NEGARA MUSLIM
Di susun oleh :
M. RIZKY SAPUTRA
NPM. 1602100043
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu bidang yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat adalah wakaf, terutama masyarakat muslim di Indonesia dan juga
negara muslim lainnya. Lembaga wakaf bersama dengan lembaga masyarakat
sipil lainnya bisa jadi alternatif pemecahan masalah ketidakadilan sosial di negara
tersebut. Karena sejak dahulu wakaf di beberapa negara modern, dan bahkan jauh
pada kesultanan pada masa lalu, telah memainkan peran yang penting dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Di beberapa negara, wakaf secara serius dijadikan sebagai media untuk
mensejahterakan rakyat di samping pendapatan negara yang lain. Kekekalan objek
wakaf menjadi salah satu doktrin utama untuk melestarikan keberadaannya dan
modifikasi pemanfaat yang bervariasi menjadi inovasi pemberdayaan harta wakaf
sehingga tidak statis dan stagnan. Wakif mengalami perubahan bentuknya, tidak
hanya wakif perorangan tetapi juga wakif lembaga yang dituntut kredibilitas dan
akuntabilitasnya. Demikian pula dengan keberadaan nadzir yang profesional
menjadi pilihan dan keniscayaan zaman modern sekarang ini dalam mengemban
amanat untuk mengelola harta wakaf.
Jika dikelola dengan baik, maka wakaf mempunyai potensi yang besar secara
ekonomi, salah satunya dapat mengangkat derajat masyarakat ke jenjang yang
lebih sejahtera, sehingga dapat mengurangi jumlah angka kemiskinan dan
pengangguran.
Dengan demikian, dalam makalah ini penulis akan menjabarkan seperti apa
perkembangan pengelolaan wakaf dibeberapa negara muslim.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perwakafan di negara muslim?
2. Bagaimana manajemen harta wakaf di negara muslim tersebut?
3. Apa saja lembaga wakaf di negara muslim tersebut?
4. Bagaimana regulasi harta wakaf di negara muslim tersebut?
C. Tujuan
1. Mengetahui perwakafan wakaf di negara muslim.
2. Mengetahui manajemen harta wakaf di negara muslim tersebut.
3. Mengetahui lembaga wakaf yang ada di negara muslim tersebut.
4. Mengetahui regulasi harta wakaf di negara muslim tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
a) Mesir.
Secara geografis, Mesir terletak di wilayah benua Afrika yang berbatasan
dengan Jazirah Arab, namun mayoritas penduduknya merupakan etnis Arab, yang
sudah ada jauh sebelum negara ini merdeka dari Prancis. Pemerintahannya
1
Juhaya S. Praja, Perwakafan di Indonesia: Sejarah, Pemikiran, Hukum dan
Perkembangannya. (Bandung : Yayasan Piara, 1995), h. 6
2
Rachmadi Usman, S.H., M.H., Hukum Perwakafan di Indonesia, (Sinar Grafika :
Jakarta, 2009), h. 132
3
menganut sistem republik yang dipimpin oleh seorang presiden yang dipilih
langsung oleh rakyatnya.3
Di negeri ini wakaf telah berkembang dengan menakjubkan karena memang
dikelola secara profesional. Pada awalnya, hakim mesir di zaman Hisyam Bin
Abd Malik yang bernama Taubah Bin Namirlah yang pertama kali melakukan
wakaf yang pada waktu itu berupa tanah untuk bendungan. Lalu, beberapa puluh
tahun kemudian, wakaf ditangani oleh salah satu departemen dalam pemerintahan.
Meski begitu masih juga ada masalah yang muncul dalam pengelolaannya,
sehingga pemerintah mesir terus melakukan pengkajian untuk mengembangkan
pengelolaan wakaf, dengan tetap berlandaskan pada syari’ah islam.4
b) Arab saudi
Arab Saudi atau Saudi Arabia atau Kingdom Of Saudi Arabia pemilik gurun
pasir Al Khaili, merupakan pusat turunnya Agama Islam dan berstatus negara
kerajaan yang mewarisi ajaran islam. Kerajaan Saudi Arabia berdasarkan syari’at
islam dan konstitusinya adalah sebagaimana yang diajarkan oleh Agama Islam.
Al-Quran dan Hadits Nabi SAW dijadikan sebagai dasar negara dalam
menegakkan hukum Allah SWT. Sehingga perwakafan adalah ajaran yang secara
otomatis lebih di prioritaskan dalam rangka pengembangan ekonomi disana.
Perkembangan wakaf di arab saudi sangat pesat dan bentuknya bermacam-
macam seperti hotel, tanah, apartemen, toko, kebun, dan tempat-tempat ibadah.
Pemanfaatan hasil wakaf, sebagian digunakan untuk perawatan masjidil haram
dan masjid nabawi, serta sebagian lain diproduktifkan yang hasilnya digunakan
untuk membiayai fasilitas pendidikan dan kegiatan lainnya.5
3
Ahmad Suwaidi, Jurnal Wakaf Dan Penerapannya di Negara Muslim, (Uin Jakarta :
Economic, Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol.1, No.2, 2011). h. 26
4
Acmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, (Depok :
Mumtaz Publishing, 2007), h. 32
5
Abdurrohman Kasdi, Jurnal Dinamika Pengelolaan Wakaf di Negara-Negara Msulim, (
STAIN Kudus : Ziswaf, Jurnal Zakat Dan Wakaf, Vol. 4, No. 1, Juni 2017), h. 79
4
c) Turki
Secara geografis negara ini memiliki letak yang cukup strategis, karena
sebagian wilayahnya masuk ke daratan benua Asia dan sebagian yang lain masuk
wilayah benua Eropa. Di wilayah Asia, negara ini berbatasan dengan Syiria, Irak
dan Armenia, sedangkan wilayah Eropa berbatasan dengan Rusia, Belgia dan
Yunani. Mayoritas penduduknya beragama Islam, minoritasnya terdiri dari
penganut Yahudi, Nasrani, dan agama serta kepercayaan lainnya.
Negara yang saat ini dianggap sebagai negara islam sekuler karena beberapa
praktik kehidupan masyarakatnya yang lebih dekat dengan barat ini memiliki
sejarah panjang dalam pengelolaan wakaf, yang kalau di runut sejarahnya dimulai
sejak masa Utsmaniyah. “Pada tahun 1925 saja, harta wakafnya mencapai ¾ dari
luas lahan produktif di turki”, ujar Mustafa Edwin Nasution, Ketua Program Studi
Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia. Pusat administrasi wakaf juga
berkembang dengan baik. Kini untuk memobilisasi sumber-sumber wakaf dan
membiayai bermacam-macam jenis proyek joint-venture telah didirikan Waqf
Bank & Finance Corporation.6
d) Bangladesh
Di samping terkenal sebagai negara miskin, bangladesh juga merupakan
negara terbelakang dengn jumlah penduduk yang besar, yaitu sekitar 120 juta jiwa
dengan luas daerah 55.000 mil persegi. Selain itu, kondisi alam yang seringkali
kurang menguntungkan karena negara ini termasuk sering tertimpa bencana
seperti banjir dan angin topan. Peningkatan populasi bangladesh juga cukup padat,
yaitu 717 orang per km persegi dan juga termasuk salah satu dari negara yang
mempunyai sumber daya alam yang sangat terbatas. Berbagai dimensi kemiskinan
ini antara lain tercermin dari penurunan pendapatan riil sektor pertanian,
ketidakmerataan distribusi pendapatan yang cenderung menguntungkan
masyarakat perkotaan, perbedaan gaji antar sektor formal dan informal,
peningkatan dramatis dalam biaya hidup, mencuatnya beberapa masalah
6
Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag, M.M., M.H., Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,
(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam : 2007), h. 113
5
pemenuhan kesehatan masyarakat, pengangguran, dan migrasi internal. Mungkin
jika ditilik dari kehidupan ketatanegaraan, bangladesh sebenarnya hanya
membutuhkan manajemen sdm yang lebih baik, agar kehidupan masyarakatnya
lebih makmur.7
Terlepas dari fenomena kehidupan masyarakat yang relatif miskin dan serba
kekurangan, dibidang yang lain, terutama dalam pengamalan ajaran keagamaan,
masyarakat Bangladesh bisa dianggap antusias dalam hal praktik ajaran
keagamaan. Dalam hal ini yang berkaitan dengan pemahaman ajaran agama dan
kebutuhan peningkatan ekonomi, masyarakat Bangladesh sepertinya sadar bahwa
mereka membutuhkan alternatif pengembangan ekonomi masyarakat yang
berbasis syariah. Dan Wakaf Tunai, selain juga wakaf regular menjadi sarana
pendukung kesejahteraan ekonomi masyarakat.
e) Syria
Bukti nyata dari keberhasilan wakaf bagi pembangunan pada masa dulu yang
bisa kita lihat hasilnya sekarang ini adalah kemajuan suatu kota di Syiria. Kota ini
berada di pinggir kota Damaskus tepatnya di daerah Salihiyyah (daerah bukit
yang tidak berpenghuni hingga pertengahan abad keduabelas miladiyyah). Sekitar
tahun 1155 M, Syaikh Ahmad bin Qudamah8 beserta keluarganya berpindah dari
daerah Jama’il Palestina menuju ke Damaskus. Mereka singgah untuk pertama
kalinya di jami’ Abi Saleh dekat pintu masuk bagian timur kota Damaskus.
Setelah dua tahun menetap di daerah itu dan bertemu dengan keluarga mereka
yang juga berasal dari daerah Jama’il dan sekitarnya, maka tempat tersebut
menjadi terasa sempit.
Atas ajakan Syaikh Ahmad al-Kahfi untuk pidah ke bukit gunung Qosiyun
yang terbentang sepanjang kawasan Damaskus maka Syaikh Ibn Qudamah
menyetujuinya dan bersama rombongan menuju tempat tersebut (bukit yang tidak
berpenghuni). Dan setelah sampai di sana, mereka membangun perumahan-
7
Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag, M.M., M.H., Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,
(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam : 2007), h. 114
8
Syaikh Ahmad bin Qudamah adalah seorang asketis muslim golongan islam sunni,
sebagai ahli hukum, teolog tradisionalis. (https://en.m.wikipedia.org/wiki/ibn_qudamah)
6
perumahan. Disamping itu juga karena Syaikh Ibn Qudamah masyhur dengan
keilmuan, maka tak ayal lagi banyak para pelajar yang hijrah ke sana bahkan para
penguasa seperti Nuruddin az-Zanki pun turut datang ke sana. Kemudian dalam
jangka waktu kurang dari 30 tahun, daerah tersebut menjadi kota besar dengan
nama as}-Salihiyyah yang padat penduduk dan semarak dengan bangunan-
bangunan yang ada dan akhirnya terkenal dengan sebutan kota ilmu, kota kubah
dan kota menara adzan.
Ketika Ibn Bathuthah datang ke Damaskus pada tahun 749 H./1347 M., ia
mendaki kawasan ash-Shalihiyyah ini. Kemudian ia menggambarkan bahwa al-
Salihiyyah adalah kota yang besar yang mempunyai pasar yang baik yang tidak
ada bandingannya, juga mempunyai masjid jami’ dan sebuah rumah sakit jiwa
(Maristan) dan juga terdapat madrasah yang dikenal dengan madrasah Ibn Umar
yang diwakafkan untuk orang-orang yang belajar al-Qur’an dan madrasah ini juga
menjamin kebutuhan pangan dan sandang para pengajarnya.9
f) Malaysia
Dalam sejarah Hukum Islam di Malaysia, praktek wakaf tidak dapat di
ketahui dengan jelas awal dikenalnya, tahun pelaksanaan dan siapa yang pertama
kali mengenalkan dan mempraktekkan wakaf dalam sekala Nasional. Akan tetapi
melalui sejarah di Malaysia dapat disimpulkan bahwa awal pengenalan dan
pelaksanaan wakaf sekitar tahun 1800an yang dipelopori oleh para pedagang dari
Malaysia.
Selanjutnya praktek wakaf terus berlanjut hingga kini, karena memang di
Malaysia walaupun baru merdeka pada 31 Oktober 1957 dan mewarisi sistem
Inggris, urusan keagamaan dan adat-istiadat melayu tidak diintervensi. Sehingga
urusan keagamaan seperti wakaf yang memegang amanah adalah Majelis Agama
Negeri (semisal Departemen Agama).
Jenis wakaf di Malaysia dapat kategorikan menjadi dua model, yaitu wakaf
‘am dan wakaf khash. Wakaf ‘am adalah harta yang diwakafkan untuk
9
Abdurrohman Kasdi, Jurnal Dinamika Pengelolaan Wakaf di Negara-Negara Msulim, (
STAIN Kudus : Ziswaf, Jurnal Zakat Dan Wakaf, Vol. 4, No. 1, Juni 2017), h. 80
7
kepentingan umat Islam dan untuk pengembangan sosio-ekonomi umat Islam.
Wakaf diurus langsung oleh Majelis Agama. Wakaf khas adalah harta yang
diwakafkan disertai dengan syarat-syarat tertentu oleh yang mewakafkan (waqif).
Seperti orang yang mewakafkan hartanya untuk membangun masjid, sekolah,
rumah sakit, atau untuk kuburan umum, maka hartanya tersebut digunakan hanya
untuk tujuan tersebut. Sedangkan pengelola harta wakaf adalah mejelis agama
setempat, sebab di Malaysia masing-masing daerah mempunyai kewenangan
tersendiri dalam mengelola wakaf.
10
Ahmad Suwaidi, Jurnal Wakaf Dan Penerapannya di Negara Muslim, (Uin Jakarta :
Economic, Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol.1, No.2, 2011). h. 26
11
Hal itu disebabkan karena konsentrasi pemerintahan pada masa Muhammad Ali Pasha
hanya terfokus pada upaya mewujudkan stabilitas politik internal dalam negeri dalam rangka
menghadapi masuknya pasukan barat ke Mesir. Kendatipun adanya usaha meningkatkan
perekonomian Mesir, namun wakaf tetap terabaikan. dia berusaha mengembalikan tanah kepada
petani sebelumnya yang diambil oleh negara. ironisnya, petani tetap saja berurusan dengan
negara.
12
Acmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, (Depok :
Mumtaz Publishing, 2007), h. 33
8
b) Arab saudi
Hasil harta wakaf digunakan untuk keperluan di dua kota suci yaitu Makkah
dan Madinah, dengan cara menggunakannya untuk membangun rumah-rumah
penduduk, memperbaiki fasilitas perkampungan yang ada disekitar Kota Makkah
dan Madinah. Dengan demikian, agar tujuan pemanfaatan harta wakaf dapat
terealisasikan dengan baik tentunya harus selalu berada dalam perhatian dan
pengawasan pemerintah.
c) Turki
Di Turki dibedakan tiga macam wakaf, yakni petama: Ewqafi Mazhbutha
yaitu wakaf yang yang dimiliki dan diurus oleh kementrian wakaf sendiri, kedua:
Ewqafi Mulhaqa yaitu wakaf yang seluruhnya bebas dari campur tangan
kementrian wakaf, tetapi pengawasan tetap berada dibwah kementrian wakaf,
ketiga: Ewqafi Mustehna yaitu wakaf yang seluruhnya bebas dari campur tangan
kemetrian wakaf, termasuk pengawasan misalnya dana-dana milik agama Kristen
dan milik yayasan (foundation) untuk kepentingan umum. Semua benda-benda
wakaf yang begitu besar dan luas diserahkan kepada sebuah Dewan Perdana
Menteri. Dewan komisaris ini diberi tigas untuk melikuidasi harta-harta wakaf,
yang berupa tanah-tanah perkebunan boleh dijual kepada masyarakat umum dan
ada yang dijadikan untuk keperluan public tanpa imbalan.
Tidak jauh berbeda dengan negara muslim lainnya, turki juga memiliki
badan wakaf yang dikelola oleh direktorat jenderal wakaf. Direktorat jenderal
wakaf di turki sejauh ini baru memberi dua pelayanan yaitu, pelayanan dalam hal
kesehatan dan juga pelayanan pendidikan dan sosial.
Pelayanan kesehatan diberikan melalui harta wakaf dalam bentuk rumah
sakit. Salah satu diantaranya adalah rumah sakit yang didirikan pada tahun 1843
di istanbul oleh ibu dari sultan abdul mecit yang kemudian dikenal dengan bezmi
alan valid sultan guraki muslim. Saat ini rumah sakit tersebut masih merupakan
9
salah satu rumah sakit modern di istanbul yang memiliki 1.425 tempat tidur dan
kurang lebih 400 dokter, perawat, dan staf.13
Pelayanan pendidikan dan sosial. Pada saat ini turki tetap mempertahankan
kelembagaan imaret. Lembaga ini sudah dikenal sejak zaman turki utsmani.
Bebrapa bangunan wakaf juga digunakan untuk asrama mahasiswa yang tidak
mampu. Tercatat ada 50 asrama di 46 kota yang menampung lebih kurang 10.000
mahasiswa.14
d) Bangladesh
Di Bangladesh wakaf telah dikelola oleh Social Investment Bank Ltd. (SIBL)
bank ini telah mengembangkan Pasar Modal Sosial (The Voluntary Capital
Market). Instrumen-instrumen keuangan Islam yang telah dikembangkan, antara
lain: Surat Obligasi Pembangunan Perangkat Wakaf (Waqf Properties
Development Bond), Sertifikat Wakaf Tunai (Cash Waqf Deposit Certificate),
Sertifikat Wakaf Keluarga (Family Waqf Certificate), Obligasi Pembangunan
Perangkat Masjid (Mosque Properties Development Bond), Saham Komunitas
Masjid (Mosque Community Share), Quard-E-Hasana Certificate, Sertifikat
Pembayaran Zakat (Zakat/Ushar Payment Certificate), Sertifikat Simpanan Haji
(Hajj Saving Certificate), dan lain-lain.15
e) Yordania
Dalam Pasal 3 Undang-Undang No. 26/1966, secara rinci disebutkan bahwa
tujuan kementerian wakaf dan urusan agama islam antara lain adalah sebagai
berikut :
1) Memelihara masjid dan harta wakaf serta mengendalikan urusan-
urusannya;
13
Lihat Dr. Uswatun Hasanah, M.A., Inovasi Pengembangan Wakaf Diberbagai Negara,
diakses melalui https://bwi.or.id/index.php/ar/publikasi/artikel/222-inovasi-pengembangan-wakaf-
di-berbagai-negara.html, pada 6 september 2018, pukul 19:30 WIB
14
Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag, M.M., M.H., Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,
(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam : 2007), h. 113
15
Ibid, h. 114 - 116
10
2) Mengembangkan masjid untuk menyampaikan risalah nabi muhammad
saw dengan mewujudkan pendidikan islam;
3) Membakar semangat jihad dan menguatkan jiwa islam serta meningkatkan
kualitas keimanan;
4) Menumbuhkan akhlak islam dan menguatkannya dalam kehiduopan kaum
muslimin;
5) Menguatkan semangat islam dan menggalakkan pendidikan agama dengan
mendirika lembaga-lembaga dan sekolah untuk menghafal al-qur’an;
6) Menyosialisasikan budaya islam, menjaga peninggalan islam, melahirkan
kebudayaan baru islam dan menumbuhkan kesadaran beragama.
f) Sudan
Pengelolaan wakaf secara produktif disertai dengan manajemen yang rapi
dimulai pada tahun 1987, dengan dibentuknya Badan Wakaf Islam Sudan. Badan
Wakaf ini diberi wewenang yang luas dalam memenej dan melaksanakan semua
tugas yang berkaitan dengan wakaf, menertibkan administrasi wakaf,
menggalakkan sertifikasi tanah wakaf dan mendorong para dermawan untuk
berwakaf. Selain itu, Badan Wakaf ini juga mengawasi para nazhir dalam
mengelola wakaf, agar lebih produktif dan sesuai tujuan dari wakif.
16
Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag, M.M., M.H., Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,
(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam : 2007), h. 116 - 118
11
Pada tahun 1991, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang memberikan
banyak keistimewaan kapada Badan Wakaf ini dengan penyediaan dana cadangan
bagi lembaga wakaf yang mengerjakan proyek tanah produktif, baik pada lahan
pertanian baru, proyek wakaf yang ada di kawasan pemukiman dan perdagangan
yang dibangunnya. Hal ini merupakan subsidi yang diberikan oleh pemerintah
untuk memproduktifkan aset-aset wakaf. Badan Wakaf Sudan menerapkan
prinsip-prinsip baru dalam mengelola wakaf produktif yang mengacu pada dua
tugas utama, yaitu: menggalakkan wakaf baru yang masuk melalui saluran
tertentu yang direncanakan sebelumnya dan meningkatkan pengembangan harta
wakaf produktif.
Ada beberapa terobosan Badan Wakaf Sudan, di antaranya dalam bidang
pendidikan dan kesehatan. Dalam bidang pendidikan, Badan Wakaf melakukan
penggalangan dana wakaf dari para dermawan untuk membangun asrama
mahasiswa yang dekat dengan kampus. Pelaksanaan proyek ini terlaksana atas
kerjasama dengan lembaga dana nasional untuk pelajar dan mahasiswa Sudan.
Sedangkan dalam bidang kesehatan, Badan Wakaf ini membangun rumah sakit di
pinggiran kota dan desa-desa di Sudan. Selain itu, proyek pembangunan pharmasi
di daerah pedesaan yang bertujuan memberikan obat bagi orang-orang miskin
dengan harga sangat murah untuk masyarakat pedesaan.17
g) Malaysia
Perkembangan perwakafan di Malaysia sejak tahun 1800-an tidak mengelami
perubahan secara signifikan dan bernilai ekonomi. Sebab perundang-undangan
Malaysia sampai sekarang hanya terbatas kepada tanah. Itupun mayoritas masih
berupa wakaf khas yang dalam pengelolaannya terikat dengan ketentuan-
ketentuan yang disyaratkan oleh waqif. Di samping itu, masih banyak tanah wakaf
yang dikelola oleh luar Majelis Agama, nazdirnya bukan ahli ekonomi dan tidak
punya latar belakang manajemen, sehingga perwakafan di Malaysia kurang
produktif dan kurang bernilai ekonomi. Oleh karenanya seminar tentang wakaf di
17
Abdurrohman Kasdi, Jurnal Dinamika Pengelolaan Wakaf di Negara-Negara Msulim, (
STAIN Kudus : Ziswaf, Jurnal Zakat Dan Wakaf, Vol. 4, No. 1, Juni 2017), h. 79-80
12
Malaysia merekomendasikan antara lain; perlunya undang-undang yang
membolehkan wakaf produktif yang bernilai ekonomis, seperti agribisnis,
perdagangan dan wakaf tunai.
18
Ahmad Suwaidi, Jurnal Wakaf Dan Penerapannya di Negara Muslim, (Uin Jakarta :
Economic, Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol.1, No.2, 2011). h. 26
19
Acmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, (Depok :
Mumtaz Publishing, 2007), h. 33
13
dan program-program pengembangan wakaf.20 Untuk mengembangkan dan
mengelola harta wakaf secara lebih efektif, badan wakaf menitipkan hasil harta
wakaf di bank-bank islam.21 Badan wakaf tersebut dikelola oleh Kementerian
Wakaf Mesir (Ministry of Awqaf (Egypt) ).22
b) Arab saudi
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia membuat perarturan bagi Majelis Tinggi
Wakaf dengan Ketetapan No.574 Tanggal 16 Rajab 1386 Sesuai Dengan Surat
Keputusan Kerajaan No. M/35, Tanggal 18 Rajab 1386. Dalam peraturan ini
disebutkan bahwa Majelis Tinggi Wakaf memiliki wewenang antara lain:
1) mendata harta wakaf serta mengetahui kondisinya dan menetapkan
teknik pengelolaannya;
2) menentukan langkah-langkah pengembangan harta wakaf, termasuk
dalam penanaman modal dan peningkatannya;
3) melakukan distribusi harta wakaf sesuai dengan tuntutan syari’at;
4) menetapkan anggaran tahunan dalam pengelolaan wakaf;
5) serta menyusun dan membuat laporan pengelolaan wakaf;
6) mengembangkan harta wakaf secara produktif agar tercapai tujuan dari
wakaf tersebut;
7) mengumumkan hasil wakaf yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.
Majelis Tinggi Wakaf diketuai oleh Mentri Haji dan Wakaf, yakni mentri
yang mengawasi wakaf dan menguasai permasalahan-permasalahan perwakafan
sebelum dibentuk Majelis Tinggi Wakaf. Adapun anggota Majelis Tinggi Wakaf
terdiri atas Wakil Kementrian Haji Dan Wakaf, Ahli Hukum Islam dari
Kementrian Kehakiman, wakil dari Kementrian (Departemen) Keuangan dan
20
Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag, M.M., M.H., Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,
(Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam : 2007), h. 112
21
ibid
22
Lihat Ministry Of Egypt, https://en.m.wikipedia.org/wiki/ministry_of_awqaf_(egypt) ,
diakses pada 6 september 2018, pukul 13:54 WIB
14
Ekonomi, Direktur Kepurbakalaan serta tiga anggota dari kalangan Cendekiawan
dan Wartawan.23
c) Turki
Peran Dirjen Wakaf di Turki begitu besar dalam pengelolaan wakaf dengan
terus mengembangkan harta wakaf secara produktif melalui upaya komersial dan
hasilnya untuk kepentingan sosial. Upaya komersial Ditjen Wakaf Turki terhadap
harta wakaf adalah dengan melakukan kerjasama dan investasi di berbagai
lembaga, antara lain Yvalik and Aydem Olive Oil Corporation, Tasdelen Healthy
Water Corporation, Auqaf Guraba Hospital, Taksim Hotel (Sheraton), Turkish Is
Bank, Aydin Textile Industry dan lain-lain.24
d) Yordania
Lembaga wakaf di Yordania bernama Yerusalem Islamic Waqf25, atau
biasanya disebut Wakaf Agama Islam saja, lembaga ini terkenal karena
keterkaitan akan kepengurusan bangunan-bangunan islam yang berada di sekitar
Bukit Bait Suci, di Kota Tua Yerusalem, termasuk diantaranya Masjid Al-Aqsa
dan Dome Of The Rock.
e) Malaysia
Ada beberapa lembaga wakaf yang ada di malaysia, diantaranya :
Perbadanan Wakaf Selangor26, Tabung Baitulmal27, dan Perbadanan Wakaf
Negeri Sembilan28.
23
Acmad Djunaidi dan Thobieb Al-Asyhar, menuju era wakaf produktif, (depok :
mumtaz publishing, 2007), h. 35
24
Dr. H. Sumuran Harahap, M.H., M.M., Fiqih Wakaf, (Dirjen Bimas : Direktorat
Pemberdayaan Wakaf, 2006), h. 87
25
https://en.m.wikipedia.org/wiki/jerusalem_islamic_waqf, diakses pada 8 September
2018, pukul 21:35 WIB
26
http://www.wakafselangor.gov.my/index.php, diakses pada 8 September 2018, pukul
21:35 WIB
27
http://tabung-baitumal-sarawak.org.my/, diakses pada 8 September 2018, pukul 21:35
WIB
28
http://wakafnegerisembilan.com/, diakses pada 8 September 2018, pukul 21:35 WiB
15
D. Regulasi harta wakaf di negara muslim
a) Mesir
Wakaf berkembang pesat ketika pemerintah Mesir menerbitkan Undang-
undang No. 80 Tahun 1971 yang mengatur tentang pembentukan Badan Wakaf
Mesir yang khusus menangani masalah wakaf dan pengembangannya, beserta
struktur, tugas, tanggung jawab dan wewenangnya. Dengan terbitnya perundang-
undangan di atas, Kementerian Wakaf semakin kuat dan pemerintah juga berusaha
menertibkan tanah wakaf dan harta wakaf lainnya dengan menjaga, mengawasi
dan mengarahkan harta wakaf untuk kepentingan publik. Pemerintah kemudian
menetapkan Perundang-undangan yang relevan dengan situasi dan kondisi,
dengan tetap berlandaskan syari’ah. Pada tahun 1971 terbit Undang-undang No.
80 yang menjadi inspirasi dibentuknya suatu Badan Wakaf yang khusus
menangani permasalahan wakaf dan pengembangannya. Badan Wakaf yang
dimaksud dalam UU. ini kemudian dibentuk secara resmi melalui SK Presiden
Mesir pada tanggal 12 Sya’ban 1392 H (20 September 1972), yang bertanggung
jawab dalam melakukan kerja sama dan memberdayakan wakaf, sesuai dengan
amanat undang-undang dan program Kementerian Wakaf.29
b) Turki
Pada masa kemal attarturk telah dibuat uu 667 tentang pengaturan wakaf yang
disahkan pada 13 desember 1925. Namun, uu tersebut justru menghancurkan
semua bentuk kepemilikan wakaf. Tetapi seiring dengan berbagai perubahahn
struktur politik dan hukum yang terjadi secara radikal di utrki, wakaf akhirnya
ditempatkan dalam naungan akta charity foundation no. 2767 sejak oktober 1926,
pada saat itu hukum sipil mulai berlaku secara efektif di turki dan semua jenis
wakaf di turki selanjutnya dikelola berdasarkan hukum tersebut.30
29
Abdurrohman Kasdi, Dinamika Pengelolaan Wakaf di Negara-Negara Msulim, (Kudus
: Ziswaf, Jurnal Zakat dan Wakaf, Vol. 4, No. 1, Juni 2017), h. 84
30
Diakses melalui http://www.acf.or.id/2016/08/12/turki-negeri-amalan-wakaf, pada 8
September 2018, pukul 22:34 WIB
16
c) Yordania
Secara administratif, pengelolaan wakaf di Kerajaan Yordania didasarkan
pada Undang-Undang Wakaf Islam No. 25/1947. Dalam UU tersebut disebutkan
bahwa yang termasuk dalam urusan kementerian wakaf dan urusan agama islam
adalah wakaf masjid, madrasah, lembaga-lembaga islam, rumah-rumah yatim,
tempat pendidikan, lembaga-lembaga syariah, kuburan-kuburan islam,urusan-
urusan haji, dan urusan-urusan fatwa. Uu wakaf yang mengatur tentang
pengaturan wakaf tersebut kemudia diperkuat oleh undang-undang wakaf no.
26/1966.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan besar bahwa
pengelolaan wakaf di negara muslim pada era modern sangat beragam, baik
dilihat dari sisi sejarah, regulasi, pelaksanaan, dan pengembangannya. Setiap
tahun kesadaran kaum muslim dan perkembangan pengelolaan wakaf semakin
meningkat baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Semestinya Indonesia dapat
mengadopsi pengelolaan wakaf di negara muslim lain untuk mengejar
ketertinggalannya, agar kesejahteraan masyarakat semakin meningkat.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca dapat mengetahui lebih luas
lagi bagaimana pengelolaan wakaf diberbagai negara muslim, meliputi lembaga
dan regulasinya. Saran untuk setiap negara muslim agar lebih memprioritaskan
pengelolaan harta wakaf agar dapat menjadi salah satu cara pembangunan
ekonomi di negara masing-masing.
18
DAFTAR ISI
Djunaidi, Acmad dan Thobieb Al-Asyhar. 2007. Menuju Era Wakaf Produktif.
Depok : Mumtaz Publishing
Harahap, Dr. H. Sumuran, M.Ag, M.M., M.H. 2007. Pedoman Pengelolaan Wakaf
Tunai, Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Dirjen Bimbingan Masyarakat
Islam
Harahap, Dr. H. Sumuran, M.H., M.M. 2006. Fiqih Wakaf. Dirjen Bimas :
Direktorat Pemberdayaan Wakaf
Kasdi, Abdurrohman. Jurnal Dinamika Pengelolaan Wakaf di Negara-Negara
Msulim, ( STAIN Kudus : Ziswaf, Jurnal Zakat Dan Wakaf, Vol. 4, No.
1, Juni 2017)
Praja S. Juhaya. 1995. Perwakafan di Indonesia: Sejarah, Pemikiran, Hukum dan
Perkembangannya. Bandung : Yayasan Piara
Suwaidi, Ahmad. Jurnal Wakaf Dan Penerapannya di Negara Muslim, (UIN
Jakarta : Economic, Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol.1, No.2,
2011)
Usma, Rachmadi Usman, S.H., M.H. 2009. Hukum Perwakafan di Indonesia.
Sinar Grafika : Jakarta
Hasanah, Uswatun, M.A..Inovasi Pengembangan Wakaf Diberbagai Negara,
diakses melalui https://bwi.or.id/index.php/ar/publikasi/artikel/222-
inovasi-pengembangan-wakaf-di-berbagai-negara.html
https://en.m.wikipedia.org/wiki/ministry_of_awqaf_(egypt)
http://www.acf.or.id/2016/08/12/turki-negeri-amalan-wakaf
https://en.m.wikipedia.org/wiki/jerusalem_islamic_waqf
http://www.wakafselangor.gov.my/index.php
http://tabung-baitumal-sarawak.org.my/
http://wakafnegerisembilan.com/
19