BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B.
akad tunggal sudah tidak mampu lagi merespon kasus-kasus dan masalah
keuangan kontemporer.1
1
Agustianto Mingka, Reaktualisasi dan Kontekstualisasi Fikih Muamalah KeIndonesiaan “Upaya
Inovasi Produk Perbankan dan Keuangan Syariah”, (Jakarta: Iqtishad Publishing, 2014), h. 91.
1
nasabah.2 Pengembangan produk dan layanan perbankan syariah tidak boleh
upaya untuk menciptakan produk-produk baru. Salah satu pilar penting untuk
transaksi kartu kredit syariah terdapat akad Ijarah, Qadr, dan Kafalah;
ijarah) dan wakalah, serta terkadang disertai Kafalah atau waʻd. Dalam
tidaknya setiap akad yang terdapat dalam suatu produk tidak bisa
2
Hibrid Contract (Multi akad) sebenarnya bukanlah teori baru dalam
Perguruan Tinggi Islam, isu ini kurang banyak dibahas, karena belum banyak
lembaga keuangan dan perbankan di masa sekarang, konsep dan topik multi
akad kembali mengemuka dan menjadi teori dan konsep yang tak terelakkan.
zaman Nabi multi akad ini telah terjadi. Terbukti adanya Hadits Nabi yang
melarang praktek multi akad yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Dalam
kegiatan bisnis modern, transaksi yang menggunakan multi akad beragam dan
Agar bisa bersaing dan mengenalkan multi akad kepada nasabah demi
memahami teori multi akad agar bank syariah bisa unggul dan dapat bersaing
bagi industri perbankan dan keuangan. Jangan sampai terjadi banker syariah
5
Syed Nawad Haidar Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), h. 37-49.
3
menolak peluang yang halal karena kedangkalan keilmuan tentang teori-teori
pengembangan akad-akad syariah. Untuk itu teori multi akad harus digunakan
dan dipahami dengan baik agar bank syariah bisa lebih kreatif dan inovatif
dengan manajemen risiko, termasuk risiko hukum, karena itu praktisi bank
syariah mutlak harus memahami teori dan prakteknya agar sesuai dengan
nilai-nilai Islam.6
Multi akad yang terkait dengan regulasi, para regulator (Bank Indonesia
dengan baik teori dan praktek ini agar tidak salah dalam membuat aturan.
Islam atau dikenal dengan bisnis syariah pada saat ini telah menjadi model
ribawi atau unsur-unsur bisnis lain yang bertentangan dengan syariah Islam
baru ini sebagai salah satu strategi pemasaran dalam meningkatkan nasabah
4
pembiayaan multi jasa. Kebaruan produk syariah tersebut dilihat dari dua
oleh Bank syariah, namun produk tersebut tidak tergolong baru jika
produk-produk tersebut menggunakan model akad baru atau akad yang sudah
ada dikembangkan.7
tanggal 28 April 2004 dan hasil Rapat Pleno DSN-MUI tanggal 11 Agustus
7
Muhammad Maksum, “Peran Fatwa DSN Dalam Menjawab Perkembangan Produk Keuangan
Syariah” dalam Ebook Fatwa MUI dalam Perspektif Hukum dan Perundang-undangan (Jakarta:
Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, 2012), h. 140.
8
Yusuf al-Qardhawi, Ijtihad Kontemporer, diterjemahkan oleh Abu Barzani, (Surabaya: Risalah
Gusti, 1995), h. 7-8.
9
Muhammad Maksum, “Model-Model Kontrak dalam Produk Keuangan Syariah,” Jurnal
Al‘Adalah, Volume. XII, No. 1. (Juni 2014), h. 51.
5
2004. DSN-MUI mengeluarkan fatwa ini karena mempertimbangkan bahwa
tentang jasa. Ijarah multi jasa merupakan solusi pembiayaan untuk membantu
atau pekerjaannya untuk dilakukan oleh pihak lain, tak terkecuali nasabah itu
sendiri. Salah satu pilar penting untuk menciptakan produk perbankan dan
kontemporer.
muamalah atau transaksi yang meliputi dua akad atau lebih, misalnya satu
transaksi yang terdiri dari akad jual-beli dan , akad jual beli dan hibah, dan
lain-lain, sehingga semua akibat hukum dari akad-akad gabungan itu, serta
semua hak dan kewajiban yang ditimbulkannya, dianggap satu kesatuan yang
10
Najamuddin. Al-Uqûd Al-Murakkabah Dalam Perspektif Ekonomi Syariah. Jurnal Syariah
Volume. II, No. II (Oktober 2013), h. 9
6
C. Rumusan Masalah
bawah ini:
di Indonesia?
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
Indonesia
syariah di Indonesia
7
BAB II
PEMBAHASAN
Bank berasal dari bahasa Perancis bangue dan bahasa Italia banco yang
berarti peti, lemari atau bangku. Peti, lemari dan bangku menjelaskan fungsi
(transaction function).11
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam
disebutkan bahwa bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari
8
Dari penjelasan di atas penulis menarik kesimpulan bahwa bank
dikarenakan salah satu peran nyata dalam bank yaitu dalam menyalurkan
14
Agus Marimin, dkk. Perkembangan Bank Syariah di Inonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam –
Vol 01, No. 02, Juli 2015.
15
Ibid.
9
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, keiatan
Pengertian bank syariah atau bank Islam merupakan bank yang beroperasi
disebut dengan bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan bunga.
perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
10
kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah
wa iqtina).
kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah, yang dala hal ini
kemudian ijma’ dan Qiyas diijtihadkan oleh Dewan Syariah Nasional. Untuk
1. Al-Qur’an
demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba.
11
Padahal Allah SWT telah menghalalkan jua beli dan mengharamkan riba.
Barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya lalu dia berhenti, maka
(terserah) kepada Allah SWT. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu
membukukan yang baik dalam hal utang-piutang berada dalam surah Al-
sedikitpun dari padanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang
tidak ada (saksi) dua orang laiki-laki, maka (boleh) seorang laki-laki dan
dua orang perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari para
saksi (yang ada), agar jika seorang lupa maka yang seorang lagi
12
dipanggil. Dan janganlah kamu bosan menuliskannya, untuk batas
waktunya baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang demikian itu, lebih
adil di sisi Allah SWT, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih
perdagangan tunai yang kamu jalankan di anatara kamu, maka tidak ada
dosa bagi kamu jika tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila
kamu berjual beli, dan janganlah penulis dipersulit dan begitu juga saksi.
Jika kamu lakukan (yang sedemikian), maka sungguh, hal itu suatu
segala sesuatu.
2. Hadist
syariah adalah hadist Rasulullah SAW sebagai sumber hukum kedua yaitu
di antaranya seperti sebuah hadist yang isinya larangan terhadap jual beli
gharar (akad jual beli tipuan yang menyodorkn barang yang tidak jelas)
dalam menjual tanah untuk mengukur luasnya) dan jual beli gharar.18
18
Muslim, Al-iman, bab qauluhu Saw. Man Ghasysyana fa laisa minna. No. 102.
13
Contoh lain hadist yang menjelaskan tentang riba bahwa riba
merupakan hal yang membinasakan. Hal ini disebutkan dalam hadist Abu
yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan alas an haq,
memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medna perang, dan
menuduh wanita suci yang sudah menikah dan beriman bahwa mereka
berzina”.19
yaitu “barang siapa yang menipu kami, maka tidak termasuk golongan
Untk ijma’ dan qiyas disini adalah yang dilakukan oleh para salafus
shalihin. ijma’ dan qiyas perbankan syariiah merujuk pada kitab-kitab fiqh
14
yang berkaitan dengan ekonomi Islam adalah Zakat, Sedekah sunah,
membahas masalah yang berkaitan dengan uang, harta lainnya dan jual
beli.20 Yang dimaksud dengan Fiqih atau hukum Islam adalah pemahaman
Fatwa MUI yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional MUI (DSN
kecil. Sampai Juli 2007, DSN MUI telah mengeluarkan 61 fatwa terkait
sebagainya.
15
beberapa FBI disebutkan keharusan untuk memperhatikan fatwa DSN-
Andrianto, dkk. 2019. Manajemen Bank. Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media
22
23
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisa Fikih dan Keuangan. 2007. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
16
dana (funding), produk penyaluran dana (financing) dan produk jasa
(service).24
titipan dari satu pihak kepada pihak yang lain, baik individu maupu badan
menghendakinya.
dimaksud dengan barang adalah sesuatu yang berharga seperti uang, barang,
dokumen, surat berharga, atau barang lain yang berharga di sisi Islam.25
sebagai berikut:
waduah yad-dhamanah.
17
mana barang titipan selama belum dikembalikan kepada penitip dapat
titipan.26
dana dalam bank syariah adalah berupa giro, tabungan dan deposito.
tentang Giro.
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro, dan / atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Produk tabungan pada bank syariah diatur di dalam Fatwa Dewan Syariah
bank. Produk deposito pada bank syariah diatur di dalam Fatwa Dewan
18
kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau
kategori, yaitu:
1) Pembiayaan murabahah
27
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005. H. 304.
28
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press.
2001. h. 160.
29
Ismail, Perbankan Syariah. 2012. Jakarta: Prenamedia Grup. H. 105-106.
19
Salah satu bentuk penyaluran dana pada bank syariah adalah
diinginkan.34
30
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Ctk. Pertama, Gema Insani
Press, Jakarta, 2001, h. 101.
31
Wiroso, Jual-beli Murabahah, UII Press, Yogyakarta, 2005, h. 13.
32
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pustaka
Profresif, 1997, h. 463
33
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Terjemahan Kamaluddin Jilid 12, Alma;Arif, Bandung, 1995, h. 47
34
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 103.
20
tertentu, dan ia berjanji akan membeli komoditas tersebut secara
35
Ibid, Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, h. 116.
36
Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Damaskus : Dar al-Fikr, 1989, jld. IV, h.
703
37
Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibn Rusyd al-Qurtubi, Bidayat al-Mujtahid wa Nihayat
al-Muqtashid , Beirut : Dar al-Fikr, t, juz II, h. 161
21
menjualnya kepada nasabah dengan harga yang ditambah
laba.39
38
Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2003, h. 62
39
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Tentang Murabahah No:04/DSN-MUI/IV/2000
40
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 105.
22
Bank–bank Islam mengambil Murabahah untuk memberikan
keuntungan.
Abdullah Saeed, Bank Islam Dan Bunga Studi Kritis Larangan Riba Dan Interpretasin
41
23
dan sebaliknya nasabah yang memberikan kepercayaan penuh
Para pihak ini harus memenuhi syarat dari jual beli yaitu
adanya paksaan.
c) Akad
sepakat.
2) Pembiayaan Salam
Salam bisa juga disebul salaf, tetapi salam adalah bahasa yang
24
digunakan masyarakat Hijaz sedangkan salaf bahasa yang
lain jual beli salam adalah suatu benda yang disebutkan sifatnya
42
Abdur Rahman al-Jaziriy, Kitab al-Fiqh 'Ala Mazahib al-Arba'ah (Beirut: Dar al-Fikr, 1996), h.
280.
43
(Mugni Al Muhtaj Ila Ma`rifah Ma`ani Alfazh Al Minhaj, Jilid 2 h.. 102-103, - Muhammad
Syarbini Al Khatib, Mesir 1958. Nihayatu Al Muhtaj Ila Syarah Al Minhaj Jilid 4 h.. 182 -
Syamsuddin Muhammad bin Abi `Abbas, Dar Al Fikr Beirut Libanon 1984 dan Fiqh Sunnah Jilid
12 h. 110 - Sayyid Sabiq)
44
N. Haroen. 2000. Fiqh muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
25
b) Dalam akad salam, harga barang pesanan yang sudah
atau dibatalkan.
kepada pembeli.
26
Modal atau uang, namun ada pula yang menyebut harga (tsaman).
disebutkan.
3) Pembiayaan Istishna
45
W. M. Az-Zuhaili and A. H. Al-Kattani, Fiqih Islam Wa adillatuhu. Gema Insani, 2010.
27
Jual beli Istishna’ hampir sama dengan ual beli salam, yaitu
suatu kontrak jual beli dimana harga atas barang tersebut dibayar
lebih dulu tetapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-
disepakati sejak awal dan harga barang yang dipesan bisa dibayar
28
(jawaz) dan telah dilakukan oleh masyarakat Muslim sejak masa
janji.
29
prinsip bagi hasil, dimana PP No. 72 tahun 1992 telah dicabut dan
1) Pembiayaan Mudharabah
akad.51
menyerahkan.
50
Rastono, 2008. Penerapan Prinsip Bagi Hasil dalam Pembiayaan terhadap Nasabah Bank
Syariah. Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro Semarang.
51
30
Secara bahasa mudharabah diambil dari kata al-dharb fi al-
terlibat.52
mudharabah.
52
Chefi Abdul Latif. Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Musyarakah di Perbankan
Syariah. Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
31
c) UU Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 22 disebutkan bahwa
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih, yaitu suatu pihak
akad mudharabah.
32
h) PBI Nomor 7/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang kegiatan
7/46/PBI/2005.
(Qiradh).
Mudharabah.
mudharabah.
sebagai berikut:
33
b) Modal (Ra’sul Maal) dalam akad mudharabah harus
2) Pembiayaan Musyarakah
adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
53
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta, Gema Insani Press,
2001, h. 90.
34
syar’i (terminologi). Malikiyah mengatakan syarikah adalah
kontribusi dana.
dengan kesepakatan.
35
Ibn Rusyd mengartikan syirkah atau Musyarakah itu sebagai
akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
Aku adalah pihak ketiga dari orang yang berserikat selama satu
54
Syukri Iska. Sistem Perbankan Syariah di Indonesia dalam Perspektif Fikih Ekonomi.
Yogyakarta: Fajar Media Press. 2012., h. 198
36
pihak tidak mengkhianati pihak yang lain.” “Jika sala satu pihak
telah berkhianat, aku keluar dari mereka. (HR. Abu Daud dari Abu
Hurairah).
(Musyarik).
c) Obyek akad, dapat berupa aset, proyek atau usaha yang akan
perjanjian (akad). Ni
55
Divisi Pengembangan Produk dan Edukasi Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa
Keuangan. 2016. Standar Produk Perbankan SyariahMusyarakah dan Musyarakah Mutanaqishah.,
h.. 41.
37
e) sbah Bagi Hasil, merupakan pembagian porsi keuntungan yang
1) Rahn
Dalam istilah bahasa Arab, gadai atau rahn dan dapat juga
38
Menurut ulama Hanafiah rahn adalah menjadikan barang
barang yang bersifat materi, bisa juga barang yang bersifat manfaat
tertentu.
57
Abu Azam Al Hadi, Fikih Muamalah Kontemporer, (Depok: Rajawali Pers, 2017), h.160.
58
Muklis dan Risti Wulandari, Pengaruh Produk Jasa Gadai (Rahn) dengan Akad Qard dan
Ijarah terhadap Kepeminatan Masyarakat untuk Berbank di Bank Syariah Mandiri.
ISLAMINOMIC JURNAL Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah
39
Dari beberapa pengertian penulis menyimpulkan pengertian
perawatannya.
40
murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan
e) Penjualan marhun
2) Ijarah
sejumlah uang.60
59
Rokhmat Subagiyo, Tinjauan Syariah Tentang Pegadaian Syariah (Rahn). IAIN Tulungagung.
60
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 13, terj. Kamaludin A. dan Marzuki (Bandung: PT al Ma’arif,
2007), h. 15
41
Pertama, ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan:
hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa,
61
Al-Kasani, al-Bada’i’u al-Sana’i, Jilid IV (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 174
62
Al-Syarbaini al-Khathib, Mugni al- Muhtaj, Jilid II ( Beirut: Dar al-Fikr, 1978), h.233
63
Ibnu Qudama, al-Mugni, Jilid V ( Riyadh al-Haditsah, t.th.), h. 398
64
Sutan Remy Syahdeini, Perbankan Islam dan kedudukannya dalam Tata Hukum Indonesia,
(Jakarta: Grafiti, 1999), h.2
65
Zulfi Chairi, Pelaksanaan Kredit Perbankan Syariah Manurut UU No. 10 Tahun 1998, e-usu
Repository, 2005, h. 12
42
Menurut Fatwa DSN MUI No.09/DSN/MUI/IV/2000, ijarah
adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau
kepada penyewa.66
barang atau jasa dari sesorang kepada orang lain dalam kurun
66
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan (Cet:I, Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006), h. 137
67
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Mahkota Surabaya, 1989), h. 1060,
Lihat juga Q. S. Al-Baqarah: 133 dan Q.S al-Qashas: 26
43
Dan kebolehan melakukan transaksi ijarah didasarkan juga
yang mahir dari Bani al-Dail kemudian dari Bani ‘Abdu bin ‘Adi.
(HR Bukhari).68
c) Manfaat, dan
bukan rukunnya.69
68
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Juz IV (Beirut: Dal-Kutub al-Ilmiyyah, 1992), h. 442
69
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Cet. II; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 231
44
ketentuan dalam rukun sewa-menyewa di atas bersifat kumulatif
syariah.
45
Dewan syariah dituntut secara aktif dan kreatif mengeluarkan fatwa-
fatwa yang dibutuhkan industri sesuai tuntutan zaman, dan akademisi pun
(multi akad). Bentuk akad tunggal sudah tidak mampu merespon transaksi
keuangan kontemporer.
meskipun pada zaman Nabi multi akad ini telah terjadi. Terbukti adanya
hadits Nabi yang melarang praktek multi akad yang tidak sesuai dengan
46
menggunakan multi akad beragam dan bermacam-macam dan sebagian
Akad merupakan pertemuan ijab yang diajukan oleh salah satu pihak
dengan kabul dari pihak lain yang menimbulkan akibat hukum pada objek
akad. Akad adalah tindakan hukum dua pihak. Sedangkan tindakan hukum
satu pihak, seperti janji memberi hadiah, wasiat, atau wakaf, bukanlah
tindakan dua pihak adalah pandangan ahli-ahli hukum Islam modern. Pada
memang memisahkan secara tegas kehendak sepihak dari akad, akan tetapi
Multi akad dalam bahasa Indonesia berarti banyak; lebih dari satu; lebih
dari dua; berlipat ganda.71 Dengan demikian, multi akad dalam bahasa
Indonesia berarti akad berganda atau akad yang banyak, lebih dari satu.
dari kata Arab yaitu al-Uqud al-murakkabah yang berarti akad ganda
jamak dari ‘aqd) dan al-murakkabah. Kata ‘aqd secara etimologi artinya
47
terminologi ‘aqd berarti mengadakan perjanjian atau ikatan yang
ijab dan qabul sesuai dengan kehendak syariah yang menetapkan adanya
Multi akad dalam bahasa Indonesia berarti akad berganda atau akad
yang lebih banyak, lebih dari satu. Hybrid Contract atau dikenal dengan
multi akad (dalam bahasa arab murakkab) secara etimologi berasal dari
menumpuk, ada yang di atas ada yang di bawah. 75. Sedangkan murakkab
b) Sesuatu yang dibuat dari dua atau beberapa bagian, sebagai kebalikan
dari sesuatu yang sederhana (tunggal atau basit) yang tidak memiliki
bagian-bagian.
73
Ttn. 1986. Al-Munjid Fil Lughati. Beirut, Libanon : Darul Masyruq. Hal 519
74
Al-Zuhaily. 2004. Al-Fiqh al-Islami .... Juz 4. Hal 2918
75
48
Mencermati tiga pengertian di atas yang memiliki kelebihan dan
beberapa hal dan bersatunya beberapa hal itu yang kemudian menjadi satu
adanya gabungan dua atau beberapa hal, tetapi tidak menjelaskan apa dan
suatu akad yang mengandung dua akad atau lebih sehingga semua
akad. 76
Maret 2021).
49
dan kewajiban yang ditimbulkannya dipandang sebagai akibat hukum
misalnya akad jual-beli dengan ijarah, akad jual beli dengan hibah dst,
macam.78
baru, tetapi menyebut nama akad yang lama, seperti sewa beli (bai‘
77
Muhammad bin Abdullah al-Imrani. Al-uqud al-maliyah al-Murakkabah. Dirasah fiqhiyyah Ta
‘siliyyah wa Thahbiqiyyah. Riyadh: Dar Kunuz Esbhellia, 2006, h.. 46-53.
78
Abdullah al-’Imrani, Al-Uqud al-Maliyah al-Murakkabah, h. 46.
50
Aotomatic Transfer Mudharabah dan Wadiah. Nasabah mempunyai 2
produk). Setiap rekening dapat pindah se cara otomatis jika salah satu
rekening membutuhkan.
melahirkan nama akad baru, tetapi nama akad dasarnya tetap ada dan
Al-‘Imrani membagi multi akad dalam lima macam, yaitu al-uqud al-
mutajanisah. Dari lima macam itu, menurutnya, dua macam yang pertama;
umum dipakai.79
adalah multi akad dalam bentuk akad kedua merespon akad pertama,
akad kedua melalui proses timbal balik. Dengan kata lain, akad satu
79
Hasanudin, Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer, Op. Cit., hal. 7
51
Al-uqud al-mujtami’ah adalah multi akad yang terhimpun dalam
satu akad. Dua atau lebih akad terhimpun menjadi satu akad. Seperti
contoh “Saya jual rumah ini kepadamu dan saya sewakan rumah yang
lain kepadamu selama satu bulan dengan harga lima ratus ribu”. Multi
akad yang mujtami’ah ini dapat terjadi dengan terhimpunnya dua akad
yang memiliki akibat hukum berbeda di dalam satu akad terhadap dua
objek dengan satu harga, dua akad berbeda akibat hukum dalam satu
akad terhadap dua objek dengan dua harga, atau dua akad dalam satu
akad yang berbeda hukum atas satu objek dengan satu imbalan, baik
al-mutanafiyah)
berbeda.
lalu berkata lagi sesuatu itu salah. Perkataan orang ini disebut
mematahkan.
52
Yang dimaksud dengan multi akad yang mukhtalifah adalah
perbedaan akibat hukum dalam akad jual beli dan sewa, dalam akad
sebaliknya. Contoh lain, akad ijarah dan salam. Dalam salam, harga
salam harus diserahkan pada saat akad (fil majlis), sedangkan dalam
ijarah, harga sewa tidak harus diserahkan pada saat akad. Perbedaan
satu
dalam hukum dan akibat hukumnya. Multi akad jenis ini dapat terdiri
53
dari satu jenis akad seperti akad jual beli dan akad jual beli, atau dari
beberapa jenis seperti akad jual beli dan sewa menyewa. Multi akad
jenis ini dapat pula terbentuk dari dua akad yang memiliki hukum
Status hukum multi akad belum tentu sama dengan status hukum dari
akad-akad yang membangunnya. Seperti contoh akad bai’ dan salaf yang
secara jelas dinyatakan keharamannya oleh Nabi. Akan tetapi jika kedua
akad itu berdiri sendiri-sendiri, maka baik akad bai’ maupun salaf
54
hukumnya boleh. Artinya, hukum multi akad tidak bisa semata dilihat dari
ketika akad-akad itu terhimpun dalam satu transaksi. Ketentuan seperti ini
hukum dari sesuatu kumpulan (akad) tidak sama seperti saat akad itu
berdiri sendiri-sendiri.”80
Dapat disimpulkan bahwa hukum dari multi akad belum tentu sama
Meski ada multi akad yang diharamkan, namun prinsip dari multi
akad ini adalah boleh dan hukum dari multi akad diqiyaskan dengan
berlaku umum, sedangkan beberapa hadis Nabi dan nashnash lain yang
80
Al-Syâtiby, Al-Muwâfaqât, j. 3, h. 144-146
81
Nazîh Hammâd, al-’uqûd al-Murakkabah, h. 11-12
55
Mengenai status hukum multi akad, ulama berbeda pendapat terutama
akad sah dan diperbolehkan atau batal dan dilarang untuk dipraktikkan.
ulama Syafiiyah, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum multi akad sah
beralasan bahwa hukum asal dari akad adalah boleh dan sah, tidak
adalah boleh kecuali yang diharamkan Allah dan Rasulnya, tiada yang
haram kecuali yang diharamkan Allah, dan tidak ada agama kecuali yang
disyariatkan.83
Ketika ada dalil yang melarang, maka dalil itu tidak diberlakukan secara
itu. Karena itu, kasus itu dikatakan sebagai pengecualian atas kaidah
56
Demikian pula dengan Ibn al-Qayyim, ia berpendapat bahwa hukum
asal dari akad dan syarat adalah sah, kecuali yang dibatalkan atau dilarang
oleh agama.85 Karena hukum asalnya adalah boleh, maka setiap akad dan
yang telah dihalalkan oleh Allah atau dimaafkan, begitu pula tidak boleh
substansinya bukan terletak pada praktiknya (iltifat ila ma’ani). Dalam hal
ibadah tidak bisa dilakukan penemuan atau perubahan atas apa yang telah
85
Ibn al-Qayyim, I’lâm al-Muwaqqi’în, j. 1, h. 344
86
Ibid.
87
Al-Syatiby, al-Muwafaqat, j. 1, h. 284
57
Ulama lain, terutama dari kalangan Dzahiriyyah88 mengharamkan
multi akad. Menurut kalangan Dzahiriyyah hukum asal dari akad adalah
dijelaskan apa yang diperlukan oleh manusia. Setiap perbuatan yang tidak
yang tidak ada dasarnya dalam agama. Dan perbuatan seperti ini dianggap
melampaui batas agama, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-
menyimpulkan bahwa hukum asal dari akad adalah dilarang, kecuali yang
88
Pendapat Dhahiriyah ini dapat ditelusuri dari beberapa literature, antara lain dari kitab a l-
Muhalla karya Ibn Hazm. Pada jilid 56 hal 15 dinyatakan Ayat-ayat ini adalah bukti nyata batalnya
setiap janji, akad, perikatan, dan syarat karena tidak ada perintah dalam al-Qur an atau tidak ada
nash yang membolehkannya. Setiap akad dan janji adalah syarat dan setiap yang mengandung
unsur syarat hukumnya sama, tidak boleh. Di bagian lain disebutkan Ketika bukti telah nyata atas
segala yang telah disebutkan (multi akad red), maka setiap akad, janji, nadzar, dan syarat yang
telah berlaku bagi seseorang wajib dibatalkan dan digugurkan, tidak bisa berlaku dari apa yang
disebutkan tadi kecuali ada dalil yang membolehkannya. Ulama lain Ibn Taimiyyah dalam al-
Qawâid al-Nûrâniyyah al-Fiqhiyyah (hal. 206), al-Zarkasyi dalam al-Mantsûr (j. 2, hal. 70), al-
Suyûthi dalam al-Asybâh wa al-Nazhâir (hal. 60). Dalam kitabnya alQawâid al-Nûrâniyyah al-
Fiqhiyyah, Ibn Taimiyah menyatakan bahwa Pendapat ini (mengharamkan multi akad) adalah
pendapat ulama Dhahiriyah, dan sebagian dari ulama ushul dari kalangan mazhab Hanafiyah
mendasarkan pendapatnya atas pendapat Dhahiry ini. Padahal dalam kenyataannya Abu Hanifah
justru berbeda dengan pendapat Dhahiriyah. Abu Hanifah dan mayoritas pengikutnya mengatakan
bahwa hukum asal dari sesuatu adalah boleh. Lihat catatan kaki al- Imrâni, Al-’uqûd al-Mâliyah
al-Murakkabah , hal. 70
58
bahwa banyak praktik muamalah dan transaksi keuangan yang belum
pernah dipraktikkan pada masa Nabi dan tidak disebutkan secara jelas
Karena hukum asalnya adalah sahnya syarat untuk semua akad selama
muqâranah dan tarjîh bahwa pendapat pertama lebih kuat dan sesuai
a) Dalil yang digunakan pendapat pertama memiliki status yang kuat dan
peluang inovasi.
Kebolehan multi akad yang didasarkan atas prinsip hukum asal dari
akad adalah boleh dan hukum multi akad diqiyaskan dengan hukum akad-
59
agama yang membatasinya. Artinya, meskipun multi akad diperbolehkan,
ada batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar, karena batasan itu menjadi
rambu bagi multi akad agar tidak terjerumus kepada praktik muamalah
sebelumnya adalah garis batas bagi praktik multi akad yang tidak boleh
dilewati.
Dalam hadis, Nabi secara jelas menyatakan tiga bentuk multi akad
yang dilarang, yaitu multi akad dalam jual beli (ba’i) dan pinjaman,
dua akad jual beli dalam satu akad jual beli dan dua transaksi dalam
diketahui oleh kedua belah pihak. Jika salah satu di antaranya tidak
jelas, maka hukum dari akad itu dilarang. Imam al-Syafi’i memberi
60
sebenarnya akad jual beli itu tidak jelas apakah dibayar dengan seratus
atau lebih. Sehingga harga dari akad jual beli itu tidak jelas, karena
manfaat dari seratus tidak jelas apakah dari jual beli atau pinjaman.
menghimpun salaf dan jual beli dalam satu akad untuk menghindari
bernilai delapan ratus dengan harga seribu. Dia seolah memberi seribu
dan barang seharga delapan ratus agar mendapatkan bayaran dua ribu.
Selain multi akad antara salaf dan jual beli yang diharamkan,
ulama juga sepakat melarang multi akad antara berbagai jual beli dan
qardh dalam satu transaksi. Semua akad yang mengandung unsur jual
seperti antara ijarah dan qardh, salam dan qardh, sharf dan qardh, dan
sebagainya.
ini diperbolehkan apabila tidak ada syarat di dalamnya dan tidak ada
61
kemudian ia menjual sesuatu kepadanya padahal ia masih dalam
Sedangkan larangan penghimpunan dua akad jual beli dalam satu akad
jual beli didasarkan pada hadis Nabi yang berbunyi: “Dari Abu
Hurairah, berkata: “Rasulullah melarang dua jual beli dalam satu jual
kesepakatan jual beli inah atau sebaliknya dan hilah riba fadhl.
a) Al-inah
Pada transaksi ini seolah ada dua akad jual beli, padahal nyatanya
semu dan tidak faktual dalam akad ini. Sehingga tujuan dan
62
harganya, dan dilarang bagi yang bertujuan riba fadhl atau riba
adanya riba.
dua kilo, dua kilo dengan tiga kilo dan seterusnya. Praktik seperti
sendiri.
63
Maksud hadis di atas, menurut Ibn Qayyim, adalah akad jual
beli pertama dengan kedua harus dipisah. Jual beli kedua bukanlah
sendiri. Hadis di atas ditujukan agar dua akad itu dipisah, tidak
lainnya.
akad antara akad jual dan salaf. Larangan ini disebabkan karena
transaksi ribawi.
(muqridh)
64
Ulama sepakat mengharamkan qardh yang dibarengi dengan
di dalamnya.
larangan Nabi menggabungkan akad salaf dan jual beli. Dua akad ini
Jual beli adalah kegiatan muamalah yang kental dengan nuansa dan
tujuan mulia. Karena itu, ulama Malikiyah melarang multi akad dari
65
akad-akad yang berbeda hukumnya, seperti antara jual beli dengan
akad. Dari dua pendapat ini, pendapat yang membolehkan multi akad
kewajiban dan hasil. Hal ini terjadi karena dua akad untuk satu objek
lembaga keuangan syariah. Namun akad bai’ alwafa masih sangat jarang
a) Musyarakah Mutanaqishah
66
mutanaqishah. Musyarakah mutanaqishah yang dikenal dengan istilah
MMQ adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
Bentuk kerjasama ini berakhir dengan pengalihan hak salah satu pihak
beberapa bank syariah yang meliputi Bank Umum Syariah (BUS) dan
berbasis kemitraan bagi hasil antara pihak nasabah dan Bank yang
92
Putri Kamilatur Rohmi, Implementasi Musyarakah Mutanaqishah pada Pembiayaan
Kepemilikan Rumah di Bank Muamalat Lumajang, Jurnal Iqtishoduna Vol. 5 No.1: 2015, h. 19
67
secara multi akad (hybrid) yang selain akad Musyarakah terdiri atas
beli dan sewa, lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan
guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi
penyewa.94
rumah), tetapi pada akhir masa sewa bank dapat menjual atau
c) Ba’i al – Wafa
93
Otoritas Jasa Keuangan, Standar Produk Perbankan Syariah Musyarakah dan Musyarakah
Mutanaqishah, 2016, h. 115
94
Ali Syukron, Implementasi Ijarah Muntahiya bi Tamlik (IMBT) di Perbankan Syariah, Jurnal
Ekonomi dan Hukum Islam, Vol.2, No. 2: 2012, h. 79
95
Ibid
68
bersyarat yang mana barang yang dijual dapat ditebus kembali jika
mengenai barang yang tak bergerak seperti tanah dan rumah. Akad
ba’i al-wafa telah ditegaskan sebagai jual beli, maka dengan bebas
penjual.
69
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tidak melanggar prinsip sunnah terkait peleburan akad agar nantinya dapat
menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat di masa kini dan menjadi
namun menjadi turunan dari akad atau trasaksi yang telah dilaksanakan
sebelumnya.
B. Saran
a.
70
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, dkk. 2019. Manajemen Bank. Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media
A. Karim, Adiwarman. 2006. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
Djati Bandung.
Agama RI.
Ajeriyah. 2012. Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik Jual Beli Pesanan/Al-
Amin Isfandiar, Ali. 2013. Analisis Fiqh Muamalah tentang Hybrid contract
Andrianto, dkk. 2019. Manajemen Bank. Surabaya: CV. Penerbit Qiara Media
71
Anwar, Syamsul. 2007. Hukum Perjanjian Syariah. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Ascarya. 2008. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Azam Al Hadi, Abu. 2017. Fikih Muamalah Kontemporer. Depok: Rajawali Pers.
Fikr.
Cahyono, Yeni. Analisis Akad Jual beli As-Salam pada Perbankan Syari’ah.
Surabaya.
Devita Purnamasari, Irma. 2001. Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-
Pelajar
72
Djuwaini, Dimyauddin. 2010. Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Hajar, Siti. 2019. Analisis Penerapan Akad Ba’i Al - Istishna’ Dan Akad Qardh
Sunan Ampel.
https://www.feqhweb.com
Haris Simal, Abdul. Pelaksanaan Jual Beli Dengan Menggunakan Akad As-
Hasanah, Uswah. Bay' Al-Salam dan Bay' Al-Istisna' (Kajian Terhadap Produk
Hasanuddin. 2008. Konsep dan Standar Multi Akad dalam Fatwa Dewan Syariah
dalam Nilai dan Makna Kerja dalam Islam, oleh Firdaus Effendi. Jakarta:
Nusa Madani.
73
Irawan, dkk. Konsep Ba’i Salam dan Implementasiya dalam Mewujudkan
Karim, Adiwarman A. 2007. Bank Islam: Analisa Fikih dan Keuangan. Jakarta:
Grup.
74
Maulana, Hasanudin. 2011 “Multi akad dalam Transaksi Syariah Kontemporer
Muhammad bin Abi `Abbas, Syamsuddin. 1984. Nihayatu Al Muhtaj Ila Syarah
Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Ibn Rusyd al-Qurtubi. Bidayat al-
Muklis dkk. Pengaruh Produk Jasa Gadai (Rahn) dengan Akad Qard dan Ijarah
Muslim. Al-iman, bab qauluhu Saw. Man Ghasysyana fa laisa minna. No. 102.
Nawad Haidar Naqvi, Syed. 2003. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
75
Pradnya Danur Dara, Anindita. Analisis Implementasi Produk Pembiayaan
Rahman al-Jaziriy, Abdur. 1996. Kitab al-Fiqh 'Ala Mazahib al-Arba'ah. Beirut:
Dar al-Fikr
Diponegoro Semarang.
Remy Syahdeini, Sutan. 1999. Perbankan Islam dan kedudukannya dalam Tata
Sabiq, Sayyid. 1995. Fiqh Sunnah Terjemahan Kamaluddin Jilid 12, Alma;Arif,
Bandung.
Sabiq, Sayyid. 2007. Fiqih Sunnah Jilid 13, terj. Kamaludin A. dan Marzuki
Bandung: PT al Ma’arif.
Saeed, Abdullah. 2004. Bank Islam Dan Bunga Studi Kritis Larangan Riba dan
Saprida. Akad Salam Dalam Transaksi Jual Beli. 2016. Vol. 4 No. 1 (2016), pp.
Soetopo, Kartika, dkk. Analisis Implementasi Prinsip Bagi Hasil, Risiko dan
76
Musyarakah dan Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus: Bank Syariah
Mandiri KC Manado).
Tulungagung.
Ekonisia.
Suharso dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang: CV Widya
Karya.
Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah: dari Teori ke Praktik. Jakarta,
Tim Penyusun. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Riil UMKM. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 18, Nomor
77
Trisna Taufik Darmawansyah dan Miko Polindi. Akad As-Salam dalam Sistem
Utama, Chandra. 2009. Pengenalan Produk dan Akad dalam Perbankan Syariah.
Parahyangan.
Wibowo, Edy dkk. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah?. Bogor: Ghia
Indonesia.
78