Anda di halaman 1dari 12

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA
RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS IIB BANTUL
Jl. Guwosari Pajangan Bantul, Kotak Pos 155
Laman : www.rutanbantul.kemenkumham.go.id E-mail : rutanbantul@yahoo.co.id

LAPORAN TAHANAN YANG MENDAPATKAN FASILITAS BANTUAN HUKUM


RUTAN KELAS IIB BANTUL
TARGET KINERJA B08 AGUSTUS 2023

A. PENDAHULUAN
1. Umum
Pada dasarnya, access to legal counsel merupakan hak asasi setiap orang. Hak
memperoleh pembelaan dari seorang advokat atau menjaganya agar keadilan sampai
pada semua orang. Pembelaan ini dilakukan tanpa memperhatikan latar belakang individu
yang bersangkutan, seperti agama, keturunan, ras, etnis, keyakinan politik, strata sosio-
ekonomi, warna kulit, dan gender. Pemberian bantuan hukum adalah salah satu
perwujudan dari amanat Pasal 28 D Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang
menyatakan “setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”
Undang-Undang Dasar 1945 mengkualifikasikan hak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan
hukum sebagai bagian dari hak asasi manusia. Penyebutan hak dalam Undang Undang
Dasar 1945 membawa konsekuensi tertentu, baik terhadap pengualifikasiannya maupun
pihak mana yang memiliki kewajiban utama dalam pemenuhannya. Oleh karena
disebutkan secara resmi dalam konstitusi, maka hak tersebut dikualifikasi sebagai hak
konstitusional setiap warga negara. Sehingga pemegang kewajiban utama dalam
pemenuhannya adalah negara.
Prinsip perlakuan yang sama di hadapan hukum (equality before the law) adalah
perwujudan negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang
Dasar 1945. Pemenuhannya sangat penting dan fundamental, karena selain sebagai
bentuk perlindungan dan persamaan di hadapan hukum, prinsip ini merupakan pilar
utama dalam mewujudkan peradilan yang adil (fair trial).Peradilan yang adil sangat sulit
tercapai apabila para pihak tidak berada dalam kedudukan yang setara. Terlebih lagi,
apabila pihak yang berhadapan dengan hukum (baik tersangka, terdakwa, saksi, maupun
korban) menjadi objek dan bukan subjek dalam suatu proses peradilan.
Undang-Undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum (UU Bantuan
Hukum) memberi peluang terhadap perlindungan hak warga negara yang sedang
menjalani proses hukum. Ada dua latar belakang yang menjadi dasar pembentukan UU
Bantuan Hukum, yaitu (i) jaminan negara terhadap hak konstitusional setiap orang untuk
mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai sarana perlindungan HAM, (ii) negara
bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi orang miskin sebagai
perwujudan akses terhadap keadilan.
Secara garis besar, tujuan bantuan hukum yang tercantum dalam Pasal 3 UU
Bantuan Hukum tersebut adalah mewujudkan akses kepada keadilan bagi masyarakat
miskin dan juga mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat
dipertanggungjawabkan (akuntabel). Jadi bantuan hukum tidak semata untuk
memberikan jasa hukum bagi masyarakat akan tetapi sekaligus diharapkan mampu
mendorong perbaikan sistem peradilan. Bantuan hukum diharapkan mampu menjadi
sistem yang membantu melindungi hak masyarakat dalam proses hukum untuk
memperoleh keadilan melalui sistem peradilan transparan dengan menerapkan prinsip
perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).

2. Maksud dan Tujuan


a. Menjamin dan memenuhi hak bagi penerima bantuan hukum untuk mendapatkan
akses terhadap keadilan
b. Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan prinsip
persamaan kedudukan di dalam hukum
c. Menjamin kepastian penyelenggaraan bantuan hukum dilaksanakan secara merata
di seluruh wilayah Indonesia
d. Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan

3. Ruang Lingkup
a. Pemenuhan hak tahanan setiap warga negara Indonesia yang telah
memenuhi syarat, khususnya Warga Binaan Pemasyarakatan di Rutan Kelas IIB
Bantul.
b. Tersampaikannya permintaan bantuan hukum oleh Tahanan kepada pemberi
bantuan hukum. Pemberi Bantuan Hukum harus memenuhi Standar Bantuan
Hukum yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
c. Sebagai Upaya meningkatkan kinerja, dan komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan bantuan hukum yang tepat sasaran

4. Dasar
a. UU No.22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan
b. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
c. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata cara
pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

B. Kegiatan yang dilaksanakan

Menindaklanjuti pemenuhan hak tahanan setiap warga negara Indonesia yang telah
memenuhi syarat yaitu dengan adanya permohonan pemberian bantuan hukum secara
litigasi oleh para tahanan kepada pemberi bantuan hukum yang disampaikan melalui Kepala
Lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan negara baik secara tertulis maupun secara lisan
yang dilakukan melalui prosedur diantaranya :
1. Pemberian bantuan hukum diselenggarakan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia dan dilaksanakan oleh
Pemberi Bantuan Hukum (Advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum)
yang telah lulus Verifikasi dan Akreditasi kepada Penerima Bantuan Hukum
(narapidana/tahanan)
2. Tahanan mengajukan permohonan bantuan hukum non litigasi kepada pemberi
bantuan hukum melalui Kepala Lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan negara
secara tertulis yang berisi identitas tahanan dan uraian singkat mengenai pokok
persoalan yang dimohonkan dengan melampirkan dokumen yang berkenaan dengan
perkara dan surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau pejabat yang
setingkat di tempat tinggal tahanan/Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakata/Bantuan
Langsung Tunai/Kartu Beras Miskin/Dokumen Lain sebagai pengganti surat
keterangan miskin
3. Kepala Lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan negara meneruskan permohonan
bantuan hukum non litigasi kepada pemberi bantuan hukum yang telah lulus Verivikasi
dan Akreditasi Yang Ditetapkan Dengan Surat Keputusan Menteri Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia
4. Pemberi Bantuan Hukum memeriksaa kelengkapan persyaratan dalam waktu paling
lama 1 (satu) hari kerja setelah menerima berkas permohonan bantuan hukum non
litigasi
5. Apabila permohonan bantuan hukum non litigasi telah memenuhi persyaratan,
pemberi bantuan hukum wajib menyampaikan kesediaan atau penolakan secara
tertulis kepada Kepala Lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan negara atas
permohonan pemberian bantuan non litigasi oleh tahanan dalam waktu paling lama 3
(tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan lengkap
6. Apabila Pemberi Bantuan Hukum menyatakan kesediaannya, Pemberi Bantuan
Hukum memberikan bantuan hukum non litigasi berupa penyuluhan hukum kepada
narapidana/tahanan
7. Kepala Lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan negara mengumpulkan 30 (tiga
puluh) orang narapidana/tahanan di ruang penyuluhan hukum untuk diberikan
penyuluhan hukum oleh pemberi bantuan hukum
8. Pemberi Bantuan Hukum memberikan penyuluhan hukum kepada
narapidana/tahanan selama 2 jam
9. Penyuluhan hukum oleh Pemberian Bantuan Hukum dicatat dalam buku khusus
kunjungan Bantuan Hukum
10. Kepala Lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan negara melaporkan kegiatan
penyuluhan hukum kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indoensia cq.Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
11. Apabila permohonan bantuan hukum ditolak, Pemberi Bantuan Hukum wajib
memberikan alasan penolakan secara tertulis kepada Kepala Lembaga
pemasyarakatan/rumah tahanan negara dalam waktu paling lama 3(tiga) hari kerja
terhitung sejak pemohonan dinyatakan lengkap
12. Kepala Lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan negara menyampaikan penolakan
pemberian bantuan hukum non litigasi oleh Pemberi Bantuan Hukum kepada
narapidana/tahanan yang mengajukan permohonan bantuan hukum
13. Kepala Lembaga pemasyarakatan/rumah tahanan negara melaporkan penolakan
pemberian bantuan hukum oleh pemberi bantuan hukum kepada Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia cq. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

C. Hasil yang Dicapai

Pelaksanaan kegiatan tersebut dapat dilaporkan sebagaimana sesuai rencana jadwal


yang telah terbentuk yaitu diadakannya program kegiatan penyuluhan hukum yang
dilaksanakan secara rutin oleh LKBH FH UMY

NO TANGGAL PELAKSANAAN

Tim Penyuluh Hukum Div. Yankum Kanwil


1 11 Agustus 2023
Kemenkumkumham D.I. Yogyakarta

Kegiatan tersebut dilaksanakan di Aula Baharudin Suryo Broto Rutan Kelas IIB Bantul
terkait fasilitas jasa lawyer pro bono terhadap WBP serta perlindungan hukum terhadap
tahanan sebagai saksi dan korban

Laporan Pemberian Fasilitas Bantuan Hukum Bagi Tahanan


Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Ham D.I Yogyakarta
Rutan Kelas IIB Bantul
Bulan : Juli 2023

Jumlah
Penerima
Jumlah
No Satker Bantuan Hukum Keterangan
Tahanan
Non
Litigasi
Litigasi

1. LBH Tentrem
2. LKBH FH UMY
3. LBH Harapan
Rutan Kelas IIB
1 135 100 135 4. LSBH Sejati
Bantul
5. Nizar Bachmid & Partner
6. LKBH Janabadra
7. Y.A.P Law Office

Daftar Hadir Kegiatan Pemberian Fasilitas Bantuan Hukum Bagi Tahanan


Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Ham D.I Yogyakarta
Rutan Kelas IIB Bantul
Bulan : Agustus 2023
Dokumentasi Kegiatan Pemberian Fasilitas Bantuan Hukum Bagi Tahanan
Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Ham D.I Yogyakarta
Rutan Kelas IIB Bantul
Bulan : Agustus 2023
Notula Kegiatan Pemberian Fasilitas Bantuan Hukum Bagi Tahanan
Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan Ham D.I Yogyakarta
Rutan Kelas IIB Bantul
Bulan : Agustus 2023

D. Kesimpulan dan Saran

Rutan Kelas IIB Bantul telah mengimplementasikan giat pemenuhan hak tahanan setiap
warga negara Indonesia yang telah memenuhi syarat sebagai upaya meningkatkan kinerja,
dan komitmen yang tinggi terhadap penyelenggaraan bantuan hukum yang tepat sasaran
sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 UU Bantuan Hukum dalam mewujudkan akses
kepada keadilan bagi masyarakat dan juga mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan
dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel) melalui sistem peradilan transparan dengan
menerapkan prinsip perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM).
E. Penutup

Demikian laporan Tahanan yang mendapatkan fasilitas bantuan hukum di Rutan Kelas
IIB Bantul dibuat untuk dijadikan periksa.

Dibuat di : Bantul
Pada Tanggal : 22 Agustus 2023
Kepala,

Ahmad Sihabudin
NIP. 197101131994031001

Anda mungkin juga menyukai