that
big, start Unok and those who believe in the inspiration address Unok
collect tools and materials which will be used to make such a big boat.
The trees began felled, rope start knitting. Make a large boat in need of
large trees as well as many others, then Unok decided to select a large
tree trunk next to the fish pond in the woods. Immediately began to
attract Unok strong trunk of the tree because it is very large and very old
age. Unok almost exhausted but continue to pull the tree trunk, so strong
Unok draw up the tree trunks uprooted along with their roots deep in the
soil mengurat. After a large tree trunk had been successfully revoked by
Unok then he took her by way of dragging on the ground down to the
Mediterranean coast of Aceh and meneruskanya to cross the vast ocean
that is almost close to Mecca. Former roots of a large tree was that of his
land so as to form a very large pit, and very deep, over time the pool
water meets the hole, the water was increasingly more until the pool is
transformed into a lake known as Lake Laut Tawar and reportedly former
rod big tree that was dragged Unok it has now become Arul (river) called
river Peusangan that drain water from Lake Laut Tawar towards the coast
of Aceh today.

Google Terjemahan untuk Bisnis:Perangkat PenerjemahPenerjemah Situs


WebPeluang Pasar Global

Anda mungkin juga menyukai