PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Kebebasan Berfikir
Menyampaikan Pendapat
Dosen Pengampu:
Joko Wasisto, S. Kar. M.Hum
Penyusun:
Bagus Priyantoko Jati
21050114120053
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusiaa telah dianugerahi oleh Tuhan hak asasi manusia.Akan tetapi
manusia terbatas dalam menyampaikan pendapat, karena kurangnya perhatian dari
pemerintah.
Oleh
karena
itu
kebebasan
menyampaikann
pendapat
harus
b.
c.
d.
e.
Apa saja hak dan kewajiban warga negara dalam menyampaikan pendapat di
muka umum?
f.
g.
h.
i.
j.
1.3 Tujuan
Dibuatnya makalah ini mempunyai tujuan untuk melengkapi tugas Pendidikan
Kewarganegaraan. Selain itu makalah ini juga mempunyai tujuan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
BAB II
PERMASALAHAN
Kebebasan berbicara atau berpendapat adalah kebebasan yang mengacu pada
sebuah hak untuk berbicara atau berpendapat secara bebas tanpa ada pembatasan,
kecuali dalam hal menyebarkan kejelekan. Di Indonesia, masih banyak terjadi
pelanggaran HAM. Kebebasan berpendapat merupakan salah satu HAM yang masih
sering dilanggar. Sampai saat ini, masih banyak orang yang belum menghargai dan
menghormati hak kebebasan berpendapat seseorang baik yang dilakukan secara
demonstrasi, rdiskusi umum, maupun melalui media tulis. Tidak sedikit kasus yang
terjadi akibat pelanggaran HAM, khususnya hak kebebasan berpendapat.
Banyak sekali orang-orang yang mengeluarkan pendapatnya di media sosial bisa
berujung di pengadilan. Padahal mereka hanya mengeluarkan pendapatnya. Banyak
juga orang yang hanya sekedar iseng berpendapat atau berbicara di media sosial bisa
bermasalah dengan hukum. Contohnya, seperti kasus yang dialami Setiap orang
berhak atas hak yang dimilikinya. Terutama hak mengeluarkan pendapat. Mereka
berhak mengeluarkan pendapatnya secara bebas tetapi bertanggungjawab. Mereka
bebas mengeluarkan pendapat asalkan tidak merugikan orang lain. Hak kebebasan
berpendapat masih butuh bukti nyata, dan butuh penegakan agar tidak terjadi
pelanggaran HAM. Dan dalam makalah ini akan dibahas mengenai Hak dan
Kewajiban Warga Negara dalam Kebebasan Berfikir Menyampaikan Pendapat.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkait dengan
harkat dan martabat manusia (Tap.MPRRI No.XVII/MPR/1998 Tentang HAM).
Hak asasi manusia (HAM) juga berarti seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi oleh Negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat martabat
manusia (UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM).
3.2 Macam- Macam Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia yang termaksud di dalam UUD 1945 cukup banyak, yaitu
yang terdapat dalam Pasal 28J, yang meliputi:
a. hakuntuk hidup serta mempertahankan hidup serta kehidupan
b. hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah
c. hak kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi bagi anak
d. hak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan
dasarnya,
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Sedangkan pada Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia juga dimuat tentang hak asasi manusia yang meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
dan
pendapatnya
kemasyarakatan.
mengenai
masalah-masalah
kemanusiaan
dan
Kebebasan menyatakan pendapat adalah hak bagi warga negara biasa yang
wajib dijamin dengan undang- undang dalam sebuah sistem politik demokratis
(Dahl, 1971. Dalam masa transisi menuju demokrasi saat ini, perubahan- perubahan
politik, sosial, ekonomi, budaya, agama, dan teknologi seringkali menimbulkan
persoalan bagi warga negara Indonesia. Jika persoalan tersebut merugikan hak-hak
warga negara, atau warga negara berharap agar kepentingannya dipenuhi oleh
negara, dengan sendirinya warga negara berhak untuk menyampaikan keluhan
tersebut secara langsung maupun tidak langsung kepada pemerintah. Warga negara
dapat menyampaikannya kepada pejabat, seperti lurah, camat, bupati, anggota
DPRD/DPR, atau bahkan presiden, baik melalui pembincangan langsung, surat,
media masa, atau penulisan buku.
Hak untuk menyampaikan pendapat ini wajib dijamin oleh pemerintah sesuai
dengan undang-undang yang berlaku sebagai bentuk kewajiban negara untuk
melindungi warga negaranya yang merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah atau
unsur swasta. Semakin cepat dan efektif cara pemerintah memberikann tanggapan,
semakin
tinggi
pula
kualitas
demokrasi
pemerintahan
tersebut.
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa
dan
bernegara.
b.
Asas musyawarah
c.
d.
e.
Asas manfaat.
Tujuan tentang pengaturan penyampaian pendapat di muka umum adalah sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
yang
bertentangan
dengan
tujuan
pengaturan
kebebasan
b.
c.
d.
Menyelenggarakan pengamanan.
b.
c.
d.
Pemberitahuan selambat- lambatnya 324 (tiga kali dua puluh empat) jam
sebelum kegiatan dimulai telah diterima oleh Polri setempat;
e.
f.
Surat pemberitahuan memuat maksud dan tujuan, tempat, lokasi, dan rute;
waktu dan lama; bentuk; penanggung jawab (orang yang memimpin dan atau
h.
Setiap sampai 100 (seratus) orang pelaku atau peserta unjuk rasa atau
demonstrasi dan pawai harus ada seorang sampai dengan 5 (lima) orang
penanggung jawab;
i.
b.
umum;
c.
penyampaian pendapat;
d.
Memberikan
perlindungan
keamanan
terhadap
pelaku
atau
peserta
penyampaian pendapat;
2.
3.8 Sanksi
2.
3.
4.
tokoh- tokoh tersebut akan disiksa agar mengaku bersalah dan tidak mengulang
kembali kesalahan tersebut.
Di masa rezim Orde Baru, tindakan pemasungan kebebasan menyatakan
pendapat ini berlangsung secara intensif dan sistematis. Sistem intelijen negara
dioperasionalkan secara maksimal untuk memantau setiap pendapat yang muncul dan
gerak-gerik tokoh di masyarakat. Para intelijen sangat represif dan terlalu sering
melanggar hak asasi manusia untuk menindas kebebasan berpendapat tersebut.
Penindasan ini mengakibatkan matinya nilai-nilai demokrasi di Republik Indonesia.
Dengan kematian ini, rezim Orde Baru dapat leluasa menentukan kebijakan negara
sesuka hatinya. Namun dalam jangka panjang, akibatnya sangat parah. Kasus represi
terhadap perbedaan pendapat dengan penguasa cukup potensial menyebabkan
disintegrasi bangsa. Demokrasi mengajarkan kebebasan menyatakan pendapat,
namun sudah tentu berada dalam koridor yang nenerlukan kesepakatan kolektif.
Jelaslah bahwa penindasan kebebasan berpendapat merupakan penghalang besar bagi
demokrasi, sehingga harus dihindarkan sejauh mungkin dari tata kehidupan politik di
Indonesia agar negara kita tidak terjerumus kembali ke dalam krisis politik dan
ekonomi seperti yang dialami Indonesia saat ini. Kebebasan menyatakan pendapat
diperlukan karena dalam era keterbukaan saat ini perubahan-perubahan cepat yang
terjadi di masyarakat memerlukan tanggapan dan sikap dari warga negara sesuai
haknya.
3.10 Contoh kasus kebebasan berpendapat di Indonesia
Menurut saya, HAM tentang kebebasan berpendapat yang sering dilanggar atau
disimpangkan adalah karena sekarang hak untuk kebebasan berpendapat seseorang
selalu dilanggar oleh pemerintah atau kelompok individu. Seperti dalam pasal 28
yang berbunyi kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran secara
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Menurut saya hak kebebasan berpendapat sering dilanggar karena masih ada
kelompok individu atau organisasi yang membungkam orang yang mengungkapkan
sesuatu entah itu kebenaran ataupun kritikan. Tetapi walaupun ada undang-undang
tentang kebebasan berpendapat,orang yang berpendapatpun perlu menghormati hak-
hak orang lain dan berpendapat dengan sopan santun. Sebagai contoh pelanggaran
hak kebebasan berpendapat adalah sebagai berikut.
a. Jangan Bungkam Hak Berpendapat Masyarakat Papua
Praktek kebijakan represi yang anti-demokrasi kembali terjadi di Papua.
Meningkatnya eskalasi kekerasan di Papua dalam beberapa bulan terakhir
ditanggapi
oleh
pemerintah
dengan
melakukan
pembungkaman
dan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan (pidato, dialog, dan diskusi), tulisan (petisi,
gambar, pamflet, poster, brosur, selebaran, dan spanduk), dan sebagainya (sikap
membisu dan mogok makan) secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kebebasan berfikir dan
kebebasan berpendapat merupakan bagian dari kebebasan berekspresi (freedom of
expression), yaitu kebebasan manusia untuk mengekspresikan diri dalam kehidupan
masyarakat sebagai bentuk kemampuan kognisi (nalar) dan kemampuan afeksi (rasa)
manusia. Aspek lain yang terkait dalam lingkup kebebasan berekspresi adalak
kebebasan berkesenian dalam segala bentuk dan manifestasinya. Oleh karena itu, kita
harus menghargai pendapat orang lain dengan adanya kemerdekaan menyampaikan
pendapat tersebut.
4.2 Saran
Dalam kemerdekaan penyampaikan pendapat sebaiknya dilakukan secara aktif
oleh masyarakat demi kemajuan bangsa dan negara. Bagi pemerintah, sebaiknya lebih
transparan dalam menjalankan kepemerintahan agar masyarakat dapat menyalurkan
aspirasinya melalui haknya untuk menyampaikan pendapat di muka umum
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/socabr/hak-kebebasanberpendapat_54f5dd86a33311f64e8b480f
http://walubi.or.id/warta2006/warta.2006.03.27.003.shtml
http://www.antaranews.com/foto/80953/rapat-umum-pekerja-pertamina
http://miftahrizkamuna.blogspot.co.id/2013/04/begitu-banyak-demo-anti-korupsidan.html
http://sejarahakademika.blogspot.co.id/2013/11/peristiwa-mei-1998-sebagaitonggak.html
http://www.kompasiana.com/ksatrya.s.p.f/pelanggaran-kebebasanberpendapat_54f5e088a33311356e8b45d3
https://www.google.co.id/search?
q=jangan+Bungkam+Hak+Berpendapat+Masyarakat+Papua&biw=1366&bih=643&s
ource=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwju28L5qLNAhWGkpQKHZgYA28Q_AUIBigB&dpr=1#imgrc=f7KlcZNfvq72MM%3A