Dibuat oleh :
Calvin Agasta
11010113130720
Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro
Semarang
2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.. i
KATA PENGANTAR....... ii
ABSTRAK..... 1
BAB I PENDAHULUAN.. 3
a. Latar Belakang .. 3
b. Rumusan masalah . 4
c. Tujuan Penelitian .. 4
d. Manfaat Penelitian .... 5
e. Pendekatan Penelitian ... 5
BAB II KERANGKA TEORI .. 6
a. Nama dan Bahasa . 6
b. Lokasi Masyarakat Suku Bajo . 7
c. Demografi Masyarakat Suku Bajo ... 7
d. Mata Pencaharian . 8
BAB III EKSISTENSI HUKUM MASYARAKAT SUKU BAJO. 10
Hukum Yang Berlaku Sacara Universal bagi Masyarakat Suku Bajo Bokori 10
BAB IV HUBUNGAN ANTARA HUKUM DENGAN ASPEK
KEBUDAYAANDAN ORGANISASI SOSIAL DALAM MASYARAKAT SUKU
BAJO BOKORI (Pendekatan Holistik )....... 14
a. Aspek Budaya . 14
b. Kaitan Antara Hukum dengan Aspek Kebudayaan dan Organisasi Sosial
dalam Masyarakat Bajo Bokori .. 22
BAB V PENUTUP . 25
a. Simpulan . 26
b. Saran ... 27
DAFTAR PUSAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada yang maha kuasa, karena berkat campur
tanganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Penelitian dengan
judul Eksistensi Kebudayaan Hukum Masyarakat Adat Suku Bajo Bokori.
Adapun maksud daripada pembuatan Makalah Penelitian ini adalah
sebagai pemenuhan tugas dalam mata kuliah Antropologi Hukum Kelas A
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
Penulisan karya ilmiah ini tentu saja masih banyak kekurangan. Untuk itu
demi kesempurnaannya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya konstruktif. Akhirnya, semoga Makalah Penelitian ini bermanfaat bagi
perkembangan Ilmu Hukum.
Penulis
ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan adat dan budaya yang beragam, serta
memiliki beberapa unsur kebudayaan sebagai indikator yang dapat berlaku bagi semua suku
bangsa yang ada di Indonesia. Sebagai salah satu contohnya adalah masyarakat suku Bajo.
Masyarakat suku bajo percaya bahwa laut merupakan kehidupan mereka. laut adalah
ombok lao, atau raja laut. Sehingga filosofi tersebut berakibat pada penggolongan manusia
dalam suku Bajo. Suku Bajo, dalam menempatkan orang membaginya ke dalam dua kelompok,
yaitu Sama dan Bagai. Sama adalah sebutan bagi mereka yang masih termasuk ke dalam suku
Bajo sementara Bagai adalah suku di luar Bajo. Penggolongan tersebut telah memperlihatkan
kehati-hatian dari suku Bajo untuk menerima orang baru. Mereka tidak mudah percaya sama
pendatang baru.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
Pendekatan Holistik yaitu gambaran penganalisaan data yang diperolah secara menyeluruh dari
Sosial dan Budaya , Agama yang akan menggambarkan perilaku masyarakat sampai
membentuk Hukum.
Hasil dari Penelitian ini dibuat sebagai bahan belajar pembaca dan memperluas
wawasan mengenai masyarakat suku Bajo, khususnya suku Bajo Desa Bokori, Kecamatan
Soropia,Kabupaten Konawe. Oleh karena itu sebaiknya makalah penelitian ini digunakan
sebagaimana fungsi seharusnya.
contohnya
EKSISTENSI KEBUDAYAAN
HUKUM MASYARAKAT ADAT
suku Bajo.
Masyarakat
merupakan
suku
bajo
ombok
budaya
serta
Sehingga
unsur
berakibat
yang
masyarakat
adalah
beragam,
memiliki
beberapa
kebudayaan
sebagai
lao,
atau
filosofi
pada
raja
laut.
tersebut
penggolongan
indikator
suku
membaginya
bangsa
yang
ada
di
ke
dalam
dua
adalah
sebutan
bagi
Suku Bajo ,
adalah
Holistik.
suku
di
Penggolongan
luar
Bajo.
tersebut
telah
dan Pendekatan
Mereka
tidak
mudah
Pendekatan
yaitu
gambaran
perilaku
sebagai
pembaca
dan
bahan
belajar
memperluas
Bokori,
Kecamatan
ini
digunakan
Masyarakat
suku
bajo
BAB I
PENDAHULUAN
ombok
A. Latar Belakang
Indonesia
merupakan
lao,
Sehingga
atau
raja
filosofi
berakibat
pada
laut.
tersebut
penggolongan
budaya
yang
beragam,
memiliki
beberapa
kebudayaan
sebagai
serta
unsur
indikator
membaginya
ke
dalam
dua
Sama
suku
di
contohnya
adalah
bangsa
yang
adalah
ada
masyarakat
adalah
suku
sebutan
di
Penggolongan
suku Bajo.
bagi
luar
Bajo.
tersebut
telah
sejarahnya,
baru.
Berdasarkan
dengan
manusia
Mereka
tidak
Masyarakat
perahu.
mudah
suku
bajo
kehidupan
kitanaja
Masyarakat
mereka
selalu
manusia
mamikira
Setelah
mereka
akan
daerah
yang
berpindah
pindah.
berpidah
lain,
pada
barulah
kita
sebagai
manusia
yang
bagaimana
cara
dan
memikirkan
memperoleh
mempergunakannya.
laut
kemudian
dimanfaatkan,
dan
dan
hasilnya
Sehingga
merupakan
berlaku universal?
2. Bagaimana
hubungan
hukum
Bajo.
Walaupun suku Bajo selalu
tinggal di daerah pinggiran laut
dan jauh dari pengaruh kehidupan
masyarakat
modern
pada
Kabupaten
Konawe,
Provinsi
Sulawesi
Tenggara,
sebuah
desa
yang
di
huni
dengan
kebudayaan
organisasi
atau
bidang
lain dalam
masyarakat
suku
Bajo
Kabupaten
Konawe,
Provinsi
Sulawesi Tenggara?
C. Tujuan Penelitian
Penulisan makalah ini selain
bertujuan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Antropologi
Hukum, juga bertujuan:
1. Untuk
mengetahui
yang
universal
Berdasarkan
dan
antropologi
hukum
B. Rumusan Masalah
aspek
berlaku
dalam
uraian
latar
Bokori,
Kecamatan
maka
yang
Soropia,
Kabupaten
Konawe,
Provinsi
belakang
diatas,
dalam
suku
Bajo
Kabupaten
Konawe,
Provinsi
Sulawesi Tenggara.
2. Untuk
mengetahui
hubungan hukum dengan
aspek kebudayaan dan
organisasi atau bidang
antropologi lain dalam
masyarakat
suku Bajo
menyeluruh
Soropia,
Kabupaten
Konawe,
Provinsi
Sulawesi Tenggara.
dari
menggambarkan
Sosial
dan
perilaku
D. Manfaat Penelitian
Secara akademik, penelitian
ini telah menambah referensi
pengetahuan dan teori tentang
antropologi
hukum.
Secara
melakukan
pemberdayaan
bagi
upaya
komunitas
memberi
pemikiran
yang
sumbangan
kepada
pihak-pihak
berkepentingan
meningkatkan
dalam
kesejahteraan
Holistik
yaitu
penganalisaan
data
diperolah
secara
secara
Konon
BAB II
KERANGKA TEORI
mereka
berasal
dari
nama
suku
Bajo
dari
pulau
Selain
menguasai
berkomunikasi
menggunakan
bahasa
dengan
Bajo,
diwajibkan
bahasa
Bajo.
nenek
berasal
moyang
dari
Johor,
Malaysia.
Mereka
adalah
keturunan
orang-orang
Johor
yang
dititahkan
raja
untuk
Orang-orang
tersebut
memilih
Sulawesi,
menetap
sedangkan
di
orang-
Bugis
menempatkan
kemudian
rakyatnya
di
yang
hidup
matinya
dengan
sekitarnya,
lingkungan
kendati
tradisinya
dengan
bahasa-
meneruskan
Lembata,
mereka
hanya
berbahasa
Bajo
dengan
berbahasa
bila
atau
Lamaholot
bertemu
di
pasar
tradisi
berpindah
Bokori
bajo
mengalami
1986.
sudah
yang
sekarang
bahasa lainnya.
masyarakat
suku
Adat
Puto,
untuk
perahu.
sementara
MASYARAKAT SUKU
kala
mencari
kehidupan
seperti
Mereka
masyarakat
menghabiskan
unik.
C. DEMOGRAFI
B.LOKASI
BAJO
Dahulu
Perkawinan
sumber
masyarakat
MASYARAKAT SUKU
BAJO
Suku
Bajo
(Bajau)
Tenggara,
selain
di
juga
di pulau
mereka
daratan Soropia.
Sejak lama, masyarakat
suku
Bajo
telah
menempati
sedikit
menutup
diri
PENCAHARIAN
sendiri.
Laut
adalah
kebutuhan
hidup
di
sekitarnya,
beberapa
tapi
hampir
pencaharian
utama
pulau
tidak
Suku
Bajo
memang
terbilang
suku
lain,
apabila
Pemerintah setempat.
Kegiatan
bajo
di
daerah
sangat
masih
tidak
dihimbau
melaut
adalah
oleh
untuk
mencari
mereka
administrasi
yang
pemukiman
secara
ikan
sederhana.
berada
ini
rutinitas
di
rumah.
nanti
terlihat
sebagainya.
menyebut
tempat
Mereka
budidaya
Sebagian
kecil
bahkan
ada
yang
tentang
sudah
pentingnya
mulai
terbangun.
BAB III
EKSISTENSI HUKUM
MASYARAKAT SUKU
BAJO BOKORI
A.
Bokori
Masyarakat
suku
Bajo
untuk
penyelesaiannya.
Pasipupukang
dilakukan
ini
biasanya
dengan
tata
cara
sebagai berikut:
Apabila
terjadi
perkelahian
kasus
diantara
masyarakat
Bajo,
pertemuan
di
sesama
diadakanlah
suatu
tempat,
Kecamatan
Soropia,
Kabupaten
Konawe,
Provinsi
Sulawesi
Tenggara
adalah
Bokori,
Pertemuan
ini
dinamakan
segala
perubahan
dalam
berseteru,
masyarakat,
Pembicaraannya
dijunjung tinggi.
Dalam masyarakat
tokoh
adat,
kepala
tokoh
desa.
dilakukan
melibatkan
Soropia,
Kabupaten
Konawe,
Provinsi
Sulawesi
Tenggara,
dikenal
sebuah
tradisi
yang
pihak
masyarakat
lain
adat
penyelesaiannya
tetap
yang
lain,
sama
perkumpulan
kedua
permasalahan
yang
mereka
(Pasipupukang)
masyarakat
adat.
Lalu
Passala
atau
biasa
dikenal
dan
Pasipupukang,
namun
suku
dalam
masyarakat
suku
Bajo
secara
universal
atau
Adapun
hukum
unsur-unsur
yang
bersifat
tertulis
2. Bersifat mengatur dan
mengikat
3. Mempunyai sanksi
4. Memiliki efek jera.
Yang
pertama
dengan
yang
Pemali
dikenal
dan
terdapat
perkelahian
di
di
setempat.
Diberlakukan
dengan
diadakannya
mempunyai
diselesaikan
mengenai
Aturan-aturan
yang
terjadi
pihak
turun
Bajo
ketika
mengikat.
misalnya
secara
Namun,
adat
musyawarah,
dulu
kalau
ada
yang
namanya
besar,
karena
dalam
setiap
untuk
tawar-menawar
musyawarah.
kesepakatan
Misalnya
kalau
tentang
uang
biaya
pesta
sampai
ada
antara
dua
di
lihat
matrelialistis,
adat
keharusan
untuk
berbicara
memberi
alasan
kenapa
melakukan
Pasipupukang
dengan cara:
Ningkolo (duduk) sebagai
simbol untuk mohon izin kepada
menyetujui
tersebut,
kenapa
pernikahan
agak
sebenarnya
tidak
disetujui,
Bajo
ningkolo
Rp
itu
suku
adatnya
tapi
pernikahannya
upacara
seperti
memberi
10.000
berlakunya
meminta
instansi
izin
kekeluargaan.
dan
sifat
diikuti
hukum
agama
dengan
adat
dan
yang
tersebut.
Dan
di
situ
calon
mereka
diharuskan
untuk
nya
nilai
sebuah
kehormatan keluarga.
di
BAB IV
darat
karena
banyak
HUBUNGAN ANTARA
HUKUM DENGAN ASPEK
KEBUDAYAAN DAN
ORGANISASI SOSIAL
DALAM MASYARAKAT
diantaranya:
1)
Rumah Bajo
Rumah
Panggung
jarang
dipenuhi
perabot
furniture
seperti
mengambil
beberapa
punah
dan
melepaskannya ke laut ,
ikan yang dilepas itu
diharapkan
mengundang
bisa
ikan-ikan
warung
bertelur
atau
pedagang.
dan
serta
lantai
penangkapan
kayu
yang
tidak
beranak
membatasi
berdasarkan
waktu
segala
kehidupannya
bawah sana.
Orang-orang
di
Bajo
adat
ketentuan
tertentu
dan
yang
tokoh
komunitas.
- Pamali
Daerah
yang
adat
tertentu
terlarang
ditetapkan
ketua
bagi
yang
melanggar.
- Maduai Pinah : Ritual
yang
dilakukan
saat
Dalam
masyarakat
keyakinan
Bajo,
Duata
sosok
manusia.
dari
tradisi Bajo
segala
upaya
lama
waktu
minimal sebulan
4) Lama : melaut sangat
5)
Bajo.
pengobatan medis.
6) Perkawinan
Dalam
masyarakat
suku bajo, terdapat beberapa
jenis perkawinan, yakni :
1. Perkawinan
yang
dilaksanakan
berdasarkan
bulan
peminangan (Massuro)
Perkawinan jenis
dan
biasanya
bangsawan
maupun
masyarakat
biasa.
selalu
pakayya
dengan
cara
membunuh
lelaki
yang
dengan
adat
melarikan
sedangkan
(anaknya).
upacara
tertentu,
masyarakat
awam
berdasarkan
kemampuan
berusaha
anak
untuk
gadisnya
Namun,
sekarang
ini
ketentuan
adat,
menurut
apabila
sederhana.
2. Perkawinan
( Kawin Lari)
Perkawian
yang
dilaksanakan
tidak
berdasarkan
peminangan
diurus
untuk
dinikahkan.
Dalam masyarakat
Suku
Bajo,
Silaiyang
peristiwa
(melarikan
diri
yang
pakayya
penghulu
(pemerintah)
maksud
perempuan
dimintai
untuk
persetujuannya.
tua
dan
keluarga
persetujuannya,
merasa
dipermalukan (adipakaiya).
- Seorang
dipermalukan
(dipakaiya)
itu menganggap
pria
dilarang
anaknya
itu telah
yang
dilarikan
pihak
penghulu
adat
atau
menikahkannya
berlaku
masyarakat
dalam
Suku
kawin
dari
yang
menurunkan
(saudara
kandung
ayah/saudara
Duduk
( Sitingkoloang )
Bajo
wanita
saudara
Perkawinan
dengan
masih
ini
perempuan
pergi
perempuan
guna
menyerahkan
menurunkannya (ibu/nenek)
atau
ibu.
laki-laki
- Seorang
pria
dirinya
perempuan.Karena
atau
perempuan
dilarang
menurun
menyampaikan
(anak/cucu/cicit)
dirinya
termasuk
kedatanganya
sangat
maksud
bahwa
dia
sayang.Untuk
ini
dari
pihak
kegiatan
nelayan.
Tantangan
ini
masih
di
berlaku
kurangnya
akses
menuju
Upacara Sangal
Upacara Sangal yang
dilakukan
yang
Masyarakat Bajo.
7)
sebagai
musyawarah
(sitummu).Perkawinan
mereka
saat
angka
kematian
musim
dan
bayi,
kemiskinan,
tersebut,
mereka
akan
melepas
spesies
yang
pun
populasinya
tengah
tantangan
berkurang,
penyu
melepas
salah
yang
satu
dihadapi
menjadi
8)
ini.
Tarian
tuna
Umumnya
tarian
tarian
bugis,buton,mandar
tumbuh
suatu
terhadap
keyakinan
adanya
mantra
yang
peranan
penting
suatu
memberi
dalam
kehidupan
mereka,
keyakinan
tersebut
berkaitan
erat
dengan
suku
dan
Bajo yakni :
1. Tarian Manca
Tarian
Manca
adalah
populer
masyarakat
(nyamboh)
pada
menyambung
tarian.
Umumnya
manca
(Massuro).
dipentaskan
saat
ada
pesta
Biasanya
istilahnya
saat
pengantin
sepasang
pamanca
laki-laki
(lekka).
dari
dua
orang
yang
masing-masing
saling
membawa
peddah
(pedang).
Tarian
ini
Nah
dirumah
setelah
perempuan,di
satu
anggota
keluarga
temurun
nenek
mereka.Si
dari
moyang
yang
sudah
perempuan
sejak
kecil,sehingga
pengantin
lentur
disebut
sesuai
dengan
istilah
ini
laki-laki
nyambo'
lille
irama
sarroni/sulleh
sedangkan
pengantin
(seruling)
dan
perempuan
disebut
gandah
masyarakat
diiringi
suku
bajo
dengan
alat
melambangkan
musik
(sarroni),goh (gong),dan
tarian
gandah (gendang).
sebagai
menjaga
ini
dianggap
bekal
untuk
diri.
Para
pamanca
saling
2. Sile'
seruling
kampoh
silat
kampung )
Silat
kampung
yang
bersinambungan dengan
lain
dapat
manca
artinya
semua
silat
kampung
mempelajari silat.
9)
Religi
Pada awalnya, Suku
orang
mempelajarinya.
umur.
mempelajari
Untuk
silat
dibutuhkan
minggu
ini
empat
ini
sempurna.
sudah
Prinsipnya
Giri),
banyak
suku
Bajo
bangunan
manusia.
Fungsi
dari
adalah
untuk
diri.
Ada
silat
sebuah
yang
menyatakan
orang
ini
menjaga
ungkapan
"Bukan
Bajo
yang
Makanya
pemuda
yang
Islam
bahkan
kebudayaannya
sering
dengan
agama Islam.
10) Sistem Pengetahuan
Masyarakat
ajaran
Bajo
Bokori
memiliki
pengetahuan
alamiah-
meninggalkan kampung
halamannya
tidak
dari
diperkenankan
oleh
pengalaman
dan
atas
dasar
alamiah-
ini
bermanfaat
menjalani
dalam
kehidupan
suatu
besar
masyarakat
nelayan.
Beberapa
pengetahuan
itu,
seperti
tinggalnya
termasuk
ilmu
perbintangan
Bajo
berbada-beda
daerah.
komunitas
Dahulu,
Bajo
masyarakat
Bokori
kurang
secara
memperhatikan pendidikan.
sistem
qamariah
peredaran
bulan
dan
tradisional
dan
penanggalan
mengelilingi
bumi)
penanggalam
syamsiah
tinggi
kalau
toh
harus
ke
laut
untuk
kembali
peredaran
bumi
mengelilingi matahari).
Pengetahuan
masyarakat
dilihat
moyang
Bajo
dari
sosial/budaya
Bokori
perspektif
antara
mengenal
hanya
bagaimana
tidak
tahu
bagaimana
caranya
jika
pandangan
yang
lain
mereka
sejalan
melaut.
sosial
perkembangan
dalam
kehidupan
Namun,
masyarakat
awalnya
dapat
pendidikan
diidentifikasi
bahasanya,
yaitu
dari
baong
sekarang
seiring
zaman,
Bajo
yang
tertutup
akan
tersebut,
sudah
mulai
ada
bidang
keterkaitan
unsur tersebut
Bicara tentang kebudayaan
terutama
di
ketigatiga
diantara
Organisasi Sosial
Dalam masyarakat
suku
Kekar
Bajo
yang
organisasi
mengawasi
Bajo
penyelesaian
berkumpul
dan
social
serta
dalam
membantu
masalah
hukum
daerah pilihan.
B.
Kaitan
Hukum
Antara
Aspek
dengan
Kebudayaan dan
Organisasi
Sosial
Bokori
Dalam
suku
proses
tidak
terlepas
dari
Bajo
Bokori
adat
memiliki
yakini
temurun.
Setiap
secara
turun-
penyelesaian
dari
organisasi
social.
penyelesaian
masalah
hukum
bendera
adat
menunjukkan
diselesaikan
dengan
Bajo
musyawarah
dan
cara
yang
tersebut
kedaulatan
masih
adat
mendarah
system
terdapat
kehormatan,
tradisi
Ningkolo
Passala. Budaya
dan
dan
musyawarah
kekeluargaan
dalam
dimana
menunjukkan
eksistensi
harga
hukum
diri,
kebesaran
adat
dalam
masyarakat
kehidupan
adat
Bokori.
Selain
Suku
Bajo
unsur
adanya
perayaan
lainnya.
Tidak
semua
asas
persatuan,
tradisi
mengandung
masyarakat
Bajo;
kebangsaan,
itu,
dan
adat
mereka;
juga
asas
disini
penggunaan
asas
berarti
bendera
ketertiban
dalam
berarti
bahwa
kepastian
hukum
penggunaannya;
asas
keseimbangan,
penggunaan
mencerminkan
berarti
bendera
bahwa
harus
keseimbangan
penggunaannya;
asas
keserasian
berarti
bahwa
penggunaan
bendera
harus
dan
asas
keselarasan
berarti
bahwa
penggunaan
bendera
harus
dan
aspek
kepercayaan
symbol
penggunaan
hukum
bahwa
adat
sebagian
dalam
dalam
BAB V
PENUTUP
masyarakat
tersebut
A. Simpulan
serta
dengan
Bajo,
Kecamatan
dalam
Soropia,
Kabupaten
penyelesaian
setiap
masalah.
Selain
hukum
yang
secara
adat
berlaku
itu,
dengan
suku
mengandung
serta
yang
diyakini
Bajo
ini
Bajo
dengan
secara
turun-
temurun
oleh
sangat
yang
berbagai
berkaitan
hukum
yang
masyarakat
setempat,
hukum
seperti
misalnya
dalam
Pasipupukang
setiap
penyelesaian
Bajo
dengan
Bokori
tidak
memiliki
tradisi
Ningkolo
Passala/denda
sanksi
apabila
dan
sebagai
kaitan
permasalahan
yang
hanya
terjadi
dengan
kebudayaan
aspek
masih
pasipupukang
untuk
musyawarah
mencari
jalan
tanpa
ada
social
yang
keluar
organisasi
terlibat.
organisasi
social
khususnya
mahasiswa
dan
memperluas wawasan
mengenai masyarakat
suku Bajo, khususnya
suku
Bajo
Bokori,
Desa
Kecamatan
Soropia,Kabupaten
Konawe. Oleh karena
itu
sebaiknya
makalah
ini
digunakan
sebagaimana
fungsi
seharusnya.
2. Harus ada Pendirian
1 ( Satu ) Organisasi
Sosial apabila terjadi
suatu
permasalahan
Bajo
Bokori
yang
didalamnya
terdiri
DAFTAR PUSTAKA
rifan-lokal-suku-bajo-uas.html (Asal
usul Suku Bajo)
Undang Undang
Pasal 18B Undang undang dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Pasal 25 Undang undang dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
http://ahmilanakwajo.blogspot.com/2
010/03/jenis-perkawinan-sukubajo.html (Jenis Perkawinan Suku
Bajo)
1945
Pasal 28 I Undang undang dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945
Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri
nomor 52 Tahun 2014 tentang
pedoman pengakuan dan
perlindungan masyarakat Hukum
Adat.
Buku
Aslan, La Ode Muhamad dan Nadia,
La Ode Abdul Rajak. 2009. Potret
Masyarakat
Pesisir
Sulawesi
Internet
http://tipswisatamurah.blogspot.com/
2012/02/uniknya-tradisi-masyarakatbajo.html ( Tradisi Duata Masyarakat
Bajo dan Perahu Tradisional
Masyarakat Bajo )
http://unjpariwisata.blogspot.com/2012/05/kea
Eksistensi Kebudayaan Hukum Masyarakat Adat Suku Bajo Bokori | 27