Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BANTUAN HUKUM

Tentang
ORGANISASI DAN PERWUJUDAN PEMBERIAN BANTUAN
HUKUM

Oleh :

ADE SAPUTRA 1713040044

Dosen Pengampu:

SETRIANIS, S.HI,M.H

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA (A)


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas segala


kebesaran dan kelimpahan nikmat yang diberikan-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang Organisasi dan perwujudan Pemberian Bantuan
Hukum.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh
karena itu terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan
penyusun semata-mata. Namun, karena adanya bantuan dan dukungan dari pihak-
pihak yang terkait.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari pengalaman dan
pengetahuan masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih
baik dan bisa lebih bermanfaat.

Padang, 13 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................4
2.1 Pengertian Organisasi Bantuan Hukum ................................................4
2.2 Syarat-Syarat Organisasi Bantuan Hukum ............................................4
2.3 Hak-Hak Organisasi Bantuan Hukum ...................................................5
2.4 Kewajiban Organisasi Bantuan Hukum ................................................5
2.5 Contoh Organisasi Bantuan Hukum ......................................................6
2.6 Upaya Perwujudan Pemberian Bantuan Hukum ...................................9
BAB III PENUTUP .........................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................10
3.2 Saran ....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Julukan negara hukum yang telah lama disandang negara Indonesia,
sudah semestinya diikuti dengan keadaan sadar hukum untuk seluruh lapisan
masyarakat. Namun untuk mewujudkan kesadaran hukum yang tinggi bagi
negara Indonesia tidaklah mudah. Mengingat masyarakat Indonesia yang
heterogen, baik dari kemampuan ekonomi yang tidak merata, kesenjangan
sosial dan tingkat pengetahuan yang juga beragam.
Ketimpangan tersebut berakhir pada kasus-kasus yang harus ditangani
dengan cepat dan tepat. Penanganan ini mesti dilakukan dengan serangkaian
kebijakan yang membantu masyarakat yang buta huruf, maupun yang buta
hukum. Melalui lembaga-lembaga yang telah diperintahkan diharapkan dapat
membantu persoalan yang menimpa masyarakat kurang mampu dan
membantu menciptakan kesadaran hukum bagi mereka di kemudian hari.
Melalui organisasi tertentu diharapkan perwujudan pemberian bantuan
hukum dapat terlaksana dengan baik. Maka dalam makalah ini akan
dipaparkan mengenai apa saja organisasi dan bagaimana upayanya
perwujudan pemberian bantuan hukum bagi masyarakat, dengan tujuan utama
yang tidak luput adalah menciptakan kesadaran hukum. Bantuan hukum
merupakan suatu media yang dapat digunakan oleh semua orang dalam
rangka menuntut haknya atas adanya perlakuan yang tidak sesuai dengan
kaedah hukum yang berlaku. Hal ini didasari oleh arti pentingnya
perlindungan hukum bagi setiap insan manusia sebagai subyek hukum guna
menjamin adanya penegakan hukum. Bantuan hukum itu bersifat membela
masyarakat terlepas dari latar belakang, etnisitas, asal usul, keturunan, warna
kulit, ideologi, keyakinan politik, kaya miskin, agama, dan kelompok orang
yang dibelanya.
Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak
mampu untuk membayar jasa penasihat hukum dalam mendampingi
perkaranya. Meskipun ia mempunyai fakta dan bukti yang dapat

1
dipergunakan untuk meringankan atau menunjukkan kebenarannya dalam
perkara itu, sehingga perkara mereka pun tidak sampai ke pengadilan.
Padahal bantuan hukum merupakan hak orang miskin yang dapat diperoleh
tanpa bayar (probono publico).
Hak atas Bantuan Hukum telah diterima secara universal yang dijamin
dalam Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
(International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR)). Pasal 16 dan
Pasal 26 ICCPR menjamin semua orang berhak memperoleh perlindungan
hukum serta harus dihindarkan dari segala bentuk diskriminasi. Sedangkan
Pasal 14 ayat (3) ICCPR, memberikan syarat terkait Bantuan Hukum yaitu
kepentingan-kepentingan keadilan dan tidak mampu membayar Advokat.
Meskipun Bantuan Hukum tidak secara tegas dinyatakan sebagai
tanggung jawab negara namun ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa “Negara
Indonesia adalah negara hukum”. Dalam negara hukum, negara mengakui dan
melindungi hak asasi manusia bagi setiap individu termasuk hak atas Bantuan
Hukum. Penyelenggaraan pemberian Bantuan Hukum kepada warga negara
merupakan upaya untuk memenuhi dan sekaligus sebagai implementasi
negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi
warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice) dan
kesamaan di hadapan hukum (equality before the law). Jaminan atas hak
konstitusional tersebut belum mendapatkan perhatian secara memadai,
sehingga Bantuan Hukum diharapkan dapat menjamin warga negara
khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin untuk mendapatkan akses
keadilan dan kesamaan di hadapan hukum. Selama ini, pemberian Bantuan
Hukum yang dilakukan belum banyak menyentuh orang atau kelompok orang
miskin, sehingga mereka kesulitan untuk mengakses keadilan karena
terhambat oleh ketidakmampuan mereka untuk mewujudkan hak-hak
konstitusional mereka. Dengan adanya pemberian Bantuan Hukum dapat
memberikan jaminan terhadap hak-hak konstitusional orang atau kelompok
orang miskin.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah
dari makalah ini adalah bagaimana Peran Organisasi dalam Perwujudan
Pemberian Bantuan Hukum?

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Organisasi Bantuan Hukum


Organisasi bantuan hukum adalah badan hukum yang terdiri dari
kumpulan orang-orang profesional dibidang hukum, yang biasa disebut
advokat atau pengacara yang memberikan layanan atau memberikan jasa
bantuan hukum kepada para pencari keadilan yang tidak mampu. Menurut
artikel Karinov yng diterbitkan pada 22 November 2019 mengatakan bahwa
organisasi bantuan hukum adalah organisasi atau lembaga yang bersifat non-
profit. Organisasi yang didirikan bertujuan untuk memberikan pelayanan
sebaik mungkin bagi masyarakat kurang mampu yang juga buta akan hukum
(KARINOV, 2019).
Dalam UU advokat, organisasi atau lembaga yang memberikan layanan
bantuan kepada pencari keadilan yang tidak mampu disebut dengan istilah
pemberi bantuan hukum. namun terdapat perbedaan pendapat dalam
menafsirkan pemberi bantuan hukum, bahwa pemberi bantuan hukum bukan
hanya perseorangan dari orang professional, namun bantuan hukum juga dari
suatu organisasi atau lembaga. Berdasarkan Bab IV Pasal 8 sampai 11
Undang-undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum disebutkan
bahwa lembaga atau organisasi kemasyarakatan yang memberikan bantuan
hukum adalah merupakan pemberi bantuan hukum.

2.2 Syarat-Syarat Organisasi Bantuan Hukum


Berdasarkan Pasal 8 ayat (1) UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan
Hukum adalah sebagai berikut:
a) Berbadan hukum;
b) Terakreditasi berdasarkan Undang-Undang ini;
c) Memiliki kantor atau sekretariat yang tetap;
d) Memiliki pengurus; dan
e) Memiliki program Bantuan Hukum.

4
2.3 Hak-Hak Organisasi Bantuan Hukum
Berdasarkan Pasal 9 UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum
dijelaskan hal-hal yang menjadi hak pemberi bantuan hukum atau organisasi
bantuan hukum, yaitu sebagai berikut:
a) Melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa
fakultas hukum;
b) Melakukan pelayanan Bantuan Hukum;
c) Menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan program
kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Bantuan Hukum;
d) Menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan;
e) Mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
f) Mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah ataupun instansi
lain, untuk kepentingan pembelaan perkara; dan
g) Mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan keselamatan
selama menjalankan pemberian Bantuan Hukum.

2.4 Kewajiban Organisasi Bantuan Hukum


Berdasarkan Pasal 10 UU No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan
Hukum, organisasi bantuan hukum berkewajiban sebagai berikut:
a) Melaporkan kepada Menteri tentang program Bantuan Hukum;
b) Melaporkan setiap penggunaan anggaran negara yang digunakan untuk
pemberian Bantuan Hukum
c) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Bantuan Hukum bagi
advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum yang direkrut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a;
d) Menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau keterangan yang diperoleh
dari Penerima Bantuan Hukum berkaitan dengan perkara yang sedang
ditangani, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang; dan

5
e) Memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum
berdasarkan syarat dan tata cara yang ditentukan dalam Undang-Undang
ini sampai perkaranya selesai, kecuali ada alasan yang sah secara hukum.

2.5 Contoh Organisasi Bantuan Hukum Yang Dapat Memberikan Bantuan


Hukum
Dalam web Smartlegal.id dengan artikel berjudul Kenali Tiga Lembaga
Alternatif Pemberi Bantuan Hukum yang diterbitkan pada 28 Desember 2018
dijelaskan terdapat tiga organisasi yang memberikan bantuan hukum secara
cuma-cuma, yaitu sebagai berikut:
1) Lembaga Bantuan Hukum
Lembaga Bantuan Hukum atau LBH adalah lembaga yang didirikan
untuk memberikan bantuan hukum secara Cuma-cuma kepada masyarakat
yang membutuhkan. LBH tidak bisa didirikan begitu saja, melainkan harus
memenuhi ketentuan tertentu yang ditetapkan di dalam UU Bantuan
Hukum dan peraturan turunannya. LBH harus melalui proses verifikasi
dan akreditasi agar kualitas pelayanan dan pekerjaan yang dilakukan oleh
LBH terukur. Adapun syarat yang harus dipenuhi beradasarkan Peraturan
Menteri Hukum dan HAM No.3 Tahun 2013, antara lain: Berbadan
hukum; Memiliki kantor atau sekretariat yang tetap; Memiliki pengurus;
Memiliki program bantuan hukum; Memiliki advokat yang terdaftar pada
LBH; dan Telah menangani paling sedikit sepuluh kasus. Bagi para
pencari keadilan yang hendak meminta bantuan LBH, dapat langsung
menghubungi LBH yang diinginkan. Adapun persyaratan yang dibutuhkan
untuk mendapatkan bantuan LBH, mengikuti persyaratan yang ada dari
masing-masing LBH.

2) Pos Bantuan Hukum


Pos Bantuan Hukum, atau biasa disingkat dengan Posbakum, adalah
layanan yang dibentuk oleh dan ada pada setiap Pengadilan tingkat
pertama untuk memberikan layanan hukum berupa informasi, konsultasi,
dan advis hukum, serta pembuatan dokumen hukum yang dibutuhkan

6
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
Kekuasaan Kehakiman, Peradilan Umum, Peradilan Agama, dan Peradilan
Tata Usaha Negara. Pada setiap Pengadilan dibentuk Posbakum
Pengadilan. Penyelenggara pemberian layanan hukum bagi masyarakat
tidak mampu di Pengadilan adalah Ketua Pengadilan, Panitera/Sekretaris,
Petugas Posbakum Pengadilan dan staf Pengadilan yang terkait lainnya.
Posbakum diperuntukkan bagi setiap orang atau sekelompok orang yang
tidak mampu secara ekonomi dan/atau tidak memiliki akses pada
informasi dan konsultasi hukum yang memerlukan layanan berupa
pemberian informasi, konsultasi, advis hukum, atau bantuan pembuatan
dokumen hukum yang dibutuhkan, dapat menerima layanan pada
Posbakum Pengadilan. Orang tersebut adalah penggugat/pemohon;
tergugat/termohon; terdakwa; atau saksi. Pengajuan Posbakum dengan
melampirkan dokumen: Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang
dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah/Kepala wilayah setingkat yang
menyatakan bahwa benar yang bersangkutan tidak mampu membayar
biaya perkara, atau Surat Keterangan Tunjangan Sosial lainnya seperti
Kartu Keluarga Miskin (KKM), Kartu Jaminan kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas), Kartu Beras Miskin (Raskin), Kartu Program Keluarga
Harapan (PKH), Kartu Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu
Perlindungan Sosial (KPS), atau dokumen lainnya yang yang berkaitan
dengan daftar penduduk miskin dalam basis data terpadu pemerintah atau
yang dikeluarkan oleh instansi lain yang berwenang untuk memberikan
keterangan tidak mampu, atau Surat pernyataan tidak mampu membayar
jasa advokat yang dibuat dan ditandatangani oleh Pemohon layanan
Posbakum Pengadilan dan disetujui oleh Petugas Posbakum Pengadilan,
apabila Pemohon layanan Posbakum Pengadilan tidak memiliki dokumen
sebagaimana disebut dalam huruf a atau b.

7
3) Pengacara Probono
Alternatif lainnya adalah menggunakan jasa pengacara probono.
Probono dapat diartikan sebagai suatu perbuatan/pelayanan hukum yang
dilakukan untuk kepentingan umum atau pihak yang tidak mampu tanpa
dipungut biaya. Jasa pengacara probono singkatnya dapat diartikan sebagai
jasa bantuan hukum yang diberikan oleh pengacara secara cuma-cuma.
Pengacara untuk memberikan jasa probono adalah kewajiban. Pasal 22
Undang-Undang Advokat menyatakan bahwa pengacara memiliki
kewajiban memberikan jasa hukum secara cuma-cuma bagi pihak yang
membutuhkan. Aturan internal Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi)
memberikan kewajiban bagi pengacara untuk memberikan jasa hukum
probono selama 50 jam per tahun.
Muhammad Yasin dalam artikelnya yang berjudul “Keren! Inilah 9
Organisasi Pemberi Bantuan Hukum dengan Akreditasi Terbaik” yang
terbit pada web Hukum Online pada 28 Februari 2020 mengatakan 9
organisasi bantuan hukum yang terakreditasi di Indonesia berdasarkan
penelusuran hukum online yaitu sebagai berikut (Yasin, 2020):
1) Perkumpulan Lembaga Bantuan Hukum Bhakti Alumni UNIB
2) LBH Mawar Saron Jakarta
3) Perkumpulan LBH Perisai Kebenaran Purwokerto
4) LPKBHI Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo, Semarang
5) Perkumpulan Pendampingan Perempuan dan Anak Bina Annisa,
Mojokerto
6) Posbakumadin Pengadilan Agama Bima
7) Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Bhakti Keadilan, Wajo
8) Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Sejahtera, Palembang
9) Posbakumadin Jakarta Utara

8
2.6 Upaya Perwujudan Pemberian Bantuan Hukum
Sebagaimana pengakuan dari Undang-undang Kekuasaan Kehakiman
Pasal 38 Ayat (2) huruf d yang mengatakan bahwa pemberian bantuan hukum
yang dinyatakan dengan jelas. Kemudian dalam upaya perwujudan pemberian
bantuan hukum ini diperlukan adanya (Pujiarto, Kalo, Putra, & Ikhsan, 2015):
a) Pelaksana bantuan hukum atau disebut dengan organisasi bantuan hukum
atau lembaga bantuan hukum, serta organisasi kemasyarakatan
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-undang Bantuan Hukum (Pujiarto,
Kalo, Putra, & Ikhsan, 2015, p. 331).
LBH sesuai yang termuat dalam Pasal 1 ayat (6) PP No 83 Tahun 2008
Tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara
Cuma-Cuma diartikan sebagai lembaga yang memberikan bantuan hukum
kepada pencari keadilan tanpa menerima pembayaran honorarium.
Orkemas adalah organisasi berbasis kemasyarakatan yang tidak bertujuan
politis Orkemas haruslah berbadan hukum, yakni berdasarkan Staatsblad
1870 No 64, serta Undang-undang No 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No 28 Tahun 2004
kemudian diperbaharui dalam Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-undang
No 17 Tahun 2013 dan dijelaskan lebih lanjut pada Pasal 11 sampai
dengan Pasal 13 Undang-undang Orkemas.

b) Undang-undang Bantuan Hukum


Untuk menjamin kepastian hukum serta perlindungan bagi masyarakat
dengan memberikan hak komstitusional warga negara diwujudkan dalam
bentuk undang-undang bantuan hukum, UU No. 16 Tahun 2011 tentang
bantuan hukum yang dikelola oleh pemerintah pada tanggal 04 Oktober
2011 melalui kementrian hukum dan hak asasi manusia dengan program-
progra, bantuam hukum yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga
bantuan hukum yang terakreditasi atau di akui oleh negara (Bachtiar, 2016,
p. 138).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Organisasi bantuan hukum adalah badan hukum yang terdiri dari
kumpulan orang-orang profesional di bidang hukum, yang biasa disebut
advokat atau pengacara yang memberikan layanan atau memberikan jasa
bantuan hukum kepada para pencari keadilan yang tidak mampu. Adapun
syarat-syarat dari lembaga bantuan hukum terdapat pada pasal 8 ayat (1) UU
No. 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum salah satunya yaitu ter-akreditasi.
Terdapat dalam pasal 9 UU tersebut ada 7 hak-hak yang diberikan kepada
organisasi bantuan hukum dengan dilanjutkan pasal 10 mengenai kewajiban
organisasi tersebut.
Upaya perwujudan bantuan hukum terhadap warga negara yaitu dengan
dibentuknya undang-undang bantuan hukum, UU No. 16 Tahun 2011 tentang
bantuan hukum sebagai dasar hukum legalitasnya dan berlakunya organisasi
bantuan hukum di Indonesia, seperti lembaga bantuan hukum, YLBHI, PBHI,
POSBAKUM dan lain sebagainya.

3.2 Saran
Pemakalah menyadari segala kekurangan dari makalah ini baik itu dari
segi isi maupun penulisan. Kami mengharapkan kepada pembaca untuk dapat
memberikan kritikan dan saran yang membangun agar makalah kami
kedepannya dapat lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar. (2016). Urgensi Penyelenggaraan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat
Miskin Oleh Pemerintah Daerah. SALAM; Jurnal Sosial & Budaya Syar-i .
KARINOV. (2019). pa Itu Lembaga Bantuan Hukum (LBH) serta Fungsinya.
Pujiarto, I. W., Kalo, S., Putra, E., & Ikhsan, E. (2015). Pelaksanaan Pemberi
Bantuan Hukum Dikaitkan Dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2011
Tentang Bantuan Hukum. Arena Hukum.
Yasin, M. (2020). Keren! Inilah 9 Organisasi Pemberi Bantuan Hukum dengan
Akreditasi Terbaik. Hukum Online.

11

Anda mungkin juga menyukai