Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERBANDINGAN PENGELOLAAN WAKAF DI DUNIA


INTERNASIONAL (INDONESIA, MALAYSIA, SAUDI ARABIA, DAN
MESIR)

Oleh:

Citra Fatmah 20131002031049

Pandu Nur Husna 2013100203110

Zelina Karni Sukma 201410020311001

Izzah Khurriyah 201410020311018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wakaf merupakan implementasi dari cita-cita Islam yang Rahmatan Lil Alamin, yang
sudah ada sejak masa Rasulullah dan para sahabat. Tujuan dari wakaf itu sendiri pada masa
Rasulullah tak lain untuk kesejahteraan umat muslim, di mana kini telah bereformasi menjadi
salah satu kebijakan fiskal islam dalam mengentas kemiskinan dan mengendalikan
keseimbangan perekonomian.

Secara etimologi, wakaf berasal dari perkataan Arab Waqf yang berarti Al-Habs.
Merupakan bentuk masdar yang berarti menahan, berhenti, atau diam. Secara terminology,
wakaf adalah menahan, menyerahkan, atau menyedekahkan harta benda yang dimiliki baik
benda bergerak maupun tidak bergerak untuk dimanfaatkan demi kepentingan serta
kesejahteraan umum.

Wakaf telah banyak membantu pengembangan dalam berbagai ilmu, baik ilmu agama
maupun ilmu pengetahuan lainnya diberbagai negara Islam. Biasanya, hasil pengelolaan harta
benda wakaf digunakan untuk membangun fasilitas-fasilitas publik di bidang keagamaan,
kesehatan, pendidikan, pembangunan masjid, rumah sakit, perpustakaan, gedung-gedung, dan
lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perbandingan dan pengeloaan wakaf di dunia Internasional (Indonesia, Malaysia,


Saudi Arabia dan Mesir)?

C. Tujuan

1. Dapat mengetahui perbandingan wakaf di Indonesia dengan di Negara-negara muslim.

2. Memberikan informasi serta wawasan luas terkait materi wakaf.


3. Turut berkontribusi meningkatkan potensi wakaf di Indonesia dengan melihat kelebihan
yang ada pada potensi wakaf di Negara muslim lainnya, apabila telah terjun ke masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Wakaf di Indonesia

Pada masa pra kemerdekaan Republik Indonesia lembaga perwakafan sering dilakukan oleh
masyarakat yang beragama Islam. Sekalipun pelaksanaan wakaf bersumber dari ajaran Islam
namun wakaf seolah-olah merupakan kesepakatan ahli hukum dan budaya bahwa perwakafan
adalah masalah hukum adat Indonesia. Sejak masa dahulu praktek wakaf ini telah diatur oleh
hukum adat yang sifatnya tidak tertulis dengan berlandaskan ajaran yang bersumber dari nilai-
nilaI ajaran Islam.

Untuk mengelola wakaf di Indonesia, yang pertama-tama adalah pembentukan suatu


badan atau lembaga yang mengkordinasi secara nasional bernama Badan Wakaf Indonesia.
(BWI). Badan Wakaf Indonesia di berikan tugas mengembangkan wakaf secara produktif dengan
membina Nazhir wakaf (pengelola wakaf) secara nasional, sehingga wakaf dapat berfungsi untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam pasal 47 ayat 2 disebutkan bahwa Badan Wakaf
Indonesia bersifat independent, dan pemerintah sebagai fasilitator. Tugas utama badan ini adalah
memberdayaan wakaf melalui fungsi pembinaan, baik wakaf benda bergerak maupun benda
yang bergerak yang ada di Indonesia sehingga dapat memberdayakan ekonomi umat.

Terdapat tiga periode besar pengelolaan wakaf di Indonesia:

Periode tradisional. Wakaf dianggap sebagai ajaran agama murni yang dimasukkan dalam
kategori ibadah mahdhah, yaitu benda-benda wakaf diperuntuk kebanyakan untuk pembangunan
fisik, seperti untuk masjid, mushalla, pesantren, tanah pekuburan, dan sebagainya. Pada periode
ini keberadaan wakaf belum memberikan kontribusi sosial yang lebih luas karena untuk
kepentingan yang bersifat konsumtif.

Periode semi profesional. Periode ini merupakan masa pengelolaan wakaf secara umum
masih sama dengan fase tradisional. Namun, pada masa ini sudah mulai dikembangkan pola
pemberdayaan wakaf produktif, meskipun belum maksimal. Misalnya, penambahan fasilitas
gedung pertemuan, pernikahan, toko atau mini market, dan fasilitas lainnya yang berada dalam
pekarangan masjid yang dibangun di tanah wakaf. Selain itu, juga mulai dikembangkan
pemberdayaan tanah wakaf untuk pertanian, pendirian tempat usaha seperti toko, koperasi,
perbengkelan, penggilingan padi. Hasil usaha digunakan untuk kepentingan pengembangan di
bidang pendidikan.

Periode Profesional. Periode ini ditandai dengan pemberdayaan potensi wakaf secara
produktif. Keprofesionalan yang dilakukan meliputi, aspek manajemen, SDM nazhir, pola
kemitraan usaha, bentuk wakaf benda bergerak, seperti uang, saham, surat berharga lainnya,
dukungan political will pemerintah secara penuh dengan lahirnya Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf.

B. Wakaf di Malaysia

Di Malaysia untuk mengembangkan harta wakaf, investasi dilakukan melalui instrumen


sukuk dan Pasar Modal Malaysia yang diterbitkan oleh Suruhanjaya Sekuriti pada Februari 2001.
Penerbitan Saham Wakaf dilakukan oleh beberapa negeri seperti Johor, Melaka, dan Selangor.
Hal ini dilakukan sesuai dengan keputusan Majma Fiqh Islam pada 24 November 2005.
Untuk menjamin pengelolaan wakaf uang di negara ini, dibentuk Pelan Takaful Wakaf oleh
Syarikat Takaful Malaysia Berhad yang berdiri sejak tahun 1997. Syarikat Takaful ini
dioperasikan berdasarkan prinsip mudhrabah. Keuntungan dari investasi pada portofolio
keuangan syariah merupakan jumlah dari empat portofolio yaitu deposito perbankan syariah,
obligasi syariah dan pasar modal syariah. Keuntungan akan digabung dengan keuntungan
portofolio lainnya kemudian didistribusikan untuk rakyat miskin.
Di Malaysia. pemberi wakaf juga boleh membahagikan harta secara kombinasi iaitu wakaf
am dan wakaf khas, yaitu:
Wakaf am adalah wakaf yang dilakukan untuk tujuan kebajikan tanpa menentukan mana-
mana penerima dengan cara khusus. Sebagai contohnya, seseorang itu mewakafkan tanahnya di
atas tujuan kebajikan dan tidak menentukan kepada siapa hasil tanah itu patut diberi. Maka
terpulang kepada penerima wakaf untuk menentukan siapa dan bagaimana kegunaan/hasil tanah
tersebut diberi, di atas tujuan kebajikan.

Wakaf khas adalah di mana terdapat tujuan khusus dan penerima-penerima yang tertentu
bagi hasil wakaf tersebut. Pemberi wakaf akan menetapkan siapa penerima wakaf dan bagaimana
kegunaan wakaf tersebut perlu dialihkan.

C. Wakaf di Saudi Arabia

Pada mekkah dan madinah wakaf dikeloalah secara khusus. Tanah wakaf yang disekitar
madinahdan mekkah didirikan hotel dan hasilnya untuk merawat aset-aset penting dan disalurkan
kepada yang memerlukan. Arab saudi juga melakukan praktek dengan menunjuk nadzhir
dimana nazhir tersebut bertugas unutk membuat perencanaan dalam pengembangan harta wakaf.

Dalam memperkuat kedudukan harta wakaf, pemerintah saudi arabia membentuk


kementrian haji dan wakaf.

Kementerian ini mempunyai kewajiban mengembangkan dan mengarahkan wakaf sesuai


dengan syariat-syariat yang telah ditetapkan oleh wakif. Untuk itu pemerintah kerajaan arab
saudi membuat peraturan bagi mejelis tinggi wakaf dengan ketetapan no. 574 tanggal 16 rajab
1386 sesuai dengan surat keputusan kerajaan no. M/35 tanggal 18 rajab 1386.

Khusus terhadap dua kita suci, yakni mekkah dan madinah, pemerintah membantu dua
kota tersebut dengan memberikan manfaat hasil wakaf terhadap segala urusan yang ada di kota
tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan hasil
pengembangan wakaf. Dari hasik pengelolaan harta wakaf itu juga dibangun perumahan
penduduk. Hal ini tidak berarti bahwa bahwa dana yang dipergunakan untuk membangun dua
kota suci tersebut hanyalah hasil pengembangan wakaf saja, karena arab saudi disamping
memiliki harta wakafyang cukup banyak juga memiliki kekayaan yang berlimpah dari hasil
minyak yang mereka produksi.
Proyek pengembangan yang diutamakan oleh kementerian haji dan wakaf adalah
pembuatan hotel-hotel di tanah wakaf yang terdapat di mekkah al-mukaramah terutama yang ada
di dekat masjid al-haram. Proyek-proyek pengembangan wakaf lain yang juga diutamakan
adalah pembangunan perumahan penduduk di sekitar masjdi nabawi. Di kota ini juga dibangun
toko-toko dan tempat-tempat perdagangan. Semuanya ditujukan untuk membantu keperluan
jamaah haji dan orang-orang yang pergi malakukan ziarah ke madinah.

D. Wakaf di Mesir

Perkembangan pengelolaan wakaf di mesir sejak awal memang sangat mengagumkan,


bahkan keberhasilannya dijadikan contoh bagi pengembangan wakaf di Negara-negara
lain.Wakaf di Mesir dikelola oleh badan wakaf mesir yang berada di bawah kementerian wakaf
(wizaratu al-Auqaf) salah satu diantara kemajuan yang telah dicapai oleh badan wakaf mesir
adalah berperannya harta wakaf dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan
benda yang diwakafkan beragam, baik berupa benda tidak bergerak maupun benda bergerak,
yang dikelola secara baik dan benar. Pengelolaanya dilakukan dengan cara menginvestasikan
harta wakaf di bank Islam (jika berupa uang) dan berbagai perusahaan, seperti perusahaan besi
dan baja. Untuk menyempurnakan pengembangan wakaf, badan wakaf membeli saham dan
obligasi dari perusahaan perusahaan penting. hasil pengembangan wakaf yang diinvestasikan di
berbagai perusahaan tersebut disamping untuk mendirikan tempat-tempat ibadah dan lembaga-
lembaga pendidikan, juga dimanfaatkan untuk membantu kehidupan masyarakat (fakir miskin,
anak yatim, dan para pedagang kecil, kesehatan masyarakat (dengan mendirikan rumah sakit dan
penyediaan obat-obatan bagimasyarakat), bahkan mesir berencana untuk membuat Rumah sakit
model yang akan berupaya memberikan pelayanan gratis bagi seluruh masyarakat, lebih dari itu
dibidang real esteet pemerintah mesir melalui kebijakan wakaf akan merencanakan
pembangunan perumahan, pengembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang,, dan
berbagai pelatihan. Dengandikembangkannya wakaf secara produktif, wakaf dimesir dapat
dijadikan salahsatu lembaga yang diandalkan pemerintah untuk mewujudkan kesejahteraan
ummat.

Secara historio yuridis Negara mesir melandaskan operasional manajemen wakaf dari
kebijakan yang bermula sebuah inisiatif seorang Taubah bin Gharal-Hadhramiy yang menjabat
sebagai hakim di Mesir pada masa Khalifah Hisyam binAbdul Malik (724-743 M) dari Dinasti
Umayyah, misalnya, telah merintis pengelolaan wakaf di bawah pengawasan seorang hakim. Ia
juga menetapkan formulir pendaftaran khusus dan kantor untuk mencatat dan mengawasi wakaf
didaerahnya.

Upaya ini mencapai puncaknya dengan didirikannya kantor wakaf untuk pendaftaran dan
melakukan kontrol yang dikaitkan dengan kepala pengadilan, yang biasa disebut dengan
"hakimnya para hakim". Lembaga wakaf inilah yang pertama kali dilakukan dalam administrasi
wakaf di Mesir,bahkan di seluruh negeri Islam pada masa itu. Pada saat itu juga, Hakim Taubah
mendirikan lembaga wakaf di Basrah. Sejak itulah pengelolaan wakaf berada dibawah
kewenangan lembaga kehakiman.

Keberadaan lembaga wakaf ini juga diteruskan pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah. Pemerintah Abbasiyah membentuk sebuah lembaga yang diberinama Shadr al-
Wuquuf. Lembaga wakaf ini bertugas mengurusi dan memilih staf pengelola lembaga wakaf.

Sementara di masa Dinasti Ayyubiyah di Mesir, perkembangan wakaf cukup


menggembirakan, dimana hampir semua tanah-tanahpertanian menjadi harta wakaf yang dikelola
oleh negara dan menjadi miliknegara. Ketika Shalahuddin al-Ayyubi memerintah di Mesir, ia
mewakafkan tanah-tanah milik negara untuk diserahkan kepada institusi agama dan sosial yang
ada pada masa itu. Langkah serupa juga pernah dilakukan oleh penguasa Islam di Mesir
sebelumnya dari Dinasti Fathimiyah.
BAB III

KESIMPULAN

Tujuan utama dari Wakaf dalam perspektif normatifitasIslam adalah membangun sosial
politik ekonomi masyarakat manusia.hal itu mungkin tidak akan bisa terwujud maksimal apabila
para pengelola wakaf (nadzir)tidak memiliki skill manajemen yang memadai dalam
pengelolaannya. Banyak sarana-sarana yang vital yang bisa dinikmati melalui produktifitas
wakaf seperti : sarana pendidikan, sarana kesehatan, hingga pengembangan real esteet,Negara
Saudi dan mesir dalam hal ini bisa dijadikan salah satu model percontohan dalam hal
pengelolaan wakaf yang produktif, contoh kongkrit darihal itu adalah pembangunan sarana-
sarana umum disekitar dua masjid suci(masjidi al-Haram dan masjid Nabawi), dan bagi Negara
mesir adalah pembangunan sarana pendidikan tertua dunia Islam yaitu Universitas al-Azhar
yang dibangun dariproduktifitas Wakaf.
DAFTAR PUSTAKA

Soemitra, Andri, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta. Prenadamedia Group

Perbandingan Zakat dan wakaf di Empat Negara Muslim,


http://maqoshidsyariah.blogspot.co.id/2015/11/perbandingan-zakat-dan-wakaf-di-empat.html
, tanggal akses 23/10/2016.

Anda mungkin juga menyukai