Tentang
PERKEMBANGAN BANTUAN HUKUM MASA LAMPAU DAN MASA
YANG AKAN DATANG DAN BANTUAN HUKUM DALAM
PERUNDANG-UNDANGAN
Oleh :
ADE SAPUTRA 1713040044
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Perkembangan Bantuan Hukum Di Indonesia ..................................... 3
B. Bantuan Hukum Dalam Perundang-Undangan .................................... 7
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 12
A. Kesimpulan ...................................................................................... 12
B. Saran ................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Hukum. Penyelenggaraan pemberian Bantuan Hukum kepada warga negara
merupakan upaya untuk memenuhi dan sekaligus sebagai implementasi
negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi
warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice) dan
kesamaan di hadapan hukum (equality before the law). Jaminan atas hak
konstitusional tersebut belum mendapatkan perhatian secara memadai,
sehingga Bantuan Hukum diharapkan dapat menjamin warga negara
khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin untuk mendapatkan akses
keadilan dan kesamaan di hadapan hukum. Selama ini, pemberian Bantuan
Hukum yang dilakukan belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang
miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena
terhambat oleh ketidakmampuan mereka untuk mewujudkan hak-hak
konstitusional mereka. Dengan adanya pemberian Bantuan Hukum dapat
memberikan jaminan terhadap hak-hak konstitusional orang atau kelompok
orang miskin.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam makalah ini akan membahas
tentang Perkembangan Bantuan Hukum dan Bantuan Hukum Dalam
Perundang-Undangan.
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kootoo Hooin (Pengadilan Tinggi), Saikoo Hooin (Pengadilan Agung)
dan Peradilan Swapraja dan Peradilan Adat.1 Di Indonesia bantuan hukum
sudah ada sejak tahun 1500 M, bersamaan dengan datangnya bangsa
Portugis, Spanyol Inggris dan Belanda ke Indonesia. Pada awal
perkembangannya bantuan hukum ini merupakan manifestasi dari sikap
kedermawanan (charity) yang umumnya dilakukan oleh patron kepada
klien. Kemudian bantuan hukum berkembang sejalan dengan
perkembangan profesi hukum menjadi kedermawanan profesi, yang
selanjutnya profesi bantuan hukum menjadi professional responsibility
(tanggung jawab profesi). Dalam perkembangan selanjutnya menjadi
tanggung jawab sosial yang diselesaikan tidak hanya masalah hukum yang
litigasi, tetapi juga non litigasi. 2
1
Hendra Winarta, Frans. 2000. Bantuan Hukum: Suatu Hak Asasi Bukan Belas Kasihan.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hlm 7.
2
Manan, Abdul. 2006. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama.
Jakarta: Kencana. Hlm 67.
4
peradilan. Dan dalam Pasal 42 terdapat istilah yang menerangkan
“pemberi bantuan hukum ” dengan kata “Pembela”.
c) Undang-Undang Darurat No. 1 tahun 1951
Undang-undang Darurat No. 1 tahun 1951 mengatur tentang
tindakantindakan sementara untuk menyelenggarkan kesatuan
susunan kekuasaan dan acara pengadilan sipil.
3
Hendra Winarta, Frans. Op Cit. Hlm 16-22.
5
yang bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan imigran
Jerman, yang bernama Deutsche Rechtsschutz Verein.
Pemberian advokat khususnya bagi rakyat kecil yang tidak mampu
dan buta hukum tampaknya merupakan hal yang dapat dikatakan relatif
baru di negara berkembang, demikian juga di Indonesia. Bantuan hukum
sebagai legal institution (lembaga hukum) semula tidak dikenal dalam
sistem hukum tradisional, dan baru dikenal di Indonesia sejak masuknya
atau diberlakukannya sistem hukum barat di Indonesia. Menurut Ali Yusuf
Amir bahwa bantuan hukum merupakan pelayanan hukum yang bersifat
cuma-cuma. Semua warga negara memiliki aksesbilitas yang sama dalam
memperoleh pelayanan hukum, baik didalam maupun di luar Pengadilan.
4
Ishaq. 2010. Pendidikan Keadvokatan. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm 12-14.
6
B. Bantuan Hukum Dalam Perundang-Undangan
a) Keadilan
Asas keadilan adalah menempatkan hak dan kewajiban setiap orang
secara proporsional, patut, benar, baik dan tertib.
b) Persamaan kedudukan di dalam hukum
Asas persamaan kedudukan di dalam hukum adalah bahwa setiap orang
mempunyai hak dan perlakuan yang sama di depan hukum serta
kewajiban menjunjung tinggi hukum.
c) Keterbukaan
Asas keterbukaan adalah memberikan akses kepada masyarakat untuk
memperoleh informasi secara lengkap, benar, jujur dan tidak memihak
dalam mendapatkan jaminan keadilan atas dasar hak secara
konstitusional.
d) Efisiensi
Asas efisiensi adalah memaksimalkan pemberian Bantuan Hukum
melalui penggunaan sumber anggaran yang ada.
e) Efektivitas
Asas efektivitas adalah menentukan pencapaian tujuan pemberian
Bantuan Hukum secara tepat.
5
Lihat Pasal 1 angka (1), (2), dan (3) Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang
Bantuan Hukum.
7
f) Akuntabilitas
Asas akuntabilitas adalah bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggaraan Bantuan Hukum harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.6
6
Lihat Pasal 2 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
7
Lihat Pasal 6 angka (1) Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
8
Lihat Pasal 3 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
8
Hak dasar itu meliputi hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan,
layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan. 9
9
Lihat Pasal 4 Angka (1), (2), (3) dan Pasal 5 Angka (1), dan (2) Undang-Undang No. 16
Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
10
Lihat Pasal 12 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
11
Lihat Pasal 13 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
12
Lihat Pasal 8 Angka (1) dan (2) Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan
Hukum.
9
Pemberi Bantuan Hukum berhak untuk:
a. Melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan
mahasiswa fakultas hukum.
b. Melakukan pelayanan Bantuan Hukum.
c. Menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum dan program
kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum.
d. Menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan Bantuan Hukum.
e. Mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah ataupun instansi
lain, untuk kepentingan pembelaan perkara.
g. Mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan dan keselamatan
selama menjalankan pemberian Bantuan Hukum. 13
13
Lihat Pasal 9 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
14
Lihat Pasal 10 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
10
6. Syarat Dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum
Untuk memperoleh Bantuan Hukum, pemohon Bantuan Hukum
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-
kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok
persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum.
b. Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara.
c. Melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau
pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum. 15
15
Lihat Pasal 14 Angka (1) Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
16
Lihat Pasal 15 Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di Indonesia bantuan hukum sudah ada sejak tahun 1500 M, bersamaan
dengan datangnya bangsa Portugis, Spanyol Inggris dan Belanda ke
Indonesia. Pada awal perkembangannya bantuan hukum ini merupakan
manifestasi dari sikap kedermawanan (charity) yang umumnya dilakukan
oleh patron kepada klien. Kemudian bantuan hukum berkembang sejalan
dengan perkembangan profesi hukum menjadi kedermawanan profesi, yang
selanjutnya profesi bantuan hukum menjadi professional responsibility
(tanggung jawab profesi). Dalam perkembangan selanjutnya menjadi
tanggung jawab sosial yang diselesaikan tidak hanya masalah hukum yang
litigasi, tetapi juga non litigasi.
Sejak Indonesia merdeka, pemerintahan RI telah mengeluarkan
berbagai macam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
bantuan hukum di muka persidangan untuk menjamin hak-hak konstitusional
orang atau kelompok orang miskin.
B. Saran
Pemakalah menyadari segala kekurangan dari makalah ini baik itu dari
segi isi maupun penulisan. Kami mengharapkan kepada pembaca untuk dapat
memberikan kritikan dan saran yang membangun agar makalah kami
kedepannya dapat lebih baik lagi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Hendra Winarta, Frans. 2000. Bantuan Hukum: Suatu Hak Asasi Bukan Belas
Kasihan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
13