Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

Disusun Oleh :

NAMA : RESKY PERMANDA, HS

NIM : 051110844

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM S1


FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FHISIP)

UNIVERSITAS TERBUKA

2024
1. Fenomena yang Anda sebutkan menimbulkan kompleksitas dalam konteks
kebebasan berpendapat dan ekspresi. Mari kita identifikasi jaminan hak atas
kebebasan berpendapat dalam beberapa dokumen yang Anda sebutkan:

- Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (DUHAM):

Pasal 19 DUHAM menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk


memiliki pendapat tanpa intervensi, dan untuk menyampaikan pendapat ini
melalui media apa pun tanpa batasan.

- International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR):

Pasal 19 ICCPR mengakui hak setiap individu untuk memiliki pendapat dan
menyatakan pendapatnya tanpa intervensi. Ini juga termasuk hak untuk
mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan ide tanpa hambatan.

- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945:

Pasal 28E Ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak
atas kebebasan berekspresi dan pendapat.

Pasal 28F UUD 1945 juga menjamin hak setiap orang untuk berkomunikasi
dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan sosialnya,
serta untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.

- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia:

UU ini mencakup sejumlah hak, termasuk hak atas kebebasan berpendapat,


berserikat, dan berkumpul secara damai, sejalan dengan prinsip-prinsip
demokrasi dan hak asasi manusia yang diakui secara internasional.

Dari identifikasi ini, dapat disimpulkan bahwa setiap individu memiliki hak atas
kebebasan berpendapat dan berekspresi sesuai dengan berbagai instrumen hukum
yang disebutkan di atas. Namun, penting untuk dicatat bahwa hak ini juga memiliki
batasan yang sesuai dengan hukum dan prinsip-prinsip yang mengatur kehidupan
bersama dalam masyarakat yang demokratis dan beradab. Oleh karena itu,
meskipun kebebasan berekspresi dijamin, penggunaannya harus dilakukan dengan
bertanggung jawab dan menghormati hak dan martabat orang lain serta
kepentingan publik.
2. Fenomena tersebut memang menunjukkan kompleksitas antara kebebasan
berpendapat dan tanggung jawab dalam menggunakan media sosial. Di satu sisi,
kebebasan berpendapat adalah hak asasi manusia yang harus dijunjung tinggi,
sebagaimana yang dijamin oleh berbagai konstitusi di berbagai negara. Kebebasan
ini memungkinkan individu untuk menyuarakan pendapat, mengemukakan ide,
dan berpartisipasi dalam diskusi publik, yang merupakan pondasi dari demokrasi
yang sehat.

Namun, kebebasan tersebut juga harus dijalankan dengan memperhatikan etika


dan tanggung jawab. Dalam konteks media sosial, hal ini menjadi lebih penting
karena dampaknya yang luas dan cepat dalam menyebarkan informasi. Oleh
karena itu, konstruksi hak kebebasan berpendapat dalam konteks menjaga
kerukunan dalam berbangsa dan bernegara haruslah berada dalam kerangka yang
menghormati hak-hak individu sekaligus memperhatikan kepentingan bersama.

Beberapa langkah yang bisa diambil dalam menjaga keseimbangan antara


kebebasan berpendapat dan etika bermedia sosial adalah:

- Pendidikan dan Kesadaran: Penting untuk meningkatkan pemahaman


masyarakat akan etika bermedia sosial dan pentingnya menyuarakan pendapat
dengan bertanggung jawab. Pendidikan mengenai penilaian informasi,
pemahaman tentang bahaya hoaks, serta penghormatan terhadap perbedaan
pendapat perlu ditanamkan sejak dini.

- Pengawasan dan Regulasi: Diperlukan upaya pengawasan dan regulasi yang


efektif terhadap konten yang tersebar di media sosial, terutama konten yang
mengandung ujaran kebencian, provokasi, atau hoaks. Regulasi yang tepat akan
membantu mencegah penyebaran konten yang dapat merusak kerukunan
masyarakat.

- Promosi Diskusi yang Bermutu: Mendorong terciptanya ruang diskusi yang


sehat dan bermutu di media sosial, di mana pendapat dapat disampaikan secara
sopan dan berdasarkan argumen yang kuat. Menghindari retorika yang bersifat
menyerang atau memicu konflik.

- Penggunaan Teknologi: Pengembangan teknologi yang dapat membantu


mengidentifikasi dan mengatasi konten yang merugikan dalam waktu cepat dan
efisien, seperti sistem deteksi hoaks atau algoritma yang memprioritaskan
konten yang bermutu.
- Keterlibatan Aktif: Melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga
masyarakat, platform media sosial, dan individu, dalam upaya menjaga
kerukunan dalam bermedia sosial. Kolaborasi antara berbagai pihak akan
memperkuat upaya-upaya yang dilakukan.

Dengan menjalankan langkah-langkah ini secara bersama-sama, diharapkan dapat


tercipta lingkungan media sosial yang lebih sehat, di mana kebebasan berpendapat
dapat dijalankan dengan bijak dan bertanggung jawab tanpa mengorbankan
kerukunan dan kesatuan dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Sekretariat Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945. https://www.setneg.go.id/baca/index/uu/1945

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
https://www.komnasham.go.id/files/4._uu_no_39_th_1999_-_ham.pdf

Dahl, Robert A. "On Democracy." Yale University Press, 2000.

BMP HKUM4208 Hukum dan HAM

Anda mungkin juga menyukai