Anda di halaman 1dari 13

Tokoh Ekonomi Islam dan Pemikirannya Periode Ketiga dan Kontemporer

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Ekonomi Islam
Dosen Pengampu : Kisti Nur Aliyah, S.Si., M.E

Disusun Oleh :
1. 205231172 ICHSAN WAHYU ADI NUGROHO
2. 205231173 NASHIROTUN NISA' AYU AMANDA
3. 205231174 FATIN NUR AFIFAH
4. 205231175 PURNANING HASTUTI TRISNANTO
5. 205231176 MUHAMMAD BAYU NASHRULLAH

PERBANKAN SYARIAH 2E
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI IAIN SURAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Ekonomi Islam tentang “Tokoh Ekonomi Islam dan Pemikirannya
Periode Ketiga”.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan tentang pengertian ekonomi islam, sejarah
ekonomi islam, dan tokoh-tokoh perekonomian islam periode ketiga.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan,baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan sistematika pembahasannya.
Penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dalam makalah ini. Oleh sebab itu kami sangat
mengharapkan masukan atau kritikan serta saran yang bersifat membangun untuk mendorong
kami menjadi lebih baik kedepannya.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah berkenan
membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami dan
pembaca.

Penulis

KELOMPOK III
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang dan jasa.
Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang berarti
"keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos) yang berarti "peraturan, aturan, hukum".
Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau
"manajemen rumah tangga". Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau
ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
Sedangkan menurut, AristotelesAristoteles berpendapat bahwa ilmu ekonomi
adalah suatu cabang yang bisa digunakan melalui dua jalan yaitu adanya
kemungkinan untuk dipakai dan kemungkinan untuk ditukarkan dengan barang. (Nilai
pemakaian dan nilai pertukaran).Menurut Adam Smith Ilmu ekonomi menurut Adam
Smith, merupakan ilmu sistematis yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
usahanya untuk mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan
tertentu.
Sedangkan ekonomi islam/Syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh nilai-
nilai Islam. Ekonomi syariah atau sistem ekonomi koperasi berbeda dari kapitalisme,
sosialisme, maupun negara kesejahteraan (Welfare State). Berbeda dari sistem
kapitalisme, sistem Ekonomi Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal
terhadap buruh yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu,
ekonomi dalam kacamata Islam merupakan tuntutan kehidupan sekaligus anjuran
yang memiliki dimensi ibadah yang teraplikasi dalam etika dan moral syariah islam.
Sejarah ekonomi islam dimulai dari periode awal ekonomi Islam, yang
dimulai sejak misi kenabian Muhammad SAW hingga tahun 1500 M, tepatnya pada
masa kejatuhan Andalusia. Kedua, periode stagnasi dan transisi, dimulai tahun 1500
M hingga 1950 M. Ketiga, periode resurgensi atau kebangkitan kembali, dimulai pada
tahun 1950 M hingga sekarang.
Tahap pertama adalah fase yang sangat strategis dalam pengembangan
ekonomi Islam. Tahap ini merupakan fase perkembangan teori klasik ekonomi Islam,
yang dihasilkan selama kurun waktu 9 abad, meski para tokoh ulama yang muncul di
tahap ini tidak menyebutnya sebagai teori ekonomi.Selanjutnya, tahap kedua adalah
masa dimana perkembangan ekonomi Islam mulai mengalami stagnasi. Hampir tidak
ada hal baru yang berkembang pada periode ini. Pada fase ini, yang menjadi
representasi utama kekuatan dunia Islam adalah khilafah Turki Usmani, dengan
kontribusi pentingnya adalah menjadikan wakaf tunai sebagai mesin pertumbuhan
ekonomi selama kurang lebih lima abad.Tahap ketiga ,tahap ekonomi islam
kontemporer/modern.Siapa dan bagaimana pemikiran dari tokoh-tokoh
tersebut?.Dalam menjawab pertanyaan tersebut kami kelompok tiga membuat
makalah tentang tokoh ekonomi islam dan pemikirannya periode ketiga dan
kontemporer.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja tokoh yang berperan dalam periode ketiga/ kontemporer?
2. Apa pemikiran dari tokoh-tokoh tersebut?
3. Bagaimana sejarah perkembangan eskonomi islam pada periode ketiga?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui latar berlakang terciptanya periode ketiga/ kontemporer.
2. Mengetahui tokoh yang beperan dalam periode tersebut.
3. Mengetahui pemekiran dari para tokoh ekonomi islam pada masa itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekonomoi Islam
Ekonomi syariah adalah cabang ilmu pengetahuan sosial yang membahas
tentang ekonomi dengan ajaran agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.
Ekonomi islam menurut bahasa adalah ekonomi islam merupakan ilmu yang
mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan
agama islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman
dan rukun islam.
Menurut M. Akram Khan bahwa ilmu ekonomi Islam bertujuan untuk
melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup manusia yang dicapai dengan
mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar kerja sama dan partisipasi. Definisi
yang dikemukakan Akram Khan ini memberikan dimensi normatif (kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat) serta dimensi positif (mengorganisir sumber daya alam).
Ilmu ekonomi Islam adalah Ilmu normatif karena ia terikat oleh norma-norma yang
telah ada dalam ajaran dan sejarah masyarakat Islam. Ia juga merupakan ilmu positif
karena dalam beberapa hal, ia telah menjadi panutan masyarakat Islam.
Menurut Muhammad Abdul Mannan bahwa ilmu ekonomi Islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masalahmasalah ekonomi masyarakat yang
diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Menurut M. Umer Chapra bahwa ilmu ekonomi Islam adalah sebuah
pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi
dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu
pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku
makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidak seimbangan lingkungan.
Menurut Kursyid Ahmad bahwa ilmu ekonomi Islam adalah sebuah usaha
sistematis untuk memahami masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia
secara relasional dalam perspektif Islam.2 Ekonomi Islam dapat juga diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang diatur oleh Islam
dengan landasan Alqur’an dan Sunah.

Ciri-ciri dari ekonomi syariah adalah sebagai berikut:


1. Aktivitas perekonomian dalam Islam sifatnya pengabdian.
2. Aktivitas ekonomi dalam Islam mempunyai suatu cita-cita yang luhur.
3. Ekonomi syariah menjadikan keseimbangan antara kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat.
4. Pengawasan yang sebenarnya dilaksanakan dan ditetapkan dalam
aktivitas ekonomi Islam.
Sedangkan tujuan ekonomi syariah tidak berbeda dengan tujuan syariat Islam,
yaitu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat dengan tata kehidupan yang baik
dan terhormat. Untuk mengetahui lebih lengkapnya, berikut adalah tujuan ekonomi
syariah:
1. Memposisikan ibadah kepada Allah lebih dari segalanya.
2. Menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat.
3. Mendapatkan kesuksesan perekonomian yang diperintahkan oleh
Allah.
4. Menghindari kerusuhan dan kekacauan perekonomian.
Sedangkan manfaat ekonomi syariah yaitu:
1. Terwujudnya integritas muslim yang kaffah, sehingga Islamnya tidak
setengah-setengah. Apabila ditemukan muslim yang tetap bergelut dan
mengamalkan ekonomi konvensional artinya menunjukkan bahwa ke
Islamannya belum kaffah.
2. Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga
keuangan Islam, baik itu bank, asuransi, pegadaian ataupun Baitul
Maal wat Tamwil akan memperoleh keuntungan dunia dan akhirat.
3. Keuntungan di dunia didapat dari bagi hasil yang diperoleh, sedangkan
keuntungan di akhirat adalah terbebas dari unsur ribat yang
diharamkan oleh Allah.
B.Sejarah Ekonomi Islam Periode Ketiga

 Perkembangan teori ekonomi Islam dimulai dari diturunkannya ayat-ayat


tentang ekonomi dalam al-Qur’an, seperti: QS. Al-Baqarah ayat ke 275 dan 279 tetang jual-
beli dan riba; QS. Al-Baqarah ayat 282 tentang pembukuan transaksi; QS. Al-Maidah ayat 1
tentang akad; QS. Al-A’raf ayat 31, An-Nisa’ ayat 5 dan 10 tentang pengaturan pencarian,
penitipan dan membelanjakan harta. Ayat-ayat ini, menurut At-Tariqi menunjukkan bahwa
Islam telah menetapkan pokok ekonomi sejak pensyariatan Islam (Masa Rasulullah SAW)
dan dilanjutkan secara metodis oleh para penggantinya (Khulafaur Rosyidin). Pada masa ini
bentuk permasalaan perokonomian belum sangat variatif, sehingga teori-teori yang muncul
pun belum beragam. Hanya saja yang sangat subtansial dari perkembangan pemikiran ini
adalah adanya wujud komitmen terhadap realisasi visi Islam rahmatan lil ‘alamin.
Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam dari sejak masa nabi sampai sekarang dapat dibagi
menjadi 6 tahapan.

Tahap Pertama (632-656M), Masa Rasulullah SAW. Tahap Kedua (656-661M),


pemikiran ekonomi Islam di Masa Khulafaur Rosyidin. Tahap Ketiga atau Periode Awal
(738-1037), Pemikir Ekonomi Islam periode ini diwakili Zayd bin Ali (738M), Abu Hanifa
(787 M), Awzai (774), Malik (798), Abu Yusuf (798 M), Muhammad bin Hasan Al Syaibani
(804).

Tahap Keempat atau Periode Kedua (1058-1448 M). Pemikir Ekonomi Islam Periode
ini Al Gazali (1111 M), Ibnu Taymiyah (1328 M), Ibnu Khaldun (1040 M), Syamsuddin Al
Sarakhsi (1090 M), Nizamu Mulk Tusi (1093 M), Ibnu Masud Al kasani (1182 M), Al-
Saizari (1993), fakhruddin Al Razi (1210 M), Najnudin Al Razi (1256 M), Ibnul Ukhuwa
(1329 M).

Tahap Kelima atau Periode Ketiga (1446-1931 M). Shah Walilullah Al Delhi (1762
M), Muhammad bin Abdul Wahab (1787 M), Jamaluddin Al Afghani (1897 M), Mufti
Muhammad Abduh (1905 M), Muhammad Iqbal (1938 M), Ibnu Nujaym (1562 M), Ibnu
Abidin (1836), Syeh Ahmad Sirhindi (1524M).
Tahap Keenam atau Periode Lanjut (1931 M – Sekarang). Muhammad Abdul Mannan
(1938), Muhammad Najatullah Siddiqi (1931 M), Syed Nawad Haider Naqvi (1935), Monzer
Kahf, Sayyid Mahmud Taleghani, Muhammad Baqir as Sadr, Umer Chapra.

C. Tokoh-Tokoh dan Pemekiranya Pada Periode Ketiga

1. PEMIKIRAN EKONOMI SHAH WALIULLAH (1114 H/1703M-1176 H/1762M)


a) Biografi
Shah Waliullah (21 Pebruari 1703 – 20 Agustus 1762) nama lengkapnya Qutb
Ad-Din Ahmad ibn ‘Abd Al-Rahim Shah Wali ‘Allah, lahir di Delhi dari keluarga
sufi dan ulama. Konon, dia adalah keturunan ulama besar India, Mujaddid Alfi
Sani Syekh Ahmad Sirhindi. Banyak kalangan genius lahir dari keluarga ini yang
merupakan para ulama dan tokoh sufi dan yang telah mewarnai kehidupan Islam
muslim di India. Shah Waliullah seorang yang genius. Pada masa muda ia belajar
pada ayahnya dan kemudian pada banyak sarjana Delhi. Dia belajar sastra arab
dan Persia, tafsir, aqaid, sejarah Islam, dilsafat, hukum, dan logika. Dia juga
mempelajari ilmu sosial dan mengkaji sejarah dunia Ibnu Khaldun termasuk juga
mempelajari politik. Inilah mengapa, kendatipun dia seorang sarjana dan ulama
konservatif besar, tulisan-tulisannya mengandung gagasan politik segar dan
pandangan tajam dalam menganalisis problem politik India dan dunia Islam.
Pada usia 16 atau 17 tahun, Shah Waliullah menjadi seorang ahli hadits di
Madrasah Rahimiya yang didirikan oleh ayahnya. Dia menjadikan madrasah itu
institusi ideal dengan pengajaran yang berdedikasi dan sistem pendidikan yang
direformasi. Kemudian dia melakukan ibadah haji dan belajar di Mekah di bawah
bimbingan Shah Abu Tahir, seorang ulama Mekah terkenal. Setelah kembali dari
Mekah pada 1730 M pada usia 27 tahun, dia mulai mengajar lagi. Shah Waliullah
menempuh seluruh hidupnya di Delhi dekat dinasti Mughal tetapi dia tidak pernah
datang ke mahkamah Mughal untuk tujuan popularitas atau keuntungan duniawi.
Kendatipun begitu, pengikutnya yang datang setiap hari mengharap bantuan
spiritual berjumlah ribuan mulai dari para raja, bangsawan, kalangan sufi, ulama,
dan pengemis. Akan tetapi, dia tidak peduli pada popularitas, keuntungan duniawi
atau harta, dia lebih tertarik mengabdikan dirinya dengan memberikan instruksi
spiritual kepada para pengikutnya dan beribadah kepada Allah.322
Pada tahun 1737 M, dia menerjemah Al-Quran ke bahasa Persia untuk
pertama kalinya di India. Karena hal ini para ulama Delhi berkampanye
menentangnya dan dia terpaksa meninggalkan Delhi untuk sementara. Putranya,
Abdul Qodir, menerjemah Al-Quran ke Urdu untuk pertama kali di India.
Berdasarkan terjemahan Urdu inilah, Girish Chandra Sen dari Bengal
menerjemahkan Al-Quran ke bahasa Bengal untuk pertama kalinya. Meskipun
sibuk, Shah Waliullah tidak lupa pada situasi politik yang sedang terjadi di
sekitarnya. Dinasti Mughal kehilangan kendali dengan cepat. Kelompok Sikh,
Maratha, dan lain-lain mulai bangkit, sedangkan Inggris dan Perancis mulai
menanamkan kekuatannya semua ini membuatnya tidak tenang. Dia khususnya
merasa malu melihat kejatuhan muslim secara politis, agama dan sosial, dan
karenanya dia berpidato dan berceramah untuk mendorong muslim melakukan
jihad sebagai bangsa yang bermartabat. Dua dari bukunya yang penting dalam hal
ini, yaitu Fuyuz Al-Haramayn (Kemenangan mekah dan Madinah) dan Tafhima
Al-Ilahiya (Memahami Tuhan) adalah contoh yang jelas dan kepeduliannya yang
murni atas nasib umat.
Ide-idenya yang berapi-api inilah yang kemudian memberi inspirasi, ketika
sejumlah reformis muslim tampil di India untuk mengingatkan umat Islam
berjuang menentang kejahatan. Dia sepakat atas kepedulian kalangan Wahabi dari
Saudi Arabia untuk membasmi segala bentuk bid’ah dan tradisi Hindu yang
mengakar di kalangan muslim. Pada waktu itu tidak ada figur yang seperti dia,
yang dapat mengajak umat Islam dengan memberi penafsiran Al-Quran dan hadits
secara benar. Dia memberikan penjelasan tentang jihad dan mengilhami umat
Islam seluruh India untuk berjuang menentang kejahatan dan penindas. Dengan
berbuat demikian, di satu sisi, dia membuat umat Islam India sadar pada penyebab
kejatuhan mereka dalam rangka untuk membantu memperbaiki posisi. Pada sisi
lain, Shah Waliullah menyiapkan Muslim India untuk sebuah jihad sejati guna
mendirikan pemerintahan Islam di India. Shah Waliullahlah yang menanam benih
kebangsaan Islam pada Muslim India dan dia juga yang mengilhami mereka untuk
berjihad atas hak-hak mereka. Dalam perkembangan sejarah, Shah Waliullah
dikenal sebagai figur intelektual muslim multidimensi. Sebagai reformis yang
menjadi panutan berbagai kalangan intelektual muslim di India dan Pakistan,
mulai dari pemikir konservatif semacam Maulana Maududi sampai kalangan
moderenis seperti muhammad Iqbal. Ia juga dikenal sebagai seorang tokoh sufi,
muhaddits (ahli hadits), mufassir (ahli tafsir), mutakallim (teolog), faqih (ahli
fiqih), dan lain-lain. Karya-karyanya diberbagai bidang disiplin ilmu agama Islam
banyak tersebar dan menjadi bacaan wajib di berbagai institusi Islam di India,
Pakistan, dan Bangladesh. Karya magnum opusnya adalah Syariatullah Al-
Balighah.

b) Pemikiran Ekonomi
Pemikiran Ekonomi Shah Waliullah dapat ditemukan dalam karyanya yang
terkenal berjudul, Hujjatullah Al-Baligha. Ia banyak menjelaskan rasionalitas dari
aturan-aturan syariat bagi perilaku manusia dan pembangunan masyarakat.
Menurutnya, manusia secara alamiah adalah makhluk sosial sehingga harus
melakukan kerja sama antara satu orang dengan orang lainnya. Kerja sama ini
misalnya dalam bentuk pertukaran barang dan jasa, kerja sama usaha
(mudharabah, musyarakah), kerja sama pengelolaan pertanian, dan lain-lain. Islam
melarang kegiatan-kegiatan yang merusak semangat kerja sama ini, misalnya
perjudian dan riba. Kedua kegiatan ini mendasarkan pada transaksi yang tidak
adil, eksploitatif, mengandung ketidakpastian yang tinggi, berisiko tinggi dan
karenanya memberikan kontribusi bagi peradaban manusia.
Shah Waliullah menekankan perlunya pembagian faktor- faktor ekonomi yang
bersifat alamiah secara lebih merata, misalnya tanah. Ia menyatakan, bahwa
semua tanah sebagaimana masjid atau tempat-tempat peristirahatan diberikan
kepada wayfarers. Benda-benda tersebut dibagi berdasarkan prinsip siapa yang
pertama datang dapat memanfaatkannya (first come first served). Kepemilikan
terhadap tanah akan berarti hanya jika orang lebih dapat memanfaatkannya dari
pada orang lain. Untuk pengelolaan negara, diperlukan adanya suatu pemerintahan
yang mampu menyediakan sarana pertahanan, membuat hukum dan
menegakkannya, menjamin keadilan, serta menyediakan berbagai sarana publik
seperti jalan dan jembatan. Untuk berbagai keperluan ini, negara dapat memungut
pajak dari rakyatnya. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan kegiatan
negara yang penting, tetapi harus memperhatikan pemanfaatan kan kemampuan
masyarakat untuk membayarnya. Berdasarkan pengamatannya terhadap
perekonomian di kekaisaran Mughal India, Waliullah mengemukakan dua faktor
utama yang menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomian. Dua faktor
tersebut yaitu : pertama, keuangan negara dibebani dengan berbagai pengeluaran
yang tidak produktif; kedua, pajak yang di bebankan kepada pelaku ekonomi
terlalu berat sehingga menurunkan semangat berekonomi. Menurutnya,
perekonomian dapat tumbuh jika terdapat tingkat pajak yang ringan yang
didukung oleh administrasi yang efisien.

2. PEMIKIRAN EKONOMI MUHAMMAD IQBAL (1356 M / 1938 M)


a) Biografi
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 9 November 1877 di Sialkot (India
Inggris), sekarang Pakistan dan wafat pada tanggal 21 April 1938 di Lahore pada
usia 60 tahun. Ia adalah seorang penyair, filsuf, dan politisi yang menguasai
bahasa Urdu, Arab, dan Persia. Dia adalah inspirator kemerdekaan bangsa India
menjadi Pakistan. Iqbal berasal dari keluarga golongan menengah. Untuk
meneruskan studi, ia dikirim ke Lahore dan belajar di sana sampai memperoleh
gelar M.A. Di kota itulah, ia berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang
orientalis yang mendorong Iqbal untuk melanjutkan pelajarannya ke Inggris. pada
1905 Iqbal pun pergi ke Inggris dan masuk Universitas Cambridge untuk
mempelajari filsafat. Dua tahun kemudian, Ia pindah ke Munich, Jerman. Di
sinilah, ia memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang tasawuf dengan disertasi The
Development of Metaphysics in Persia dengan nilai yang sangat memuaskan.
Pada 1908, Iqbal kembali ke Lahore untuk menjadi pengacara dosen filsafat. Ia
kemudian memasuki bidang politik. Pada 1930, Iqbal terpilih menjadi presiden
Liga Muslim. Pada 1933, la diundang ke Afghanistan untuk membicarakan
berdirinya Universitas Kabul.
Pemikirannya mengenai kemunduran umat Islam berpengaruh pada gerakan
pembaruan dalam Islam. Menurut pendapatnya, kemunduran umat Islam selama
500 tahun terakhir dikarenakan kebekuan dalam pemikiran. Menurut Iqbal, hukum
Islam tidak bersifat statis, melainkan dapat berubah sesuai perkembangan zaman.
Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa pintu ijtihad tidak tertutup. Tokoh pertama
yang menyuarakan ini adalah Ibnu Taimiyah. Sebab lain kemunduran umat Islam
menurut Iqbal ialah ajaran zuhud yang terdapat dalam tasawuf. Sikap zuhud dalam
tasawuf mengajarkan bahwa perhatian kita harus dipusatkan kepada Tuhan dan
apa-apa yang berada di balik alam materi. Ajaran itu akhirnya menyebabkan umat
Islam kurang mementingkan soal-soal kemasyarakatan. Penyebab lain adalah
runtuhnya Baghdad sebagai pusat kemajuan pemikiran umat Islam pada
pertengahan abad ke-13. Untuk mengelakkan perpecahan yang lebih parah, kaum
konservatif merasa perlu mempertahankan keseragaman hidup sosial umat Islam.
Oleh karena itu, mereka menolak pembaruan dalam bidang syariat dan
menganjurkan untuk berpegang teguh pada hukum-hukum yang telah ditentukan
ulama terdahulu. Dengan kata lain, mereka menganggap pintu ijtihad telah
tertutup.
Dalam pemikiran pembaruannya, Iqbal tidak menjadikan Barat sebagai model.
Ia menolak kapitalisme dan imperialisme Barat, tetapi menerima sosialisme.
Menurutnya, ada persamaan antara Islam dan sosialisme. Barat menurut
pendapatnya banyak dipengaruhi oleh materialisme dan mulai meninggalkan
agama. Adapun yang harus diambil umat Islam dari Barat ialah pengetahuannya.
Sebelum pergi ke Barat, Iqbal adalah seorang nasionalis India. Dalam syair-
syairnya, ia mendukung nasionalisme India dan menganjurkan persatuan umat
Islam dan Hindu di tanah air India. Akan tetapi, kemudian ia mengubah
pandangannya itu. Menurutnya, nasionalisme India yang mencakup kaum muslim
dan umat Hindu adalah ide yang bagus, tetapi sulit untuk diwujudkan.

b) Pemikiran Ekonomi
Meskipun di dunia luas lebih sebagai filosof, satrawan atau juga pemikir
politik, Muhammad Iqbal sebenarnya juga memiliki pemikiran-pemikiran
ekonomi yang brilian. Pemikiranya memang tidak berkisah tentang hal-hal teknis
dalam ekonomi, tetapi lebih kepada konsep-konsep umum yang mendasar. Dalam
karyanya puisi dari Timur ia menunjukan tanggapan Islam terhadap kapitalisme
Barat dan reaksi ekstrim dari komunisme. Iqbal menganalisis dengan tajam
kelemahan kapitalisme dan komunisme dan menampilkan sesuatu pemikiran
“poros tengah” yang dibuka oleh Islam. Semangat kapitalisme, yaitu memupuk
kapital atau materi sebagai nilai dasar sistem ini, bertentangan dengan semangat
Islam. Demikian pula semangat komunisme yang banyak melakukan paksaan
kepada masyarakat juga bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Keadilan sosial
merupakan aspek yang mendapat perhatian yang besar dari Iqbal dia menyatakan
bahwa negara memiliki tugas yang besar untuk mewujudkan keadilan sosial ini.
Zakat, yang hukumnya wajib dalam Islam, dipandang memiliki posisi yang
strategis bagi penciptaan masyarakat yang adil.

3. PEMIKIRAN EKONOMI MUHAMMAD ABDUL MANNAN


a) Riwayat Hidup
Muhammad Abdul Mannan dilahirkan di Bangladesh tahun 1918. sesudah
menerima gelar Master di bidang ekonomi dari Rajshahi Universitas pada tahun
1960 ia bekerja diberbagai kantor ekonomi pemerintah di Pakistan. Pada tahun
1970 pindah ke Amerika Serikat dan di sana mendaftarkan diri di Michigan State
University untuk progam MA (economics). Lulus pada tahun 1973 lulus progam
Doktor dari Universitas yang sama dalam industri dan keuangan. Pemahamannnya
adalah Mainstream. Sesudah mendapatkan doktornya ia mengajar di Papua Nugini
dan pada tahun 1978 ia ditunjuk sebagai profesor di Internasional Centre For
Research In Islamic Economis di Jeddah. Selama periode tersebut ia juga
bertindak sebagai Visiting Profesor di Muslim Institute London. Dan Universitns
Georgetown Amerika Serikat. Kemudian ia bergabung di Islamic Development
Bank Jeddah sejak 1984 dan menjadi ahli ekonomi senior di sana. Selama 30
tahun kariernya. Mannan banyak berperan dalam sejumlah besar organisasi
pendidikan dan ekonomi. Pada tahun 1970 ia menerbitkan bukunya yang pertama
“Islamics, Theoiry And Practice”. Buku ini dipandang oleh kebanyakan
mahasiswa dan sarjana ekonomi Islam sebagai buku teks pertama ekonomi Islam.
Buku tersebut telah diterbitkan sebanyak 12 kali dan telah diterjemahkan dalam
berbagai bahasa tak terkecuali Indonesia. Ia mendapat penghargaan atas
sumbangannnya ini dari Pakistan sebagai Highest Academic Aulard Of Pakistan
pada tahun 1974 yang baginya setara dengan hadiah Pulitzer.

b) Pemikiran Ekonomi
Pada tahun 1970 Islam dalam tahapan pembentukan, berkembang dari
pernyataan tentang prinsip ekonomi secara umum dalam Islam hingga uraian lebih
seksama. Hingga saat itu tidak ada satu Universitas pun yang mengajarkan
ekonomi Islam. Seiring dengan waktu maka ekonomi Islam pun diajarkan di
Universitas- Universitas hal ini mendorong ia menerbitkan bukunya yang lain
pada tahun 1984 yaitu The Making Of Islamic Economic Society dan The Frontier
Of Islamic Economics. Muhammad Abdul Mannan memperoleh gelar Master dan
Doktornya dari Universitas Michigan, Amerika Serikat dan memiliki pengalaman
bertahun-tahun sebagai pengajar dan peneliti di Universitas Universitas di dunia
termasuk di Universitas King Abdul Aziz, Jeddah. Mannan sangat terkenal atas
karya-karyanya di bidang ekonomi Islam dan keuangan secara umum. Selain itu,
Muhammad Abdul Mannan memberikan kontribusi dalam pemikiran ekonomi
Islam melalui bukunya yang berjudul Ekonomi Islam teori dan praktek, yang
menjelaskan bahwa sistem ekonomi Islam sudah ada petunjuknya dalam Al-
Qur’an dan Haditst, namun dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang sering
menimbulkan pertanyaan. Buku tersebut sangat bermanfaat untuk menjalankan
ekonomi yang sesuai dengan hukum Islam. Yang dibahas dalam buku ini antara
lain adalah teori harga, bank Islam, perdagangan, asuransi dan lain-lain.347
Muhammad Abdul Mannan juga mengemukakan beberapa aspek pembayaran
dalam sistem ekonomi Islam, yang meliputi zakat, jizyah (pajak yang dikenakan
pada non-Muslim sebagai imbalan untuk jaminan yang diberikan negara Islam
pada mereka guna melindungi kehidupannya, harta benda dan lain sebagainya),
kharaj (pajak bumi), ghanimah (rampasan perang), pajak atas pertambangan dan
harta karun, serta bea cukai dan pungutan. Secara tegas Mannan mem-
bandingkan bahwa terdapat perbedaan mendasar antara zakat dan jizyah, dimana
zakat dipungut dari kaum Muslim, sementara jizyah dan rikaz dipungut dari non-
Muslim. Akan tetapi bukan berarti zakat merupakan pajak religius, sementara
jizyah dan kharaj merupakan pajak sekuler. Hal ini disebabkan negara Islam
dikategorikan sebagai negara sekuler. Selain itu, ada pula hal menarik yang
dikemukakan oleh Mannan, dimana terdapat perbedaan tentang sifat pajak yang
dikenakan pada pertambangan atau harta karun. Dimana menurut mazhab Syafi’i
dan Hambali, pajak ini dianggap sebagai zakat, sementara golongan Hanafi lebih
cenderung mengkategorikan persoalan di atas sebagai harta rampasan perang.
BAB III
PENUTUP
1. Ekonomi syariah adalah cabang ilmu pengetahuan sosial yang membahas tentang
ekonomi dengan ajaran agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.
Ekonomi islam menurut bahasa adalah ekonomi islam merupakan ilmu yang
mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan
agama islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman
dan rukun islam.

2. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Islam dari sejak masa nabi sampai sekarang
dapat dibagi menjadi 6 tahapan,yaitu:

1. Tahap Pertama (632-656M), Masa Rasulullah SAW. Tahap Kedua (656-


661M), pemikiran ekonomi Islam di Masa Khulafaur Rosyidin. Tahap
Ketiga atau Periode Awal (738-1037), Pemikir Ekonomi Islam periode ini
diwakili Zayd bin Ali (738M), Abu Hanifa (787 M), Awzai (774), Malik
(798), Abu Yusuf (798 M), Muhammad bin Hasan Al Syaibani (804).

2. Tahap Keempat atau Periode Kedua (1058-1448 M). Pemikir Ekonomi


Islam Periode ini Al Gazali (1111 M), Ibnu Taymiyah (1328 M), Ibnu
Khaldun (1040 M), Syamsuddin Al Sarakhsi (1090 M), Nizamu Mulk
Tusi (1093 M), Ibnu Masud Al kasani (1182 M), Al-Saizari (1993),
fakhruddin Al Razi (1210 M), Najnudin Al Razi (1256 M), Ibnul Ukhuwa
(1329 M).

3. Tahap Kelima atau Periode Ketiga (1446-1931 M). Shah Walilullah Al


Delhi (1762 M), Muhammad bin Abdul Wahab (1787 M), Jamaluddin Al
Afghani (1897 M), Mufti Muhammad Abduh (1905 M), Muhammad Iqbal
(1938 M), Ibnu Nujaym (1562 M), Ibnu Abidin (1836), Syeh Ahmad
Sirhindi (1524M).

4. Tahap Keenam atau Periode Lanjut (1931 M – Sekarang). Muhammad


Abdul Mannan (1938), Muhammad Najatullah Siddiqi (1931 M), Syed
Nawad Haider Naqvi (1935), Monzer Kahf, Sayyid Mahmud Taleghani,
Muhammad Baqir as Sadr, Umer Chapra.
DAFTAR PUSTAKA
Saprida.2017.Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.Palembang : CV. Amanah.

Anda mungkin juga menyukai