Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

HUKUM PIDANA ISLAM

BANTUAN HUKUM DAN PRAPERADILAN

Dosen pengampu:

Muhammad Salim mahmudi, M.H.

Disusun oleh:

Adela Dara Ridhani

Fauza Nella

PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TGK CHIK PANTE KULU

TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “BANTUAN HUKUM DAN PRA PERADILAN ”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekeliruan, maka kami
mohon kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun serta menyempurnakan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan saya ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, 05 Desember 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Bantuan Hukum....................................................................................................................3
B. Dasar Pemberian Bantuan Hukum.......................................................................................4
C. Upaya Bantuan Hukum Terhadapa Kasus............................................................................4
D. Praperadilan..........................................................................................................................5
E. Ruang lingkup Praperadilan.................................................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................................8

B. Saran......................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bantuan hukum merupakan suatu media yang dapat digunakan oleh semua orang
dalam rangka menuntut haknya atas adanya perlakuan yang tidak sesuai dengan kaedah
hukum yang berlaku. Hal ini didasari oleh arti pentingnya perlindungan hukum bagi setiap
insan manusia sebagai subyek hukum menjamin adanya penegakan hukum. Peran lembaga
bantuan hukum dalam memberikan bantuan hukum terhadap orang yang tidak mampu dalam
proses perkara pidana dinyatakan dalam Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana,
dimana di dalamnya dijelaskan bagi mereka yang tidak mampu, yang tidak mempunyai
penasihat hukum sendiri maka pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan
dalam proses peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka.

Bantuan hukum merupakan upaya untuk membantu orang yang tidak mampu dalam
bidang hukum. Dalam pengertian sempit bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan
secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu. Pemberian bantuan hukum dalam proses
perkara pidana adalah suatu kewajiban negara yang dalam taraf pemeriksaan pendahuluan
diwujudkan dengan menentukan bahwa untuk keperluan menyiapkan pembelaan tersangka
terutama sejak saat dilakukan penangkapan atau penahanan, berhak untuk menunjuk dan
menghubungi serta meminta bantuan penasihat hukum.

Bantuan hukum itu bersifat membela masyarakat terlepas dari latar belakang,
etnisitas, asal usul, keturunan, warna kulit, ideology, keyakinan politik, kaya miskin, agama,
dan kelompok orang yang dibelanya. Untuk mendapat pengukuhan jalan yang dapat
ditempuh dalam menegakkan haknya, seorang tersangka atau terdakwa diberi kesempatan
untuk mengadakan hubungan dengan orang yang dapat memberikan bantuan hukum sejak ia
ditangkap atau ditahan pada semua tingkat pemeriksaan. Pada tingkat pemeriksaan telah
banyak pengalaman yang mengakibatkan seorang terdakwa menerima suatu keputusan
pengadilan, dinilai tidak sesuai dengan rasa keadilan.

Hal tersebut sering terjadi hanya disebabkan ia tidak mampu mendapatkan penasihat
hukum yang dapat memberikan bantuan hukum terhadap keadilan yang diperjuangkan atau

1
tidak memiliki kecakapan dalam membela suatu perkara. Meskipun ia mempunyai fakta dan
bukti yang dapat dipergunakan untuk meringankan atau menunjukkan kebenaran dalam
perkara tersebut, padahal bantuan hukum merupakan hak orang miskin yang dapat diperoleh
tanpa bayar. Pada tingkat pemeriksaan bahkan seringkali tersangka atau terdakwa diperiksa,
diperlakukan tidak adil atau dihambat haknya untuk didampingi advokat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian bantuan hukum?
2. Bagaimana dasar pemberian bantuan hukum?
3. Bagaimana upaya bantuan hukum terhadap kasus
4. Pengertian Praperadilan
5. Apa saja ruang lingkup praperadilan?

C. Tujuan pembahasan

Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini antara lain:

1. Agar mengetahui pegertian bantuan hukum


2. Mengetahui dasar pemebrian bantuan hukum
3. Mengetahui bagaimana upaya bantuan hukum terhadap kasus
4. Memahami arti praperadilan, dan
5. Mengetahui apa saja ruang lingkup dari praperadilan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bantuan Hukum

Bantuan hukum adalah bantuan hukum untuk memperoleh keadilan bagi masyarakat
pencari keadilan yang secara ekonomis tidakmampu, ada tiga jenis bantuan hukum, pertama
bantuan jasa pengacaraatau advokat yang disebut penyediaan tenaga advokat dengan cuma-
cuma, kedua bantuan beracara tanpa biaya di Pengadilan disebut berpekara dengan cuma-
cuma (prodeo), dan ketiga bantuan hukumdalam bentuk pelaksanaan sidang/kantor
pengadilan (ibukota Kabupaten/Kota) yang dalam lingkungan peradilan agama disebutsidang
keliling.Bentuk bantuan hukum adalah penyediaan dana oleh negara agarlembaga-lembaga
yang memberikan bantuan hukum tersebut bekerja secara profesional tanpa membedakan
pelayanan bagi seluruh lapisan masyarakat pencari keadilan baik yang mampu ataupun yang
tidak mampu. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pada perubahan Kedua dalam Pasal 28
D ayat (1) dengan tegas mengatakan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.
Negara sudah semakin peka terhadap hak-hak dasar warga Negara untuk mendapat
perlindungan hukum, ternyata dengan keluarnya Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman
yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 sebagai penyempurnaan Undang-
Undang Kekuasaan Kehakiman sebelumnya, ditegaskan “bahwa setiap orang yang tersangkut
perkara berhak memperoleh bantuan hukum”.

Bahkan ada lembaga hukum yang dianggap baru yaitu “Pos BantuanHukum” yang
harus ada di setiap Pengadilan. Pos bantuan hukum ini disediakan untuk masyarakat yang
kurang mampu dalam pemahaman beracara di Pengadilan, sedangkan sebelumnya telah ada
lembaga hukum yang menyediakan akses bagi pencari keadilan bagi yang tidak mampu dari
segi meterial bayar biaya proses di Pengadilan yaitu prodeo. Dari uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa bentuk bantuan hukum kepada para pencari keadilan terutama yang
secara ekonomis tidak mampu ada dua macam :

1. Bantuan untuk jasa pengacara;


2. Bantuan untuk perkara prodeo.

3
Dengan keluarnya ketentuan tentang kesediaan negara untuk menanggung biaya bagi
para pencari keadilan yang tidak mampu mengenai bantuan hukum, dan secara nyata telah
tersedia dana dalam DIPA Pengadilan dimana seorang terdakwa berpekara, maka terwujudlah
apa yang diamanatkan Pasal 28 D UUD 1945.

B. Dasar Pemberian Bantuan Hukum

Program pemberian bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu dilakukan


berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di bawah ini:

1. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman:


2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata cara
Pemberian Bantuan Hukum secara Cuma-Cuma.
5. Keputusan Ketua Mahkamah Agung NomorKMA/023/SK/IV/2006 tentang
Pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan,
dan
6. Peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

C. Upaya Bantuan Hukum Terhadap Kasus

Upaya bantuan hukum yang diberikan terhadap kasus yang terjadi adalah upaya
hukum dalam bentuk litigasi. Dimana litigasi sendiri adalah proses penanganan Perkara
hukum yang dilakukan melalui jalur pengadilan untuk menyelesaikannya.

Pemberian Bantuan Hukum secara Litigasi dilakukan dengan cara:

1. Pendampingan dan/atau menjalankan kuasa yang dimulai dari tingkat penyidikan, dan
penuntutan;
2. Pendampingan dan/atau menjalankan kuasa dalam proses pemeriksaan di
persidangan; atau
3. Pendampingan dan/atau menjalankan kuasa terhadap Penerima Bantuan Hukum di
Pengadilan Tata Usaha Negara.

4
Dalam kasus ini aparat hukum justru lebih berpihak kepada perusahaanbesar tersebut
untuk mengkriminalisasi kasus Manisih dengan tujuan agarmasyarakat jera dan tidak lagi
memanfaatkan hasil produksi diatas tanah yang dimonopoli. Sehingga dalam memberikan
bantuan hukum dalam kasus ini upaya yang dilakukan Lembaga Bantuan Hukum Semarang
dalam memberikan perlindungan terhadap terdakwa yaitu mendampingi para terdakwa dalam
tingkat penuntutan di Kejaksaan dan Persidangan di Pengadilan. Lembaga Bantuan Hukum
Semarang juga bekerja sama dengan Balai Pemasyarakatan Pekalongan, Lembaga Swadaya
Masyarakat yang intensitasnya menangani tentang anak, dan Organisasi Petani Kabupaten
Batang.

Setelah mendampingi para terdakwa sampai proses persidangan, akhirnya dalam


kasus pencurian kapuk randu di Kabupaten Batang makaManisih, Sri Suratmi, Juwono, dan
Rusnoto tetap dinyatakan bersalah olehHakim. Namun demikian, keempat terdakwa hanya
dijatuhi hukuman 24 hari penjara potong masa tahanan. Vonis tersebut disampaikan majelis
hakim yang diketuai dalam persidangan yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Batang,
Jawa Tengah, Selasa (2/2/2010). Hakim menilai para terdakwa terbukti melanggar pasal 363
ayat (1) butir ke-4 KUHP tentang pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan
bersekutu.

D. Pra Peradilan

Praperadilan adalah salah satu dari wewenang yang ada pada PengadilanNegeri guna
memeriksa dan memutus tentang sah atau tidaknya suatu penangkapan dan/atau penahanan
atau permintaan tersangka atau keluarganya atau pihak lain atau kuasa tersangka; sah atau
tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas permintaan demi
tegaknya hukum dan keadilan; serta permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh
tersangka atau keluarganya atau pihak lain/kuasanya yang dalam hal ini perkara tersebut
dilanjutkan ke pengadilan. Praperadilan sendiri merupakan salah satu lembaga hukum baru
yang diciptakan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (KUHAP). Dimana
lembaga praperadilan secara tidak langsung menjadi pengawas dalam setiap kegiatan
penyidikan yang dilakukan oleh penyidik baik dalam proses awal penyidikan maupun pada
tahapan penuntutan.1

Praperadilan sendiri hanyalah wewenang tambahan yang diberikan kepada Pengadilan


Negeri. Selain wewenang yang telah disebut diatas Pengadilan Negeri juga diberikan
1
S. Tanusubroto S.H., 1983, Peran Praperadilan Dalam Hukum Acara Pidana, Bandung, Alumni, hal 72.

5
wewenang untuk memeriksa dan memutus permasalahan atau kasus yang terjadi dalam
penggunaan wewenang upaya paksa yang dilakukan oleh Penyidik dan Penuntut Umum.
Dalam perkara Praperadilan biasanya terdapat dua pihak, yaitu pihak Pemohon dan pihak
Termohon. Pihak Pemohon biasanya berasal dari tersangka, keluarga maupun kuasa
hukumnya. Sedangkan pihak Termohon adalah penyidik atau jaksa penuntut umum.

Praperadilan umumnya terjadi apabila dalam hal ini Pihak pemohon merasa ada
aturan ataupun haknya yang dirugikan oleh Penyidik maupun Jaksa Penuntut Umum,
kemudian pemohon mengajukan hal ini ke lembaga praperadilan dalam penyelesaian perkara
pidananya yang merasa haknya dirugikan oleh termohon.2

E. Ruang Lingkup Praperadilan

Ruang lingkup praperadilan sendiri hanyalah mencakupi mengenai penangkapan,


penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan dan juga mengenai
permasalahan ganti rugi dan rehabilitasi sebagaimana yang diatur di dalam Pasal 77 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, dimana
bunyi Pasal tersebut ialah : “Pengadilan negeri berwenang untuk memeriksa dan memutus,
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini tentang: a. sah atau tidaknya
penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan; b. ganti
kerugian dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya dihentikan pada tingkat
penyidikan atau penuntutan.”

Berdasarkan pada Pasal 1 butir 10 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana


(KUHAP) adalah wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini, tentang:3

1) sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan tersangka
atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka;
2) sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas
permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan;
3) permintaan ganti kerugian atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau pihak
lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.

2
Ibid
3
HMA. Kufal, 2010, Penerapan KUHAP Dalam Praktek Hukum, Malang,UMM Pres, hlm. 251

6
Pada awalnya, lembaga praperadilan diharapkan sebagai suatu bagian mekanisme
sistem peradilan yang memberikan hak kepada tersangka berdasarkan undang-undang untuk
melakukan pengawasan atas jalannya suatu upaya paksa dalam proses penyidikan dan/atau
penuntutan atas dirinya. Namun usaha ini tidak berhasil dikarenakan praperadilan di dalam
rumusan pada KUHAP lebih mengarah kepada pengawasan terkait administratif belaka saja.

Misalnya, praperadilan tidak dapat digunakan untuk menguji apakah asas yuridis dan
nesesitas dalam upaya paksa itu absah dalam arti materill dan juga terkait apakah “bukti
permulaan yang cukup” sebagai dasar guna menentukan status tersangka dan juga dapat
menetapkan suatu upaya paksa seperti dalam hal ini adalah penahanan yang absah secara
materill.4

BAB III

4
Luhut MP Pangaribuan, 2014, Praperadilan di Indonesia : Teori, Sejarah, dan Praktiknya, Jakarta Selatan, Institute for
Criminal Justice Reform, hal. 1

7
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bantuan hukum merupakan upaya untuk membantu orang yang tidak mampu dalam
bidang hukum. Dalam pengertian sempit bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan
secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu. Pemberian bantuan hukum dalam proses
perkara pidana adalah suatu kewajiban negara yang dalam taraf pemeriksaan pendahuluan
diwujudkan dengan menetukan bahwa untuk keperluan menyiapkan pembelaan tersangka
terutama sejak saat dilakukan penangkapan atau penahanan, berhak untuk menunjuk dan
menghubungi serta meminta bantuan penasihat hukum.

Peranan lembaga bantuan hukum dalam memberikan bantuan hukum terhadap orang yang
tidak mampu dalam proses perkara pidana dinyatakan dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana yaitu Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981, dimana di dalamnya dijelaskan
bagi mereka yang tidak mampu, yang tidak mempunyai penasihat hukum sendiri maka
pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjuk penasihat hukum bagi mereka.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami susun, semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca. Dalam penulisan ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah kami ini.

DAFTAR PUSTAKA

8
HMA. Kufal, 2010, Penerapan KUHAP Dalam Praktek Hukum, Malang,UMM Pres

Luhut MP Pangaribuan, 2014, Praperadilan di Indonesia : Teori, Sejarah, dan Praktiknya,


Jakarta Selatan, Institute for Criminal Justice Reform

Paramita Sari, Dian. Peran Lembaga Bantuan Hukum Semarang Dalam Perjuangan
Penegakan Hukum (Studi Kasus Atas Pencurian Kapuk Randu Di Kabupaten Batang).
Skripsi – Universitas Negeri Semarang. 2011. Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

S. Tanusubroto S.H., 1983, Peran Praperadilan Dalam Hukum Acara Pidana, Bandung,
Alumni

Anda mungkin juga menyukai