Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PROSES MENDAPATKAN ADVOKASI DI LBH (LEMBAGA BANTUAN


HUKUM)
Disusun Untuk memenuhi Mata Kuliah Manajemen Lembaga Bantuan Hukum
Dosen Pengampu: Indah Listyoni, M.H.I

Disusun Oleh :
M Masykur Alaf (20040888)
Agus Efendi (20040871)
Sindi Wulandari (20040865)

PROGAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN ADAB
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji marilah senantiasa kita ucapkan atas
limpahan rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang diberikan kepada kami.
Sholawat bersamaan dengan salam juga mari hadiahkan kepada baginda Nabi
kita Muhammad SAW. Semoga kita, saudara kita, orang tua kita ,orang-orang terdekat
kita mendapatkan syafaat Beliau di Yaumul Mahsyar kelak. Amin ya rabbal `Alamin.
Adapun tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Lembaga Bantuan Hukum dan judul makalah ini adalah Proses
Mendapatkan Advokasi LBH.
Kami ucapkan terima kasih kepada Indah Listyorini M.H.I selaku Dosen
Pengampu. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, dan
kami juga mengharapkan saran dari pembaca untuk bahan pertimbangan perbaikan
makalah.

Bojonegoro, 19 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi ..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 2
A. Bagaimana pengertian bantuan hukum............................................ 2
B. Bagaimana proses pemberian bantuan hukum................................. 2
C. Hak dan kewajiban penerima bantuan hukum................................. 2
BAB III PENUTUP .................................................................................... 8
A. Kesimpulan ..................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bantuan hukum merupakan bagian penting dalam kehidupan, karena termasuk
dalam bagian dari perlindungan hak bagi setiap individu. Dalam pemenuhan hak
tersebut, pemerintah telah menyediakan sarana batuan hukum secara cuma-cuma atau
gratis untuk masyarakat yang kurang mampu ketika berhadapan dengan hukum. Namun,
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui adanya fasilitas tersebut.
Penyelenggaraan bantuan hukum kepada warga negara merupakan bentuk
pemenuhan dan sebagai bentuk implementasi negara yang mengakuim menjamin serta
melindungi hak asasi warga negara dalam mendapatkan keadilan dan persamaan di
muka hukum. Jaminan atas hak konstitusional tersebut yang menjadikan dasar
pemerintah untuk membuat Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan
Hukum.
Berdasarkan pasal 3 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011, dasar
pertimbangan dikeluarkannya undang-undang ini bahwa negara bertanggung jawab
terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai perwujudan akses
terhadap keadilan, huga sebagai pengaturan mengenai bantuan hukum yang
diselenggarakan oleh negara arus berorientasi pada terwujudnya perubahan sosial yang
berkeadilan.
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum didalam
ketentuan pasal 4 menyebutkan ruang lingkup bantuan hukum sebagai berikut;
1. Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi
masalah hukum,
2. Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum
keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun non litigasi,
3. Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi menjalankan
kuasa, mendapingim, mewakili membela dan/atau melakukan tindakan hukum
lain untuk kepentingan hukum penerima bantuan hokum.

1
Selanjutnya di dalam pasal 5 dinyatakan bahwa :
1. Penerima bantuan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1)
meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi
hak dasar secara layak dan mandiri.
2. Hak dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak atas pangan,
layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha dan/atau
perumahan.
Masyarakat yang kurang mampu sebagai penerima bantuan bantuan hukum,
memiliki hak untuk;
1. Mendapatkan bantuan hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau
perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama penerima bantuan
hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa.
2. Mendapatkan bantuan hukum sesuai dengan standar hukum dan/atau kode etik
advokat.
3. Mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemberian bantuan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian bantuan hukum?
2. Bagaimana proses pemberian bantuan hukum?
3. Hak dan kewajiban penerima bantuan hukum?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana pengertian bantuan hukum.
2. Untuk mengetahui Bagaimana proses pemberian bantuan hukum.
4. Untuk mengetahui Hak dan kewajiban penerima bantuan hukum.

BAB II
1
Dinda Dwiandari, ―Implementasi Pasal 6 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan
Hukum Dikaitkan Dengan Pemberian Bantuan Hukum Cuma – Cuma Oleh Lembaga Bantuan Hukum
Terakreditasi Di Wilayah Kota Bandung―, (Skripsi--Fakultas Hukum Universitas Pasundan, Bandung
2022), h. 19.

2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bantuan Hukum
Bantuan hukum merupakan sesuatu hal yang mahal bagi masyarakat
miskin atau kurang mampu, ketika memiliki masalah hukum khususnya
masyarakat yang tidak mampu atau miskin mereka dapat mengajukan
permohonan bantuan hukum melalui lembaga bantuan hukum yang sudah
terakreditasi melalui kementerian Hukum dan HAM yang merujuk pada
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang pelaksanaan bantuan hukum
dilakukan oleh pemberi bantuan hukum yang memenuhi syarat:
1. Berbadan hukum
2. Terakreditasi.
3. Memiliki kantor atau sekretariat yang tetap.
4. Memiliki pengurus.
5. Memiliki program Bantuan Hukum.
Dalam hal ini setiap organisasi yang terdaftar itu akan mendapatkan uang
rembes atau anggaran dari APBN yang disalurkan melalui kementerian hukum
dan HAM. Yang artinya masyarakat yang tidak mampu atau muskin tidakperlu
khawatir membayar biaya pengacara karena sudah dibayarkan oleh negara
seperti yang disebutkan diatas, maka bisa diartikan masyarakat yang kurang
mampu atau muskin mempunyai hak untuk mengakses bantuan hukum secara
gratis yang sudah disediakan oleh negara. 2
Terkait dengan bantuan hukum, pada masa pemerintahan SBY
diterbitkanlah, yang namanya UU No 16 tahun 2011 di dalam UU ini mengatur
secara jelas dan secara rinci terkait dengan bantuan hukum secara gratis, di
dalam pelaksanaan UU ini dilakukan oleh kementrian hukum dan HAM yang
berkaitan dengan proses akreditasi suatu organisasi bantuan hukum dan HAM.

B. Proses Pemberian Bantuan Hukum

2
Yustinus Dedi, ―Implementasi Pemberian Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Miskin Dalam Rangka
Mencari Keadilan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum”,
(Bengkayang: Jurnal Nestor Magister Hukum, 2016), Vol. 2, No. 2, h. 17-18. 8 Supriyanta, ―Bantuan
Hukum dan Alternatif Penyelesaian Sengketa‖, (Surakarta: Unisri Press, 2020), h. 125.

3
Bantuan Hukum memiliki 4 konsep dalam penerapannya. Pertama,
Konsep Bantuan Hukum Tradisional, adalah pelayanan hukum yang diberikan
kepada masyarakat miskin secara individual, sifat dari bantuan hukum pasif dan
cara pendekatannya sangat formal-legal.
Kedua, Konsep Bantuan Hukum Konstitusional, adalah bantuan hukum
untuk rakyat miskin yang dilakukan dalam rangka usaha-usaha dan tujuan yang
lebih luas seperti: menyadarkan hak-hak masyarakat miskin sebagai subjek
hukum, penegakan dan pengembangan nilai-nilai hak asasi manusia sebagai
sendi utama bagi tegaknya negara hukum.
Ketiga, Konsep Bantuan Hukum Struktural, adalah kegiatan yang
bertujuan menciptakan kondisi-kondisi bagi terwujudnya hukum yang mampu
mengubah struktur yang timpang menuju kearah struktural yang lebih adil,
tempat peraturan hukum dan pelaksanaannya dapat menjamin persamaan
kedudukan baik dilapangan hukum atau politik. Konsep bantuan hukum
struktural ini erat kaitannya dengan kemiskinan struktural.3
Keempat, bantuan hukum responsif diberikan kepada fakir miskin secara
cuma-cuma dan meliputi semua bidang hukum dan hak asasi manusia serta
tanpa membedakan pembelaan baik perkara individual maupun kolektif. Jasa
yang diberikan dalam bantuan hukum responsif berupa penyuluhan hukum
tentang hak asasi manusia dan proses hukum hak untuk dibela oleh organisasi
bantuan hukum dan atau advokat, pembelaan dalam mengatasi masalah masalah
hukum yang kongkrit, pembelaan yang berkualitas didalam pengadilan agar
menghasilkan yurisprudensi yang lebih tegas tepat jelas dan benar, pembaharuan
hukum melalui keputusan pengadilan yang berpihak kepada kebenaran dan
pembentukan undang-undang yang sesuai dengan sistem nilai dan budaya yang
ada dalam masyarakat untuk menyukseskan konsep tersebut bantuan hukum
harus menjadi gerakan nasional yang didukung oleh negara dan masyarakat.
Konstitusi mengamanatkan bahwa setiap orang mendapatkan pengakuan,
jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama dihadapan hukum sebagai perlindungan Hak Asasi Manusia. Maka dari itu

3
Andi Maysarah, Rina Melati Sitompu, “Peran Dan Kedudukan Lembaga Bantuan Hukum LBH Medan
Sebagai Access To Justice Bagi Masyarakat Miskin Di Sumatera Utara”, (Medan: Jurnal Ilmu Hukum,
2021), Vol. 6, No. 2, h. 319.

4
pemerintah bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang
atau kelompok orang miskin sebagai perwujukan akses terhadap keadilan.
Bantuan hukum biasanya merupakan program hukum untuk membantu
pencari keadilan bagi rakyat kecil dan tidak mampu dan relatif buta hukum
khususnya. agar mampu mencapai pemerataan keadilan karena dapat
dipermudah unsaha terbinanya sistem peradilan pidana yang terpadu. Tujuan
utama pemberian bantuan hukum sebagai bentuk adanya equality before the law
yakni mempersamakan kedudukan hukum dan tidak membedakan siapapun yang
meminta keadilan. Diharapan dengan danya asas ini tidak terjadi suatu
diskriminasi dalam supremasi hukum di Indonesia dimana ada suatu pembeda
antara penguasa dan rakyatnya.
Pemberian bantuan hukum merupakan hak yang dimiliki setiap warga
negara karena dalam setiap mekanisme hukum, khususnya hukum pidana, pada
umum orang yang telah ditetapkan sebagai tertuduh dalam kasus perkara pidana,
sangatlah susah untuk memperoleh pembelaan diri dalam setiap proses hukum
termasuk dalam pemeriksaan hukum. Dengan demikian tidaklah mungkin
seorang tersangka dalam suatu tindak pidana melakukan pembelaan terhadap
dirinya sendiri dalam suatu proses hukum pemeriksaan dirinya sedangkan dia
adalah seorang tersangka dalam suatu tindak pidana yang dituduhkan kepadanya
tersebut. Oleh karena itum terdakwa berhak memperoleh bantuan hukum.
Undang-undang Bantuan Hukum adalah media negara dalam
melaksanakan fungsinya sebagai negara hukum, yang mana negara mempunyai
kewenangan untuk menentukan aspek apa saja dalam pelaksanaan pemberian
bantuan hukum untuk masyarakat miskin atau tidak mampu. Aspek tersebut
yaitu aspek perumusan aturan hukum, aspek pengaawasan terhadap mekanisme
pembertian bantuan hukum, dan aspek pendidikan masyarakat agar aturan
hukum yang sudah dibuat dapat dihayati.4
Berdasarkan informasi yang telah diperoleh dari berbagai sumber dalam
penelitian ini, bahwa prosedur pelayanan bantuan hukum yang ada pada saat ini
sebenarnya cukuplah mudah. Namun, hambatan malah dirasakan oleh pihak lain,
seperti halnya susahnya mendapatkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM),
4
Ajie Ramdan, ―Bantuan Hukum Sebagai Kewajiban Negara Untuk Memenuhi Hak Konstitusional
Fakir Miskin‖, (Medan: Jurnal Konstitusi, 2014), Vol. 11, No. 2, h. 253.

5
atau terdapat dorongan agar tidak didampingi oleh advokat karena ada rasa takut
akan hukuman yang justru akan lebih berat bila disampingi (pidana) dan
sebagainya. Di samping itu juga belum ada ketentuan secara terperinci mengenai
kriteria miskin sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penafsiran.
Pelaksanaan pemberian bantuan hukum oleh Posbakum Ikadin pertama
kali dilakukan dengan cara memberikan arahan kepada terdakwa yang tidak
mampu untuk melengkapi berkas administrasi yaitu dengan cara melampirkan
Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari pejabat kelurahan atau desa
dilingkungan tempat tinggal terdakwa, atau Surat Keterangan Tunjangan Sosial
lainnya seperti Kartu Keluarga Tidak Mampu (KKM), Kartu Jaminan Kesehatan
Masyarakat (Jamkesmas), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), dan Kartu
Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau Surat Pernyataan tidak mampu membayar
jasa advokat yang dibuat dan ditanda tangani oleh pemohon bantuan hukum,
serta di ketahui oleh Ketua Pengadilan Negeri, kemudian mengajukan
permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya identitas pemohon
dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimohonkan bantuan hukum
serta menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara yang dijalani.
mekanisme pelaksanaan bantuan hukum bagi terdakwa yang miskin atau
tidak mampu yaitu dengan cara memperoleh penetapan dari ketua hakim majelis
yang menangani perkara tersebut dan berkonsultasi dengan Ketua Pengadilan
untuk menunjukan seorang advokat melalui Pos Bantuan Hukum (Pasbakum).
Pelaksanaan dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
golongan masyarakat miskin atau tidak mampu dapat ditempuh melalui cara
pelaksanaan bantuan hukum melalui Pengadilan Negeri atau pelaksanaan
bantuan hukum melalui Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Dalam pelaksanaan
bantuan hukum untuk terdakwa yang miskin atau tidak mampu oleh Posbakum
Ikadin Probolinggo, tidak hanya diberikan pada saat seseorang dalam status
sebagai terdakwa, tetapi juga diberikan saat seseorang telah ditetapkan menjadi
tersangka. Apabila seorang telah ditetapkan sebagai tersangka atau terdakwa
menginginkan jasa bantuan hukum dari Posbakum Ikadin secara cuma-cuma,
maka seorang tersangka atau terdakwa tersebut harus melampirkan semua
berkas yang meliputi permohonan secara tertulis yang berisi tentang identitas

6
pemohon, dan uraian atau permasalahan singkat mengenai pokok persoalan yang
dimohonkan.
Mekanisme awal yang harus dilakukan untuk memperoleh bantuan
bantuan hukum adalah:
1. Mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-kurangnya
identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok persoalan yang
dimohonkan Bantuan Hukum.
2. Menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara, dan
3. Melampirkan surat keterangan tidak mampu dari lurah, kepala desa atau
pejabat yang setingkat di tempat tingal pemohon bantuan hukum.

C. Hak Dan Kewajiban Penerima Bantuan Hukum

7
Mendapatkan jasa bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu atau
muskin adalah suatu yang mahal, karena mereka tidak tidak mampu membayar
jasa advokat untuk melakukan pendampingan atau melakukan perlawanan dalam
proses hukum yang dialaminya, ketidakmampuan untuk mendapatkan haknya
sesuai dengan prosedur hukum, mengharuskan diadakannya kebijaksanaan
sehingga dapat pendampingan hukum secara gratis. Masyarakat yang kurang
mampu sebagai penerima bantuan bantuan hukum, memiliki hak untuk :
1. Mendapatkan bantuan hukum hingga masalah hukumnya selesai dan/atau
perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama penerima
bantuan hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat kuasa.
2. Mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan Standar Bantuan hukum
dan/atau Kode Etik Advokat.
3. Mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penerima Bantuan Hukum wajib :
1. Menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara benar
kepada Pemberi Bantuan Hukum.
2. Membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.

BAB III
PENUTUP

8
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan pasal 3 Undang-undang Nomor 16
Tahun 2011, dasar pertimbangan dikeluarkannya undang-undang ini bahwa negara
bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai
perwujudan akses terhadap keadilan, huga sebagai pengaturan mengenai bantuan hukum
yang diselenggarakan oleh negara arus berorientasi pada terwujudnya perubahan sosial
yang berkeadilan.
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum didalam ketentuan
pasal 4 menyebutkan ruang lingkup bantuan hukum sebagai berikut;
1. Bantuan hukum diberikan kepada penerima bantuan hukum yang menghadapi
masalah hukum,
2. Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi masalah hukum
keperdataan, pidana, dan tata usaha negara baik litigasi maupun non litigasi,
3. Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi menjalankan
kuasa, mendapingim, mewakili membela dan/atau melakukan tindakan hukum
lain untuk kepentingan hukum penerima bantuan hokum.

DAFTAR PUSTAKA
Supriyanta, Bantuan Hukum dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Surakarta: Unisri

9
Press, 2020.
Dinda Dwiandari, ―Implementasi Pasal 6 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Bantuan Hukum Dikaitkan Dengan Pemberian Bantuan Hukum Cuma – Cuma
Oleh Lembaga Bantuan Hukum Terakreditasi Di Wilayah Kota Bandung―, (Skripsi—
Fakultas Hukum Universitas Pasundan, Bandung 2022).
Ramdan Ajie ―Bantuan Hukum Sebagai Kewajiban Negara Untuk Memenuhi Hak
Konstitusional Fakir Miskin‖, Medan: Jurnal Konstitusi, Vol. 11, No. 2, 2014
Maysarah Andi, Sitompu Melati Rina ―Peran Dan Kedudukan Lembaga Bantuan
Hukum LBH Medan Sebagai Access To Justice Bagi Masyarakat Miskin Di Sumatera
Utara‖, Medan: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 6, No. 2, 2021.
Sugiantari Wiwik Putu Agung Anak dkk ―Efektivitas Peraturan Menteri Hukum Dan
Ham Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Paralegal Dalam Pemberian Bantuan Hukum Di
Lbh-Apik Bali‖, Bali: Jurnal Analisis Hukum, Vol. 4, No. 1, 2021.
Nasution Syahputra Isnandar ―Urgensi Peran Pengadilan Dalam Memberikan
Pelayanan Bantuan Hukum Terhadap Orang Miskin Sesuai Undang Undang Nomor 16
Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum‖, Kuala Kapuas: Jurnal Hukum dan Peradilan,
Vol. 4, No. 1, 2015.
Dedi Yustinus ―Implementasi Pemberian Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Miskin
Dalam Rangka Mencari Keadilan Berdasarkan Undang Undang Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Bantuan Hukum‖, Bengkayang: Jurnal Nestor Magister Hukum, Vol. 2, No. 2,
2016.

10

Anda mungkin juga menyukai