I. Pengantar
Antropologi adalah Ilmu yang mempelajari manusia baik dari segi Fisik maupun dari
segi Budayanya.
Antropologi fisik terbagi 2 yaitu:
1. Paleoantropologi: mempelajari asal usul terjadinya manusia dengan cara penggalian
tanah untuk menemukan fosil-fosil kerangka manusia purba yang tersimpan dlm
lapisan bumi.
2. Antropologi fisik dalam arti sempit: mempelajari berbagai macam tubuh manusia
baik nampak (fenotifik) maupun yg tidak nampak (genotifik).
Antropologi budaya awalnya terbagi 3:
1. Etnolinguistik atau Antropologi Bahasa
2. Pra-sejarah atau pra-histori: mempelajari perkembangan dan persebaran manusia
dimuka bumi.
3. Etnologi atau ilmu bangsa-bangsa: mempelajari berbagai suku bangsa dan
kebudayaannya.
II. Pengertian
Antropologi hukum merupakan spesialisasi dari antropologi budaya yg secara
khusus menyoroti kebudayaan manusia yg berkaitan dgn hukum.
Antropologi Hukum adalah Ilmu pengetahuan (logos) tantang manusia (antropos)
yang bersangkutan dengan hukum.
Manusia–bermasyarakat–bergaul–berbudaya (baik primitif maupun modern).
Budaya hukum yaitu segala bentuk prilaku budaya manusia yang berkaitan dgn
masalah hukum.
Masalah hukum dalam A.H. bukan saja yg tidak tertulis, tertulis, tapi juga latar
belakang kenapa masalah hukum itu terjadi.
III. Manfaat dan Tujuan
1. Bagi kalangan teoritis seperti: para ilmuwan, para peneliti ilmiyah hukum,
mahasiswa dan lainnya yang cendrung memikirkan dan mengamati kemajuan ilmu
pengetahuan.
- Untuk mengetahui latar belakang pandangan hidup suatu masyarakat.
- Untuk mengetahui sturktur dalam suatu masyarakat.
- Untuk mengetahui bagaimana cara para anggota masyarakat berprilaku dalam
memelihara lembaga hukum yang ada.
- Akirnya: para teoritis mampu memberikan saran-saran serta solusi dalam
memperbaiki peraturan hukum yang ada atau melakukan perubahan terhadap
peraturan hukumtersebut.
2. Bagi praktisi hukum seperti: pembentuk hukum, pelaksana hukum dan para
penegak hukum.
- Pembentuk hukum dapat memahami latar belakang budaya dan prilaku
masyarakatnya, sehingga dalam membuat suatu peraturan sesuai dengan yang
diharapkan oleh masyarakat yang bersangkutan.
- Pelaksana hukum dalam melaksanakan peraturan tidak akan bertentangan dengan
latar belakang budaya suatu masyarakat, karena pelaksana hukum itu mengerti
tentang kehidupan masyarakatnya.
- Penegak hukum dalam menerapkan suatu peraturan tidak akan bertentangan
dengan rasa keadilan bagi suatu masyarakat, karena penegak hukum mengerti
latar belakang budaya masyarakat yang bersangkutan.
Metode Pendekatan
1. Metode Historis yaitu mempelajari perilaku manusia dan budaya hukumnya dengan
kacamata sejarah.
- Kebiasaan adalah prilaku manusia yang berulang-ulang.
- Adat adalah kebiasaan yang di ikuti oleh masyarakat
- Hukum adat adalah adat kebiasaan yang dipertahankan oleh masyarakat
- Hukum perundangan adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa untuk ketertiban
masyarakat dalam bernegara.
2. Metode Normatif–Eksploratif yaitu mempelajari manusia dan budaya hukumnya
dengan bertitik tolak pada norma-norma hukum yang sudah ada, baik dalam bentuk
kelembagaan maupun dalam bentuk prilaku.
Metode ini tidak semata-mata melihat sesuatu dari kaca mata hukumnya saja akan
tetapi lebih kepada kenyataan yang berlaku dalam masyarakat guna mengetahui latar
belakang peilaku manusianya.
3. Metode Diskriptif Prilaku yaitu mempelajari perilaku manusia dan budaya hukumnya
dengan melukiskan situasi hukum yang nyata terjadi dalam masyaraat.
4. Metode Studi Kasus yaitu mempelajari kasus-kasus atau peristiwa hukum yang terjadi
dalam masyarakat.
Fase ketiga
Fase ketiga ini terjadi di awal abad ke 20. “ Mempelajari bangsa di luar Eropa itu penting ,
karena bangsa-bangsa itu pada umumnya masih mempunyai masyarakat yang belum
kompleks seperti masyarakat bangsa-bangsa Eropa. Suatu pengertian masyarakat yang tak
komplek akan menambah juga pengertian masyarakat yang kompleks “( koentjaraningrat :
1981 : Hal 4 ). Dari hal tersebut kita bisa mengerti bahwa masyarakat yang kompleks itu
seperti apa dan masyarakat yang belum kompleks itu seperti apa . Ini yang perlu diketahui
oleh para antropolog untuk bisa memahami masyarakat dari segala aspek. Dari pengertian
tersebut kita dapat menyimpulkan bangsa selain bangsa eropa barat masih ada yang
dianggap belum kompleks masyarakatnya. Mempelajari bangsa lain memang penting untuk
para antropolog sebagai pembanding dan pelengkap ilmu yang sudah ada.
Fase keempat
Fase ini terjadi setelah tahun 1930 .di dalam fase ini perkembangan ilmu pengetahuan
mulai semakin sempurna dan universal . Dengan hal tersebut para antropolog memang
diwajibkan untuk mengembangkan penelitian lapangan dengan pokok dan tujuan yang baru
yaitu untuk perkembangan pengetahuan yang selalu dan terus baru. “ Mengenai
tujuannya , ilmu Antropologi yang baru dalam fase perkembangannya yang keempat ini
dapat dibagi dua , yaitu tujuan akademika dan tujuan praktisnya. Tujuan Akademikalnya
adalah : mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan
mempelajari anekawarna bentuk fisiknya , masyarakat, serta kebudayannya. Karena di
dalam praktek ilmu antropologi biasanya mempelajari masyarakat suku-bangsa , maka
tujuan praktisnya adalah : mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku
bangsa guna membangun masyrakat suku bangsa itu . ” ( koentjaraningrat : 1981 : Hal 6 )
Hubungan antara ilmu Antropologi dengan ilmu-ilmu yang lainnya dalam buku Pengantar
Ilmu Antropologi oleh Koentjaraningrat :
1. Hubungan antara ilmu geologi dan Antropologi
2. Hubungan antara imu paleontologi dan antropologi
3. Hubungan antara ilmu anatomi dan antropologi
4. Hubungan antara imu kesehatan masyarakat dan antropologi
5. Hubungan antara ilmu psikiatri dan antropologi
6. Hubungan antara ilmu linguistik dengan antropologi
7. Hubungan antara ilmu arkeologi dengan antropologi
8. Hubungan antara ilmu sejarah dengan antropologi
9. Hubungan antara ilmu geografi dengan antropologi
10. Hubungan antara ilmu ekonomi dengan antropologi
11. Hubungan antara ilmu hukum dengan antropologi
12. Hubungan antara ilmu administrasi dengan antropologi
13. Hubungan antara ilmu politik dan antropologi
MAKHLUK MANUSIA
“Syarat dari konsep masyarakat yaitu kerumunan , kategori sosial dan golongan sosial”
(koentjaraningrat : 1981 : Hal 160-161).
INTEGRASI MASYARAKAT
“Struktur sosial . Dalam hal menganalisa masyarakat , seorang peneliti memerinci
kehidupan masyarakat itu ke dalam unsur-unsurnya yaitu pranata, kedudukan sosial dan
peranan sosial. “( koentjaraningrat : 1981 : Hal 171). Fungsi dari struktur sosial adalah
sebagai pengendali di dalam masyarakat yang memiliki batasan-batasan tertentu di dalam
bermasyarakat.
BAB V
KEBUDAYAAN
“ Menurut imu antropologi , kebudayaan dalah : keseluruhan sistem gagasan , tindakan ,
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar”.(Koentjaraningrat : 1981 : Hal 180). Kata kebudayaan itu sendiri
diambil dari bahasa sansekerta yang berasal dari kata Budhayah yang berarti budi atau akal.
Kesimpulannya adalah bagian dari bud dan bagian dari akal. Pengertiannya adalah segala
tindakan yang berhubungan dengan budaya maka akal dan budi ikut berperan dalam
beberapa hal yang berupa cipta, rasa dan karsa.Maka dari itu kebudayaan adalah hasil dari
cipta, karsa dan rasa.
Perbedaan kebudayaan dengan peradaban terletak pada penyebutan unsur dan bagian –
bagian dari kebudayaan. “ peradaban “ juga sering dipakai untuk istilah istilah teknologi,
pengetahuan,seni dan lain-lain.
“Konsep “daerah kebudayaan” atau culture area merupakan suatu penggabungan atau
penggolongan ( yang dilakukan oleh ahli antropologi) dari suku-suku bangsa yang dalam
masing-masing kebudayaan yang beranekawarna mempunyai beberapa unsure dan cirri
yang menyolok serta serupa. Demikian system penggolongan daerah kebudayaan
sebenarnya merupakan suatu system klasifikasi yang mengklaskan beranekawarna suku
bangsa yang tersebar di suau daerah atau benua besar ke dalam golongan –golongan
berdasarkan atas beberapa persamaan unsure dalam kebudayaannya. “( Koentjaraningrat :
1981: hal 272)
Kepustakaan :
Abdurrahmat Fathoni, Antropologi Sosial Budaya, Suatu Pengantar, Rineka Cipta,
Jakarta, 2006,
Bronislaw Malinoswski. D. Sc. Alih Bahasa A.G. Soekadijo, Tertib Hukum Dalam
Masyarakat Terasing, Erlangga, Jakarta, 1988.
Hilman Hadikusuma, Pengantar Antropologi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandar Lampung, 1992.
Leopold Pospisil, Alih Bahasa Drs. Fadjar, Hukum Dan Ketertiban, Ramadhani
Sala,1984.
Paul W. Sulemandan Rahayu S. Hidayat, terjemahan dari buku Norbert Rouland,
Antropologi Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,1992.
Soerjono Soekanto dkk, Antropologi Hukum Proses Pengembangan Ilmu Hukum
Adat, CV. Rajawali, Jakarta 1984.
T.O.Ihromi, Antropologi Hukum Sebuah Bunga Rampai, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta, 2003.