Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 1

MATA KULIAH HUKUM & HAK ASASI MANUSIA/HKUM4208


NAMA : NABILA ARIE PUTRI
NIM : 044017731
UPBJJ-UT : PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK

Sekelompok LSM menyatakan telah menemukan indikasi pelanggaran serius dalam proses
pemeriksaan perkara seorang anak perempuan korban perkosaan di Jambi diadili terkait praktek
aborsi.

Para aktivis yang tergabung dalam Aliansi keadilan untuk korban perkosaan itu menghendaki
WA, yang berumur 15 tahun, dibebaskan sangkaan pidananya dalam proses banding yang
dimulai pekan ini.

Mereka juga menuntut agar Pengadilan Tinggi Jambi menggelar sidang terbuka dalam proses
banding untuk memastikan tidak terulangnya proses pelanggaran dalam sidang banding.

Pegiat Institute for Criminal Justice Reform, ICJR, Maidina Rahmawati mengharapkan, lewat
pemeriksaan terbuka, hakim mampu menghadirkan saksi ahli yang akan menggali aspek
psikologis korban perkosaaan. "Sehingga nantinya akan terlihat bahwa korban mengalami
trauma psikologis sehingga tidak mampu berkehendak bebas dan melakukan aborsi, karena ada
trauma psikologis sehingga bisa menghapuskan pemidanaan yang diputuskan di pengadilan
sebelumnya," ujar kepada BBC News Indonesia, Minggu (05/08).

Maidina menegaskan seharusnya penuntut umum dan majelis hakim melihat bahwa tidak ada
pertanggungjawaban pidana yang dapat dibebankan kepada anak korban perkosaan.

"Kondisi trauma psikologis akibat perkosaan sebanyak sembilan kali dan ancaman diusir
menandakan adanya daya paksa yang menghapuskan alasan pemidanaan," imbuhnya,

Seperti diberitakan, Hakim Pengadilan Negeri (PN) Muara Bulian menjatuhkan hukuman enam
bulan penjara kepada anak tersebut, dua pekan lalu, karena menggugurkan kandungan hasil
perkosaan oleh kakak kandungnya sendiri.
Vonis ini sontak menuai protes lantaran korban perkosaan inses yang semestinya mendapatkan
perlindungan malah dipidana.

Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-45058277

Pertanyaan:

1. Jelaskan bagaimana konsep anak dalam Konvensi Hak Anak, apakah juga termasuk anak
yang belum dilahirkan?
2. Analisalah bagaimana hukum aborsi menurut hukum positif Indonesia? Jelaskan
berdasarkan dasar hukum!
3. Analisalah apakah terdapat pengecualian dalam hal aborsi? Jelaskan berdasarkan dasar
hukum!

Jawaban :

1. Konsep Anak dalam Konvensi Hak Anak:

Menurut Konvensi Hak Anak yang disepakati oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada
tahun 1989, anak adalah setiap manusia di bawah usia 18 tahun kecuali menurut hukum yang
berlaku bagi anak, usia yang lebih muda berlaku bagi seorang anak. Konvensi Hak Anak
mengakui hak-hak dasar yang harus dilindungi dan dipenuhi bagi setiap anak, termasuk hak atas
perlindungan dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi.

Konvensi Hak Anak tidak secara spesifik membahas status anak yang belum dilahirkan. Namun,
dalam konteks perlindungan hak-hak anak, beberapa interpretasi dan implementasi Konvensi
tersebut mungkin juga mencakup perlindungan terhadap hak-hak anak yang belum dilahirkan,
terutama dalam konteks aborsi karena kehamilan yang dihasilkan dari tindak kekerasan atau
pemerkosaan.

2. Hukum Aborsi menurut Hukum Positif Indonesia:

Di Indonesia, hukum aborsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Pasal 75 UU Kesehatan menyatakan bahwa aborsi hanya diperbolehkan dalam dua
situasi, yaitu:

a. Untuk menyelamatkan nyawa ibu.

b. Jika kehamilan hasil perkosaan dan atau persetubuhan terlarang.

Namun, aborsi hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis yang memiliki izin, di fasilitas
pelayanan kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah, dan dengan memenuhi syarat-syarat
tertentu yang diatur lebih lanjut oleh peraturan perundang-undangan.
3. Pengecualian dalam Hal Aborsi:

Pengecualian dalam hal aborsi telah diatur dalam UU Kesehatan sebagaimana disebutkan di
atas. Aborsi hanya dapat dilakukan jika memenuhi salah satu dari dua kondisi yang dijelaskan di
atas, yaitu untuk menyelamatkan nyawa ibu atau jika kehamilan merupakan hasil perkosaan
dan/atau persetubuhan terlarang.

Selain itu, dalam praktiknya, terdapat pengecualian tambahan dalam kasus-kasus tertentu,
seperti ketika kehamilan membahayakan kesehatan mental atau fisik ibu, atau jika janin memiliki
kelainan genetik serius atau kondisi medis yang tidak dapat bertahan hidup. Namun,
pengecualian-pengecualian ini tidak secara tegas diatur dalam hukum positif Indonesia dan
seringkali menjadi subjek perdebatan moral dan agama.

Anda mungkin juga menyukai