Anda di halaman 1dari 46

ANTROPOLOGI HUKUM

Dr. Aartje Tehupeiory, SH, MH

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2018
• Istilah Antropologi Hukum

Antropologi :
- Antropos  Manusia
- Logos  Ilmu Pengetahuan

Manusia  Tubuh ( Antropologi Fisik )


 Budaya ( Antropologi Budaya )

2
• Antropologi fisik mempelajari :
1. Bentuk tubuh, bentuk muka
2. Tinggi Badan
3. Warna Kulit
4. Bentuk Rambut

• Antropologi budaya mempelajari :


1. Etnolinguistik ( Antropologi Bahasa )
 Mempelajari berbagai bahasa dari berbagai suku
2. Prasejarah
 Mempelajari perkembangan manusia
3. Etnologi ( Ilmu Bangsa-bangsa )
 Mempelajari suku-suku bangsa dan
kebudayaannya

3
• Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Lahirlah :

 Antropologi Ekonomi
 Antropologi Pembangunan
 Antropologi Pendidikan
 Antropologi Kesehatan
 Antropologi Kependudukan
 Antropologi Politik
 Antropologi Hukum

4
• Antropologi Hukum menjadi ilmu pengetahuan
tersediri, merupakan spesialisasi dari antropologi
budaya
• Sebagai Ilmu Pengetahuan mengandung hal-hal
sebagai berikut :
- Objek  Masalah tertentu yang dipelajari
- Metode  Cara kerja ilmiah untuk memahami apa
yang dipelejari
- Sistem  Uraian tentang unsur-unsur yang
dipelajari yang mana antara yang satu
dengan yang lain saling berkaitan

5
• Pengertian Antropologi Hukum

Antropos  Manusia yang hidup bermasyarakat, baik


yang hidup sederhana ( primitif ), maupun yang sudah
maju ( modern ).
Logos  Ilmu Pengetahuan
Hukum  Yang merupakan bagian dari budaya

Hukum dalam arti :


- Hukum sebagai aturan ( kaidah ) yang terdapat dalam
perundang-undangan
- Hukum sebagai aturan ( kaidah ) yang mengatur
tingkah laku seperti yang diatur dalam hukum adat

6
- Hukum sebagai dasar pikiran, filsafat yang melatar
belakangi hukum itu sendiri.
- Hukum sebagai cara-cara penyelesaian sengketa hukum
( perselisihan yang timbul dalam masyarakat )

Antropologi Hukum :
 Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan aturan hukum

7
Dalam Antropologi Hukum, hukum ditinjau
sebagai aspek dari kebudayaan
Nilai-nilai budaya tersebut harus dipertahankan
Salah satu cara mendorong masyarakat
melestarikan budaya adalah melalui hukum

 Sasaran Utama :
- Perilaku manusia dalam masyarakat
- Aturan hukumnya dalam masyarakat
 Kesimpulan :
- Ada aturan hukum
- Ada masyarakat dimana manusia berada, dan
hukum itu berlaku
8
• Hubungan antropologi hukum dengan Ilmu lain di bidang
hukum

Objek :
 Perilaku  Norma-norma hukum
Manusia di luar perundang-
undangan
Metode Pendekatan :
 Secara  Normatif yuridis
Menyeluruh

Penelitian :
 Lapangan  Lebih banyak
terutama thdp melalui kepustakaan
perselisihan

9
Tujuan :
 Ilmu hukum adat yang diutamakan adalah identifikasi
dari adat yang mempunyai konsekuensi hukum yang
diberi sanksi bila dilanggar

 Antropologi hukum dalam ilmu ini hendak dipahami


bagaimana masyarakat mempertahankan nilai-nilai
yang berlaku, dan hukum dipandang sebagai salah satu
metode untuk mengendalikan nilai-nilai

10
B. Antropologi Hukum :Sosiologi Hukum :
Objek :
Hukum yang bukan  Hukum barat/ yang
dari hukum barat. Telah dipengaruhinya
Hukum dalam  Hukum dalam
masyarakat yang masyarakat yang
tradisionil sudah kompleks
Hukum tidak tertulis  Hukum tertulis
Hukum lokal Hukum perundang-
( rakyat ) undangan

Jika dilihat dari objeknya, perbedaan hanya ada pada :


• - Bentuk hukum itu sendiri
• - Asal hukum itu sendiri
• - Dimana hukum itu berlaku
11
• Manfaat Antropologi Hukum
1. Bagi Para Teoritisi :
 Memajukan ilmu pengetahuan dibidang hukum
 Mengetahui latar belakang pandangan hidup suatu
masyarakat
 Mengetahui bagaimana masyarakat memelihara
lembaga-lembaga hukum dan pranata-pranata
hukum yang ada di masyarakat
2. Bagi Praktisi Hukum :
 Pembentuk Hukum ( misalnya ; para penyusun
peraturan perundang-undangan )
 Pelaksana Hukum ( misalnya ; para pejabat
pemerintah dalam menjalankan tugasnya )
 Penegak Hukum ( misalnya ; Polisi, mencegah agar
tidak terjadi pelanggaran )
12
 Praktisi Politik :Aktivis di dalam atau diluar
pemerintahan
praktisi ini, harus memperhatikan tingkah laku
masyarakat dimana mereka menjalankan aktivitas
politiknya.
dengan mengerti perilaku masyarakat, para aktivis
politik akan berhasil memimpin masyarakatnya.

 Pergaulan Masyarakat : Masyarakat terdiri dari


berbagai kelompok yang mempunyai sifat dan adat
yang berbeda. Dengan mengalami antropologi hukum
pergaulan masyarakat dapat semakin lancar.
misalnya : berkenalan dengan masyarakat tertentu di
Indonesia berbeda. Dengan mengetahui tingkah laku
masyarakat kita dapat segera menyesuaikan diri
contoh : jawa, minang, batak, ambon
demikian juga dalam penyelesaian masalah dalam
masyarakat itu.
13
• Hubungan Hukum dan Kebudayaan

Antropologi hukum adalah cabang dari antropologi


budaya.
Manusia dalam hidupnya mempunyai norma-norma
sebagai pedoman norma-norma ( hukum ) yang
merupakan bagian dari kebudayaan selalu berkembang.
Dalam perkembangan, nilai-nilai budaya tetap harus
dipertahankan dan dijunjung dalam masyarakat. Salah
satu cara mempertahankan nilai-nilai budaya itu adalah
melalui hukum.

14
• Sejarah Antropologi Hukum

1. Perhatian antropologi hukum pada mulanya adalah


terhadap masyarakat awal terutama tentang asal-usul
( masyarakat kuno ) khusus mengenai hukumnya
- Ancied Law 1861  Maine
- Das Mutterrech 1861  Bachhoven
2. Permulaan abad 20 ditujukan terhadap masyarakat
tertentu dan suku tertentu.
- Masyarakat di Afrika
- Masyarakat di Asia
- Masyarakat di Hindia Belanda

15
3. Tahun 1950 ada pembatasan yangtegas apa sebenarnya
yang diberikan dengan hukum dalam antropologi
hukum.
• Pengertian hukum dikhususkan kepada pemrosesan
sengketa ( penyelesaian sengketa )
Antropologi hukum  Antropologi penyelesaian
sengketa.
• Hukum diartikan sebagai aturan-aturan yang diberi
sanksi melalui proses yang terorganisasi pada saat
inilah cabang ilmu hukum timbul yaitu hukum adat.
penelitian itu antara lain :
- Mav Gluckman  Tentang orang-orang Barotse
- Bohannan  Tentang Orantiv
- Gulliver  Tentang orang arusha dan ndendeuli
- Faller  Tentang Kaum soga
- Pospisil  Tentang Papua kapauku
16
4. Pada akhir tahun 1960, ada kecenderungan baru dalam
Antropologi Hukum.
• Ada pergeseran studi mengenai penyelesaian sengketa
– Pada mulanya hanya melalui proses tradisional
– Pada tahun 1970 mulai penelitian hubungan antara
penyelesaian tradisionil dan penyelesaian melalui
lembaga negara
– Penelitian Mahasiswa di Berkeley
– Penelitian di negeri Belanda
– Penyelesaian sengketa di Pengadilan Negeri di
minangkabau

17
• Tahun 1970, penelitian antropologi hukum bukan hanya
masalah perselisihan, tetapi meliputi masalah warisan
perdagangan dan pasar
• Penelitian bukan hanya pada masyarakat yang masih
sederhana, tetapi meliputi hukum agama, hukum adat,
dan hukum yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga
negara.
Akibatnya :
Antropologi Hukum  Antropologi Pluralisme Hukum
fokusnya tetap pada masyarakat pedesaan
• Perhatian antropologi hukum bukan hanya masyarakat
pedesaan tapi meliputi masyarakat perkotaan
Akibatnya :
Pendalaman terhadap hukum memberikan nama yang
berbeda seperti :
- Antropologi Hukum
- Sosiologi Hukum 18
5. Dalam perkembangan selanjutnya antropologi hukum
meneliti perilaku manusia dengan tidak membatasi
bagian-bagian dunia tertentu.
Misalnya :
- Dunia Barat  Penelitian Sosiologi Hukum
- Dunia Non barat  Penelitian Antropologi Hukum

6. Antropologi hukum selalu memperhatikan


tingkahlaku manusia, dari masyarakat yang masih
sederhana sampai kepada masyarakat kompleks
( modern )

19
• Ciri-ciri Antropologi Hukum
1. Tidak membatasi pandangannya pada kebudayaan-
kebudayaan tertentu. Semua masyarakat pantas
dipelajari, baik yang masih sederhana maupun yang
dianggap sudah beradap.
2. Masyarakat dipelajari secara utuh yang antara
bagian satu dengan bagian yang lain saling berkaitan,
karena itu hukum dianggap sebagai bagian yang
integral dari kebudayaan bukan dianggap sebagai
yang otonom.
3. Tidak memusatkan hanya pada kekuatan-kekuatan
sosial, dan hal-hal yang superorganis dan
meremehkan peranan individu.

20
4. Masyarakat dipandang sebagai dinamis. Jadi
walaupun ada gangguan bukan lagi merupakan
gangguan terhadap keseimbangan. Jadi hukum
tidaklah terbatas untuk mempertahankan status
5. Antropologi hukum adalah ilmu mengenai hukum
yang bersifat empiris, artinya teori yang dikemukakan
harus didukung oleh fakta yang relevan.

21
• SENGKETA
 Dalam setiap sengketa pada umumnya selalu di dahului oleh
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kedua belah pihak
 Sengketa itu sendiri adalah sebagai hubungan yang saling
bermusuhan antara kelompok-kelompok
 Tindakan kekerasan yang dapat menimbulkan sengketa
mempunyai beberapa ciri yaitu :
1. Derajat kekerasannya berkisar dari yang paling
ringan sampai yang berat.
misalnya : dari penghinaan sampai pembunuhan
2. Kekerasan dilakukan berdasarkan kepentingan atau
keluarga ataupun kelompok
3. Sengketa berlangsung lama dan sering tindakan
kekerasan itu terdiri dari beberapa rentetan.
( hal ini biasanya disebut dengan sengketa yang
berkepanjangangan )
22
 Jika tindakan permusuhan yang diikuti dengan balasan dari
pihak lawan dan diterima sebagai suatu penyelesaian,
bukannlah sengketa yang berkepanjangan, tetapi merupakan
perbuatan main hakim sendiri
 Para pihak yang bersengketa biasanya para pihak masih
berada dalam satu ikatan tertentu
misalnya :
- satu keluarga
- satu suku
- satu ikatan sosial
 Kadang-kadang para anggota menyadari akan sengketa itu lalu
para anggota berdamai dan persatuan dalam ikatan itu tidak
dapat dipertahankan

23
 Tetapi kalau tidak dapat di damaikan, mereka membiarkan
menjadi sengketa yang berkepanjangan yang dapat berakibat
ikatan itu pecah.

• Sengketa yang berkepanjangan dan peperangan

Sengketa yang berkepanjangan dapat terjadi antara anggota


yang ada dalam satu satuan organisasi ( politik, suku )
sedangkan peperangan terjadi antara dua kelompok yang
tidak mempunyai ikatan politik.
jadi permusuhan itu ditujukan terhadap orang luar
masyarakat itu sendiri

24
Tindakan permusuhan terhadap orang luar ada 2 jenis :

1) Permusuhan dari sebagian anggota masyarakat terhadap


anggota masyarakat tertentu, diluar masyarakat tersebut.
Tujuannya pembatalan terhadap orang luar
2) Permusuhan yang dilakukan oleh sekelompok orang
sekelompok masyarakat atas nama seluruh masyarakat.
Inilah yang sering disebut peperangan. Peperangan pada
umumnya selalu dihubungkan dengan gejala politik.
permusuhan akibat pertentangan dalam gejala sosial
kultural bukan peperangan

25
• Sengketa berkepanjangan dan hukum

Sengketa berkepanjangan adalah merupakan manifestasi dari


hukum primitif. akibat dari pengertian ini maka LASSWELL
menyimpulkan ada 2 jenis sengketa yang berkepanjangan
antara lain :
1) Sengketa karena mencabut nyawa  perwujudan dari
hukum primitif
2) Sengketa berkepanjangan jenis modern. Ini sebenarnya
secara formal tidak sah

26
• Istilah sengketa menurut para ahli

 Para ahli sosiologi hukum lebih cenderung menggunakan


istilah konflik
 Para ahli antropologi hukum menggunakan istilah sengketa
 Tetapi ada juga para ahli yang menggunakan istilah sengketa
dan konflik

NEDER dan TODD ( ahli antropologi hukum ) membedakan


antara :
- Pra Konflik  Keadaan yang mendasari rasa tidak puas
seseorang
- Konflik  Keadaan dimana para pihak menyadari atau
mengetahui tentang adanya perasaan tidak
puas tersebut
27
 Sengketa adalah keadaan dimana konflik tersebut dinyatakan
di muka umum atau dengan melibatkan pihak ketiga
 Sengketa dapat timbul diantara :
1) Individu-individu ;
- Kelompok yang berbeda ( misalnya sengketa tanah
antara seorang dari kelompok tertentu dengan seorang lain
dari kelompok lain )
- Kelompok yang sama ( misalnya sengketa tanah
warisan antara individu dalam satu kelompok )
oleh Comarof dan Roberts disebut “ Inter house “
2) Kelompok-kelompok ;
- Misalnya antar kelompok yang otonom di dalam
masyarakat. Hal ini disebut “ Intra house “

28
• Upaya-upaya penyelesaian sengketa
1) Menurut S. Roberts :
a. Penggunaan kekerasan yaitu langsung antar pribadi
b. Melalui upacara, misalnya upacara adat
c. Mempermalukan ( misalnya dengan sindiran )
d. Melalui makhluk supranatural (misalnya dengan magic)
e. Pengucilan
f. Pembicaraan
- Langsung ( negoisasi )
- Tidak langsung melalui pihak ke 3 ( mediasi )
2) Menurut P. H. Gulliver dan L. Nader :
a. Melalui pola kompromi untuk menetapkan keputusan atau
negosiasi untuk menetapkan kesepakatan
29
b. Menekankan kepada para pihak yang terlibat
- hanya dua pihak yang berkepentingan ( pola dyadic )
- dengan melibatkan pihak ketiga ( triadic )
 Dari uraian tersebut penyelesaian sengketa sudah ada
kecenderungan menggunakan jasa pihak ketiga.
 Campur tangan pihak ke 3 ini yaitu mediasi. Mediasi
sebenarnya merupakan negosiasi juga. Pihak ketiga ini disebut
mediator.
 Penentuan Mediator :
- Mencalonkan diri ( kehendak sendiri )
- Ditunjuk penguasa
- Diminta kedua belah pihak
 Tugasnya sebagai fasilitator berupa :
- Mengurangi perbedaan pendapat
- Bijaksana ( tidak memihak )
 Kalau kesepakatan tidak tercapai biasanya diselesaiakan lewat
pengadilan 30
3. Menurut V. Aubert
Konflik  Berdasarkan sumber
- Konflik Kepentingan  Kelangkaan  Persaingan
- Penyelesaian  Negoisasi  Kompromi ( win-win
solution )

Konflik Nilai :
- Tidak sepakat tentang nilai
- Perbedaan pandangan tentang makna ( nilai fakta )
- Penyelesaian  Penerapan hukum terhadap fakta- fakta
yang sudah ditetapkan ( win-win solution hanya dapat
dihasilkan dari negoisasi )

31
 Menurut V. Aubert Penyelesaian konflik dilakukan dengan :
a. Dyade  hanya antara para pihak dengan cara :
- Saling mengalah
- Berunding/ kompromi
- Agresi/ penggunaan kekuatan atau kekerasan
b. Triade  campur tangan pihak ketiga dengan cara :
- Perang tanding :
1. yang bersangkutan
2. yang bersangkutan dan pembantunya
3. wakil yang bersangkutan ( mis ; advokat )
- Peradilan Dewa-dewa
- Pimpinan Masyarakat
1. Sendiri
2. Melibatkan warga masyarakat

32
- Peradilan
1. Penyelesaian rasional secara adil manusiawi dengan
objektif
2. Penyelesaian sengketa secara definitif demi kepastian
hukum
3. Penyelesaian sengketa dalam kerangka sistem hukum

Penyelesaian sengketa melalui peradilan memerlukan


kemampuan berpikir yuridik.
artinya : terpola/terarah

33
• Proses Penyelesaian Sengketa
 Proses penyelesaian sengketa, mulai dari tingkat masyarakat
sampai ke tingkat lembaga pengadilan.
 Pengadilan yang lebih tinggi telah menggunakan berbagai
aturan hukum  menggunakan hukum tertentu pada tahap
tertentu
Misalnya :
Pada masyarakat yang digunakan tetua adat
 Hukum adat
 Hukum kekerabatan
sedangkan pada tingkat selanjutnya yaitu pengadilan
 Hukum nasional
 Menggunakan aturan hukum secara bersama- sama
( penggabungan ). Mulai dari tingkat masyarakat
sampai ke tingkat pengadilan.

34
Kesimpulan :
 Oleh karena itu, tingkat pengetahuan masyarakat akan hukum
dan aturannya ditambah pengaruh-pengaruh hubungan sosial
ekonomi dan politik, ikut menentukan proses penyelesaian
sengketa.
 Dalam proses penyelesaian sengketa di tingkat gejala, yang
dalam antropologi dikenal sebagai gejala pluralisme hukum
 Hal tersebut dapat terjadi sebab :
- Manusia itu merupakan bagian dari satu negara
- Manusia itu merupakan bagian budaya yang berbeda
- Merupakan bagian dari etnis/suku tertentu
- Merupakan bagian dari agama tertentu

35
 Penyelesaian Sengketa
 Dengan adanya hukum diharapkan masyarakat tertib dan
damai
 Sering tingkah laku seseorang berakibat merugikan orang lain
 Artinya adanya sengketa akibat dari tingkah laku
 Penyelesaian pada mulanya oleh yang dirugikan, kemudian
melalui tokoh masyarakat, lalu penyelesaian menurut hukum
 Sengketa manapun penyelesaian sengketa merupakan tingkah
laku karena itu merupakan gaian penelitian Antropologi
Hukum
 Penyelesaian oleh para pihak atau melalui tokoh masyarakat
disebut penyelesaian diluar pengadilan sedangkan
penyelesaian menurut hukum disebut penyelesaian melalui
pengadilan

36
 Ada beberapa kecenderungan untuk menyelesaikan
sengketa yaitu :

1. Mengabaikan dan terus melakukan hubungan dengan


yang merugikan
2. Mengelak mengurangi/ memutuskan hubungan
3. Paksaan, memaksa dan kekerasan
4. Perundingan ( negoisasi )
5. Menggunakan mediator ( mediasi )
6. Menggunakan arbitrator ( arbitrase )
7. Adjudication ( Peradilan )

37
 Pengertian tentang hukum pada masyarakat sederhana
 Pembahasan secara ilmiah dalam antropologi hukum
didasarkan pada hasil penelitian orang-orang barat yang
sudah berbudaya hukum terhadap masyarakat sederhana
 Dari hasil penelitian itu, diidentifikasikan apa sebenarnya
hukum yang terdapat pada masyarakat sederhana
 Pengertian hukum dalam masyarakat sederhana itu meliputi :
- Bentuk-bentuk
- Ruang lingkup
- Ciri-ciri
- Analisa terhadap kasus hukum

38
• Pendapat para ahli :
1. B. Malinowski
Mengadakan penelitian pada masyarakat Trobian di Papua
Nugini Kep. Salomon
- Pada masyarakat sederhana ada aturan hukum yang
merupakan aspek dari kehidupan masyarakat itu sendiri
- Hukum tidak berproses dalam lembaga yang berdiri sendiri
dan tidak terdapat dalam bentuk keputusan yang berkaitan
dengan pelanggaran
- Hukum adalah hasil dari hak dan kewajiban untuk
mencegah seseorang menghindari seseorang menghindari
tanggung jawab dari pelanggaran yang dilakukannya
- Perbedaan antara hukum dan aturan-aturan lainnya
yang terletak pada mekanisme kekuatan mengikat nya

39
2. G. A. Hoebel
Penelitian terhadap orang Indian di New Mexico
Hukum  Kaidah yang apabila tidak ditaati dikenakan
sanksi berupa paksaan
 Sanksi itu dilakukan oleh pihak ( kelompok )
yang diakui oleh masyarakat dan tidak
memihak
3. Redfield
Hukum pada masyarakat sederhana dapat memilih 3 jalur
yaitu :
- Jalur Kanan :
Hukum ada apabila ada pengadilan dan kitab
undang-undang. Menurut jalur ini pada masyarakat
sederhana tidak ada hukum
40
- Jalur Kiri :
Adanya hukum tidak dengan adanya pengadilan dan kitab
undang-undang. Menurut jalur ini hukum adalah ketaatan
anggota masyarakat karena kesadaran
- Jalur Tengah :
Hukum meliputi aturan bagaimana menerapkan kekuatan
secara sistematis dan formal oleh pemerintah untuk
mempertahankan aturan-aturan tingkah laku.

Masyarakat yang sederhana itu berbeda-beda, karena itu


hukumnyapun berbeda. Untuk membuktikan hal ini Redfield
melakukan penlitian terhadap beberapa masyarakat
sederhana antara lain : Masyarakat Andaman, Indian zuni,
Indian Yurok, Ifugo, Aborigin, dll

41
• Leopold Pospisil berpendapat hukum mengacu kepada
keputusan yang dibuat oleh otoritas yang memiliki yuridiksi
terhadap pihak-pihak yang berselisih dan pada ketaatan pihak-
pihak kepada putusan yang dibuat
• Sengketa yang berkepanjangan merupakan perkelahian antar
kelompok dimana para pihak mengabaikan malahan
mengingkari dari wewenang dari otoritas politik yang lemah
sifatnya.
• Jadi hukum merupakan cara penyelesaian dalam kelompok.
Sengketa yang berkepanjangan adalah gejala antar kelompok
yang masih satu bagian dalam masyarakat.

42
4. Pospisil
• Pada masyarakat sederhana kehidupan diliputi oleh adat
istiadat yang mengikat secara tradisional. Adat istiadat ini
adalah sama dengan hukum.
• Dilihat dari pemikiran hukum barat, bahwa adat istiadat itu
bukanlah hukum
Karena itu menurut pendapat ini, pada masyarakat
sederhana tidak terdapat hukum

5. Paul. J. Bohannan
• Hukum itu mirip bunglon, artinya setiap masyarakat punya
aturan, tapi penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat dimana hukum itu berlaku
• Hukum dijadikan bagi kelakuan masyarakat sebagai
bimbingan atau pedoman
43
Apabila terjadi pelanggaran terhadap hukum maka :
- Dalam batas tertentu orang yang dirugikan diizinkan oleh
masyarakat untuk memperbaiki haknya yang dilanggar ( bela
diri ). Tindakan bela diri ini merupakan cara penyelesaian
terhadap pelanggaran hukum
- Ada tindakan penyelesaian lain : misalnya ;
1. Melalui pertandingan ( Gladiator )
2. Melalui pengadilan badan khusus yang bertugas
menyelesaikan sengketa
3. Melalui rapat umum merupakan pertemuan para warga
setempat
- Penyelesaian seperti 3 cara ini adalah merupakan tindakan
balasan terhadap sipelanggar hukum
- Tindakan balasan terhadap si pelanggar ini diikuti dengan
koreksi terhadap pelanggaran hukum dimana sipelanggar
wajib melakukan sesuatu mis ; masuk penjara
44
• Tujuan koreksi adalah :
1. Mengembalikan keadaan kepada situasi semula
(restitusi)
2. Kalau tidak mungkin maka dilakukan semacam
pembayaran kembali ( restribusi )
Penyelesaian pelanggaran ini adalah penting untuk
menyembuhkan masyarakat supaya masyarakat dapat
berjalan dengan baik.
• Jadi hukum adalah salah satu alat yang digunakan manusia
untuk mendamaikan perilaku manusia itu sendiri.
• Cara mendamaikan dilakukan dengan tidak terlalu menyakiti
hati, yang dapat membuatnya berontak dan dapat
memungkinkan kehidupan masyarakat dapat berlangsung
dengan baik.

45
• Aturan hukum mempunyai ciri –ciri :

1. Menuntut cara bertingkah laku


2. Mengandung unsur keharusan
3. Diungkapkan sehingga petugas dapat menerapkannya
4. Memuat aturan yang dapat diinterpretasikan oleh lembaga
dalam masyarakat, sehingga sengketa yang terjadi dalam
lembaga yang bukan lembaga hukum, dapat diselesaikan oleh
seseorang yang mempunyai wewenang untuk itu.

46

Anda mungkin juga menyukai