Anda di halaman 1dari 16

Makalah Perbankan Syariah

SEJARAH PERBANKAN SYARIAH


DI DUNIA DAN DI INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

AYUDYA UTAMI
51153083

EKONOMI ISLAM C
FAKUTLAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2016-2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala,
karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Sejarah Perbankan Syariah di Dunia dan di Indonesia. Makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas dari Mata Kuliah Perbankan Syariah
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Medan , Juni 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

2
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakan Masalah 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujua Masalah2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Pengertian Perbankan Syariah 3

B. Sejarah Perbankan Syariah 3

C. Perkembangan Perbankan Syariah di Dunia 7

D. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia 8

BAB II PENUTUP 12

A. Kesimpulan 13

DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan ekonomi ini sudah ada sejak jaman Nabi Adam dan Siti Hawa
diturunkan kebumi. Oleh karena itu banyak pro kontra ekonomi yang dihadapi
manusia, maka ahli pikir mulai memikirkan bagaimana mengubah seni ekonomi
menjadi ilmu ekonomi seperti yang ada sekarang ini. Ilmu ekonoomi ini akan
terus berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Pada masa
sekarang ini banyak bermunculan perbankan syariah dengan banyaknya
perkembangan syariah. Ekonomi konvensional memang masih lebih diatas
ekonomi syariah. Para ekonom mempridiksi tahun-tahun yang akan datang
ekonomi syariah akan berkembang lebih pesat dari ekonomi konvensional.
Di zaman Nabi SAW belum ada institusi bank, tetapi ajaran Islam sudah
memberikan prinsip prinsip dan filosofi dasar yang harus dijadikan pedoman
dalam aktifitas perdagangan dan perekonomian. Karena itu, dalam menghadapi
masalah muamalah kontemporer yang harus dilakukan hanyalah mengidentifikasi
prinsip-prinsip dan filosofi dasar ajaran Islam dalam bidang ekonomi, dan
kemudian mengidentifkasi semua hal yang dilarang. Setelah kedua hal ini
dilakukan,maka kita dapat melakukan inovasi dan kreativitas (ijtihad) seluas-
luasnya untuk memecahkan segala persoalan muamalah kontemporer, termasuk
persoalan perbankan.
Berdasarkan hal diatas, maka dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai Sejarah Perbankan Syariah di Dunia dan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Perbankan Syariah?
2. Bagaimana Sejarah Perbankan Syariah?
3. Bagaimana Perkembangan Perbankan Syariah di Dunia?
4. Bagaimana Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari dilakukannya penulisan makalah ini selain sebagai tugas
Operasional Perbankan Syariah juga sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari Perbankan Syariah.
2. Untuk mengetahui Sejarah Perbankan Syariah.

1
3. Untuk mengetahui Perkembangan Perbankan Syariah di Dunia.
4. Untuk mengetahui Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbankan Syariah


Bank syariah adalah bank yang sistem perbankannya menganut prinsip-
prinsip dalam islam. Bank syariah merupakan bank yang diimpikan oleh para
umat islam.
Dalam UU No. 21 tahun 2008 mengenai Perbankan Syariah
mengemukakan pengertian perbankan syariah dan pengertian bank syariah.
Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank syariah dan unit
usaha syariah, mencakup kelembagaan, mencakup kegiatan usaha, serta tata cara
dan proses di dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah bank
yang menjalankan kegiatan usahanya dengan didasarkan pada prisnsip syariah dan
menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS (Bank Umum Syariah), UUS
(Unit Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).1
Jadi, Perbankan Syariah merupakan bank yang kegiatannya mengacu pada hukum
islam dan dalam kegiatannya tidak membebankan bunga maupun tidak membayar
bunga kepada nasabah. Imbalan bank syariah yang diterima maupun yang
dibayarkan pada nasabah tergantung dari akad dan perjanjian yang dilakukan oleh
pihak nasabah dan pihak bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan
syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam
syariat islam.

B. Sejarah Perbankan Syariah


Pada awalnya pembentukan bank islam banyak diragukan karena beberapa
alasan. Pertama, banyak orang yang beranggapan bahwa sistem perbankan bebas
bunga (interest free) adalah suatu yang tidak mungkin dan tidak
lazim. Kedua, keraguan tentang bagaimana bank islam akan membiayai
operasionalnya.2
Berikut adalah tahapan sejarah dan perkembangan bank syariah:3
1. Tahapan di Zaman Nabi SAW dan Sahabat

1 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media


Group, 2013), 7

3
Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman
uang.
Didalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan yang
dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat
Islam sejak jaman Rasulullah SAW. Praktek-praktek seperti menerima titipan
harta, meninjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis,
serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah.
Dengan demikian, fungsi-fungsi utama perbankan modern yaitu menerima
deposit, menyalurkan dana, dan melakukan transfer telah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah.
Jelaslah bahwa ada individu-individu yang telah melaksanakan fungsi
perbankan di zaman Rasulullah SAW, meskipun individu tersebut
tidak melaksanakan seluruh fungsi perbankan. Ada sahabat yang melaksanakan
fungsi menerima titipan harta, ada sahabat yang melaksanakan fungsi pinjam-
meminjam uang, ada yang melaksanakan fungsi pengiriman uang, dan ada pula
yang memberikan modal kerja. Biasanya satu orang hanya melakukan satu fungsi
saja.
2. Tahapan di Zaman Bani Umayyah dan Bani Abasiah
Jelas saja institusi bank tidak dikenal dalam kosa kata fikih Islam, karena
memang institusi ini tidak dikenal oleh masyarakat Islam di masa Rasulullah,
Khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah, maupun Bani Abbasiyah.
Di jaman Rasulullah saw fungsi-fungsi tersebut dilakukan oleh
perorangan, dan biasanya satu orang hanya melakukan satu fungsi saja. Baru
kemudian, di jaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan dilakukan oleh satu
individu.
Perbankan mulai berkembang pesat ketika beredar banyak jenis mata uang
pada zaman itu sehingga perlu keahlian khusus untuk membedakan antara satu
mata uang dengan mata uang lainnya. Ini diperlukan karena setiap mata uang

2 Nur Yasin, Hukum Ekonomi Islam (Malang: UIN Malang Press, 2009),
hlm 131

3 Veithzal Rivai dan Arvian Arifin, Islamic Banking (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010), hlm,132

4
mempunyai kandungan logam mulia yang berlainan sehingga mempunyai nilai
yang berbeda pula. Orang yang mempunyai keahlian khusus ini disebut naqid,
sarraf, dan jihbiz. Hal ini merupakan cikal-bakal praktek penukaran mata uang
(money changer). Istilah jihbiz mulai dikenal sejak zaman Muawiyah (661-680M)
yang sebenarnya dipinjam dari bahasa Persia, kahbad atau kihbud. Pada masa
pemerintahan Sasanid, istilah ini dipergunakan untuk orang yang ditugaskan
mengumpulkan pajak tanah.
Peranan banker pada zaman Abbasiyah mulai populer pada pemerintahan
Muqtadir (908-932M). Saat itu, hampir setiap wazir mempunyai bankir sendiri.
Misalnya, Ibnu Furat menunjuk Harun ibnu Imran dan Joseph ibnu wahab sebagai
bankirnya. Lalu Ibnu Abi Isa menunjuk Ali ibn Isa, Hamid ibnuWahab menunjuk
Ibrahim ibn Yuhana, bahkan Abdullah al-Baridi mempunyai tiga orang banker
sekaligus: dua Yahudi dan satu Kristen. Kemajuan praktek perbankan pada zaman
itu ditandai dengan beredarnya saq (cek) dengan luas sebagai media pembayaran.
Bahkan, peranan bankir telah meliputi tiga aspek, yakni menerima deposit,
menyalurkannya, dan mentransfer uang. Dalam hal yang terakhir ini, uang dapat
ditransfer dari satu negeri ke negeri lainnya tanpa perlu memindahkan fisik uang
tersebut. Para money changer yang telah mendirikan kantor-kantor di
banyak negeri telah memulai penggunaan cek sebagai media transfer uang dan
kegiatan pembayaran lainnya.
Dalam sejarah perbankan Islam, adalah Sayf al-Dawlah al-Hamdani yang tercatat
sebagai orang pertama yang menerbitkan cek untuk keperluan kliring antara
Baghdad (Irak) dan Aleppo (Spanyol sekarang).
3. Tahapan di Masa Eropa
Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan yang dilakukan oleh
perorangan jihbiz kemudian dilakukan oleh institusi yang saat ini dikenal sebagai
institusi bank.
Ketika bangsa Eropa mulai menjalankan praktek perbankan, persoalan
mulai timbul karena transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen bunga
yang dalam pandangan fikih adalah riba, dan oleh karenanya haram. Transaksi
berbasis bunga ini semakin merebak ketika Raja Henry VIII pada tahun 1545,
membolehkan bunga (interest) meskipun tetap mengharamkan riba (usury) dengan
syarat bunganya tidak boleh berlipat ganda (excessive). Ketika Raja Henry VIII

5
wafat, ia digantikan oleh Raja Edward VI yang membatalkan kebolehan bunga
uang, ini tidak berlangsung lama. Ketika wafat, ia digantikan oleh Ratu Elizabeth
I yang kembali membolehkan bunga uang.
Selanjutnya, bangsa Eropa mulai bangkit dari keterbelakangannya dan
mengalami renaissance. Penjelajahan dan penjajahan mulai dilakukan ke seluruh
penjuru dunia, sehingga kegiatan perekonomian dunia mulai didominasi oleh
bangsa-bangsa Eropa. Pada saat yang sama, peradaban muslim mengalami
kemerosotan dan negara-negara muslim satu per satu jatuh ke dalam cengkeraman
penjajahan bangsa-bangsa Eropa. Akibatnya, institusi-institusi perekonomian
umat muslim runtuh dan digantikan oleh institusi ekonomi bangsa Eropa.
Keadaan ini berlangsung terus sampai zaman modern kini. Karena itu, institusi
perbankan yang ada sekarang di mayoritas negara-negara muslim merupakan
warisan dari bangsa Eropa, yang notabennya berbasis bunga.
4. Tahapan di Zaman Modern (Pasca Eropa)
a. Tahapan Pengembangan kerangka konseptual (1950-1975)
Pada periode ini banyak dilakukan seminar, diskusi dan kajian-kajian
oleh para ekonom, bankir dan ahli hukum tentang permasalahan riba,
moralitas ekonomi dan alternatif akad & praktek perbankan yang sesuai
dengan prinsip syariah
b. Tahapan eksperimen (1975 1990)
Pada periode ini, muncul inisiatif terutama dari kalangan swasta untuk
mempraktekkan konsep perbankan syariah, misalnya melalui pendirian :
Dubai Islamic Bank dan Dar Al-Maal Al Islami di Emirat Arab
(1975)Juga di Pakistan dan Iran dilaksanakan legalisasi sistem
perbankan syariah secara nasional.
c. Tahapan penetrasi pasar & perluasan wilayah operasi (1990 sekarang).
1. Keberhasilan dan stabilitas perkembangan bank-bank syariah telah
menarik perhatian banyak pihak.
2. Sejumlah lembaga keuangan di negara-negara non muslim (misal:
Inggris, Luxemburg & Swiss) juga mulai akomodatif terhadap
kebutuhan masyarakat dan investor yang menginginkan untuk
melaksanakan transaksi- transaksi keuangan secara syariah
sepanjang memenuhi ketentuan dari otoritas keuangan setempat.
Penetrasi pasar melalui perluasan jangkauan perkembangan lembaga
keuangan syariah secara internasional antara lain ditunjukkan

6
dengan meluasnya lokasi usaha lembaga keuangan syariah yang
mencapai 34 negara, serta meluasnya lembaga keuangan
internasional besar yang berbasis dan dimiliki non musim ke dalam
bisnis jasa keuangan syariah seperti:
Citybank - HSBC Bank
Standard Chartered Bank - Chase Manhattan

C. Perkembangan Perbankan Syariah di Dunia


Sejarah panjang kelahiran Bank Syariah pada abad ke-20 tidak terlepas
dari hadirnya dua gerakan renaisans Islam modern, yaitu gerakan-gerakan
neorevivalis dan modernis. Sekitar tahun 1940-an, dimana para cendikiawan islam
seperti Anwar Qureshi, Naiem Siddiqi dan Mahmud Ahmad mengemukakan
konsep dasar bagi hasil, yang sesuai dengan syariat islam ke dalam tulisan-tulisan
yang mereka buat. Pemaparan yang lebih lengkap mengenai konsep-konsep dasar
tentang perbankan syariah ditulis oleh ulama besar Pakistan, yakni Abul Ala Al-
Mawdudi serta Muhammad Hamidullah.
Bank dengan konsep syariah, secara kelembagaan pertama kali didirikan
pada tahun 1963 di Mesir, dengan nama Myt-Ghamr Bank. Pemimpin perintis
usaha ini adalah Ahmad El Najjar, yang permodalannya dibantu oleh Raja F aisal
dari Arab Saudi. Myt-Ghamr Bank dinilai sukses menggabungkan manajemen
perbankan Jerman dengan prinsip-prinsip muamalah berdasarkan syariat Islam,
dengan meng-aplikasikannya dalam pelayanan produk bank yang efektif dan
sesuai untuk daerah pedesaan, yang hampir seluruh industrinya adalah industri
pertanian . Namun karena persoalan politik yang tidak mendukung, pada tahun
1967 Myt-Ghamr Bank ditutup . Kemudian untuk menggantikan Myt-Ghamr
Bank, pada tahun 1971, di buat kembali Bank Islam dengan nama Nasser Social
Bank, namun tujuan dari bank ini lebih bersifat sosial daripada komersil.
Perkembangan Bank Syariah memasuki fase yang baru pada tahun 1974.
Negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konfrensi Islam bersepakat
mendirikan sebuah institusi keuangan yang menyediakan jasa finansial berbasis
fee dan profit sharing untuk negara-negara anggota OKI. Maka didirikanlah
Islamic Development Bank (IDB). Walaupun utamanya IDB adalah bank antar
pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan
di negara-negara anggotanya, tetapi dalam prakteknya bank ini menerapkan

7
prinsip-prinsip dasar syariat dalam mengelola keuangannya, dengan
menghilangkan unsur bunga di dalam pelayanannya. hal ini mengukuhkan IDB
sebagai institusi keuangan internasional yang berbasiskan syariah.
Berdirinya IDB telah memotivasi banyak Negara Islam untuk mendirikan
lembaga keuangan syariah. Untuk itu, komite ahli IDB pun bekerja keras
menyiapkan panduan tentang pendirian, peraturan, dan pengawasan bank syariah.
Kerja keras mereka membuahkan hasil, pada akhir periode 1970-an dan awal
dekade 1980-an, bank-bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, Negara-negara
teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, serta Turki.4
Pada tahun 1975, didirikan Bank syariah swasta pertama di dunia di kota
Dubai, yang diberi nama Dubai Islamic Bank. Pendirian bank ini didanai oleh
sekelompok pengusaha muslim dari berbagai negara. Hal ini diikuti dengan
didirikannya beberapa bank syariah di negera-negara lainnya seperti Faysal
Islamic Bank di Mesir dan Sudan, dan Kuwait Finance House yang diprkarsai
oleh pemerintahan Kuwait.

D. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia


Ide untuk mendirikan bank syariah di Indonesia sudah muncul sejak 1970-
an.5 Gagasan ini dibicarakan pada seminar nasional hubunagn Indonesia dengan
timur tengah pada 1974 dan dalam seminar internasional yang dilaksanakan oleh
lembaga study ilmu-ilmu kemasyarakatan (LSIK) dan yayasan bhineka tunggal
ika pada 1976 setelah diakdakan penelitihan yang mendalam, usaha untuk
mendirikan bank syariah sedikit ada kendala, yaitu tidak ada payung hukum yang
mengatur tentang bank yang operasionalnya memakai prinsip bagi hasil. Kalau
tetap dioperasionalkan bank syariah itu, maka tidak sejalan dengan undang-
undang nomor 14 tahun 1967 tentang pokok-pokok perbankan yang berlaku pada
waktu itu. selain hambatan ini bank syariah ini dianggap oleh semua pihak ada

4 Jaharuddin, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


Perbankan Syariah di Indonesia, dalam
http://shariaeconomy.blogspot.sg/2008/11/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi.htm (2 juni 2017 ), 10.30

5 Idayanti, Makalah Sejarah Bank Syariah/Bank Dunia, dalam


http://idamalaika.blogspot.jp/2013/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-
x.html (2 juni 2017), 10.32

8
keterkaitan dengan faktor ideologi yang dianggapnya sebagian dari konsep Negara
Islam.
Pada 1988 gagasan mengenai bank syariah muncul lagi dan gagasan ini
muncul karena pemerintah mengeluarkan paket kebijakan oktober (PAKTO) yang
berisi liberalisasi industri perbankan di Indonesia. setelah ada rekomondasi
lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di cisarua, bogor tanggal 19-
22 agustus 1990, hasil lokakarya ini dibahas lebih mendalam pada musyawarah
nasional IV majelis ulama Indonesia (MUI) yang berlangsung dihotel sahid jaya,
Jakarta pada 22-25 agustus 1990. Berdasarkan amanat munas MUI ini dibentuklah
kelompok kerja untuk mendirikan bank syariah di Indonesia.
Hasil kerja kelompok ini adalah dibentuknya PT Bank Muamalah
Indonesia dengan ditandatangani akta pendiriannya pada 1 november 1991 dengan
total modal awal sebesar Rp 106.126.382.000,-. Dana ini berasal dari presiden dan
wakil presiden, juda dari 10 menteri Kabinet pembangunan V, yayasan amal bakti
muslim pancasila, yayasan dakab, yayasan supersemar, yayasan dharmais,
yayasan purna bakti pertiwi, PT PAL, dan PT Pindad.
Pada 1 mei 1992 bank muamalah mulai beroperasi. Pada awal berdiri,
keberadaab PT Bank Muamalah Indonesia belum mendapat perhatian yang
optimal dalam tahapan industri perbankan nasional. Lahirnya undang-undang
nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil
diakomodasikan dan diakui keberadaanya, maka perbankan syariah mulai
menunjukkan prospeknya sangat bagus dan menanggapi beberapa pasal yang
tersebut dalam undang-unndang nomor 7 tahun 1992. pemerintah mengeluarkan
peraturan pemeritah (PP) Nomor 72 tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip
bagi hasil pada 30 oktober 1992 dan diundangkan pada 39 oktober 1992, ini
Nomor 119 tahun 1992. Dalam peraturan pemerintah ini ditegaskan bahwa bank
umum atau bank pekriditan rakyat yang kegiatan usahanya semata-mata
berdasarkan prinsip bagi hasil, tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha
yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena bank muamalat dan bank-bank perkriditan rakyat tidak
menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka dibentuklah lembaga-
lembaga simpan pinjam yang disebut Baitul Maal wattam wil (BMT). Kemudian
bank muamalat mensponsori lokakarya ulama tentang reksada syariah oleh PT
Danaresa Investiment Management. Kemudian juga lahir pasal modal syariah,

9
obligasi syariah membuat perkembangan lembaga keuangan syariah tumbuh dan
berkembang cepat dengan hasil yang sangat menggembirakan menurut riset yang
dilakukan oleh Karim Business Consulting pada 2005 lalu menunjukkan bahwa
total aset bank syariah di indonesia diperkirakan akan lebih besar dari pada yang
diperkirakan oleh bank Indonesia. Total aset bank syariah diperkirakan akan
mencapai antara 1,92% sampai 2,31% dari industri perbankan nasional.
pertumbuhan yang cukup signifikan ini disebabkan karena semakin baiknya
kepastian disisi regulasi serta berkembangnya pemikiran masyarakat tentang
keberadaan bank syariah.
Lahirnya Undang-Undang nomor 7 tahun 1998 tentang perubahan undang-
undang nomor 1992 tentang perbankan yang diikuti dengan dikeluarnya sejumlah
ketentuan pelaksanaan dalam bentuk surat keputusan direksi bank Indonesia dan
peraturan bank Indonesia, telah memberikan landasan hukum yang kuat bagi
pengembangan perbankan syariah di Indonesia. Peraturan yang dikeluarkan bank
Indonesia ini telah memberikan kesempatan untuk mengembangkan bank syariah
dengan cara mempermudah memberi izin usaha dan mempermudah pembukaan
kantor cabang serta diperkenankan bank umum dapat dijalankan dua kegiatan
usaha, baik secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah.
Untuk menjawab kebutuhan masyarakat bagi terwujudnya sistem
perbankan yang sesuai syariah, maka pemerintah telah memasukkan kemungkinan
tersebut dalam UU No.7 tahun 1992 tentang perbankan, yang secara implisit telah
membuka peluang kegiatan usaha perbankan syariah meskipun masih
menggunakan istilah bank bagi hasil. Dasar operasional bank bagi hasil kemudian
secara rinci dijabarkan dengan peraturan pemerintah No. 72 tahun 1992 tentang
bank berdasrkan prinsip bagi hasil. Selanjutnya ketentuan perundang-undangan
tersebut telah dijadikan dasar hukum beroperasinyya bank syariah di Indonesia
yang menandai dimulainya era sistem perbankan ganda (dual banking system) di
Indonesia.
Pada tahun 1998 dikeluarkan UU No. 10 tahun 1998 sebagai amademen
dari UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan yang memberikan landasan hukum
yang lebih kuat bagi keberadaan system perbankan syariah. Berdasrkan UU No.
23 tahun 1999 yang selanjutnya diamademenkan dengan UU No. 3 2004 tentang
bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada bank Indonesia untuk

10
dapat pula menjalankan tugasnya berdasaran prinsip syariah. Sementara itu, bank
Indonesia, sebagai bank sentral Republik Indonesia sekaligus selaku regulator dari
industri perbankan di Indonesia, secara internal telah membentuk satuan kerja
khusus (Biro perbankan Syariah yang selanjutnya berkembang menjadi direktorat
perbankan syariah) yang memfokuskan tugasnya bagi upaya pengembangan
industri perbankan syariah
Perkembangan Bank Muamalat Indonesia masih tergolong stagnan pada
tahun 1992 hingga 1999. Namun sejak adanya krisis moneter yang melanda
Indonesia pada tahuan 1997 dan 1998, maka para bankir melihat banwa Bank
Muamalat Indonesia (BMI) tidak terlalu terkena dampak krisis moneter. Para
bankir berpikir bahwa BMI, satu-satunya bank syariah di Indonesia yang tahan
terhadap krisis moneter. Pada tahun 1999, berdirilah Bank Syariah Mandiri yang
merupakan konversi dari Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti tersebut
merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank Dagang Negara, yang
kemudian dikonversi jadi Bank Syariah Mandiri, bank syariah kedua Indonesia.
Pendirian Bank Syariah Mandiri (BSM) menjadi pertaruhan bagi bankir
syariah. Bila Bank Syariah Mandiri berhasil, maka bank syariah di Indonesia
dapat berkembang Sebaliknya, bila Bank Syariah Mandiri gagal maka besar
kemungkinan bank syariah di Indonesia akan gagal. Hal ini disebabkan karena
Bank Syariah Mandiri merupakan bank syariah yang didirikan oleh BUMN milik
pemerintah. Ternyata Bank Syariah Mandiri dengan cepat mengalami
perkembangan. Dengan pendirian Bank Syariah Mandiri ini kemudian diikuti oleh
pendirian beberapa bank syariah atau unit usaha syariah lainnya.6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank syariah adalah bank yang sistem perbankannya menganut prinsip-
prinsip dalam islam. Bank syariah merupakan bank yang diimpikan oleh para
umat islam.

6 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media


Group, 2013), hlm, 45

11
Adapun tahapan sejarah bank syariah, yaitu : Tahapan di Zaman Nabi
SAW dan Sahabat, Tahapan di Zaman Bani Umayyah dan Bani Abasiah, Tahapan
di Zaman Eropa dan Tahapan di Zaman Modern.
Bank dengan konsep syariah, secara kelembagaan pertama kali didirikan
pada tahun 1963 di Mesir, dengan nama Myt-Ghamr Bank. Pada tahun 1967 Myt-
Ghamr Bank ditutup . Kemudian untuk menggantikan Myt-Ghamr Bank, pada
tahun 1971, di buat kembali Bank Islam dengan nama Nasser Social Bank.
pada tahun 1974. Negara-negara yang tergabung dalam Organisasi
Konfrensi Islam bersepakat mendirikan sebuah institusi keuangan yang
menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara
anggota OKI. Maka didirikanlah Islamic Development Bank (IDB). Pada tahun
1975, didirikan Bank syariah swasta pertama di dunia di kota Dubai, yang diberi
nama Dubai Islamic Bank
Bank syariah pertama di Indonesia adalah Bank Muamalat yang berdiri
pada tanggal 1 November 1991 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992.
Perbankan syariah berkembang secara berangsur-angsur dan mengalami
kemajuan dan kemunduran di masa-masa tertentu, seiring dengan naik-turunnya
peradaban umat muslim.

DAFTAR PUSTAKA

Ismail. 2013. Perbankan Syariah. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media


Group

Yasin,Nur. 2009. Hukum Ekonomi Islam. Malang: UIN Malang Press

Rivai, Veitzal dan Arvian Arifin.2010. Islamic Banking, Jakarta: PT. Bumi
Aksara

12
Jaharuddin. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Perbankan Syariah di Indonesia, dalamhttp://shariaeconomy.blogspot.sg/2008/11
/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.htm (2 juni 2017 ), 10.30

Idayanti. 2013. Makalah Sejarah Bank Syariah/Bank Dunia, dalam


http://idamalaika.blogspot.jp/2013/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
(2 juni 2017), 10.32

13

Anda mungkin juga menyukai