Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

SOSIOLOGI HUKUM

Disusun Oleh :

NAMA : RESKY PERMANDA, HS

NIM : 051110844

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM S1


FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)

UNIVERSITAS TERBUKA

2024
1. Kerumunan sosial menurut perspektif sosiologi hukum merujuk pada situasi
di mana sekelompok orang berkumpul bersama dalam satu tempat atau area
tertentu dengan tujuan atau tanpa tujuan tertentu. Dalam konteks hukum,
kerumunan sosial dapat memiliki implikasi hukum yang penting, terutama
terkait dengan pengaturan dan perlindungan hak-hak individu, keamanan
publik, dan ketertiban sosial.

Dari sudut pandang sosiologi hukum, kerumunan sosial dapat dianalisis dari
berbagai perspektif, termasuk aspek-aspek seperti dinamika kekuasaan,
interaksi sosial, dan konstruksi sosial. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
kerumunan tersebut dapat mempengaruhi norma-norma sosial, nilai-nilai
masyarakat, dan bagaimana hukum serta sistem hukum mengatur dan
menanggapi fenomena tersebut.

Penting untuk memahami bahwa kerumunan sosial tidak selalu bersifat


negatif atau positif secara inheren. Namun, dampak dan konsekuensi
kerumunan tersebut dapat bervariasi tergantung pada konteksnya, termasuk
faktor-faktor seperti tujuan, ukuran, lokasi, dan kehadiran otoritas hukum.

2. Dalam analisis hubungan hukum dengan kerumunan sosial menurut struktur


sosial horizontal, kasus tersebut menggambarkan interaksi antara hukum
sebagai peraturan yang mengatur perilaku masyarakat dengan kerumunan
sosial yang terbentuk dari individu atau kelompok dalam masyarakat yang
memiliki minat atau kepentingan yang sama.

 Peraturan Hukum: Hukum memiliki peran dalam mengatur perilaku


masyarakat, termasuk dalam hal ini adalah peraturan lalu lintas yang
melarang balap liar dan mewajibkan pengguna jalan untuk mematuhi
standar keselamatan seperti penggunaan helm.

 Kerumunan Sosial: Dalam konteks ini, kerumunan sosial merujuk


kepada para pelaku balap liar dan masyarakat sekitar yang merasa
resah dengan kegiatan tersebut. Masyarakat sebagai kelompok yang
terdampak oleh perilaku balap liar tersebut, merespons dengan
menyampaikan keluhannya kepada pihak berwenang, yaitu polisi.

 Interaksi: Interaksi antara hukum dan kerumunan sosial terjadi ketika


polisi merespons laporan dari masyarakat dengan melakukan razia
terhadap balap liar yang terjadi di jalan raya. Tindakan ini merupakan
bentuk intervensi hukum terhadap perilaku yang dianggap melanggar
aturan dan meresahkan masyarakat.

 Penegakan Hukum: Polisi sebagai pemegang otoritas penegakan


hukum bertindak sesuai dengan peraturan yang ada dengan
memberikan sanksi kepada pelaku balap liar, seperti memberikan surat
tilang dan menyita kendaraan yang digunakan dalam kegiatan tersebut.

 Pemecahan Masalah: Dalam upaya menyelesaikan masalah, polisi juga


memberikan solusi alternatif kepada para pemuda yang memiliki
minat dalam balapan, yaitu dengan menyalurkan hobi mereka melalui
ajang balapan yang legal seperti sirkuit dan road race. Ini merupakan
upaya untuk mengarahkan minat dan energi positif para pemuda
sehingga tidak lagi melakukan kegiatan yang melanggar hukum dan
meresahkan masyarakat.

Dengan demikian, analisis ini menunjukkan bagaimana interaksi antara


hukum dan kerumunan sosial berlangsung dalam konteks spesifik kasus balap
liar di Kota Blitar, dengan upaya penegakan hukum dan pemecahan masalah
yang dilakukan oleh pihak berwenang untuk menciptakan lingkungan yang
lebih aman dan tertib bagi masyarakat.

3. Sebuah contoh kasus tentang kerumunan sosial yang menyebabkan


permasalahan hukum adalah ketika sekelompok orang berkumpul di tempat
umum tanpa izin atau melanggar aturan yang berlaku, yang kemudian
mengakibatkan gangguan ketertiban umum atau bahkan kejahatan.

Misalkan, dalam sebuah acara musik yang diadakan di sebuah taman kota,
sejumlah pengunjung yang tidak puas dengan penampilan band tertentu mulai
meneriakkan protes dan merusak perlengkapan panggung. Protes ini menarik
perhatian lebih banyak orang yang kemudian ikut bergabung dalam
kerumunan tersebut, yang berujung pada kerusuhan dan kekacauan yang lebih
besar.

Dalam situasi seperti ini, kerumunan tersebut bisa menjadi permasalahan


hukum karena beberapa alasan:
 Pelanggaran Ketertiban Umum: Ketika kerumunan menyebabkan
kekacauan atau kerusuhan yang mengganggu ketertiban umum, pihak
berwenang dapat menilai hal tersebut sebagai pelanggaran hukum.

 Kerugian Materi dan Fisik: Kerumunan yang berubah menjadi


kerusuhan dapat mengakibatkan kerugian materi dan bahkan cedera
fisik pada orang dan properti, yang bisa memicu tindakan hukum
seperti tuntutan ganti rugi atau penuntutan pidana.

 Pembatasan Penggunaan Ruang Publik: Jika kerumunan tersebut tidak


memiliki izin atau melanggar aturan penggunaan ruang publik, seperti
penutupan jalan atau gangguan pada kegiatan sehari-hari masyarakat,
pihak berwenang dapat menindak secara hukum.

 Pelanggaran Protokol Kesehatan: Dalam konteks pandemi seperti


COVID-19, kerumunan besar juga bisa menjadi pelanggaran terhadap
protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti
pembatasan kapasitas tempat atau kewajiban memakai masker. Ini bisa
mengakibatkan tindakan hukum dan denda.

Dalam contoh ini, pihak berwenang dapat melakukan tindakan hukum


terhadap individu-individu yang terlibat dalam kerumunan tersebut, mulai dari
penegakan ketertiban umum hingga penuntutan pidana tergantung pada
tingkat keseriusan pelanggaran dan kerusakan yang ditimbulkan.
DAFTAR PUSTAKA

 Modul Sosiologi Hukum / SOSI4416


 Buku "Sociology of Law: Visions of a Scholarly Tradition" oleh Mathieu
Deflem.
 Artikel jurnal "Legal Mobilization in Social Movements: The Indonesian
Labor Movement and the Kerumunan Sosial during the Era of Reformasi"
oleh Eko Prasetyo dan Markus Taufik.
 Jurnal "Legal Aspects of Public Protest in Indonesia: Revisiting the
Kerumunan Sosial under the New Normal Regime" oleh Wijaya Purawijaya.

Anda mungkin juga menyukai