Anda di halaman 1dari 23

PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA

CUMA-CUMA KEPADA TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU

DI PENGADILAN NEGERI BANYUMAS

ARTIKEL ILMIAH

Disusun Oleh :

OLIVIA PUSPA SERUNI

E1A017307

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

2022
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN
BUDAYA
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
Jl. Prof. Dr. Hr. Boenyamin 708 Grendeng Purwokerto 53122
Telp. (0281) 638339, 0811298339, Faks. (0281) 627203
Laman: www.fh.unsoed.ac.id, Email: fh@unsoed.ac.id

ARTIKEL ILMIAH

1. Judul Penelitian : Pelaksaan Pemberian Bantuan Hukum Secara

Cuma-Cuma Kepada Terdakwa Yang Tidak

Mampu Di Pengadilan Negeri Banyumas

2. Pelaksana Penelitian

a. Nama : Olivia Puspa Seruni

b. Nim : E1A017307

c. Angkatan : 2017

d. Jumlah SKS : 148

3. Pembimbing Akademik : Dr. Setya Wahyudi, S.H., M.H.

4. Pembimbing Skripsi

a. Pembimbing I : Dr. Rahadi Wasi Bintoro, S.H., M.H.

b. Pembimbing II : Drs. Antonius Sidik Maryono, S.H., M.S.

5. Program Studi : Ilmu Hukum

6. Lingkup Bagian : Hukum Acara Pidana


PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-
CUMA-CUMA KEPADA TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU DI
PENGADILAN NEGERI BANYUMAS
Disusun Oleh:
Olivia Puspa Seruni
E1A017307

ABSTRAK
Dalam Negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi setiap
individu tanpa membedakan latar belakangnya, sehingga semua orang memiliki hak
untuk diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law). Salah satu
bentuk adanya persamaan perlakuan adalah pemberian bantuan hukum bagi terdakwa
yang tidak mampu. Pemberian bantuan hukum bagi terdakwa atau tersangka bukanlah
semata-mata membela kepentingan tersangka atau terdakwa untuk bebas dari segala
tuntutan tetapi tujuan pembelaan dalam perkara pidana hakekatnya adalah untuk
membela peraturan hukum jangan sampai peraturan hukum tersebut salah atau tidak
adil diterapkan dalam suatu perkara. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak
mampu di Pengadilan Negeri Banyumas serta mengetahui permasalahan-permasalahan
apa saja yang ditemui dalam pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-
cuma kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas. Metode
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum empiris,
dengan Spesifikasi penelitian Deskriptif Analitis. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dengan informan sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen berupa
peraturan perundang-undangan kemudian diolah dan dianalisis dengan metode
kualitatif dan disajikan dalam bentuk uraian yang sistematis. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara
cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-
cuma kepada terdakwa yang tidak mampu berdasarkan penetapan penunjukan
penasehat hukum oleh hakim berlandaskan pada Pasal 56 KUHAP dan Pelaksanaan
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak mampu atas
inisiatif terdakwa atau keluarga terdakwa yang dapat dilakukan dengan mengajukan
permohonan kepada Pos Bantuan Hukum (Posbakum) atau Lembaga Bantuan Hukum
(LBH).
Kata Kunci : Bantuan Hukum Cuma-Cuma, Terdakwa Yang Tidak Mampu,
Lembaga Bantuan Hukum.
THE IMPLEMENTATION OF GIVING FREE LEGAL AID TOWARDS POOR
DEFENDANT IN PENGADILAN NEGERI BANYUMAS
By:
Olivia Puspa Seruni
E1A017307

ABSTRACT
In the state of law, it acknowledges and protects human rights of each individual
without discriminating them based on their background which is inline with so-called law
principal of “equality before the law”. An example of which is to give legal aid for poor
criminal defendant. Giving legal aid for them in the trial court does not just merely mean to
defend their interest of being able to get free from any accusations. But, the very purpose of it
is to defend the law itself lest it leads to wrong application or be unfair to be applied in any
cases. The purpose of this research is to find out implementation of giving free legal aid
towards poor criminal defendant at Pengadilan Negeri Banyumas and to find out any problems
which are feasibly encountered in it. The approach method which will be used in this research
is an empirical approach, specifically analytical descriptive research. The data used in this
research are both primary and secondary data. Primary data is obtained by interviewing any
appointed people in charge, whereas secondary data is obtained from document in the form of
laws and regulations then processed and analysed by using qualitative method and presented
in a systematic description. Based on the research results, it can be inferred that the
implementation of giving free legal aid towards poor criminal defendant in Pengadilan Negeri
Banyumas is distinguished into 2 (two) categories, i.e. the implementation of trial court in
which lawyer doing free legal aid towards poor defendant by judge’s appointment
determination in accordance with Article 56 of KUHAP and the implementation of trial court
in which doing free legal aid towards poor criminal defendant based on initiative of the
defendant themselves or their family member by requesting to Legal Aid Post (Pos Bantuan
Hukum) or Legal Defense Fund (Lembaga Bantuan Hukum/LBH) .

Keywords : Legal Aid, Poor Criminal Defendants, Legal Defense Fund.


1

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam Negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi setiap
individu tanpa membedakan latar belakangnya, sehingga semua orang memiliki
hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law).
Persamaan di hadapan hukum harus diartikan secara dinamis dan tidak
diartikan secara statis, artinya apabila ada persamaan di hadapan hukum bagi
semua orang maka harus diimbangi pula dengan persamaan perlakuan (equal
treatment) bagi semua orang. Salah satu bentuk adanya persamaan perlakuan
adalah pemberian bantuan hukum kepada fakir miskin, di mana tidak hanya
orang mampu yang dapat memperoleh pembelaan dari advokat atau pembela
umum tetapi juga fakir miskin dalam rangka memperoleh keadilan (access to
justice).1 Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 mengatur fakir miskin
dan anak terlantar dipelihara oleh negara yang artinya adalah pemerintah dan
negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memelihara dan
membina fakir miskin dan anak terlantar. Frans Hendra Winata mengatakan
bahwa pemberian bantuan hukum bagi masyarakat miskin sebagai penegakan
HAM dan bukan belas kasihan. 2
Bantuan hukum juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu dalam Bab X1 Pasal 56 dan 57 yang
mengatur bahwa setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh
bantuan hukum. Kemudian dalam Pasal 56 KUHAP mengatur bahwa dalam
hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau
lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima

1
Frans Hendra Winarta, 2009, Pro Bono Publico: Hak Konstitusional Fakir Miskin Untuk Memperoleh
Bantuan Hukum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 2
2
Frans Hendra Winarta, 2000, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan, Jakarta:
Elex Media Komputindo, hlm. 94
2

tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang
bersangkutan pada setiap tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjukkan penasehat hukum bagi mereka.
Jaminan atas hak konstitusional tersebut belum mendapatkan perhatian
secara memadai sehingga dibentuknya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum (UUBH) menjadi dasar bagi Negara untuk menjamin
warga Negara, khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin untuk
mendapatkan akses keadilan dan kesamaan dihadapan hukum. 3 Selain UUBH
terdapat juga Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dalam
Bab VI Pasal 22 mewajibkan seorang advokat atau penasihat hukum untuk
memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang kurang mampu secara
cuma-cuma berdasarkan syarat-syarat yang diatur dalam Undang-Undang.
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum
secara cuma-cuma diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 83
Tahun 2008. Kemudian dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor
11 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat
Tidak Mampu diatur tentang syarat permohonan bantuan hukum bagi
masyarakat Banyumas yang membutuhkan bantuan hukum.
Menurut Soerjono Soekanto, bantuan hukum pada pokoknya memiliki
arti bantuan hukum yang diberikan oleh para ahli bagi warga masyarakat yang
memerlukan untuk mewujudkan hak-haknya serta juga mendapatkan
perlindungan hukum yang wajar.4 Bantuan hukum bagi terdakwa atau
tersangka bukanlah semata-mata membela kepentingan tersangka atau
terdakwa untuk bebas dari segala tuntutan tetapi tujuan pembelaan dalam
perkara pidana hakekatnya adalah untuk membela peraturan hukum jangan

3
Yusuf Saefudin, “Implementasi Pemberian Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Di Jawa Tengah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum”, Jurnal Idea Hukum
1, no. 1, 2015. hlm. 65-66
4
IGN. Ridwan Widyadharma, 2010, Profesional Hukum Dalam Pemberian Bantuan Hukum, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, hlm. 26
3

sampai peraturan hukum tersebut salah atau tidak adil diterapkan dalam suatu
perkara. Dengan demikian tujuan pembelaan dalam perkara pidana disetiap
proses beracara mengandung makna sebagai pemberian bantuan hukum kepada
aparat atau penegak hukum dalam membuat atau memutuskan suatu keputusan
yang adil dan benar menurut peraturan hukum yang berlaku.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan
bahwa setiap terdakwa yang menjalani pemeriksaan di Pengadilan mempunyai
hak untuk mendapatkan bantuan hukum atau didampingi oleh penasihat hukum.
Peran penasehat hukum tentunya sangat penting dalam melindungi dan
membela hak-hak terdakwa. Dalam penggunaan jasa advokat juga tentunya
membutuhkan biaya, tetapi tidak semua terdakwa mampu menyewa jasa
penasehat hukum sendiri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimanakah pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma bagi
terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas serta
permasalahan-permasalahan apa saja yang di temui dalam pelaksanaan
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak
mampu di Pengadilan Negeri Banyumas, dengan judul: “ PELAKSANAAN
PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA KEPADA
TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU DI PENGADILAN NEGERI
BANYUMAS “.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas?
b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak
mampu di Pengadilan Negeri Banyumas?
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-
cuma kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas.
4

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam


pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-Cuma kepada terdakwa
yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas.
4. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran pengembangan ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya.
b. Untuk menambah bahan referensi dan bahan masukan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Kegunaan Praktis
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pelaksanaan
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa yang
tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas.
b. Sebagai bahan masukan mengenai pelaksanaan pemberian bantuan
hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak mampu di
Pengadilan Negeri Banyumas.
B. METODE PENELITIAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum
empiris5, dengan Spesifikasi penelitian Deskriptif Analitis.6 Lokasi penelitian berada
di Pengadilan Negeri Banyumas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.7 Data primer diperoleh melalui wawancara dengan informan
sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen berupa peraturan perundang-

5
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2014, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 21
6
Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, hlm. 32
7
Amaruddin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, hlm. 51-52
5

undangan kemudian diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif 8 dan disajikan
dalam bentuk teks naratif yang sistematis. 9

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
1) Pelaksanaan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Terdakwa
Yang Tidak Mampu Di Pengadilan Negeri Banyumas
a. Wawancara dengan Hakim dan Advokat
Berdasarkan wawancara dengan informan Rino Adrian Wigunadi,
S.H.,10 mengatakan bahwa:
“Pada prinsipnya semua tindak pidana atau perbuatan yang didakwakan
kepada terdakwa ketika terdakwa disidangkan di Pengadilan Negeri
Banyumas terdakwa tersebut berhak untuk didampingi oleh penasehat
hukum. Pada awal persidangan pasti majelis hakim akan menanyakan
kepada terdakwa apakah dalam menghadapi persidangan ini akan maju
sendiri atau didampingi oleh penasehat hukum. Tetapi ada beberapa
tindak pidana yang dengan ancaman pidana tertentu sesuai dengan Pasal
56 KUHAP yang mewajibkan bagi pejabat pemeriksa di persidangan
melakukan penunjukan penasehat hukum untuk mendampingi
terdakwa. Pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas dilakukan
dengan penetapan oleh ketua hakim majelis yang menangani perkara
tersebut. Jika terdakwa mau menerima bantuan hukum maka sidang
akan ditunda untuk menunjuk penasehat hukum, apabila terdakwa tidak
mau didampingi penasehat hukum dan ingin menghadapi sendiri proses
persidangan secara otomatis penolakan tersebut masuk dalam berita
acara sidang dan termuat dalam putusan”

8
Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Ilmu Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press), hlm. 5
9
M Syamsudin, 2007, Operasionalisasi Penulisan Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 119
10
Hasil wawancara dengan Rino Ardian Wigunadi, S.H., Hakim di Pengadilan Negeri Banyumas pada
21 Desember 2021
6

Berdasarkan wawancara dengan informan Faiq El Himma, S.H.,11


mengatakan bahwa:
“Pada dasarnya semua perbuatan pidana dapat didampingi oleh
penasehat hukum, tapi ada perbuatan pidana yang wajib dilakukan
penunjukan penasehat hukum untuk mendampingi terdakwa yaitu
tindak pidana yang dijelaskan dalam Pasal 56 KUHAP. Advokat dalam
menangani perkara bantuan hukum berlandaskan pada KUHAP,
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum,
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum, dan
Kode etik Advokat Indonesia. Advokat memberikan jasa hukum secara
cuma-cuma dengan menjalankan kuasa yang berupa mewakili,
mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk kepentingan
tersangka atau terdakwa. Apabila tersangka atau terdakwa
menginginkan jasa bantuan hukum dari LBH secara cuma-cuma, maka
dapat mengajukan permohonan sesuai dengan persyaratan yang ada
dalam Peraturan Pemerintah.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Nurcahyo W, S.H., M.H.12


mengatakan bahwa:
“Terdakwa yang membutuhkan bantuan hukum cuma-cuma dari LBH
dapat mengajukan permohonan sesuai dengan persyaratan yang ada
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan
Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan
Hukum.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Dwi Prasetyo, S.H.13


mengatakan bahwa:
“Pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma dapat
dilakukan melalui penetapan oleh majelis hakim atau terdakwa

11
Hasil wawancara dengan Faiq El Himma, S.H., Advokat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran
di Pengadilan Negeri Banyumas pada 23 desember 2021
12
Hasil wawancara dengan Nurcahyo W, S.H., M.H., Advokat Lembaga Bantuan Hukum Perisai
Kebenaran di Pengadilan Negeri Banyumas pada 23 desember 2021
13
Hasil wawancara dengan Dwi Prasetyo, S.H., Advokat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran
di Pengadilan Negeri Banyumas pada 23 desember 2021
7

mengajukan permohonan bantuan hukum kepada LBH. Untuk


persyaratan yang harus dipenuhi oleh terdakwa apabila mengajukan
permohonan yaitu terdakwa harus berdomisili di Kabupaten Banyumas,
terdakwa harus memiliki kartu identitas kependudukan dan adanya surat
keterangan tidak mampu yang diberikan kepala desa.”

b. Wawancara dengan Terdakwa


Berdasarkan wawancara dengan informan Yulianto14 mengatakan
bahwa:
“Pelaksanaan pemberian bantuan hukum yang diberikan oleh Pengadilan
Negeri Banyumas sudah cukup baik, tetapi untuk memenuhi persyaratan
yang ada cukup memakan waktu.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Arif Hidayatulloh15


mengatakan bahwa:
“Pelaksanaan pemberian bantuan hukum yang diberikan oleh
Pengadilan Negeri Banyumas sudah cukup baik, hanya saja advokat
yang mendampinginya pada tahap penyidikan, penuntutan, dan
persidangan merupakan advokat yang berbeda. Namun menurutnya
terkait dengan kinerja advokat dalam memberikan bantuan hukum
sudah cukup baik dengan adanya upaya advokat untuk memberikan
bantuan berupa pernyataan yang dapat memberikan pertimbangan
kepada hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap terdakwa.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Minah16 mengatakan bahwa:


“Pelaksanaan pemberian bantuan hukum di Pengadilan Negeri Banyumas
sudah cukup baik, pada awalnya saya tidak mengetahui tentang adanya
bantuan hukum bagi terdakwa yang saya tahu bantuan hukum diberikan
hanya kepada korban.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Irvan17 mengatakan bahwa:

14
Hasil wawancara dengan Yulianto, Terdakwa Kasus Narkotika dan Psikotropika di Rutan Banyumas
pada 8 Juni 2022
15
Hasil wawancara dengan Arif Hidayatulloh, Terdakwa Kasus Narkotika dan Psikotropika di Rutan
Banyumas pada 8 Juni 2022
16
Hasil wawancara dengan Minah, Terdakwa Kasus Pembunuhan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
17
Hasil wawancara dengan Irvan, Terdakwa Kasus Pembunuhan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
8

“Pelaksanaan pemberian bantuan hukum yang diberikan oleh Pengadilan


Negeri Banyumas sudah cukup baik, Advokat dalam melakukan pembelaan
dengan menyampaikan fakta-fakta yang dapat meringankan putusan.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Dewi18 mengatakan bahwa:


“Saya dan keluarga tidak mengetahui tentang adanya bantuan hukum secara
cuma-cuma dan tidak mengetahui mekanisme untuk memperoleh bantuan
hukum.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Putra19 mengatakan bahwa:


“Pelaksanaan pemberian bantuan hukum oleh Pengadilan Negeri Banyumas
sudah cukup baik, tetapi lebih baik lagi apabila advokat yang menangani
kasus dari tahap penyidikan hingga persidangan adalah orang yang sama.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Aga20 mengatakan bahwa:


“Pelaksanaan pemberian bantuan hukum oleh Pengadilan Negeri Banyumas
sudah baik, hanya saja akan lebih baik apabila pengetahuan tentang bantuan
hukum diberikan lebih banyak lagi karena masih banyak orang yang belum
mengetahui tentang bantuan hukum bagi terdakwa termasuk saya.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Puja21 mengatakan bahwa:


“Saya tidak didampingi penasehat hukum karena saya tidak mengetahui
adanya bantuan hukum secara cuma-cuma bagi terdakwa, dan saya pikir
apabila didampingi oleh penasehat hukum akan mengeluarkan biaya yang
banyak.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Giat22 mengatakan bahwa:


“Pelaksanaan pemberian bantuan hukum oleh Pengadilan Negeri Banyumas
sudah cukup baik dengan adanya upaya penasehat hukum untuk memberikan
bantuan berupa pernyataan yang dapat memberikan pertimbangan kepada
hakim dalam menjatuhkan putusan.”

18
Hasil wawancara dengan Dewi , Terdakwa Kasus Penggelapan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
19
Hasil wawancara dengan Putra, Terdakwa Kasus Pembunuhan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
20
Hasil wawancara dengan Aga, Terdakwa Kasus Narkotika dan Psikotropika di Rutan Banyumas pada
8 Juni 2022
21
Hasil wawancara dengan Puja, Terdakwa Kasus Penggelapan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
22
Hasil wawancara dengan Giat, Terdakwa Kasus Pembunuhan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
9

2) Faktor Penghambat yang ditemui dalam pemberian Bantuan Hukum


secara Cuma-Cuma di Pengadilan Negeri Banyumas
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Rino Adrian Wigunadi,
S.H.,23 mengatakan bahwa:
“Permasalahan dalam pemberian bantuan hukum yang ancaman
pidananya 5 tahun keatas harus ada syarat tidak mampu, untuk
melengkapi persyaratan tersebut biasanya terdakwa terbilang malas untuk
melengkapi syarat-syarat yang ada begitupun dengan keluarga terdakwa.
Diantaranya adalah syarat keterangan tidak mampu, jadi kendalanya ada
pada terdakwa itu sendiri yang enggan untuk mengurus persyaratan”.

Berdasarkan wawancara dengan informan Faiq El Himma, S.H.,24


mengatakan bahwa:
“Permasalahan dalam pelaksanaan pemberian bantuan hukum adalah
advokat kurang memahami duduk perkara dan kurang maksimal dalam
mendampingi terdakwa di persidangan dikarenakan seluruh perkara yang
ditangani oleh Posbakum merupakan penunjukan oleh hakim yang mana
perkara tersebut tidak ditangani sejak di tahap penyidikan. Kemudian dalam
hal pencairan dana untuk bantuan hukum secara cuma-cuma tidak dicairkan
seluruhnya oleh negara, hal tersebut terjadi karena anggaran yang ada tidak
cukup untuk dibayarkan.”

Berdasarkan wawancara dengan informan Dwi Prasetyo, S.H.25


mengatakan bahwa:
“Permasalahan dalam pelaksanaan pemberian bantuan hukum adalah
masih banyaknya terdakwa yang belum mengetahui tentang keberadaan
bantuan hukum cuma-cuma bagi terdakwa yang tidak mampu, hal
tersebut dapat dilihat di Tahun 2021 hanya ada 3 perkara yang masuk ke
LBH untuk dilakukan pendampingan.”

23
Hasil wawancara dengan Rino Ardian Wigunadi, S.H., Hakim di Pengadilan Negeri Banyumas pada
21 Desember 2021
24
Hasil wawancara dengan Faiq El Himma, S.H., Advokat Lembaga Bantuan Hukum Perisai
Kebenaran di Pengadilan Negeri Banyumas pada 23 desember 2021
25
Hasil wawancara dengan Dwi Prasetyo, S.H., Advokat Lembaga Bantuan Hukum Manunggal di
Pengadilan Negeri Banyumas pada 23 desember 2021
10

2. Pembahasan
a. Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada
Terdakwa Yang Tidak Mampu Di Pengadilan Negeri Banyumas.

Bagan 1.1
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Terdakwa
Yang Tidak Mampu di Pengadilan Negeri Banyumas
Penetapan
Terdakwa Yang PENGADILAN Penunjukan
Tidak Mampu NEGERI Pemberian Bantuan
Hukum Oleh Hakim

Pos Bantuan Hukum


(Posbakum) / Lembaga
Bantuan Hukum (LBH)

Bagan di atas merupakan Pelaksanaan bantuan hukum dalam perkara


pidana pada tahap pemeriksaan terdakwa di sidang pengadilan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan hakim di Pengadilan Negeri Banyumas dilakukan
dengan penetapan oleh ketua hakim majelis yang menangani perkara
tersebut. Mekanismenya adalah pada sidang pertama Hakim akan bertanya
kepada terdakwa apakah terdakwa tersebut sudah didampingi oleh penasehat
hukum atau belum, apabila belum didampingi oleh penasehat hukum maka
Hakim sebagai pejabat yang bersangkutan wajib melakukan penunjukkan
penasehat hukum bagi terdakwa yang ancaman pidananya sesuai dengan
Pasal 56 KUHAP. Jika terdakwa mau menerima bantuan hukum maka
sidang akan ditunda untuk menunjuk penasehat hukum dari Lembaga
Bantuan Hukum yang bekerja sama dengan Pos Bantuan Hukum Pengadilan
Negeri Banyumas, apabila terdakwa tidak mau didampingi penasehat hukum
11

dan ingin menghadapi sendiri proses persidangan secara otomatis penolakan


tersebut masuk dalam berita acara sidang dan termuat dalam putusan. Pada
tahun 2021 jumlah perkara pidana yang masuk di Pengadilan Negeri
Banyumas yaitu 470 perkara pidana, dimana 165 perkara merupakan perkara
pidana yang ditangani dengan bantuan hukum secara cuma-cuma.26

Syarat yang harus dipenuhi oleh terdakwa apabila terdakwa tersebut


menerima untuk didampingi oleh penasehat hukum tercantum dalam Pasal 7
ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan Bantuan Hukum Bagi
Masyarakat Tidak Mampu Di Pengadilan, yaitu:
a. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh Kepala
Desa/Lurah/Kepala wilayah setempat yang mengatakan bahwa benar
yang bersangkutan tidak mampu membayar biaya perkara, atau;
b. Surat Ketarangan Tunjangan Sosial lainnya seperti Kartu Keluarga
Miskin, Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Kartu Beras
Miskin (Raskin), Kartu Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu
Bantuan Langsung Tunai (BLT), Kartu Perlindungan Sosial (KPS), atau
dokumen lainnya yang berkaitan dengan daftar penduduk miskin dalam
basis data terpadu pemerintah atau yang dikeluarkan oleh instansi lain
yang berwenang untuk memberikan keterangan tidak mampu, atau;
c. Surat pernyataan tidak mampu membayar jasa advokat yang dibuat dan
ditandatangani oleh Pemohon layanan Posbakum Pengadilan dan disetuji
oleh Petugas Posbakum Pengadilan, apabila Pemohon layanan Posbakum
Pengadilan tidak memiliki dokumen sebagaimana disebut dalam huruf a
atau b.

Bagan 1.2
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Terdakwa
Yang Tidak Mampu di Pengadilan Negeri Banyumas Atas Inisiatif Terdakwa /
Keluarga Terdakwa

26
Data dari Pengadilan Negeri Banyumas melalui Pos Bantuan Hukum
12

Inisiatif Terdakwa / PENGADILAN


Keluarga Terdakwa NEGERI

Pos Bantuan Hukum


(Posbakum) / Lembaga
Bantuan Hukum (LBH)
Pelaksanaan bantuan hukum atas inisiatif dari terdakwa atau keluarga
terdakwa, terdakwa tidak hanya dapat mengajukan permohonan bantuan
hukum pada saat berstatus sebagai terdakwa, tetapi juga dapat mengajukan
permohonan bantuan hukum pada saat masih menjadi tersangka.
Berdasarkan wawancara dengan Advokat Faiq El Himma, S.H., Advokat
dalam menangani perkara bantuan hukum berlandaskan pada KUHAP,
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan
Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum. Apabila tersangka atau
terdakwa menginginkan jasa bantuan hukum dari LBH secara cuma-cuma,
maka dapat mengajukan permohonan sesuai dengan persyaratan yang ada
dalam Peraturan Pemerintah.
Syarat yang harus dipenuhi oleh terdakwa untuk memperoleh bantuan
hukum tercantum dalam Pasal 6, 7, 8, dan 11 Peraturan Pemerintah Nomor
42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum
dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum yang menentukan bahwa :

Pasal 6 :
1) Pemohon Bantuan Hukum mengajukan permohonan Bantuan Hukum
secara tertulis kepada Pemberi Bantuan Hukum.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
identitas Pemohon Bantuan Hukum; dan uraian singkat mengenai pokok
persoalan yang dimintakan Bantuan Hukum.
13

3) Permohonan Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus


melampirkan surat keterangan miskin dari Lurah, Kepala Desa, atau
pejabat yang setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum; dan
dokumen yang berkenaan dengan Perkara.

Pasal 7:
1) Identitas Pemohon Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (2) huruf a dibuktikan dengan kartu tanda penduduk dan/atau
dokumen lain yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
2) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki identitas, Pemberi
Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum dalam
memperoleh surat keterangan alamat sementara dan/atau dokumen lain
dari instansi yang berwenang sesuai domisili Pemberi Bantuan Hukum.

Pasal 8:
1) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki surat keterangan
miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a, Pemohon
Bantuan Hukum dapat melampirkan Kartu Jaminan Kesehatan
Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, Kartu Beras Miskin, atau
dokumen lain pengganti surat keterangan miskin.
2) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1), Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan
Hukum memperoleh persyaratan tersebut.

Pasal 11:
1) Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dalam waktu paling lama 1 (satu)
hari kerja setelah menerima berkas permohonan Bantuan Hukum.
2) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan,
Pemberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan kesediaan atau penolakan
secara tertulis atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan
dinyatakan lengkap.
3) Dalam hal Pemberi Bantuan Hukum menyatakan kesediaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan
Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum.
4) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan
Hukum wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan
lengkap.
14

Dalam hal pendanaan bantuan hukum menurut Undang-Undang Nomor


16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum terdapat dalam Pasal 16 yaitu:
1) Pendanaan Bantuan Hukum yang diperlukan dan digunakan untuk
penyelenggaraan Bantuan Hukum sesuai dengan Undang-Undang ini
dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
2) Selain pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sumber
pendanaan Bantuan Hukum dapat berasal dari:
a. Hibah atau sumbangan; dan/atau
b. Sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat.
Menurut Advokat Faiq El Himma, S.H., dalam hal pencairan dana untuk
bantuan hukum secara cuma-cuma juga tidak dicairkan seluruhnya oleh
negara hal tersebut terjadi karena anggaran yang tidak cukup.
Berdasarkan wawancara terhadap terdakwa seperti yang telah
dijelaskan dalam hasil penelitian, dari 7 (tujuh) dari 9 (sembilan) terdakwa
yang telah diwawancarai mengatakan bahwa pelaksanaan pemberian
bantuan hukum secara cuma-cuma sudah cukup baik. Terdakwa juga
menjelaskan bahwa advokat yang mendampinginya pada tahap penyidikan,
penuntutan, dan persidangan merupakan advokat yang berbeda. Namun
menurutnya terkait dengan kinerja advokat dalam memberikan bantuan
hukum sudah cukup baik dengan adanya upaya advokat untuk memberikan
bantuan berupa pernyataan yang dapat memberikan pertimbangan kepada
hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap terdakwa. Sedangkan 2 (dua)
terdakwa mengatakan bahwa tidak mengetahui keberadaan bantuan hukum
bagi terdakwa yang tidak mampu.
Pengadilan Negeri Banyumas dalam hal ini pelaksanaan pemberian
bantuan hukum dalam persidangan telah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian bantuan hukum
secara cuma-cuma aturan hukumnya begitu tegas, dimana di setiap
pengadilan wajib memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma karena
bantuan hukum itu merupakan hak dari terdakwa. Pada Pengadilan Negeri
Banyumas terdakwa tidak ada yang menolak untuk didampingi oleh
15

penasehat hukum apabila dilakukan penunjukan oleh hakim saat


persidangan. Pelaksanaan pemberian banuan hukum secara cuma-cuma
kepada terdakwa berdasarkan inisiatif terdakwa/keluarga terdakwa juga
telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang ada.
b. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum
Secara Cuma-Cuma Kepada Terdakwa Yang Tidak Mampu Di
Pengadilan Negeri Banyumas.
Menurut Soerjono Soekanto27 ada beberapa faktor yang menjadi
hambatan dalam pelaksanaan penegakan hukum, faktor tersebut yaitu:
a. Faktor Hukum
Dalam praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi
pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan
oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak,
sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah
ditentukan secara normatif.
b. Faktor Penegak Hukum
Penegak hukum yang menetukan efektif atau tidaknya kinerja tertulis.
Hubungan ini dikehendaki adanya aparatur yang handal sehingga aparat
tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Kehandalan disini
berkaitan dengan keterampilan profesional dan mempunyai mental yang
baik.
c. Faktor Sarana dan Fasilitas
Sarana dan fasilitas yang dimaksud merupakan sarana atau fasilitas yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai efektivitas hukum. Prasarana
tersebut secara jelas memang menajadi bagian yang memberikan
kontribusi untuk kelancaran tugas-tugas aparat di tempat atau lokasi
kerjanya.
d. Faktor Masyarakat
Penegakan hukum bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam
masyarakat. Masyarakat mempunyai pendapat-pendapat tertentu
mengenai hukum. Jadi, efektivitas hukum juga bergantung pada kemauan
dan kesadaran hukum masyarakat.
e. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang sangat
besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat

27
Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, hlm. 8
16

mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan


sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.

Faktor Penghambat dalam pelaksanaan pemberian bantuan hukum


secara cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri
Banyumas meliputi faktor penegak hukum yaitu advokat kurang memahami
duduk perkara dan kurang maksimal dalam mendampingi terdakwa di
persidangan dikarenakan seluruh perkara yang ditangani oleh Posbakum
merupakan penunjukan oleh hakim yang mana perkara tersebut tidak
ditangani sejak di tahap penyidikan. Selanjutnya faktor Sarana dan Fasilitas,
yaitu masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan dengan baik oleh pihak
Pengadilan, maupun LBH mengenai pemberian bantuan hukum secara
cuma-cuma kepada masyarakat yang tidak mampu khususnya di daerah
pelosok, karena kurangnya sarana dan prasarana untuk menuju tempat-
tempat tersebut. Kemudian faktor masyarakat yaitu masih ada masyarakat
yang tidak paham dengan adanya bantuan hukum secara cuma-cuma,
menurut pemikiran mereka apabila menggunakan jasa advokat memerlukan
biaya yang relatif besar. Hal ini yang mengakibatkan tidak semua terdakwa
mendapatkan bantuan hukum.
D. Simpulan Dan Saran
1. Simpulan
1) Berdasarkan analisis terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara
cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri
Banyumas dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a. Pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
terdakwa yang tidak mampu berdasarkan penetapan penunjukan
penasehat hukum oleh hakim berlandaskan pada Pasal 56 KUHAP,
serta terdakwa tersebut harus memenuhi syarat sebagaimana diatur
dalam Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1
17

Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan Bantuan Hukum


Bagi Masyarakat Tidak Mampu Di Pengadilan.
b. Pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
terdakwa yang tidak mampu atas inisiatif terdakwa atau keluarga
terdakwa dapat dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada
Pos Bantuan Hukum (Posbakum) atau Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) dengan memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata Cara
Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum.
2) Faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara
cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri
Banyumas meliputi faktor penegak hukum yaitu advokat kurang memahami
duduk perkara dan kurang maksimal dalam mendampingi terdakwa di
persidangan dikarenakan seluruh perkara yang ditangani oleh Posbakum
merupakan penunjukan oleh hakim yang mana perkara tersebut tidak
ditangani sejak di tahap penyidikan. Selanjutnya faktor Sarana dan Fasilitas,
yaitu masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan dengan baik oleh pihak
Pengadilan, maupun LBH mengenai pemberian bantuan hukum secara cuma-
cuma kepada masyarakat yang tidak mampu khususnya di daerah pelosok,
karena kurangnya sarana dan prasarana untuk menuju tempat-tempat tersebut.
Kemudian faktor masyarakat yaitu masih ada masyarakat yang tidak paham
dengan adanya bantuan hukum secara cuma-cuma, menurut pemikiran mereka
apabila menggunakan jasa advokat memerlukan biaya yang relatif besar. Hal
ini yang mengakibatkan tidak semua terdakwa mendapatkan bantuan hukum.
2. Saran
Sesuai dengan hasil penelitian diatas menurut penulis saran yang tepat
adalah perlu dilakukannya penyuluhan hukum agar masyarakat kedepannya
18

apabila tersangkut dengan masalah hukum baik diri sendiri maupun keluarga
terdekatnya dapat mengetahui tentang keberadaan bantuan hukum secara cuma-
cuma. Kemudian sebaiknya di tahap penyidikan dan penuntutan tersangka juga
didampingi oleh penasehat hukum yang sama dengan penasehat hukum yang
mendampingi di tingkat persidangan sehingga penasehat hukum tersebut dapat
lebih memahami duduk perkara dan lebih maksimal dalam mendampingi
terdakwa.

E. Daftar Pustaka
Literatur

Amiruddin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.

Ridwan Widyadharma, IGN. 2010. Profesional Hukum Dalam Pemberian Bantuan


Hukum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani. 2014. Penempatan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persana.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Perss.

Soekanto, Soerjono. 2008. Pengantar Penelitian Ilmu Hukum, Jakarta: Universitas


Indonesia (UI-Press).

Soekanto, Soerjono. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syamsudin, M. 2007. Operasionalisasi Penulisan Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada.

Winarta, Frans Hendra. 2000. Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan
Belas Kasihan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Winarta, Frans Hendra. 2009. Pro Bono Publico: Hak Konstitusional Fakir Miskin
Untuk Memperoleh Bantuan Hukum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jurnal
19

Saefudin, Yusuf. 2015. Implementasi Pemberian Bantuan Hukum Bagi Rakyat


Miskin Di Jawa Tengah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Bantuan Hukum. Jurnal Idea Hukum. Vol. 1.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian
Layanan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak mampu Di Pengadilan
Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan
Hukum Secara Cuma-Cuma
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Miskin

Anda mungkin juga menyukai