PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
negaranya.
1
Septi Nurwijayanti dan Nanik Prasetyoningsih, 2009, Politik Ketatanegaraan,
Yogyakarta, Lab Hukum UMY, hlm. 35.
1
hak mencari, tanpa adanya intervensi dan menerima informasi melalui
informasi melalui media internet agar dapat dibaca oleh semua orang.
umum.3
2
Tim Penulis ELSAM, Buku Saku Kebebasan Berekspresi di Internet, ELSAM, Jakarta,
2013, hlm. 17
3
C.George Boeree, General Psychology, Prismashopie, Yogyakarta, 2008, hlm. 133
2
salah satu syaratnya. Kemudian, hak asasi manusia mengandung prinsip-
melalui majalah, koran, film, televisi atau mungkin juga melalui media
digital.4
tetang Hak Asasi Manusia pada pasal 14 ayat (2) menyatakan bahwa
4
John W. Johnson, Peran Media Bebas, Office of International Information Programs
U.S. Departement of State, 2001, hlm.51
3
global. Kemudian, dengan perkembangan tersebut, menyebabkan
cetak, media radio, dan media televisi, kini bisa dengan mudah
gadget.
berdampak perpecahan.
tersebut menjadi lebih cepat dan efektif diterima oleh pihak terkait.
4
Namun, seringkali kita dapati kasus dimana seseorang yang merasa
di Aceh melalui media sosial, itu juga berakhir dengan tidak manusiawi,
terkait drama tabrak tiang listrik yang sempat menghebohkan tanah air.
yang berjumlah 31 akun media sosial yang terdiri dari 15 akun twitter, 9
5
akun instagram, dan 8 akun facebook.5 Padahal, meme tersebut merupakan
5
https://www.theindonesianinstitute.com/kasus-meme-setya-novanto-dan-ancaman-
kebebasan-berekspresi/ diakses pada tanggal 30 November 2018 Pukul 22.12 WIB
6
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Peneitian
D. Manfaat Penelitian
khususnya.
7
2. Bagi pemerintah, di harapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tuhan Yang Maha Esa sejak manusia itu dilahirkan. Dan salah satu
negara hukum”.
karena itu adalah pemberian langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa
9
sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa, dan merupakan
manusia.
raut muka, warna kulit, ras, suku, dan bangsa tidak berpengaruh
ketidakadilan.6
Merupakan hak asasi manusia yang bersifat dasar dan telah ada
6
Leah Levin.1987. Hak-Hak Asasi Manusia Tanya Jawab. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita, hlm.43
10
membeda-bedakan agama, ras, suku, jenis kelamin atau kebangsaan.
berasal dari sumber yang lebih unggul daripada hukum buatan manusia,
karunia dari Allah SWT sebagai pencipta alam semesta sehingga hak
asasi manusia tidak dapat dikurangi (non derogable right). Maka, yang
c) Hak hidup;
perjanjian(utang);
7
Shad Saleem Furuqui.1998. Apakah Hak-Hak Asasi Manusia Itu? Beberapa
Penjelasan Tentang Berbagai Konsep dan Sudut Pandang. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia. Soejono Soekanto, hlm.13
8
Rozali Abdulah dan Syamsir.2002. Perkembangan HAM danKeberadaan
Peradilan HAM Di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm.10
11
f) Hak bebas dari pemidanaan yang surut;
bersifat tidak terbatas alias mutlak, karena ada beberapa hak yang
dibatasi pemenuhannya).
C. Anti Diskriminasi
9
Ifdhal Kasim.2001. Hak Sipil dan Politik, Esai-Esai Pilihan. Jakarta: ELSAM, hlm.
24
12
D. Universalitas
Asasi Manusia.12
10
Shad Saleem Furuqui, Op.cit. hlm.26
11
Darwin Prinst.2001. Sosialisasi dan Diseminasi Penegakan Hak Asasi Manusia.
Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti, hlm.13
12
Leah Levin, Op.cit, hlm.41
13
B. Tinjauan Kebebasan Berekspresi Menurut UUD 1945
14
Di samping itu, Pasal 28E ayat (3) juga menyatakan bahwa “setiap
dan dikenal sebagai era kebebasan media. Berlandaskan pada Pasal 28F
penegasan bahwa syarat wajib negara demokrasi ialah harus menganut dua
hal tersebut. Kedua hak tersebut merupakan bagian yang yang terpisahkan
dari pengakuan universal terhadap Hak asasi Manusia (HAM). Apa arti
15
Kemudian, kebebasan berekspresi memberikan pengertian bahwa
menerima, mencari dan berbagi ide serta informasi melalui berbagai media
dan tanpa rasa takut terhadap pembalasan serta tanpa memandang batas
negara serta.13
berekspresi dan penyaluran ide serta gagasan oleh setiap individu atau
kelompok.
agar dapat diterima oleh publik, salah satunya melalui media sosial.
dengan cepat dan tentunya menjadi sebuah nilai positif bagi peradaban
kebebasan berekspresi.
13
UNESCO, Glosarium Toolkit Kebebasan Berekspresi bagi Aktivis Informasi tetang
kebebasan berekspresi, hal.77.
16
Salah satu ciri mutlak yang harus dimiliki negara demokrasi adalah
terbuka dan tanpa dibatasi oleh media apapun.14 Tentunya ini merupakan
Wise, David dan Milito C, Mass Media Law, McGraw-Hill Companies.Inc. New York,
2008, hlm.40.
15
Ibid, Hal. 2
16
Krisna Harahap, HAM dan Upaya Penegakanya di Indonesia, Grafiti, Bandung, 2003,
hlm.73
17
Sedangkan Menurut Bonaventure Rutinwa: “freedom of expression
consist of twi elements : the first is the freedom to speak, receive and
impart informasion and ideas of all kinds, regardless of frontiers and the
expression protects not only the substance of ideas and informaion, but
also their form, their carrier and the means of transmission and
dari batasan-batasan yang ada. Dan yang kedua adalah hak untuk memilih
secara baik.
17
Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat, Pembubaran Partai Politik dan MK,
Konstitusi Press, Jakarta, 2006, hlm. 17
18
C. Fungsi Kebebasan Berekspresi di Media Sosial
sehingga media Sosial menjadi sarana atau lembaga sosial yang memiliki
lain:18
pendidikan.
18
Hari Wiryawan, Dasar-Dasar Hukum Media, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007. hlm.
60-62
19
5. Fungsi membujuk : bahwa media memiliki kekuatan untuk
pertama PBB pada tahun 1946, , Majelis Umum PBB melalui Resolusi
kebebasan yang dinyatakan ‘suci’ oleh PBB”. Salah satu syarat penting
berekspresi.
berekspresi itu?..
20
mendiskusikannya sebagai sebuah proses untuk menghapus kesalah
berjalan dengan sangat cepat. Komunikasi yang dulu hanya bisa dilakukan
memalui tatap muka langsung, sekarang bisa dilakukan dengan jarak jauh
dari negara manapun tanpa batas waktu. Tentunya, etika di dunia maya
harus tetap di jaga, seperti beretika di dunia nyata. Menurut McGraw Hill
untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara menciptakan, berbagi, serta
virtual.
19
Toni Yuri Rahmanto, “Kebebasan Berekspresi dalam Perspektif Hak Asasi Manusia :
Perlindungan, Permasalahan Dan Implementasinya Di Provinsi
Jawa Barat”. Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM
Kementerian Hukum dan HAM RI. vol.7 no. 1 , hal. 48
21
untuk bertukar informasi dan berkomunikasi. Media sosial terbesar antara
membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas. Keberadaan
masa depan yang diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan budaya baru
videogames, dan lebih banyak waktu luang untuk mendengarkan radio dan
televisi.
20
Kaplan, Andreas M.; Michael Haenlein, Users of the world, unite! The challenges and
opportunities of Social Media, Business Horizons, 2010. hlm. 59–68.
22
penambahan, menghilangkan, atau mengubah konten. Bentuk
23
f. Virtual sosial worlds memungkinkan para inhabitan untuk
a. Facebook
b. Twitter
c. Instagram
d. Line
e. Whatsapp
f. Youtube
g. Tumblr
h. Kaskus
di indonesia.
Hootsuite, mencatat bahwa ada sekitar 130 juta warga negara Indonesia
24
Jika dilihat dari jumlah pengguna internetnya, maka dapat disimpulkan
medsos. We Are Social mengatakan 132,7 juta pengguna internet, 130 juta
menyentuh angka 177,9 juta dengan penetrasi 67%. Dari data diatas, bisa
Facebook 41%, WhatsApp 40%, Instagram 38%, Line 33%, BBM 28%,
Eko Priyo Utomo22 jejaring sosial adalah hubungan antar individu atau
21
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/02/06/inilah-perkembangan-digital-
indonesia-tahun-2018 diakses pada 9 Desember pukul 19.55 WIB
22
Ibid
25
a. menambah pertemanan di dunia maya
dunia maya
a. Isolasi sosial.
b. Produktivitas menurun
26
e. Kegunaan menggambarkan siapapun yang memiliki akses
f. Roaming time.
g. Tidak permanen.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
23
Peter Mahmud Marzuki, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, 2005, hlm. 141
28
Dalam penulisan ini, tipe penelitian yang digunakan ialah :
badan pemerintah.
29
2. Bahan hukum sekunder meliputi : semua publikasi tentang hukum
30
b. wawancara dengan sejumlah narasumber yang berkompeten
D. Analisis Data
mempunyai makna.
31
BAB IV
mendapatkan perhatian kepada objek yang dituju, dengan harapan bisa dengan
Manusia dalam suatu negara. Seperti yang dikatakan oleh John W. Johnson25
elektronik”
sebagai bentuk penghormatan hak warga negara dalam sebuah proses negara
demokrasi.
24
Hasil Wawancara dengan : Husen Asyhari, Direktur LPTI PELATARAN MATARAM
Yogyakarta, 22 September 2019.
25
W.Johnson John, Freedom of expression, Jakarta, 2001, hlm 56
32
Namun, yang perlu diketahui adalah seberapa efektif penggunaan
kecepatan informasi yang bisa di dapat, maka media sosial sangat membantu
akan banyak sekali segala jenis informasi di media sosial yang bisa
diatur dalam UU ITE No. 11 Tahun 2008. Tetapi, dalam Undang-Undang ini,
satu pasal, yaitu Pasal 27, khususnya ayat (3) yang menyatakan larangan
untuk “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
salah satu bagian dari Hak Asasi Manusia yang sudah seharusnya dilindungi.
26
Hasil Wawancara dengan : Husen Asyhari, Direktur LPTI PELATARAN MATARAM
Yogyakarta, 22 September 2019.
33
dianggap telah mengekang kebebasan berpendapat dan melanggar Hak Asasi
ITE, yaitu Pasal 27 ayat (3) tidak bertentangan terhadap hak atas kebebasan
berpendapat yang dimiliki oleh seseorang dan tidak melanggar Hak Asasi
Manusia.
sosial cukup baik. Baik dalam artian, setiap orang bisa dengan mudah
menggunakan media sosial tanpa syarat tertentu, tetapi tidak dengan jaminan
saja berupa informasi hoax , tetapi dianggap menjadi fakta. Atau sebaliknya,
ini semua tergantung dari sisi penerima informasi yaitu pengguna media
sosial.
hak nya sebagai warga negara, tetapi justru berbalik menjadi sebuah ancaman.
27
Hasil Wawancara dengan Despan, Peneliti Pusat Studi hak Asasi Manusia (PUSHAM)
Universitas Islam Indonesia, Sabtu 21 September 2019
34
Penulis memberikan 2 contoh kasus yang cukup menghebohkan di
tersebut.
2. Yang kedua adalah Apa yang dialami Mirza Alfath, dosen hukum
35
Mirza sempat menjadi sasaran amuk massa dengan dilempari batu.
pasal 27 ayat (3) UU ITE ini telah salah dalam menyasar para
ketentuan Pasal 27 ayat (3) yang berbunyi “setiap orang dengan sengaja
36
seseorang yang sebenarnya tidak memiliki maksud menyerang pribadi
atau nama baik seseorang, namun ada orang lain yang merasa
Hal ini sangatlah bersifat subjektif, karena sebuah ukuran dan batasan
nama baik seseorang tidak diatur secara tegas dalam UU ITE ini.
sebuah kampanye. Hal ini sah-sah saja, karena apa yang dhani
37
berekspresi ini diatur dalam konstusi, maka sudah sewajarnya
dengannya.
38
bagaimana jika belum diatur dalam suatu peraturan perundang-
whatsapp tersebut merupakan suatu hal yang bersifat publik dan dapat
pendapat atau gagasan kepada orang lain, tetapi juga meliputi usaha
tetapi memiliki makna atau arti yang sama, jelas hal ini sangat
membingungkan.
39
Jadi jika seseorang mengungkapkan pendapatnya melalui suatu
data atau informasi miliknya sendiri, seperti email, dan jasa layanan
pembuat, dalam hal ini adalah pemilik hak atas pendapat atau
40
tetapi bagaimana dengan penyelenggara sistem elektronik atau
informasi tersebut dapat diakses, apakah unsur ini juga mencakup hal
nama baik”
41
sangat luas. Batasan seperti apa yang dapat dikatakan bahwa pendapat
yaitu :
KUHP);
42
a. Menista atau Pencemaran Nama Baik secara lisan {Pasal 310
ayat (1)
KUHP};
ayat
(2) KHUP};
baik tersebut dalam satu Pasal 27 ayat (3). Lebih lanjut mengenai
hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam
atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”.
43
Sedangkan ayat (2) menyatakan ”Jika hal itu dilakukan dengan tulisan
penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah”. Dari ketentuan diatas yang dengan tegas
dalam hal perbuatan yang dilakukan dalam dunia cyber sebab jika
yang tersaji dalam layar komputer pastilah dalam bentuk tulisan, atau
gambar, dan apabila dapat didengar adalah dalam bentuk lisan. Maka
yaitu:28
28
Hasil Wawancara dengan Despan, Peneliti Pusat Studi hak Asasi Manusia (PUSHAM)
Universitas Islam Indonesia, Sabtu 21 September 2019
44
yang tidak dapat dibatasi, karena ini muncul dalam fikiran
dibatasi.
45
(secara konstitusional pula) untuk memperoleh informasi dari berbagai
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap oran wajib tunduk
hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
46
Disamping pembatasan yang ditentukan secara otentik di dalam
Pasal 70
Dalam menjalankan hak dan kewajiban, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan oleh dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adli sesuai dengan pertimbangan moral,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
Pasal 73
Hak dan kebebasan yang diatur dalam Undang-undang ini hanya dapat
dibatasi oleh dan berdasarkan undangundang, semata-mata untuk
menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia
serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum, dan
kepentingan bangsa.
Dalam kasus Dhani dan Mirza, karena ini merupakan Hak Eksternum
UUD 1945 kita tahu bahwa , setiap orang bebas untuk berekspresi, tetapi
kebebasan setiap orang dibatasi oleh hak orang lain dengan ketentuan
47
penafsirannya salah. Seolah-olah, jika sudah dibatasi oleh UU, itu sudah
sah pembatasannya29.
Jika dipahami, cuitan Dhani yang berbunyi : "Siapa saja yang dukung
batasan diatas. Frasa “siapa saja” ditujukan kepada orang yang “merasa”
Karena, jika memang benar Ahok disebut sebagai penista Agama, sudah
Ahok.
terlebih sudah dilihat oleh jutaan warganet, tapi tidak serta merta di
agama, ras dan antar golongan seperti yang diatur dalam pasal 28 ayat 2
Undang-Undang ITE.
29
Hasil Wawancara dengan Despan, Peneliti Pusat Studi hak Asasi Manusia (PUSHAM)
Universitas Islam Indonesia, Sabtu 21 September 2019
48
Dalam UU ITE, banyak dilakukan over kriminalisasi. sesuatu yang
semua orang yang terkena dengan pasal tersebut pasti ada kaitanya dengan
masalah politik. Sebenarnya dia itu adalah korban politik. Jadi memang
seseorang itu harus sesuai atau sama dengan pendapat semua orang.
30
Hasil Wawancara dengan Despan, Peneliti Pusat Studi hak Asasi Manusia (PUSHAM)
Universitas Islam Indonesia, Sabtu 21 September 2019
31
Hasil Wawancara dengan Despan, Peneliti Pusat Studi hak Asasi Manusia (PUSHAM)
Universitas Islam Indonesia, Sabtu 21 September 2019
32
Hasil Wawancara dengan Despan, Peneliti Pusat Studi hak Asasi Manusia (PUSHAM)
Universitas Islam Indonesia, Sabtu 21 September 2019
49
Lalu apakah ini murni bentuk kekurangan dari ketentuan UU itu
media sosial.
cocok. Artinya, tidak ada standar hak-hak pengguna internet. Kita tahu
33
Hasil Wawancara dengan : Husen Asyhari, Direktur LPTI PELATARAN MATARAM
Yogyakarta, 22 September 2019.
50
maya lebih lama dibandingkan dalam kehidupan nyata. Artinya, ini semua
dalam ranah hukum di kehidupan nyata. Banyak sekali korban yang dalam
UU ITE segera di benahi, agar tidak muncul lagi korban ketidak adilan
karena tiadanya aturan dan batasan yang jelas.. Dua pasal ini sering
UU, tapi tidak dilanjutkan untuk melindungi hak orang lain, kebebasan
orang lain, moral dan agama serta ketertiban masyarakat. Jadi, mentang-
mentang sudah ada UU ITE, disahkan oleh DPR kemudian itu dijadikan
cambuk. Sehingga, terlihat bahwa UUD 1945 tidak diikut sertakan dalam
34
Hasil Wawancara dengan : Husen Asyhari, Direktur LPTI PELATARAN MATARAM
Yogyakarta, 22 September 2019.
35
Hasil Wawancara dengan : Husen Asyhari, Direktur LPTI PELATARAN MATARAM
Yogyakarta, 22 September 2019.
51
Fakta konkritnya memang, dalam ranah media elektronik seperti
media sosial, yang berlaku itu UU ITE, bukan UUD 1945. Karena
padahal kan tidak. hakim biasa pun menegakkan konstitusi, walaupun dia
mengakkan UU, tapi tetap sumbernya itu kan dari UUD. kalo dia
harusnya jangan dipakai UU itu, tanpa harus dibatalkan dulu oleh MK.
tapi itu bergantung hakimnya, berani atau tidak. UUD bisa dilakukan
pembelaan atas UU ITE, bisa asal dibatalkan dulu UU nya, tetapi menurut
pun punya masalah baru, yaitu tidak adanya kepastian hukum. karena itu
nya.
36
Hasil Wawancara dengan Despan, Peneliti Pusat Studi hak Asasi Manusia (PUSHAM)
Universitas Islam Indonesia, Sabtu 21 September 2019
37
Hasil Wawancara dengan Despan, Peneliti Pusat Studi hak Asasi Manusia (PUSHAM)
Universitas Islam Indonesia, Sabtu 21 September 2019
52
Jalan satu-satunya adalah, dengan segera melalukan revisi terhadap
dan selalu di tolak oleh MK. Sebagai wakil rakyat, pemerintah dan DPR
tidak boleh berpangku tangan melihat kejadian ini. terlebih, korban yang
Setidaknya, jika tidak dapat revisi atau diganti dengan yang lain, lebih
baik dihapus.
53
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Grafiti.
Riswandi, Budi Agus. 2003. Hukum dan Internet di Indonesia. Yogyakarta: UII
Press
54
Jurnal atau Majalah
Watie, Errika Dwi Setya. 2011. “Komunikasi dan Media Sosial”. The Messenger.
Vol. 3, No. 1.
Peraturan Perundang-undangan
Internet
http://theindonesiainstitute.com.
http://goodnewsfromindonesia.org.
55
:
56