Anda di halaman 1dari 3

REPUBLIKA.CO.

ID, JAKARTA - Anggota Tim Biro Hukum Komisi Pemberantasan


Korupsi (KPK), Evi Laila Kholis mengungkapkan, sebanyak 33 persen saksi yang dilindungi
KPK, mengalami kriminalisasi. Oleh karenanya, KPK selalu menjaga kerahasiaan identitas
para saksi yang dilindungi. Evi menjabarkan, berdasarkan hasil pemantauan tim KPK selama
dua tahun, dari 27 saksi yang dilindungi KPK, terdapat 33 persen atau sembilan saksi yang
dikriminalisasi, seperti dilaporkan balik oleh pelaku korupsi. Sementara 67 persen saksi
lainnya yang dilindungi KPK diintimidasi. Evi melanjutkan, dari 33 persen saksi yang
dikriminalisasi terdapat satu persen saksi yang dijatuhi hukuman atas pelaporan dari pihak
yang terkait dengan perkara yang diungkapnya. Selain itu, terdapat tiga ahli yang membantu
KPK di persidangan justru digugat secara perdata oleh pihak yang berperkara dengan gugatan
yang mencapai miliaran rupiah. Salah satu saksi KPK yang dikriminalisasi yakni Auditor
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) I Nyoman Wara yang digugat secara perdata oleh
pemegang saham BDNI Sjamsul Nursalim atas perhitungan kerugian keuangan negara
diperkara SKL BLBI yang menjerat Sjamsul. KPK pun langsung menjadi pihak ketiga untuk
mendampingi.

Berdasarkan kasus di atas:

1. Berikan argumentasi saudara mengapa saksi secara khusus perlu dilindungi haknya!

2. Jelaskan bagaimana perlindungan saksi yang diatur dalam KUHAP dan dalam UU No 13
Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban!

Jawaban 1:

Saksi dalam sebuah kasus pidana memegang peran penting dalam membantu hakim untuk
menjatuhkan putusan yang adil dan obyektif berdasarkan fakta-fakta hukum yang dibeberkan.
Oleh karena itu, pemenuhan hak atas rasa aman untuk melindungi saksi dan korban dalam
sebuah kasus pidana menjadi kebutuhan yang penting agar proses hukum di pengadilan
berjalan dengan baik.

Saksi adalah mereka yang mempunyai pengetahuan sendiri berdasarkan apa yang dialaminya,
dilihatnya, dan/atau didengarnya berkenaan dengan dugaan terjadinya suatu tindak pidana.
Berdasarkan definisi tersebut, maka tidaklah mustahil saksi adalah juga korban atau pihak
yang dirugikan dari peristiwa tersebut.
Dalam perspektif perundang-undangan, kedudukan saksi termasuk korban berada dalam
posisi yang lemah. KUHP bahkan mengancam dengan pidana, saksi yang tidak datang ketika
penegak hukum memintanya untuk memberikan keterangan. Apabila kita mencoba untuk
membandingkan perlindungan hukum bagi saksi di satu pihak dan tersangka/terdakwa di
pihak yang lain, mungkin kita akan sampai pada suatu pemikiran apakah hak-hak tersangka
terdakwa diberikan karena kedudukannya yang lemah sehingga rawan abuse of power?
Sementara saksi sebagai warga masyarakat, juga korban sebagai pihak yang langsung
dirugikan kepentingannya, karena telah diwakili oleh negara yang berperan sebagai pelaksana
proses hukum dianggap tidak perlu lagi memiliki sejumlah hak yang memberikan
perlindungan baginya dalam proses peradilan.

Perlindungan hukum bagi saksi dan korban bertujuan memberikan rasa aman kepada saksi
dan/atau korban dalam memberikan keterangan pada setiap proses peradilan pidana.
Perlindungan ini memberikan jaminan terhadap saksi untuk mengungkap fakta sebenarnya
tanpa adanya tekanan dari pihak manapun. Adapun hak-hak yang harus dilindungi bagi saksi
dan korban meliputi:

 Hak atas rasa aman untuk melindungi diri sendiri, keluarga, dan harta bendanya.
 Hak atas perlindungan keamanan.
 Hak atas dukungan keamanan.
 Hak atas perlindungan identitas.
 Hak atas perlindungan privasi.
 Hak atas perlindungan kesehatan.
 Hak atas perlindungan psikologis.
 Hak atas informasi.

Jawaban 2:

Perlindungan saksi dan korban diatur dalam KUHAP dan UU No. 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban. Menurut Pasal 184 KUHAP, saksi merupakan salah satu alat
bukti yang sah dalam hukum pidana di Indonesia. Namun, KUHAP belum mengatur
mengenai aspek perlindungan bagi saksi. Adapun pengaturan mengenai perlindungan saksi
ditemukan dalam UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
(“UUPSK”). Sesuai ketentuan Pasal 4 UUPSK, perlindungan saksi dan korban bertujuan
memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban dalam memberikan keterangan pada
setiap proses peradilan pidana.

Kedudukan korban tidak secara eksplisit diatur dalam KUHAP, kecuali terhadap korban yang
juga berkedudukan sebagai saksi, sehingga ketentuan dan jaminan perlindungan diberikan
kepada korban yang juga menjadi saksi dalam setiap proses peradilan pidana. UUPSK
mengatur perlindungan terhadap saksi dan/atau korban, baik itu terhadap korban yang juga
menjadi saksi, korban yang tidak menjadi saksi, dan juga anggota keluarganya. Sehingga,
jaminan perlindungan terhadap korban tindak pidana dan terutama terhadap korban
pelanggaran HAM berat diatur sesuai ketentuan UUPSK serta peraturan pelaksana lainnya
seperti PP No. 44 Tahun 2008 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan kepada
saksi dan korban.

Saksi dan korban berhak memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan
harta bendanya serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan,
sedang, atau telah diberikannya; ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk
perlindungan dan dukungan keamanan; memberikan keterangan tanpa tekanan

Referensi:
- Hukumonline.com. (2010, 23 Desember). Perlindungan Saksi dan Korban. Diakses
pada 31 Oktober 2023 dari https://www.hukumonline.com/klinik/a/saksi-dan-korban-
cl489
- UU No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban
- Pasal 184 KUHAP
- PP No. 44 Tahun 2008 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, dan Bantuan
kepada saksi dan korban

Anda mungkin juga menyukai