Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan
makalah pendidikan agama islam dengan judul "Tindak Pidana Atau Jinayat"
tepat pada waktunya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Penyusun
1
Daftar Isi
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Namun, apabila wali dari korban ataupun ahli waris dari korban
memaafkan pelaku tindak pidana pembunuhan tersebut, maka ia dikenakan
kewajiban diyat sebagai rasa syukur atas keringanan yang diberikan wali
atau ahli waris korban kepadanya.
3
B. Rumusan masalah
4
BAB II PEMBAHASAN
Kata “jinayat”, menurut bahasa Arab, adalah bentuk jamak dari kata
َ ) َجنَى الذَ ْن, yang berarti
“jinayah”, yang berasal dari “ (ب – َيجْ نِ ْي ِه ِجنَايَة
melakukan dosa.
Hukum Pidana Islam sering disebut dalam fiqh dengan istilah jinayat atau
jarimah. Jinayat dalam istilah hukum sering disebut dengan delik atau
tindak pidana. Jinahah merupakan bentuk verbal noun (mashdar) dari kata
jana. Secara etimologi jana berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan
jinayah diartikan perbuatan dosa atau perbuatan salah.
5
sesuatu, dan pelanggaran terhadap ketentuan hukum tersebut dikenakan
hukuman berupa penderitaan badan atau harta.
Dengan kata lain jinayat atau jarimah adalah tindak pidana dalam ajaran
Islam, yaitu bentuk-bentuk perbuatan jahat yang berkaitan dengan jiwa
manusia atau anggota tubuh (pembunuhan dan perlukaan).
6
“………….. dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah
(hendaknya) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu),
….
(An-Nisa, 4:92)
2. Jaraimul Had, adalah kejahatan yang dikenai had atau hudud.
3. Jaraimul Takzir, adalah kejahatan yang dapat dikenai takzir. Jenis dan
hukumannya sanksinya secara penuh ada pada wewenang penguasa
(keputusan hakim) demi terealiasinya kemaslahatan umat. Dalam hal ini
unsur akhlak menjadi pertimbangan paling utama. Dalam penetapannya
prinsip utama yang mejadi acuan penguasa adalah menjaga kepentingan
umum dan melindungi setiap anggota masyarakat dari kemadhorotan
(bahaya), serta penegakannya harus sesuai dengan prinsip syar’i. Misalnya
takzir atas maksiat, kemaslahatan umum, pelanggaran terhadap lingkungan
hidup, pelanggaran lalu lintas, dan lain-lain.
7
b. Macam-macam Jinayat (Tindak Pidana)
Tindak pidana yang termasuk dalam jinayat dan dapat dikenai qishash atau
diyat adalah pembunuhan. Definisi pembunuhan adalah perbuatan
menghilangkan nyawa orang lain.
(QS. Al-Israa:33)
8
“Barangsiapa yang membunuh dengan sengaja, maka ia diserahkan
kepada keluarga terbunuh. Apabila mereka menghendaki, maka
membunuhnya, dan apabila mereka menghendaki ambillah diyat, yaitu
tigapuluh ekor unta hiqqah, tigapukuh ekor unta jadzaah, dan empatpuluh
ekor unta khalafah. Hasil perdamaian itu untuk mereka (ahli waris).
Demikian itu untuk menakutkan terhadap pembunuhan.
(HR. Tirmidzi)
2. Hak auliya` al-maqtul, dan ini gugur dengan menyerahkan diri kepada
mereka.
3. Hak al-maqtul (korban). Ini tidak gugur, karena korban telah mati dan
hilang. Namun, apakah kebaikan pembunuh akan diambil (di akhirat)
atau Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan keutamaan dan kemurahan-
Nya akan menanggungnya? Yang benar adalah, Allah dengan
keutamaannya akan bertanggung jawab, apabila si pembunuh tersebut
jelas kebenaran dan kejujuran tobatnya.”
Akan tetapi, masih tersisa hak korban. Allah yang akan menggantinya di
hari kiamat dari hamba-Nya yang bertobat, dan Allah pun memperbaiki
hubungan keduanya.
9
Hukum qishash adalah alat untuk melindungi nyawa manusia dari
kematian yang tidak dikehendaki-Nya, sebagaimana firman Allah:
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai
orang-orang yang berakal, supaya kmu bertakwa”.
(QS. An-Nisa:92)
Diyat yang dimaksud dalam ayat di atas dijelaskan dalam sabda Rasul:
10
2. Keadilan dalam melaksanakan Had.
Berzina termasuk dosa besar dan harus dihukum sesuai dengan ketentuan
hukum (Had). Ada 2 (dua) macam kategora berzina, yaitu zina yang
dilakukan oleh orang yang pernah menikah dan oleh orang yang belum
menikah.
Firman Allah:
“Perempuan yang berzina dan laik-laki yang berzina, maka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan
kepda keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika
kmu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan sekumpulan dari orang-orang
yang beriman”
11
Sabda Nabi:
Menduduh berzina kepada orang lain apabila tuduhannya itu tidak bisa
dibuktikan, maka penuduh dapat dikenai hukuman 80 (delapan puluh) kali
pukulan.
Firman Allah:
3) Mabuk.
12
Selain menghukum berat para peminum khamr dan pemabuk, Islam juga
mengharamkan pula penjualan minuman-minuman yang memabukkan.
4) Mencuri.
13
c. Peradilan
Sabda Nabi:
(HR. Jamaah)
Ikrar adalah pengakuan terhadap apa yang didakwakan dan ini merupakan
dalil yang paling kuat untuk menetapkan dakwaan.
Firman Allah:
14
(QS. Al Baqarah, 2:283)
Kesaksian itu harus oleh 2 (dua) orang laki-laki, kecuali untuk kesaksian
pada pidana zina atau tuduhan zina, saksinya harus 4 (empat) orang laki-
laki, sebagaimana firman Allah:
Dan firman-Nya:
15
yang akan melakukan kejahatan akan berpikir kembali karena takut akan
hukuman yang berat itu. Hukuman mati (qishash) bukanlah hukuman yang
tanpa perikemanusiaan, justru merupakan hukuman yang melindungi hak-
hak asasi manusia, karena para pelaku kejahatan telah menginjak-injak
nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi dan mulia.
16
e. Hikmah Peradilan Islam
17
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
18
D. Daftar Pustaka
19