Disusun Oleh :
REVALDO
RHENFI BP :
2010003600216 6H3
DOSEN PENGAMPU :
YUDHA PRASETYANOV
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pemberi kesempatan untuk kami
menyeleseaikan Tugas 2 Semester 6, Makalah Bantuan Hukum. Tidak lupa
sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah menentukan kita dari jalan gelap gulita menuju jalan yang terang
dengan membawa agama yang sempurna Addinul Islam.
Penulis
Revaldo Rhenfi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
1. Latar Belakang............................................................................1
2. Rumusan Masalah.......................................................................1
3. Tujuan Pembahasan....................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
3
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Makalah
a) Untuk mengetahui bagaimana pemberian bantuan hukum dalam litigasi dan non
litigasi
b) Untuk mengetahui siapa saja golongan yang berhak menerima bantuan dalam
perkembangan hukum di Indonesia
4
BAB II
PEMBAHASAN
4
demi terwujudnya masyarakat yang berkekeluargaan tanpa harus selalu ke
pengadilan.
Sesuai dengan perintah Undang-Undang Bantuan Hukum dan Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian
Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum, organisasi yang dapat
memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada Orang Miskin atau
Kelompok Orang Miskin wajib terlebih dahulu dilakukan verifikasi dan akreditasi.
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7 ayat (3) bahwa verifikasi dan akreditasi
dilakukan setiap 3 (tiga) tahun, maka sejak diundangkannya undangundang ini,
Kementerian Hukum dan HAM melalui Badan Pembinaan Hukum Nasional telah
melaksanakan 3 (tiga) kali kegiatan periode verifikasi dan akreditasi. Untuk periode
tahun 2013-2015 terdapat 310 PBH terverifikasi dan terakreditasi, selanjutnya
untuk periode tahun 2016-2018 terdapat 405 PBH dan untuk periode tahun 2019-
2021 terdapat 524 PBH. Verifikasi dan akreditasi yang dilaksanakan pada akhir
tahun 2018 menjaring 192 PBH yang baru dari 864 organisasi yang mendaftar.
Selain itu dilakukan pula akreditasi ulang terhadap 405 PBH lama (periode tahun
2016-2018) dan yang dinyatakan layak lanjut sebagai Pemberi Bantuan Hukum
periode selanjutnya sebanyak 332 organisasi. Sehingga total organisasi yang layak
sebagai Pemberi Bantuan Hukum dan dapat mengakses anggaran bantuan hukum
periode tahun 2019-2021 sebanyak 524 PBH yang tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI
Nomor : M.HH01.HH.07.02 TAHUN 2018 tentang Lembaga/Organisasi Bantuan
Hukum yang Lulus Verifikasi dan Akreditasi sebagai Pemberi Bantuan Hukum
Periode Tahun 2019 s.d. 2021. Jumlah tersebut meningkat 30% lebih banyak
dibandingkan periode akreditasi pada tahun sebelumnya yang hanya 405 PBH
Terlepas dari berbagai prestasi yang telah diberikan oleh program bantuan
hukum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Bantuan Hukum, terdapat
juga beberapa kekurangan yang mesti segera dibenahi. Hal ini sebagaimana tampak
dalam statistik diatas, sebaran Pemberi Bantuan Hukum saat ini menjadi kendala
tersendiri dalam pelaksanaan bantuan hukum, masih terlihat beberapa provinsi
memiliki jumlah PBH yang minim. Disamping itu berdasarkan data yang ada,
4
mayoritas PBH pun hanya terkonsentrasi di ibukota provinsi, sehingga tidak
menjangkau sampai ke tingkat kabupaten/kota. Sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 3 Undang-Undang Bantuan Hukum bahwa penyelenggaraan bantuan hukum
bertujuan untuk: (1) menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum
untuk mendapatkan akses keadilan; (2) mewujudkan hak konstitusional segala
warga negara sesuai dengan prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum; (3)
menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan secara merata
di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan (4) mewujudkan peradilan yang
efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
4
diterima para pihak.Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya
harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui oleh para pihak. Mediasi,
merupakan penyelesaian sengketa melalui perundingan dengan dibantu oleh pihak
luar yang tidak memihak/netral guna memperoleh penyelesaian sengketa yang
disepakati oleh para pihak.
Sering kali kita mendengar tentang golongan orang yang berhak menerima
zakat. Tetapi pernahkah kita mendengar golongan yang berhak menerima bantuan
hukum?. Pemberian bantuan hukum adalah salah satu perwujudan dari amanat
Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama terhadap hukum. Penyebutan hak dalam UUD 1945 ini membawa
konsekwensi tertentu, baik pengualifikasiannya maupun pihak yang memiliki
kewajiban dalam pemenuhannya. Hak atas bantuan hukum telah diterima secara
universal yang dijamin dalam konvenan International tentang Hak-Hak Sipil dan
Politik (ICCPR) pasal 16 dan pasal 26 yang menjamin setiap orang berhak
4
memperoleh perlindungan hukum serta harus dihindarkan dari segala bentuk
diskrimansi. Sedangkan pasal 14 ayat (3) ICCPR memberikan syarat terkait
bantuan hukum yaitu : Kepentingan keadilan, dan tidak mampu membayar
advokat.
Undang-Undang nomor 16 tahun 2011 memberi peluang terhadap
perlindungan hak warga negara yang sedang menjalani proses hukum. Bantuan
hukum menurut undang-undang ini adalah jasa hukum yang diberikan oleh
pemberi bantuan hukum secara cuma-cuma kepada penerima bantuan hukum.
Tujuan penyelenggaraan bantuan hukum adalah menjamin dan memenuhi hak
bagi penerima bantuan hukum untuk mendapatkan akes keadilan. Dalam
pengaturan ruang lingkup bantuan hukum ini diberikan kepada penerima bantuan
hukum yang menghadapi masalah hukum. Dimana masalah tersebut ditentukan
secara limitatif yaitu:
Masalah Hukum Pidana
Masalah Hukum Perdata
Masalah Hukum Tata Usaha Negara baik Litigasi Maupun Non
Litigasi
Pemberian bantuan hukum secara litigasi terdiri dari pendampingan dan atau
menjalankan kuasa yang dimulai dari tingkat penyelidikan,penyidikan dan
penuntutan, pemeriksaan di pengadilan, dan pendampingan dan atau menjalankan
kuasa di pengadilan tata usaha negara. Sedangkan pemberian bantuan hukum
secara non litigasi meliputi : konsultasi hukum, investigasi perkara, mediasi,
negosiasi, pendampingan di luar pengadilan dan drafting dokumen. Dalam pasal 5
ayat (1) dan (2) ditentukan kualifikasi pihak yang berhak menerima bantuan
hukum yaitu : Orang miskin dan Kelompok orang miskin.
4
tetapi juga bagi orang yang ditanggungnya dari anak, isteri dan lain-lain.
Berdasarkan definisi miskin di atas, maka yang berhak menerima bantuan hukum
gratis adalah :
1) Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sandang yang layak
2) Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutahan pangan yang layak
3) Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan papan atau perumahan
yang layak
4) Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dan
pendidikan yang layak dan
5) Mereka yang meskipun sudah ada pekerjaan dan berusaha tetapi tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberi Bantuan Hukum dalam Litigasi adalah persiapan dan presentasi dari setiap
kasus, termasuk juga memberikan informasi secara menyeluruh sebagaimana proses dan
kerjasama untuk mengidentifikasi permasalahan dan menghindari permasalahan yang tak
terduga. Sedangkan Non Litigasi menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan. Jalur
nonlitigasi ini dikenal dengan Penyelesaian Sengketa Alternatif.
Dan yang berhak menerima bantuan Hukum gratis adalah :
1) Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan sandang yang layak
2) Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutahan pangan yang layak
3) Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan papan atau perumahan
yang layak
4) Mereka yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kesehatan dan
pendidikan yang layak dan
5) Mereka yang meskipun sudah ada pekerjaan dan berusaha tetapi tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak
B. Saran
Saran yang bisa penulis berikan :
Sebaiknya bantuan hukum kepada masyarakat yang tidak mampu menjadi
sistem yang membantu melindungi hak masyarakat dalam proses hukum untuk
memperoleh keadilan melalui sistem peradilan yang transparan dengan prinsip
perlindungan ham Pemerintah diharapkan lebih optimal dan bertanggung jawab
dalam penerapan kebijakan pengalokasian dana bantuan hukum untuk masyarakat
yang tidak mampu. Hal ini bertujuan untuk terciptanya pengelolaan keuangan daerah
yang baik dan manfaat penerapan kebijakan tersebut dapat dirasakan masyarakat
khususnya masyarakat yang tidak mampu dan pemerintah harus bisa melaksanakan
undang-undang dan kewajibannya untuk “memelihara” fakir miskin dan penerapan
asas equality before the law sebagai konsekuensi negara hukum.
4
DAFTAR PUSTAKA