Anda di halaman 1dari 11

SURAT WESEL

Dosen Pengampu: Adlin Budhiawan, Dr., SH., M.Hum

Oleh Kelompok 2:

Yafiz Arya Dharma 0206201090

Rafiq Hafiz 0206202102

Rika Rahayu 0206201059

Chairun Nabila 0206201040

JURUSAN HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
Panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada Kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Surat
Wesel”

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Surat Wesel” ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Medan, 20 Mei 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2

A. Pengertian Surat Wesel .................................................................. 2


B. Pihak-pihak dan Hubungan Hukum Surat Wesel .......................... 2
C. Syarat Formal Surat Wesel ............................................................ 3
D. Pembagian Surat Wesel ................................................................. 4

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 7

KESIMPULAN .............................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Surat wesel adalah surat berharga yang memuat kata „wesel‟ didalamnya, diberi
tanggal dan ditandatangani disuatu tempat, dimana penerbit (trekker) memberi perintah tak
bersyarat kepada tersangkut (betrokkene) untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar
(vervaldag) kepada orang yang ditunjuk oleh penerbit yang disebut penerima (nemer) atau
penggantinya disuatu tempat tertentu. Pengaturan wesel dalam KUHD buku I Bab VI pasal
100 sampai dengan 173.

Didalam pembagian kelompok surat-surat berharga, wasel termasuk dalam


kelompok schuldvorderingspapieren, yaitu surat yang pemegangnya dapat menuntut
pembayaran sejumlah uang sebesar nilai suratnya. Dalam kelompok ini wesel termasuk
dalam subkelompok betalingsopdracht, yaitu surat berharga yang isinya berupa perintah
pembayaran kepada seseorang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan surat wesel?
2. Siapa saja pihak pihak dalam wesel dan Hubungan Hukumnya?
3. Apa saja Syarat Formal Wesel?
4. Apa saja Pembagian Wesel?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami Surat Wasel
2. Untuk mengetahui pihak pihak Wesel dan Hubungan Hukumnya
3. Untuk mengetahui Syarat Formal Surat Wesel
4. Untuk mengetahhui Pembagian Surat Wesel

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wesel
Wesel adalah surat berharga yang memuat kata wesel, diberi tanggal dan
ditandatangani oleh penerbit (trekker), di mana si penerbit memerintahkan tanpa syarat
kepada tersangkut (betrokene) untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar
(vervaldag) kepada orang yang ditunjuk oleh penerbit atau penggantinya yang disebut
penerima (nemer) pada suatu tempat tertentu.
Didalam pembagian kelompok surat-surat berharga, wesel termasuk dalam
kelompok Schuldvorderingspapieren, yaitu surat yang pemegangnya dapat menuntut
pembayaran sejumlah uang sebesar nilai suratnya. Dalam kelompok
Schuldvorderingspapieren ini wesel masuk dalam subkelompok Betalingsopdracht,
yaitu surat berharga yang isinya berupa perintah pembayaran kepada seseorang.

Menurut Abdulkadir Muhammad, menyebutkan bahwa surat wesel adalah surat


yang memuat kata wesel, yang diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, dengan
mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut untuk membayar
sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada tanggal dan tempat
tertentu.1

Menurut H. M. N. Purwosutjipto, yang dimaksud dengan surat wesel adalah


surat berharga yang memuat kata wesel di dalamnya, ditanggali dan ditandatangani di
suatu tempat, dalam mana penerbit (trekker) memberi perintah tidak bersyarat kepada
tersangkut (betrokkene) untuk membayar sejumlah uang pada hari bayar (vervaldag)
kepada orang yang ditunjuk oleh penerbit yang disebut penerima (nemer), atau
penggantinya di suatu tempat tertentu.2

B. Pihak-pihak dalam Wesel dan Hubungan Hukumnya


1. Penerbit (Trekker/Drawer)

1
Sufirman Rahman dan Eddie Rinaldy, Hukum Surat Berharga Pasa Uang, Cekatan I, Sinar Grafika, Jakarta,
2013, hal. 29.
2
Hermansyah, Op-Cit, hal. 110.

2
Penerbit adalah pihak yang membuat/menerbitkan surat wesel yang ditujukan
kepada seseorang sebagai pemegang wesel, dimana penerbit memerintahkan
kepada tersangkut untuk membayar sejumlah uang pada hari bayarnya kepada
pemegang wesel atau penggantinya. Kewajiban utamanya adalh untuk
menyediakan dana yang cukup pada hari bayarnya guna pembayaran wesel (Pasal
109b KUHD).
2. Tersangkut/Tertarik
Tersangkut adalah pihak yang harus membayar wesel kepada pemegang wesel
berdasarkan perintah dari penerbit. Kewajiban utamanya adalah melakukan
perintah dari penerbit untuk membayar wesel.
3. Penerima (Nemer)
Penerima adalah pihak yang ditunjuk oleh penerbit untuk menerima pembayaran
sejumlah uang sebesar yang ditulis dalam wesel pada hari bayarnya. Penerima juga
disebut sebagai pemegang yang pertama. Kewajiban utama penerima sudah
dilaksanakan lebih dahulu sehingga kedudukan dari penerima adalah sebagai
kreditur/yang berpiutang.
4. Pemegang (Houder/Holder)
Pemegang adalah pihak yang memperoleh surat wesel dari penerima (pemegang
yang pertama) atau dari pemegang yang sebelumnya. Sebagai pemegang, ia
mendapatkan wesel dari penerima/pemegang pertama atau mendapatkan wesel dari
sesame pemegang (houder)3

C. Syarat Formal
Menurut Pasal 100 KUHD, sebuah wesel harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Memuat nama atau istilah wesel yang tertulis didalam surat wesel itu sendiri
2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar uang sejumlah tertentu
3. Nama pembayar/tertarik/tersangkut/drawee
4. Penetapan hari bayar
5. Penetapan tempat pembayaran dilakukan
6. Nama orang atau pihak kepada siapa atau pihak lain yang ditunjuk olehnya,
menerima pembayaran

3
James julianto irawan, surat berharga suatu tinjauan yuridis dan praktis , jakarta; kencana 2014, h. 64

3
7. Tanggal dan tempat surat wesel diterbitkan
8. Tanda tangan pihak yang mengeluarkan atau menerbitkan

D. Pembagaian Wesel
1. Berdasarkan Hari Bayarnya
a. Wesel Unjuk (Zichtwiseel, Sight Draft) dan Wesel Unjuk setelah Waktu tertentu
✓ Wesel unjuk
Wesel Unjuk adalah wesel yang diterbitkan dengan cara pembayaran langsung
pada saat wesel tersebut ditunjukkan atau diperlihatkan, namun undang-undang
membatasi paling lama satu tahun sejak tanggal terbitnya wesel itu harus sudah
ditunjukkan. Diatur dalam Pasal 133 ayat (1) KUHD.
✓ Wesel Unjuk Setelah Waktu Tertentu
Penerbit wesel unjuk juga dapat mengtur agar wesel unjuk yang diterbitkannya
tersebut tidak ditunjukkan sebelum tanggal tertentu, dalam hal ini maka wesel
harus sudah ditunjukkan paling lama satu tahun sejak tanggal dibolehkan
ditunjukkan.
b. Wesel Setelah Unjuk (Nazicht Wissel/After Sight Draft)
Wesel setelah unjuk adalah wesel yang baru bisa dibayar setelah wesel tersebut
ditunjukkan atau diperlihatkan lebih dahulu kepada tersangkut untuk
dimintakan akseptasi atau persetujuannya. Adapun jangka waktu berapa lama
wesel setelah unjuk ini harus ditunjukan (aksepsi) yaitu paling lama satu tahun
sejak tanggal terbitnya wesel tersebut (Pasal 122 KUHD). Wesel setelah tunjuk
ini diatur didalam pasal 134 ayat (1) KUHD.
c. Wesel Setelah Waktu Tertentu Sejak Diterbitkan
Wesel Setelah Waktu Tertentu Sejak Diterbitkan adalah wesel yang harus
dibayar pada suatu waktu tertentu terhitung sejak tanggal diterbitkan. Dasar
Hukumnya adalah Pasal 132 KUHD.
d. Wesel Tanggal Tertenu
Wesel Tanggal Tertentu adalah wesel yang harus dibayar sesuai dengan tanggal
yang terdapat didalam surat wesel. Dasar hukumnya adalah Pasal 132 KUHD.

2. Pembagian Wesel Berdasarkan Bentuk


a. Wesel untuk Penerbit atau Penggantinya (Pasal 102 Ayat (1) KUHD)

4
Wesel atas pengganti penerbit adalah wesel yang diterbitkan dengan menunjuk
penerbitnya sendiri sebagai pemegang yang pertama, sehingga penerbit dan
pemegang yang pertama adalah orang/pihak yang sama
b. Wesel Atas Penerbit Sendiri (Pasal 102 Ayat (2) KUHD
Wesel atas penerbit sendiri adalah wesel yang diterbitkan dengan menjadikan
penerbitnya sebagai tersangkut, atau dengan kata lain penerbit menunjuk diri
sendiri sebagai tersangkutnya sehingga penerbit dan tersangkut merupakan
pihak yang sama.
c. Wesel untuk Perhitungan Orang Ketiga (Pasal 102 Ayat (3) KUHD
Wesel untuk perhitungan orang ketiga adalah wesel yang diterbitkan atas
perintah pihak ketiga yang pembayarannya dibebankan kepada rekeningnnya
pihak ketiga.
d. Wesel Inkaso atau Wesel untuk Menagih (Pasal 102a Ayat (1) KUHD)
Wesel Inkaso adalah wesel yang diterbitkan dengan tujuan untuk memberi
kuasa kepada pemegang pertama untuk menagih sejumlah uang dari tersangkut
dan tidak dimaksudkan untuk dipindahtangankan atau diperjualbelikan.
e. Wesel Berdomisili (Pasal 103 KUHD)
Wesel Berdomisili adalah wesel yang diterbitkan dengan cara pembayarannya
ditentukan ditempat tinggal pihak ketiga (baik ditempat tinggal tersangkut,
maupun ditempat lain). Tujuan Wesel ini adalah untuk mempermudah
pembayaran.
f. Wesel Berdomisili Blangko (Pasal 126 KUHD)
Wesel Berdomisili Blangko adalah wesel yang diterbitkan dengan ketentuan
pembayaran dilakukan “ditempat lain”, yang berbeda dengan tempat domisili
tersangkut. Pada Wesel berdomisili blangko ini tidak ditujukkan nama dan
tempat domisili yang membayar.

3. Pembagian Wesel Berdasarkan Klausula Peralihannya


a. Wesel Atas Nama (Pasal 110 Ayat (1) KUHD)
Wesel atas nama adalah wesel yang diterbitkan dengan menuliskan nama
penerimanya/pemegang yang pertama tanpa klausula atas pengganti. Peralihan
wesel seperti ini yaitu dengan cara endosemen sebagaimana diatur didalam
Pasal 110 ayat (1) KUHD.
b. Wesel Atas Pengganti (Pasal 110 Ayat (1) KUHD)
5
Wesel atas pengganti adalah wesel yang diterbitkan dengan menuliskan nama
penerimanya/pemegangnya diikuti dengan klausula atas order, atas perintah,
kepada tertunjuk atau atas pengganti. Peralihan hak wesel ini yaitu dengan cara
Endosemen.
c. Wesel Tidak Kepada Pengganti (Pasal 110 Ayat (2) KUHD)
Wesel tidak kepada pengganti adalah wesel yang diterbitkan dengan
menuliskan nama penerima/pemegangnya disertai dengan klausula “tidak
kepada pengganti”, yang disebut dengan klausula rekta. Wesel jenis ini
peralihannya yakni dengan cara cessie, yaitu berupa akta pengalihan hak
sehingga ada yang memasukan wesel jenis ini kepada golongan surat yang
mempunyai harga (papier van waarde).

6
BAB III

PENUTUP

Surat wasel adalah surat yang secara fisik harus memenuhi syarat formal
sebagaimana ditetapkan dalama pasal 100 KUHD. Jika syarat-syarat formal surat wasel
ditetapkan dalam pasal 100 KUHD tidak dipenuhi maka surat itu tidak dapat disebut
sebagai surat wasel, kecuali untuk hal-hal yang ditetapkan dalam pasal 101 KUHD.
Kemudian dalam penggunaan wasel akan melibatkan beberapa pihak yang disebut
personal wasel yaitu, penerbit, tersangkut, penerima, dan pemegang.
Dalam surat wesel, untuk memperoleh pembayaran, pemegang surat wesel
harus menunjukkan surat wesel kepada tersangkut atau akseptan di tempat tinggalnya
atau di mana surat wesel itu didomisilikan pada hari bayarnya atau pada dua hari kerja
berikutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Serlika Aprita, Hukum Surat-Surat Berharga, 2021, h. 41.


Sufirman Rahman dan Eddie Rinaldy, Hukum Surat Berharga Pasa Uang, Cekatan I, Sinar
Grafika, Jakarta, 2013, hal. 29.
Hermansyah, Op-Cit, hal. 110
James julianto irawan, surat berharga suatu tinjauan yuridis dan praktis , jakarta; kencana
2014, h. 64

Anda mungkin juga menyukai