Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ADMINISTRASI PERADILAN AGAMA


Tentang :
Persiapan Persidangan II

Oleh :

Nama: Nurfitriani

“Makalah ini Diajukan Kepada Dosen Pengampu


Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Nilai Tugas Pada Mata
Kuliah Administrasi Peradilan Agama”

Dosen Pengampu: Syarif Hidayatulah, M.HI

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH BIMA
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat


dan karunia-Nya yang begitu banyak sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul Persiapan Persidangan II ini guna memenuhi tugas
mata kuliah Administrasi Peradilan Agama. Tak lupa salawat serta salam kita
haturkan atas junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW. yang merupakan
sosok teladan bagi kita semua.
Kami sangat menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi pemilihan kata maupun teknik penulisannya.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan pembuatan makalah kami kedepannya.
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat memberikan faedah bagi
kita semua. Aamiiin.

Bima, 20 April 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Institusi Peradilan Agama yang terdapat disetiap daerah memiliki
struktur kelembagaan dengan tugas serta kewenangannya masing-masing.
Ketua majelis hakim misalnya, yang bertugas untuk menetapkan hari
persidangan terhadap suatu perkara. Tugas penetapan hari sidang oleh ketua
majelis hakim tersebut haruslah sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
Standar Operasional Prosedur (SOP).
Kemudian Jurusita/Jurusita pengganti yang bertugas menyampaikan
relaas pemanggilan. Dalam Standar Operasional Prosedur (SOP) telah
dijelaskan bagaimana seharusnya pemanggilan itu dilakukan. Namun
pelaksanaannya di lapangan, panitra seringkali dihadapkan dengan persoalan
yang cukup menghambat sehingga berita acara pemanggilan tidak
disampaikan sebagaimana mestinya.
Sehingga makalah ini berusaha menguraikan beberapa prosedur terkait
penetapan hari sidang oleh Ketua Majelis Hakim dan pemanggilan para pihak
oleh Jurusita/Jurusita pengganti, agar pembaca bisa memahami tugas masing-
masing struktur dan bisa mengoreksi bahkan mengajukan keberatan apabila
mereka menjalankan tugas diluar daripada prosedurnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah prosedur penetapan hari sidang oleh Ketua Majelis Hakim?
2. Bagaimanakah Jurusita/Jurusita pengganti dalam menyampaikan relaas
pemanggilan terhadap para pihak yang berpekara?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui prosedur penetapan hari sidang oleh Ketua Majelis
Hakim
2. Untuk mengetahui prosedur pemanggilan para pihak oleh Jurusita/Jurusita
pengganti
BAB II
PERSIAPAN PERSIDANGAN II

A. Penetapan Hari Sidang


1. Prosedur Penetapan1
a. Perkara yang sudah ditetapkan Majelis Hakimnya segera diserahkan
kepada Ketua Majelis Hakim yang ditunjuk.
b. Ketua Majelis setelah mempelajari berkas dalam waktu selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja harus sudah menetapkan hari sidang.
Pemeriksaan perkara cerai dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sejak tanggal surat gugatan didaftarkan di kepaniteraan
Pengadilan Agama/ Mahkamah Syar'iyah.
c. Dalam menetapkan hari sidang, Ketua Majelis harus memperhatikan
jauh / dekatnya tempat tinggal para pihak yang berperkara dengan
tempat persidangan.
d. Jika tergugat/ termohon berada di luar negeri, persidangan ditetapkan
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sejak perkara tersebut didaftarkan
di kepaniteraan pengadilan.
e. Dalam menetapkan hari sidang, harus dimusyawarahkan dengan para
anggota Majelis Hakim.
f. Setiap Hakim harus mempunyai jadwal persidangan yang lengkap dan
dicatat dalam buku agenda perkara masing- masing.
g. Daftar perkara yang akan disidangkan harus sudah ditulis oleh Panitera
Pengganti pada papan pengumuman Pengadilan Agama/ Mahkamah
Syar'iyah sebelum persidangan dimulai sesuai nomor urut perkara.
h. Atas perintah Ketua Majelis, Panitera Pengganti melaporkan hari
sidang pertama kepada petugas Meja II dengan menggunakan lembar
instrumen.
i. Petugas Meja II mencatat laporan Panitera Pengganti tersebut dalam
Buku Register Perkara.

1
Ibrahim Ahmad Harun, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama,
Mahkamah Agung RI, 2013. Hal. 35
2. Contoh Surat Penetapan Hari Sidang2
PENETAPAN HARI SIDANG
Nomor : 0424/Pdt.G/2010/PA.Yk
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM
Ketua Majelis Pengadilan Agama Yogyakarta membaca surat
Permohonan tertanggal 23 September 2010 Nomor :
0424/Pdt.G/2010/PA.Yk dalam perkara antara:
GURITNA AGUS WIDADA bin SUDIRMAN, B.A. (alm), Umur 47 tahun, pekerjaan
PNS, tempat kediaman di Jalan Bangirejo TR II RT.35 RW. X No. 663 Kelurahan
Karangwaru Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta, sebagai "Pemohon";
m e l a w a n
WIDYA RINI RETNO DEWI binti SUMARYADI (alm), Umur 30 tahun, pekerjaan Ibu
rumah tangga, Semula bertempat tinggal di Jalan Balirejo TR II RT.35 RW. X No. 663
Kelurahan Karangwaru Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta, sebagai "Termohon",
sekarang tidak diketahui alamatnya yang jelas dan pasti baik di dalam maupun di luar
wilayah Indonesia ;
Membaca, Penetapan Ketua Pengadilan Agama Yogyakarta
tertanggal 24 September 2010 Nomor : 0424/Pdt.G/2010/PA.Yk tentang
Penunjukan Majelis Hakim;
Menimbang, bahwa hari sidang dalam perkara tersebut harus
ditetapkan;
Memperhatikan, pasal 121 HIR/145 Rbg serta ketentuan -
ketentuan hukum lain yang bersangkutan;

MENETAPKAN
Menentukan, bahwa pemeriksaan perkara tersebut akan
dilangsungkan pada hari .......... tanggal .............. pukul
09.00 WIB;
Memerintahkan untuk memanggil kedua belah pihak yang
berperkara supaya datang di muka persidangan Pengadilan Agama
Yogyakarta pada hari dan tanggal yang telah ditetapkan diatas;
Memerintahkan pula pada saat melakukan pemanggilan kepada
Termohon supaya dilaksanakan menurut ketentuan Pasal 27 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975;
Menentukan, bahwa tenggang waktu antara hari memanggil
pihak Penggugat dengan hari sidang paling sedikit harus ada tiga
hari ;
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : ..............
Ketua Majelis,

DRS. SAIFURROHMAN, SH. M.Hum

2
Diakses dari: http://azimbae.blogspot.com/2012/06/contoh-surat-penetapan-hari-sidang-
pa.html pada 20 April 2019 pukul 21:47
B. Pemanggilan Para Pihak
1. Prosedur Pemanggilan
a. Atas perintah Ketua Majelis, Jurusita / Jurusita Pengganti melakukan
pemanggilan terhadap para pihak atau kuasanya secara resmi dan patut.
b. Apabila para pihak tidak dapat ditemui di tempat tinggalnya, maka
surat panggilan diserahkan kepada Lurah / Kepala Desa dengan
mencatat nama penerima dan ditandatangani oleh penerima, untuk
diteruskan kepada yang bersangkutan.
c. Tenggang waktu antara panggilan para pihak dengan hari sidang
minimal 3 (tiga) hari kerja.
d. Pemanggilan terhadap para pihak yang berada di luar yurisdiksi
dilaksanakan dengan meminta bantuan Pengadilan Agama /
Mahkamah Syar'iyah dimana para pihak berada dan Pengadilan Agama
/ Mahkamah Syar'iyah yang diminta bantuan tersebut harus segera
mengirim relaas kepada Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah
yang meminta bantuan.
e. Surat panggilan kepada Tergugat untuk sidang pertama harus dilampiri
salinan surat gugatan. Jurusita / Jurusita Pengganti harus
memberitahukan kepada pihak Tergugat bahwa ia boleh mengajukan
jawaban secara lisan / tertulis yang diajukan dalam sidang.
f. Penyampaian salinan gugatan dan pemberitahuan bahwa Tergugat
dapat mengajukan jawaban lisan / tertulis tersebut harus ditulis dalam
relaas panggilan.
g. Apabila tempat kediaman pihak yang dipanggil tidak diketahui atau
tidak mempunyai tempat kediaman yang jelas di Indonesia, maka
pemanggilannya dilaksanakan melalui Bupati / Walikota setempat
dengan cara menempelkan surat panggilan pada papan pengumuman
Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah. (Pasal 390 ayat (3) HIR /
Pasal 718 ayat (3) RBg).
h. Dalam hal yang dipanggil meninggal dunia, maka panggilan
disampaikan kepada ahli warisnya. Jika ahli warisnya tidak dikenal
atau tidak diketahui tempat tinggalnya, maka panggilan dilaksanakan
melalui Kepala Desa / Lurah. (Pasal 390 ayat (2) HIR / Pasal 718 ayat
(2) RBg).
i. Pemanggilan dalam perkara perkawinan dan Tergugat tidak diketahui
tempat tinggalnya (ghaib), pemanggilan dilaksanakan :
 Melalui satu atau beberapa surat kabar atau media massa lainnya
yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Agama / Mahkamah
Syar'iyah.
 Pengumuman melalui surat kabar atau media massa sebagaimana
tersebut di atas harus dilaksanakan sebanyak dua kali dengan
tenggang waktu antara pengumuman pertama dan kedua selama
satu bulan. Tenggang waktu antara panggilan terakhir dengan
persidangan ditetapkan sekurang-kurangnya tiga bulan.
 Pemberitahuan (PBT) isi putusan ditempel pada papan
pengumuman Pengadilan Agama / Mahkamah Syar'iyah selama
14 (empat belas) hari.
j. Pemanggilan terhadap Tergugat / Termohon yang berada di luar negeri
harus dikirim melalui Departemen Luar Negeri cq. Dirjen Protokol dan
Konsuler Departemen Luar Negeri dengan tembusan disampaikan
kepada Kedutaan Besar Indonesia di negara yang bersangkutan.
k. Permohonan pemanggilan sebagaimana tersebut pada angka (10) tidak
perlu dilampiri surang panggilan, tetapi permohonan tersebut dibuat
tersendiri yang sekaligus berfungsi sebagai surat panggilan (relaas).
Meskipun surat panggilan (relaas) itu tidak kembali atau tidak
dikembalikan oleh Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler
Departemen Luar Negeri, panggilan tersebut sudah dianggap sah,
resmi dan patut (Surat Edaran Mahkamah Agung kepada Ketua
Pengadilan Agama Batam Nomor : 055/75/91/I/UMTU/Pdt./1991
tanggal 11 Mei 1991).
l. Tenggang waktu antara pemanggilan dengan persidangan sebagaimana
tersebut dalam angka (10) dan (11) sekurangkurangnya 6 (enam) bulan
sejak surat permohonan pemanggilan dikirimkan.3

3
Ibrahim Ahmad Harun,... op.cit.,Hal. 36
2. Permasalahan Seputar Pemanggilan
 Sering terjadi verzet karena pemanggilan tidak patut.
 Berita acara pemanggilan (relaas) tidak jelas dan tidak lengkap
sehingga hakim ragu dalam menilai sah tidaknya panggilan.
 Panggilan tidak disampaikan ditempat tinggal/diamnya pihak yang
dipanggil.
 Pemanggilan dilakukan bukan pada hari dan jam kerja
 Stempel/cap dinas Desa/Kelurahan masih terjadi perbedaan pendapat.4

4
Muhtadin, diakses dari: http://www.pta-bandung.go.id/uploads/arsip/1204KOMISI_I_-
_HUKUM_ACARA_PERADILAN_AGAMA.pdf pada 20 April 2019 pukul 22:47
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Tahap kedua persiapan persidangan di Pengadilan Agama ialah terkait
penetapan hari sidang yang menjadi tugas Ketua Majelis hakim, dan
pemanggilan para pihak yang merupakan tugas Jurusita / Jurusita Pengganti.
Dalam menyampaikan relaas pemanggilan terkadang Jurusita / Jurusita
Pengganti tidak melakukannya sesuai ketetuan yang telah ditetapkan.
Sehingga timbul permasalahan yang cukup besar dampaknya, seperti
terjadinya putusan verset. Putusan verset tersebut terjadi bukan karena pihak
tergugat tidak mengindahkan panggilan sidang, tetapi boleh jadi tidak
menerima surat pemanggilan tersebut karena tidak disampaikan oleh pihak
yang dititipkan oleh Jurusita / Jurusita Pengganti.
DAFTAR PUSTAKA

Harun, Ibrahim Ahmad, Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi


Peradilan Agama, Mahkamah Agung RI, 2013.
http://azimbae.blogspot.com/2012/06/contoh-surat-penetapan-hari-sidang-pa.html
https://www.papadang.go.id/pocontent/uploads/3.9._sop_penetapan_hari_sidang.p
df
http://www.pta-bandung.go.id/uploads/arsip/1204KOMISI_I_-
_HUKUM_ACARA_PERADILAN_AGAMA.pdf

Anda mungkin juga menyukai