Anda di halaman 1dari 18

Makalah

LEASING & IJARAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Bank & Lembaga Keuangan Syariah

Disusun oleh :
Nama : Ganis Delvia
NPM : 19610083

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang akan membahas lebih jauh mengenai
Leasing dan Ijarah .

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat


untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Penyusun
                                                                                                       

                                          

LEASING & IJARAH | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI                                                                                                           ii
BAB I PENDAHULUAN                                                                               1
A. Latar Belakang                                                                                                   1
B. Rumusan Masalah                                                                                             2
C. Tujuan Penulis                                                                                                    2
BAB II PEMBAHASAN                                                                                       2
LEASING
1.   Pengertian Leasing                                                            3
2.   Ciri-Ciri Dan Jenis Leasing                                            3-5
3.   Elemen-Elemen Leasing                                                                   5-6
4.   Landasan Hukum Leasing                                                                  7
5.   Tata Cara Leasing 7-8
IJARAH
1. Pengertian Ijarah               9
2. Rukun Dan Syarat Ijarah 9-11
3. Perbedaan Ijarah, Sewa Menyewa, Pembiayaan Ijarah Dan Leasing 11-12
4. Hubungan Leasing Dengan Akad Ijarah 12-13

BAB III PENUTUP                                                                                             14


Kesimpulan                                                                                                    14
DAFTAR PUSTAKA                                                                                          15

LEASING & IJARAH | ii


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam era globalisasi saat ini , masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang


harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya
masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Oleh karenanya, dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin
meningkat muncullah jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh lembaga keuangan
bank salah satunya sewa guna usaha (leasing). Salah satu bentuk kegiatan
manusia dalam lapangan muamalah adalah Ijarah. Ijarah sering disebut dengan
“upah” atau “imbalan”. Kalau sekiranya kitab-kitab fiqih sering menerjemahkan
kata Ijarah dengan “sewa menyewa”, maka hal tersebut janganlah diartikan
menyewa sesuatu barang untuk diambil manfaatnya saja, tetapi harus dipahami
dalam arti yang luas.

Dalam makalah ini kelompok kami mencoba membahas tentang hubungan


leasing dengan akad ijarah serta pokok-pokok perbedan leasing dan ijarah
tersebut.

LEASING & IJARAH | 1


B. RUMUSAN MASALAH

Tulisan ini membahas mengenai masalah Leasing dan Akad Ijarah, diantaranya :

1.      Apa pengertian dari leasing dan ijarah?

2.      Apa perbedaan Ijarah, Sewa Menyewa, Pembiayaan Ijarah dan Leasing?

3.      Apa hubungan Leasing dengan Akad Ijarah?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuannya untuk mengetahui apa saja perbedaan Ijarah, Sewa Menyewa,
Pembiayaan Ijarah dan Leasing, dan  untuk mengetahui hubungan Leasing
dengan  Akad Ijarah.

LEASING & IJARAH | 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. LEASING

1.    PENGERTIAN LEASING


Istilah leasing sebenarnya berasal dari kata lease yang berarti sewa-menyewa.
Karena dasarnya artinya memang sewa- menyewa. Jadi leasing adalah derevatif
dari sewa-menyewa. Kemudian dalam dunia bisnis berkembanglah sewa-
menyewa yang disebut leasing itu kadang-kadang disebut saja sebagai lease, dan
telah berubah menjadi salah satu jenis pembiayaan. Dalam bahasa Indonesia
leasing sering di istilahkan dengan “sewa guna usaha.”
Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan
barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai
dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang
modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan
nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Pihak utama dalam leasing, ada beberapa pihak yang terlibat dalam perjanjian
leasing, yaitu sebagai berikut ;
a. Pihak perusahaan sewa guna usaha (Lessor) adalah perusahan atau pihak
yang memberikan jasa pembiayaan kepada lessee dalam bentuk barang modal.
b. Perusahaan penyewa (Lesse) adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh
pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor.
c. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan
barang untuk dijual kepada lesse dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.

2.    CIRI-CIRI DAN JENIS LEASING


Ciri – ciri adalah sebagai berikut :
a. Biasanya ada hubungan jangka waktu lease dan masa kegunaan benda lease
tersebut.
b. Hak milik benda lease ada pada leasor
c. Benda yang menjadi objek leasing adalah benda – benda yang digunakan
dalam suatu perusahaan.

LEASING & IJARAH | 3


 Jenis dari leasing meliputi ;

a. Finance Leasing (sewa guna usaha pembiayaan)


Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah
pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha
(lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama
perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barng modal tersebut,
melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal yang
menjadi objek transaksi leasing. Lessor akan mengeluarkan dananya untuk
membayar barang tersebut kepada supplier dan kemudian barang tersebut
diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan atau jasa penggunaan barang
tersebut lesse akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang
yang beruba uang rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati
bersama. Jumlah rental ini secara keseluruhan akan meliputi harga barang
yang dibayar oleh lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak lessor.

b. Operating lease (sewa menyewa biasa)


Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang
modal dan selanjutnya disewagunakan kepada penyewa guna usaha. Berbeda
dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala
dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini
disebabkan perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru
dari penjualan barang modal yang disewa guna usahakan atau melalui
beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. Perusahaan sewa guna usaha
dalam operating lease biasanya bertanggung jawab atas biaya – biaya
pelaksanaan sewa guna usaha seperti asuransi, pajak maupun pemeliharaan
barang modal yang bersangkutan.

c. Sales – Typed Lease (sewa guna usaha penjualan)


Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga
berperan sebagai perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi
termasuk bagian laba sudah diperhitungkan oleh produsen atau pabrikan.

LEASING & IJARAH | 4


d. Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga
melibatkan bank atau kreditor jangka panjang yang membiayai bagian terbesar
transaksi.

e. Cross Border Lease


Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan
dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lesse
yang dilakukan dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara
lessor dan lesse terletak pada dua negara berbeda.

3.    ELEMEN-ELEMEN LEASING


Elemen-elemen dari suatu leasing adalah sebagai berikut ;
a.    Suatu pembiayaan perusahan
Awal mulanya leasing memang dimaksudkan sebagai usaha memberikan
Kemudahan pembiyaan kepada perusahaan tertentu yang memerlukannya. Tetapi
dalam perkembangan kemudian. Bahkan leasing dapat juga diberikan kepada
individu dengan peruntukkan barang belum tentu untuk kegiatan usaha.

b.    Penyediaan barang modal


Unsur selanjutnya dari leasing adalah adanya penyediaan barang modal, biasanya
oleh pihak supplier atas biaya dari lessor. Barang modal tersebut akan
dipergunakan oeh lessee umumnya untuk kepentingan bisnisnya. Barang modal
ini sangat bervariasi. Dapat misalnya berupa mesin-mesin, pesawat terbang,
peralatan kantor seperti computer, mesin foto copy, kendaraan bermotor dan
sebagainya.

c.    Keterbatasan jangka waktu


Salah satu unsur penting dari lembaga leasing adalah adanya jangka waktu yang
terbatas. Sehingga , apabila ada deal-deal yang tidak terbatas jangka waktunya, ini
belumlah di katakana leasing. Melainkan sewa menyewa biasa. Biasanya dalam
kontrak leasing ditentukan untuk berapa tahun leasing tersebut dilakukan.
Selanjutnya setelah jangka waktu tertentu tersebut berakhir, ditentukan pula
bagaimana status kepemilikan dari barang tersebut. Misalnya pada saat itu kepada

LEASING & IJARAH | 5


lessee diberikan “hak opsi” yakni pilihan apakah lessee akan membeli barang
tersebut pada harga yang terlebih dahulu disepakati bersama, atau lessee tetap
menyewa,ataupun mengembalikan barang kepada pihak lessor.

d.   Pembayaran kembali secara berkala


Karena lessor telah membayar lunas harga barang modal kepada pihak
penjual/supplier,maka adalah kewajiban lessee kemudian untuk mengangsur
pembayaran kembali harga barang modal kepada lessor. Besarnya dan lamanya
angsuran sesuai dengan angsuran pembayaran ini, maka leasing mirip dengan
suatu kredit bank, dengan barang itu sendiri sebagai angunanya.

e.    Hak opsi untuk membeli barang modal


Hak opsi yang dimiliki oleh lessee untuk membeli barang modal pada saat tertentu
pada syarat tertentu pula, juga merupakan salah satu unsur dari leasing. Artinya, di
akhir masa leasing, diberikan hak (bukan kewajiban) kepada lessee untuk apakah
membeli barang modal tersebut dengan harga yang bersangkutan. Sungguhpun
diakui pula bahwa tidak semua jenis leasing memberikan hak opsi ini. Karena ada
juga jenis leasing yang sama sekali tidak memberikan hak opsi tersebut kepada
lessee, melainkan harus menyerahkan kembali barang modal tersebut kepada
pihak lessornya di akhir masa leasing. Tetapi ada juga leasing yang justru
memberi hak kepemilikan kepada pihak lessee diakhir masa leasing tanpa perlu
memberikan hak opsinya.

f.     Nilai Sisa (Residu)


Nilai sisa merupakan besarnya jumlah uang yang harus dibayar kembali kepada
lessor oleh lessee diakhir masa berlakunya leasing atau pada saat lessee
mempunyai hak opsi. Nilai sisa biasanya sudah terlebih dahulu ditentukan
bersama dalam kontrak leasing.

LEASING & IJARAH | 6


4.    LANDASAN HUKUM LEASING
a. Surat Keputusan Bersama No. 122/MK/IV/2/1974 tanggal 7 februari 1974
tentang perijinan usaha leasing.
b. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep.649/MK/IV/5/1974 tanggal 6 mei
1974 tantang perijinan usaha leasing.
c. Surat Keputusan Menteri Keuangan No.Kep.650/MK/IV/6/1974 tanggal 6 mei
1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan besarnya bea materai
terhadap usaha leasing.
d. Surat edaran Dit.Jen.Moneter No.Peng.307/DJM/III.1/7/1974 tanggal 8 juli
1974 tentang ;
1) Tata cara perizinan
2) Pembatasan usaha
3) Pembukuan
4) Tingkat suku bunga
5) Pengawasan dan pembinaan
e. Surat Dit.Jen.Pajak No. D. 15.4/II/8/34-3/1976 tanggal 23 desember 1976
tentang ketentuan PPS dan PBDR.

5.    TATA CARA LEASING


Dalam melakukan perjanjian leasing terdapat prosedur dan mekanisme yang harus
dijalankan yang secara garis besar dapat diuraikan sebaga berikut ;

a. Lesse bebas memilih dan menentukan peralatan yang dibutuhkan,


mengadakan penawaran harga dan menunjuk supplier peralatan yang
dimaksudkan.
b. Setelah lesse mengisi formulir permohonan lease, maka dikirimkan kepada
lessor disertai dokumen lengkap.
c. Lessor mengevakuasi kelayakan kredit dan memutuskan untuk
memberikan fasilitas lease dengan syarat dan kondisi yang disetujui lesse
(lama kontrak pembayaran sew lease), setelah ini maka kontrak lease dapat
ditandatangani.
d. Pada yang sama, lesse dapat menandatangani kontrak asuransi untuk
peralatan yang dilease dengan perusahaan asuransi yang disetujui lessor,

LEASING & IJARAH | 7


seperti yang tercantum dalam kontrak lease. Antara lessor dan perusahaan
asuransi terjalin perjanjian kontrak utama. Kontrak pembelian peralatan
akan ditandatangani lessor dengan supplier peralatan tersebut.
e. Supplier dapat mengirimkan peralatan yang dilease ke lokasi lesse. Untuk
mempertahankan dan memelihara kondisi peralatan tersebut, supplier akan
menandatangani perjanjian purna jual.
f. Lessee menandatangani tanda terima peralatan dan menyerahkan kepada
supplier.
g. Supplier menyerahkan tanda terima (yang diterima dari lesse), bukti
pemilikan dan pemindahan pemilikan kepada supplier.
h. Lessor membayar harga peralatan yang dilease kepada supplier.

Lesse membayar sewa lease secara periodik sesuai dengan jadwal pembayaran
yang telah dditentukan dalam kontrak lease.
Perjanjian yang dibuat antara lessor dengan lessee disebut lease agrement, dimana
didalam perjanjian tersebut memuat kontrak kerja bersyarat antara kedua belah
pihak. Isi kontrak yang dibuat secara umum memuat antara lain ;

1) Nama dan alamat lease


2) Jenis barang modal yang diinginkan
3) Jenis atau jumlah barang yang dileasekan
4) Syarat – syarat pembayaran
5) Syarat kepemilikan atau syarat lainnya
6) Biaya – biaya yang dikenakan
7) Sangsi – sangsi apabila lesse ingkar janji

Setiap fasilitas leasing yang diberikan oleh perusahaan leasing kepada pemohon
(Lessee) akan dikenakan berbagai macam biaya yang dibebankan terhadap lesse
tidaklah sama.

LEASING & IJARAH | 8


B. IJARAH

1. PENGERTIAN IJARAH
Ijarah berarti sewa, jasa atau imbalan, yaitu akad yang dilakukan atas dasar suatu
manfaat dengan imbalan jasa.  Ijarah adalah suatu jenis akad mengambil manfaat
dengan jalan penggantian. Dengan demikian pada hakikatnya ijarah adalah
penjualan manfaat yaitu pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dan
jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

2. RUKUN DAN SYARAT IJARAH


Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah :

a. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), adalah pihak yang menyewa aset
dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset.
b. Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan) dan ujrah (harga sewa).
c. Sighat yaitu ijab dan qabul.      

Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hokum Islam,
sebagai berikut :

a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut
harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah Pihak.
b. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab
pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat memberi manfaat
kepada penyewa.
c. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti.
d. memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam
periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.

        

LEASING & IJARAH | 9


Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSN- MUI/IV2000 tanggal 13
April 2000 Tentang Pembiayan Ijarah ditetapkan :

1.   Rukun dan Syarat Ijarah :

a.       Pernyataan ijab dan qabul.

b.      Pihak-pihak yang berakad (berkontrak) : terdiri atas pemberi sewa (lessor,
pemilik aset, Lembaga Keuangan Syariah) dan penyewa Lessee,pihak yang
mengambil manfaat dari penggunaan aset, nasabah).

c.       Objek kontrak : pembayaran (sewa) dan manfaat dari penggunaan asset

d.      Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek kontrak yang harus
dijamin, karena ia rukun yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan
aset itu sendiri.

e.       Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah pihak yang
berkontrak, baik secara verbal atau dalam bentuk lain yang equivalent, dengan
cara penawaran dari pemilik aset (lembaga keuangan syariah) dan penerimaan
yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).

2.    Ketentuan Objek Ijarah

a.       Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan atau jasa.

b.      Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak.

c.       Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.

d.      Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah.

e.       Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk


menghilangkan jahalah (ketidak tahuan) yang akan mengakibatkan sengketa

f.       Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka


waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik. 

g.      Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah kepada lembaga
keuangan syariah sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan
harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah.

LEASING & IJARAH | 10


h.      Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang sama
dengan obyek kontrak.

i.        Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam


ukuran waktu, tempat dan jarak

       
3. PERBEDAAN IJARAH, SEWA MENYEWA, PEMBIAYAAN IJARAH
DAN LEASING
Pembiayaan Ijarah tidak sama dengan Ijarah. Ijarah mempunyai definisi yang
sama dengan definisi sewa menyewa. Sedangkan pembiayaan ijarah mempunyai
definisi yang sangat mirip dengan definisi kredit, kecuali dalam hal penggunaan
prinsip syariah pada pembiayaan ijarah. Ijarah adalah akad sewa menyewa,
sedangkan pembiayaan ijarah adalah perjanjian untuk membiayai kegiatan sewa
menyewa.

Pada leasing, lessor berkedudukan sebagai penyandang dana, baik tunggal atau
bersama-sama dengan penyandang dana lainnya. Sementara objek leasing
disediakan oleh pihak ketiga atau oleh lessee sendiri. Sebaliknya pada sewa
menyewa biasa, barang objek sewa adalah memang miliknya lessor. Jadi
kedudukan lessor adalah sebagai pihak yang menyediakan barang objek sewa.

Pada ijarah, bank hanya wajib menyediakan aset yang disewakan, baik aset itu
miliknya atau bukan miliknya. Yang penting adalah bank mempunyai hak
pemanfaatan atas aset yang kemudian disewakannya. Fatwa DSN tentang ijarah
ini kemudian diadopsi kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
59 yang menjelaskan bahwa bank dapat bertindak sebagai pemilik objek sewa,
dan bank dapat pula bertindak sebagai penyewa yang kemudian menyewakan
kembali. Namun tidak seluruh fatwa DSN diadopsi oleh PSAK 59, misalnya
fatwa DSN mengatur bahwa objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang
dan/atau jasa; sedangkan PSAK 59 hanya mengakomodir objek ijaroh yang
berupa manfaat dari barang.

Pada pembiayaan ijarah, bank berkedudukan sebagai penyedia uang atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu dalam rangka penyewaan barang berdasarkan

LEASING & IJARAH | 11


prinsip ijarah. Mengikuti penjelasan ijarah dalam PSAK 59, maka pembiayaan
ijarah dapat digunakan untuk membiayai penyewaan barang yang kemudian
disewakannya kembali kepada nasabah, dan dapat pula digunakan untuk
membiayai pembelian barang yang kemudian disewakannya kepada nasabah.
            Pada leasing biasanya masih dibutuhkan jaminan tertentu, sedangkan pada
sewa menyewa dan pada ijarah tidak ada jaminan tersebut. Kalaupun diminta
jaminan pada sewa dan pada ijarah biasanya berupa security deposit (titipan
jaminan pembayaran sewa). Sedangkan pada leasing diminta jaminan berupa
personal guarantee, fidusia terhadap barang modal yang bersangkutan, kuasa
menjual barang modal, dan lain lain. Pada pembiayaan ijarah, karena bentuknya
adalah penyediaan uang atau tagihan, sama dengan bentuk kredit, jaminan yang
diminta sama dengan jaminan pada kredit.

4. HUBUNGAN LEASING DENGAN AKAD IJARAH


Perjanjian sewa guna usaha (leasing) dapat dijalankan dengan menggunakan
prinsip-prinsip syariah.  Menurut keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Departemen Keuangan (Bapepam-LK) Nomor: PER-
03/BL/2007 yang menyatakan :

“Sewa guna usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk


penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan  oleh
penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara angsuran sesuai dengan prinsip syariah.”

Kegiatan pembiayaan Sewa Guna Usaha (Leasing) berdasarkan prinsip syariah


dilakukan berdasarkan akad Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik.

1.      Ijarah dalam pembiayaan Sewa Guna Usaha adalah akad penyaluran dana
untuk pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu
dengan pembayaran sewa (ujrah), antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi
sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengalihan kepemilikan
barang itu sendiri.

LEASING & IJARAH | 12


2.      Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah akad penyaluran dana untuk
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan
pembayaran sewa (ujrah) antara Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa
(mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi pemindahan hak milik atas
barang yang disewa kepada penyewa setelah selesai masa sewa.

LEASING & IJARAH | 13


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Leasing adalah Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal
baik secara sewa guna dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha
tanpa hak-hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Ijarah adalah suatu jenis akad mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
Dengan demikian pada hakikatnya ijarah adalah penjualan manfaat yaitu
pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
barang itu sendiri. 

Perbedaan dari leasing dan ijarah adalah akad yang dilaksanakan dalam proses
transaksi serta realisasi penggunaan dana. Ijarah lebih mengedepankan tuntunan
syariat islam dalam proses akad.

LEASING & IJARAH | 14


DAFTAR PUSTAKA

-            Salam. Moch Faisal, Pertumbuhan Hukum Bisnis Syariah Di Indonesia,


Pustaka, Bandung, 2006.
-            Habib Nazir & Muh. Hasan, Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan
Syari’ah, Kaki Langit, Bandung , 2004.
-            Himpunan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Untuk Lembaga Keuangan
Syari’ah, 2001 DSN,MUI,BI.
-            Majelis Ulama’ Indonesia, Himpunan Fatwa-Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional, Jakarta, 2003.
-            S., Burhanuddin, Hukum Bisnis Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2011.
-            staff.uny.ac.id/sites/default/..../SEWA%20GUNA%20USAHA.pdf
selasa, 1 nopember 2011 13:15
-            hndwibowo.blogspot.com/.../samakah-pembiayaan-ijarah-dengan.html
jumat, 18 nopember 2011 19:08

LEASING & IJARAH | 15

Anda mungkin juga menyukai