Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wakaf merupakan implementasi dari cita-cita Islam yang Rahmatan Lil Alamin, yang
sudah ada sejak masa Rasulullah dan para sahabat. Tujuan dari wakaf itu sendiri pada masa
Rasulullah tak lain untuk kesejahteraan umat muslim, di mana kini telah bereformasi menjadi
salah satu kebijakan fiskal islam dalam mengentas kemiskinan dan mengendalikan
keseimbangan perekonomian.
Secara etimologi, wakaf berasal dari perkataan Arab Waqf yang berarti Al-Habs.
Merupakan bentuk masdar yang berarti menahan, berhenti, atau diam. Secara terminology,
wakaf adalah menahan, menyerahkan, atau menyedekahkan harta benda yang dimiliki baik
benda bergerak maupun tidak bergerak untuk dimanfaatkan demi kepentingan serta
kesejahteraan umum.
Wakaf telah banyak membantu pengembangan dalam berbagai ilmu, baik ilmu agama
maupun ilmu pengetahuan lainnya diberbagai negara Islam. Biasanya, hasil pengelolaan harta
benda wakaf digunakan untuk membangun fasilitas-fasilitas publik di bidang keagamaan,
kesehatan, pendidikan, pembangunan masjid, rumah sakit, perpustakaan, gedung-gedung, dan
lainnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Wakaf di Indonesia
Pada masa pra kemerdekaan Republik Indonesia lembaga perwakafan sering dilakukan oleh
masyarakat yang beragama Islam. Sekalipun pelaksanaan wakaf bersumber dari ajaran Islam
namun wakaf seolah-olah merupakan kesepakatan ahli hukum dan budaya bahwa perwakafan
adalah masalah hukum adat Indonesia. Sejak masa dahulu praktek wakaf ini telah diatur oleh
hukum adat yang sifatnya tidak tertulis dengan berlandaskan ajaran yang bersumber dari nilai-
nilaI ajaran Islam.
Periode tradisional. Wakaf dianggap sebagai ajaran agama murni yang dimasukkan dalam
kategori ibadah mahdhah, yaitu benda-benda wakaf diperuntuk kebanyakan untuk pembangunan
fisik, seperti untuk masjid, mushalla, pesantren, tanah pekuburan, dan sebagainya. Pada periode
ini keberadaan wakaf belum memberikan kontribusi sosial yang lebih luas karena untuk
kepentingan yang bersifat konsumtif.
Periode semi profesional. Periode ini merupakan masa pengelolaan wakaf secara umum
masih sama dengan fase tradisional. Namun, pada masa ini sudah mulai dikembangkan pola
pemberdayaan wakaf produktif, meskipun belum maksimal. Misalnya, penambahan fasilitas
gedung pertemuan, pernikahan, toko atau mini market, dan fasilitas lainnya yang berada dalam
pekarangan masjid yang dibangun di tanah wakaf. Selain itu, juga mulai dikembangkan
pemberdayaan tanah wakaf untuk pertanian, pendirian tempat usaha seperti toko, koperasi,
perbengkelan, penggilingan padi. Hasil usaha digunakan untuk kepentingan pengembangan di
bidang pendidikan.
Periode Profesional. Periode ini ditandai dengan pemberdayaan potensi wakaf secara
produktif. Keprofesionalan yang dilakukan meliputi, aspek manajemen, SDM nazhir, pola
kemitraan usaha, bentuk wakaf benda bergerak, seperti uang, saham, surat berharga lainnya,
dukungan political will pemerintah secara penuh dengan lahirnya Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf.
B. Wakaf di Malaysia
Wakaf khas adalah di mana terdapat tujuan khusus dan penerima-penerima yang tertentu
bagi hasil wakaf tersebut. Pemberi wakaf akan menetapkan siapa penerima wakaf dan bagaimana
kegunaan wakaf tersebut perlu dialihkan.
Pada mekkah dan madinah wakaf dikeloalah secara khusus. Tanah wakaf yang disekitar
madinahdan mekkah didirikan hotel dan hasilnya untuk merawat aset-aset penting dan disalurkan
kepada yang memerlukan. Arab saudi juga melakukan praktek dengan menunjuk nadzhir
dimana nazhir tersebut bertugas unutk membuat perencanaan dalam pengembangan harta wakaf.
Khusus terhadap dua kita suci, yakni mekkah dan madinah, pemerintah membantu dua
kota tersebut dengan memberikan manfaat hasil wakaf terhadap segala urusan yang ada di kota
tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan hasil
pengembangan wakaf. Dari hasik pengelolaan harta wakaf itu juga dibangun perumahan
penduduk. Hal ini tidak berarti bahwa bahwa dana yang dipergunakan untuk membangun dua
kota suci tersebut hanyalah hasil pengembangan wakaf saja, karena arab saudi disamping
memiliki harta wakafyang cukup banyak juga memiliki kekayaan yang berlimpah dari hasil
minyak yang mereka produksi.
Proyek pengembangan yang diutamakan oleh kementerian haji dan wakaf adalah
pembuatan hotel-hotel di tanah wakaf yang terdapat di mekkah al-mukaramah terutama yang ada
di dekat masjid al-haram. Proyek-proyek pengembangan wakaf lain yang juga diutamakan
adalah pembangunan perumahan penduduk di sekitar masjdi nabawi. Di kota ini juga dibangun
toko-toko dan tempat-tempat perdagangan. Semuanya ditujukan untuk membantu keperluan
jamaah haji dan orang-orang yang pergi malakukan ziarah ke madinah.
D. Wakaf di Mesir
Secara historio yuridis Negara mesir melandaskan operasional manajemen wakaf dari
kebijakan yang bermula sebuah inisiatif seorang Taubah bin Gharal-Hadhramiy yang menjabat
sebagai hakim di Mesir pada masa Khalifah Hisyam binAbdul Malik (724-743 M) dari Dinasti
Umayyah, misalnya, telah merintis pengelolaan wakaf di bawah pengawasan seorang hakim. Ia
juga menetapkan formulir pendaftaran khusus dan kantor untuk mencatat dan mengawasi wakaf
didaerahnya.
Upaya ini mencapai puncaknya dengan didirikannya kantor wakaf untuk pendaftaran dan
melakukan kontrol yang dikaitkan dengan kepala pengadilan, yang biasa disebut dengan
"hakimnya para hakim". Lembaga wakaf inilah yang pertama kali dilakukan dalam administrasi
wakaf di Mesir,bahkan di seluruh negeri Islam pada masa itu. Pada saat itu juga, Hakim Taubah
mendirikan lembaga wakaf di Basrah. Sejak itulah pengelolaan wakaf berada dibawah
kewenangan lembaga kehakiman.
Keberadaan lembaga wakaf ini juga diteruskan pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah. Pemerintah Abbasiyah membentuk sebuah lembaga yang diberinama Shadr al-
Wuquuf. Lembaga wakaf ini bertugas mengurusi dan memilih staf pengelola lembaga wakaf.
KESIMPULAN
Tujuan utama dari Wakaf dalam perspektif normatifitasIslam adalah membangun sosial
politik ekonomi masyarakat manusia.hal itu mungkin tidak akan bisa terwujud maksimal apabila
para pengelola wakaf (nadzir)tidak memiliki skill manajemen yang memadai dalam
pengelolaannya. Banyak sarana-sarana yang vital yang bisa dinikmati melalui produktifitas
wakaf seperti : sarana pendidikan, sarana kesehatan, hingga pengembangan real esteet,Negara
Saudi dan mesir dalam hal ini bisa dijadikan salah satu model percontohan dalam hal
pengelolaan wakaf yang produktif, contoh kongkrit darihal itu adalah pembangunan sarana-
sarana umum disekitar dua masjid suci(masjidi al-Haram dan masjid Nabawi), dan bagi Negara
mesir adalah pembangunan sarana pendidikan tertua dunia Islam yaitu Universitas al-Azhar
yang dibangun dariproduktifitas Wakaf.
DAFTAR PUSTAKA
Soemitra, Andri, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta. Prenadamedia Group