ARTIKEL ILMIAH
Disusun Oleh :
E1A017307
FAKULTAS HUKUM
2022
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN
BUDAYA
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
Jl. Prof. Dr. Hr. Boenyamin 708 Grendeng Purwokerto 53122
Telp. (0281) 638339, 0811298339, Faks. (0281) 627203
Laman: www.fh.unsoed.ac.id, Email: fh@unsoed.ac.id
ARTIKEL ILMIAH
2. Pelaksana Penelitian
b. Nim : E1A017307
c. Angkatan : 2017
4. Pembimbing Skripsi
ABSTRAK
Dalam Negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi setiap
individu tanpa membedakan latar belakangnya, sehingga semua orang memiliki hak
untuk diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law). Salah satu
bentuk adanya persamaan perlakuan adalah pemberian bantuan hukum bagi terdakwa
yang tidak mampu. Pemberian bantuan hukum bagi terdakwa atau tersangka bukanlah
semata-mata membela kepentingan tersangka atau terdakwa untuk bebas dari segala
tuntutan tetapi tujuan pembelaan dalam perkara pidana hakekatnya adalah untuk
membela peraturan hukum jangan sampai peraturan hukum tersebut salah atau tidak
adil diterapkan dalam suatu perkara. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak
mampu di Pengadilan Negeri Banyumas serta mengetahui permasalahan-permasalahan
apa saja yang ditemui dalam pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-
cuma kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas. Metode
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum empiris,
dengan Spesifikasi penelitian Deskriptif Analitis. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dengan informan sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen berupa
peraturan perundang-undangan kemudian diolah dan dianalisis dengan metode
kualitatif dan disajikan dalam bentuk uraian yang sistematis. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara
cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas dapat
dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-
cuma kepada terdakwa yang tidak mampu berdasarkan penetapan penunjukan
penasehat hukum oleh hakim berlandaskan pada Pasal 56 KUHAP dan Pelaksanaan
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak mampu atas
inisiatif terdakwa atau keluarga terdakwa yang dapat dilakukan dengan mengajukan
permohonan kepada Pos Bantuan Hukum (Posbakum) atau Lembaga Bantuan Hukum
(LBH).
Kata Kunci : Bantuan Hukum Cuma-Cuma, Terdakwa Yang Tidak Mampu,
Lembaga Bantuan Hukum.
THE IMPLEMENTATION OF GIVING FREE LEGAL AID TOWARDS POOR
DEFENDANT IN PENGADILAN NEGERI BANYUMAS
By:
Olivia Puspa Seruni
E1A017307
ABSTRACT
In the state of law, it acknowledges and protects human rights of each individual
without discriminating them based on their background which is inline with so-called law
principal of “equality before the law”. An example of which is to give legal aid for poor
criminal defendant. Giving legal aid for them in the trial court does not just merely mean to
defend their interest of being able to get free from any accusations. But, the very purpose of it
is to defend the law itself lest it leads to wrong application or be unfair to be applied in any
cases. The purpose of this research is to find out implementation of giving free legal aid
towards poor criminal defendant at Pengadilan Negeri Banyumas and to find out any problems
which are feasibly encountered in it. The approach method which will be used in this research
is an empirical approach, specifically analytical descriptive research. The data used in this
research are both primary and secondary data. Primary data is obtained by interviewing any
appointed people in charge, whereas secondary data is obtained from document in the form of
laws and regulations then processed and analysed by using qualitative method and presented
in a systematic description. Based on the research results, it can be inferred that the
implementation of giving free legal aid towards poor criminal defendant in Pengadilan Negeri
Banyumas is distinguished into 2 (two) categories, i.e. the implementation of trial court in
which lawyer doing free legal aid towards poor defendant by judge’s appointment
determination in accordance with Article 56 of KUHAP and the implementation of trial court
in which doing free legal aid towards poor criminal defendant based on initiative of the
defendant themselves or their family member by requesting to Legal Aid Post (Pos Bantuan
Hukum) or Legal Defense Fund (Lembaga Bantuan Hukum/LBH) .
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam Negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi setiap
individu tanpa membedakan latar belakangnya, sehingga semua orang memiliki
hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law).
Persamaan di hadapan hukum harus diartikan secara dinamis dan tidak
diartikan secara statis, artinya apabila ada persamaan di hadapan hukum bagi
semua orang maka harus diimbangi pula dengan persamaan perlakuan (equal
treatment) bagi semua orang. Salah satu bentuk adanya persamaan perlakuan
adalah pemberian bantuan hukum kepada fakir miskin, di mana tidak hanya
orang mampu yang dapat memperoleh pembelaan dari advokat atau pembela
umum tetapi juga fakir miskin dalam rangka memperoleh keadilan (access to
justice).1 Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 mengatur fakir miskin
dan anak terlantar dipelihara oleh negara yang artinya adalah pemerintah dan
negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memelihara dan
membina fakir miskin dan anak terlantar. Frans Hendra Winata mengatakan
bahwa pemberian bantuan hukum bagi masyarakat miskin sebagai penegakan
HAM dan bukan belas kasihan. 2
Bantuan hukum juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu dalam Bab X1 Pasal 56 dan 57 yang
mengatur bahwa setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh
bantuan hukum. Kemudian dalam Pasal 56 KUHAP mengatur bahwa dalam
hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana
yang diancam dengan pidana mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau
lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima
1
Frans Hendra Winarta, 2009, Pro Bono Publico: Hak Konstitusional Fakir Miskin Untuk Memperoleh
Bantuan Hukum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 2
2
Frans Hendra Winarta, 2000, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan, Jakarta:
Elex Media Komputindo, hlm. 94
2
tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum sendiri, pejabat yang
bersangkutan pada setiap tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib
menunjukkan penasehat hukum bagi mereka.
Jaminan atas hak konstitusional tersebut belum mendapatkan perhatian
secara memadai sehingga dibentuknya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
tentang Bantuan Hukum (UUBH) menjadi dasar bagi Negara untuk menjamin
warga Negara, khususnya bagi orang atau kelompok orang miskin untuk
mendapatkan akses keadilan dan kesamaan dihadapan hukum. 3 Selain UUBH
terdapat juga Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dalam
Bab VI Pasal 22 mewajibkan seorang advokat atau penasihat hukum untuk
memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang kurang mampu secara
cuma-cuma berdasarkan syarat-syarat yang diatur dalam Undang-Undang.
Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum
secara cuma-cuma diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 83
Tahun 2008. Kemudian dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor
11 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat
Tidak Mampu diatur tentang syarat permohonan bantuan hukum bagi
masyarakat Banyumas yang membutuhkan bantuan hukum.
Menurut Soerjono Soekanto, bantuan hukum pada pokoknya memiliki
arti bantuan hukum yang diberikan oleh para ahli bagi warga masyarakat yang
memerlukan untuk mewujudkan hak-haknya serta juga mendapatkan
perlindungan hukum yang wajar.4 Bantuan hukum bagi terdakwa atau
tersangka bukanlah semata-mata membela kepentingan tersangka atau
terdakwa untuk bebas dari segala tuntutan tetapi tujuan pembelaan dalam
perkara pidana hakekatnya adalah untuk membela peraturan hukum jangan
3
Yusuf Saefudin, “Implementasi Pemberian Bantuan Hukum Bagi Rakyat Miskin Di Jawa Tengah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum”, Jurnal Idea Hukum
1, no. 1, 2015. hlm. 65-66
4
IGN. Ridwan Widyadharma, 2010, Profesional Hukum Dalam Pemberian Bantuan Hukum, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, hlm. 26
3
sampai peraturan hukum tersebut salah atau tidak adil diterapkan dalam suatu
perkara. Dengan demikian tujuan pembelaan dalam perkara pidana disetiap
proses beracara mengandung makna sebagai pemberian bantuan hukum kepada
aparat atau penegak hukum dalam membuat atau memutuskan suatu keputusan
yang adil dan benar menurut peraturan hukum yang berlaku.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan
bahwa setiap terdakwa yang menjalani pemeriksaan di Pengadilan mempunyai
hak untuk mendapatkan bantuan hukum atau didampingi oleh penasihat hukum.
Peran penasehat hukum tentunya sangat penting dalam melindungi dan
membela hak-hak terdakwa. Dalam penggunaan jasa advokat juga tentunya
membutuhkan biaya, tetapi tidak semua terdakwa mampu menyewa jasa
penasehat hukum sendiri. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengetahui
bagaimanakah pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma bagi
terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas serta
permasalahan-permasalahan apa saja yang di temui dalam pelaksanaan
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak
mampu di Pengadilan Negeri Banyumas, dengan judul: “ PELAKSANAAN
PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA KEPADA
TERDAKWA YANG TIDAK MAMPU DI PENGADILAN NEGERI
BANYUMAS “.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma
kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas?
b. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan
pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada terdakwa yang tidak
mampu di Pengadilan Negeri Banyumas?
3. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian bantuan hukum secara cuma-
cuma kepada terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas.
4
5
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2014, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 21
6
Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, hlm. 32
7
Amaruddin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, hlm. 51-52
5
undangan kemudian diolah dan dianalisis dengan metode kualitatif 8 dan disajikan
dalam bentuk teks naratif yang sistematis. 9
1. Hasil Penelitian
1) Pelaksanaan Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Terdakwa
Yang Tidak Mampu Di Pengadilan Negeri Banyumas
a. Wawancara dengan Hakim dan Advokat
Berdasarkan wawancara dengan informan Rino Adrian Wigunadi,
S.H.,10 mengatakan bahwa:
“Pada prinsipnya semua tindak pidana atau perbuatan yang didakwakan
kepada terdakwa ketika terdakwa disidangkan di Pengadilan Negeri
Banyumas terdakwa tersebut berhak untuk didampingi oleh penasehat
hukum. Pada awal persidangan pasti majelis hakim akan menanyakan
kepada terdakwa apakah dalam menghadapi persidangan ini akan maju
sendiri atau didampingi oleh penasehat hukum. Tetapi ada beberapa
tindak pidana yang dengan ancaman pidana tertentu sesuai dengan Pasal
56 KUHAP yang mewajibkan bagi pejabat pemeriksa di persidangan
melakukan penunjukan penasehat hukum untuk mendampingi
terdakwa. Pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada
terdakwa yang tidak mampu di Pengadilan Negeri Banyumas dilakukan
dengan penetapan oleh ketua hakim majelis yang menangani perkara
tersebut. Jika terdakwa mau menerima bantuan hukum maka sidang
akan ditunda untuk menunjuk penasehat hukum, apabila terdakwa tidak
mau didampingi penasehat hukum dan ingin menghadapi sendiri proses
persidangan secara otomatis penolakan tersebut masuk dalam berita
acara sidang dan termuat dalam putusan”
8
Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Ilmu Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia (UI-
Press), hlm. 5
9
M Syamsudin, 2007, Operasionalisasi Penulisan Hukum, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hlm. 119
10
Hasil wawancara dengan Rino Ardian Wigunadi, S.H., Hakim di Pengadilan Negeri Banyumas pada
21 Desember 2021
6
11
Hasil wawancara dengan Faiq El Himma, S.H., Advokat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran
di Pengadilan Negeri Banyumas pada 23 desember 2021
12
Hasil wawancara dengan Nurcahyo W, S.H., M.H., Advokat Lembaga Bantuan Hukum Perisai
Kebenaran di Pengadilan Negeri Banyumas pada 23 desember 2021
13
Hasil wawancara dengan Dwi Prasetyo, S.H., Advokat Lembaga Bantuan Hukum Perisai Kebenaran
di Pengadilan Negeri Banyumas pada 23 desember 2021
7
14
Hasil wawancara dengan Yulianto, Terdakwa Kasus Narkotika dan Psikotropika di Rutan Banyumas
pada 8 Juni 2022
15
Hasil wawancara dengan Arif Hidayatulloh, Terdakwa Kasus Narkotika dan Psikotropika di Rutan
Banyumas pada 8 Juni 2022
16
Hasil wawancara dengan Minah, Terdakwa Kasus Pembunuhan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
17
Hasil wawancara dengan Irvan, Terdakwa Kasus Pembunuhan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
8
18
Hasil wawancara dengan Dewi , Terdakwa Kasus Penggelapan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
19
Hasil wawancara dengan Putra, Terdakwa Kasus Pembunuhan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
20
Hasil wawancara dengan Aga, Terdakwa Kasus Narkotika dan Psikotropika di Rutan Banyumas pada
8 Juni 2022
21
Hasil wawancara dengan Puja, Terdakwa Kasus Penggelapan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
22
Hasil wawancara dengan Giat, Terdakwa Kasus Pembunuhan di Rutan Banyumas pada 8 Juni 2022
9
23
Hasil wawancara dengan Rino Ardian Wigunadi, S.H., Hakim di Pengadilan Negeri Banyumas pada
21 Desember 2021
24
Hasil wawancara dengan Faiq El Himma, S.H., Advokat Lembaga Bantuan Hukum Perisai
Kebenaran di Pengadilan Negeri Banyumas pada 23 desember 2021
25
Hasil wawancara dengan Dwi Prasetyo, S.H., Advokat Lembaga Bantuan Hukum Manunggal di
Pengadilan Negeri Banyumas pada 23 desember 2021
10
2. Pembahasan
a. Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada
Terdakwa Yang Tidak Mampu Di Pengadilan Negeri Banyumas.
Bagan 1.1
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Terdakwa
Yang Tidak Mampu di Pengadilan Negeri Banyumas
Penetapan
Terdakwa Yang PENGADILAN Penunjukan
Tidak Mampu NEGERI Pemberian Bantuan
Hukum Oleh Hakim
Bagan 1.2
Pelaksanaan Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Kepada Terdakwa
Yang Tidak Mampu di Pengadilan Negeri Banyumas Atas Inisiatif Terdakwa /
Keluarga Terdakwa
26
Data dari Pengadilan Negeri Banyumas melalui Pos Bantuan Hukum
12
Pasal 6 :
1) Pemohon Bantuan Hukum mengajukan permohonan Bantuan Hukum
secara tertulis kepada Pemberi Bantuan Hukum.
2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
identitas Pemohon Bantuan Hukum; dan uraian singkat mengenai pokok
persoalan yang dimintakan Bantuan Hukum.
13
Pasal 7:
1) Identitas Pemohon Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (2) huruf a dibuktikan dengan kartu tanda penduduk dan/atau
dokumen lain yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
2) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki identitas, Pemberi
Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum dalam
memperoleh surat keterangan alamat sementara dan/atau dokumen lain
dari instansi yang berwenang sesuai domisili Pemberi Bantuan Hukum.
Pasal 8:
1) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki surat keterangan
miskin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf a, Pemohon
Bantuan Hukum dapat melampirkan Kartu Jaminan Kesehatan
Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai, Kartu Beras Miskin, atau
dokumen lain pengganti surat keterangan miskin.
2) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1), Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan
Hukum memperoleh persyaratan tersebut.
Pasal 11:
1) Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dalam waktu paling lama 1 (satu)
hari kerja setelah menerima berkas permohonan Bantuan Hukum.
2) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan,
Pemberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan kesediaan atau penolakan
secara tertulis atas permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan
dinyatakan lengkap.
3) Dalam hal Pemberi Bantuan Hukum menyatakan kesediaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Pemberi Bantuan Hukum memberikan Bantuan
Hukum berdasarkan surat kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum.
4) Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan
Hukum wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis dalam waktu
paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak permohonan dinyatakan
lengkap.
14
27
Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, hlm. 8
16
apabila tersangkut dengan masalah hukum baik diri sendiri maupun keluarga
terdekatnya dapat mengetahui tentang keberadaan bantuan hukum secara cuma-
cuma. Kemudian sebaiknya di tahap penyidikan dan penuntutan tersangka juga
didampingi oleh penasehat hukum yang sama dengan penasehat hukum yang
mendampingi di tingkat persidangan sehingga penasehat hukum tersebut dapat
lebih memahami duduk perkara dan lebih maksimal dalam mendampingi
terdakwa.
E. Daftar Pustaka
Literatur
Amiruddin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani. 2014. Penempatan Teori Hukum Pada
Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persana.
Winarta, Frans Hendra. 2000. Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan
Belas Kasihan. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Winarta, Frans Hendra. 2009. Pro Bono Publico: Hak Konstitusional Fakir Miskin
Untuk Memperoleh Bantuan Hukum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jurnal
19
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian
Layanan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Tidak mampu Di Pengadilan
Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pemberian Bantuan
Hukum Secara Cuma-Cuma
Peraturan Daerah Kabupaten Banyumas Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Miskin