Anda di halaman 1dari 2

ILPOL DISKUSI 3

Komunikasi. Dalam diskusi ini saya akan menjelaskan relevensi rumusan empat kebebasan m
enurut Franklin Delano Roosevelt dengan situasi HAM di Indonesia.

Rumusan empat kebebasan menurut Franklin Delano Roosevelt diantaranya :

1. Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat atau yang disebut freedom of speech
menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1998 adalah hak setiap warga negara untuk menyamp
aikan pikiran dengan lisan, tulisan dan sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesua
i dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jaminan perlindungan hak k
ebebasan meyampaikan pendapat ini diatur secara umum dalam peraturan perundang-undang
an. Perlindungan kebebasan berpendapat diatur secara spesifik dalam Pasal 28E ayat (3) UU
D 1945 yang isinya; “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengelu
arkan pendapat.” Tujuan kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat sendiri adalah untuk
mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab dan memenuhi hak asasi manusia sesuai de
ngan Pancasila dan Undang-Undang 1945. Salah satu contoh kebebasan berbicara dan berpen
dapat yaitu ketika setiap Lembaga yang ada di Indonesia bebas mengemukakan pendapat mer
eka tentang bagaimana pemerintahan di Indonesia berlaku. Salah satu lembaga tersebut terdiri
dari organisasi mahasiswa yang dapat menyalurkan aspirasinya ketika berdemo untuk mewak
ili rakyat dengan menyertakan setiap hal yang ingin di kritisi (tentunya dengan pertimbangan
yang matang), dan juga pada saat ini sosial media juga dapat di katakan wadah kebebasan unt
uk berbicara karena pada era jaman modern saat ini tengah di kuasai oleh digital yang di man
a setiap rakyat yang tidak dapat ikut turun untuk berdemo dapat menyalurkan aspirasi mereka
melalui berbagai media sosial yang ada.

2. Kebebasan beragama atau yang disebut freedom of religion dijamin dalam Pasal 29 ayat du
a UUD NRI 1945, yang menyatakan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untu
k memeluk agamanya masing-masing, dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercaya
annya itu. Dengan adanya kebebasan beragama, kita bisa memeluk agama dan kepercayaan m
asing-masing, beribadah sesuai agama yang dipeluk, melakukan perayaan agama yang dipelu
k, mendirikan tempat ibadah, dan menjamin kemerdekaan dalam beribadah. Salah satu conto
h nyata ialah Indonesia adalah salah satu negara yang mayoritas menganut agama Muslim ak
an tetapi rakyat di Indonesia saling memberikan toleransi antar beragama, menghormati agam
lain yangg sedang beribadah, tidak membeda-bedakan agama, saling menghargai satu sama la
in, serta tidak melibatkan agama dalam kehidupan sehari-hari.

3. Kebebasan dari ketakutan yang disebut freedom from fear adalah pernyataan negara bahwa
segala warga negaranya dilindungi hak sipil dan politiknya dimana warga negaranya diberika
n perlindungan terkait dengan keamanan hidup. Negara Indonesia sebagai negara hukum tent
unya memiliki instrumen hukum yang mendukung pernyataan ini, seperti tercantum dalam U
UD 1945 Pasal 28 G yang menyatakan bahwa : Setiap orang berhak atas perlindungan diri pri
badi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta ber
hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbua
t sesuatu yang merupakan hak asasi. Namun faktanya bangsa Indonesia masih belum terbebas
dari rasa takut sebagaimana ditandai dengan tingginya angka kriminalitas, maraknya konflik s
osial, dan belum meratanya tingkat pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, negara harus had
ir untuk memberikan perlindungan dan jaminan sosial bagi seluruh warganya tanpa terkecuali.
Situasi negara yang aman, tertib, dan sejahtera, serta pemerintahnya tidak bersikap represif te
rhadap warganya, merupakan kondisi ideal bagi terwujudnya kebebasan ini.

4. Kebebasan dari kemelaratan atau yang disebut freedom from want adalah kebebasan dari k
emiskinan atau kemelaratan menjadi pendorong setiap orang untuk mendapatkan apa yang m
ereka butuhkan. Namun hal itu masih menjadi persoalan klasik di Indonesia. Karena masih ti
ngginya angka kemiskinan dan penganguran, serta minimnya jaminan sosial bagi setiap warg
a untuk menjalani kehidupan yang layak. Artinya, institusi politik harus dapat digerakkan unt
uk mensejahterahkan masyarakat, karena secara mutualistic kesejahteraan masyarakat juga ak
an menciptakan kondusivitas politik. Dalam bahasa yang lebih sederhana, jika warga telah sej
ahtera, maka kehidupan social politik juga akan membaik.

Sekian diskusi yang dapat saya sampaikan, semoga dapat diterima dengan baik oleh Tutor. T
erima kasih.

REFERENSI : Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat.

Anda mungkin juga menyukai