Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Kebebasan Berfikir
Menyampaikan Pendapat

Dosen Pengampu:
Joko Wasisto, S. Kar. M.Hum
Penyusun:
Bagus Priyantoko Jati
21050114120053

JURUSAN TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap manusiaa telah dianugerahi oleh Tuhan hak asasi manusia.Akan tetapi
manusia terbatas dalam menyampaikan pendapat, karena kurangnya perhatian dari
pemerintah.

Oleh

karena

itu

kebebasan

menyampaikann

pendapat

harus

dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Agar


aspirasi masyarakat dapat tersalurkan, sehingga tercipta kehidupan yang adil dan
sejahtera. Sejauh ini, masyarakat kurang memiliki pengetahuan mengenai tata cara
menyampaikan pendapat, sehingga masyarakat cenderung pasif dan tidak
berkembang.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah yang berjudul Hak Warga Negara Dalam Kebebasan Berfikir
Menyampaikan Pendapat mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
a.

Apa pengertian hak asasi manusia?

b.

Apa saja macam- macam hak asasi manusia?

c.

Apa pengertian kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum?

d.

Apa saja asas dan tujuan kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka


umum?

e.

Apa saja hak dan kewajiban warga negara dalam menyampaikan pendapat di
muka umum?

f.

Bagaimana tata cara penyampaian pendapat di muka umum?

g.

Apa saja kewajiban dan tanggung jawab polri dalam pelaksanaan


penyampaian pendapat di muka umum?

h.

Apa sanksi yang diberikan dalam pelanggaran penyampaian pendapat di muka


umum?

i.

Bagaimana penindasan terhadap kebebasan menyampaikan pendapat?

j.

Apa contoh kasus hak dan kewajiban kebebasan berpendapat?

1.3 Tujuan
Dibuatnya makalah ini mempunyai tujuan untuk melengkapi tugas Pendidikan
Kewarganegaraan. Selain itu makalah ini juga mempunyai tujuan sebagai berikut:
a.

Menjelaskan pengertian hak asasi manusia.

b.

Menyebutkan macam- macam hak asasi manusia.

c.

Menjelaskan pengertian kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka


umum.

d.

Menjelaskan asas dan tujuan kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka


umum.

e.

Menyebutkan hak dan kewajiban warga negara dalam menyampaikan


pendapat di muka umum.

f.

Menjelaskan tata cara penyampaian pendapat di muka umum.

g.

Menjelaskan kewajiban dan tanggung jawab polri dalam pelaksanaan


penyampaian pendapat di muka umum.

h.

Menjelaskan sanksi yang diberikan dalam pelanggaran penyampaian pendapat


di muka umum.

i.

Menjelaskan penindasan terkadap kebebasan menyampaikan pendapat di


muka umum.

j.

Memberikan contoh kasus pelanggaran hak dan kebebasan berpendapat

BAB II
PERMASALAHAN
Kebebasan berbicara atau berpendapat adalah kebebasan yang mengacu pada
sebuah hak untuk berbicara atau berpendapat secara bebas tanpa ada pembatasan,
kecuali dalam hal menyebarkan kejelekan. Di Indonesia, masih banyak terjadi
pelanggaran HAM. Kebebasan berpendapat merupakan salah satu HAM yang masih
sering dilanggar. Sampai saat ini, masih banyak orang yang belum menghargai dan
menghormati hak kebebasan berpendapat seseorang baik yang dilakukan secara
demonstrasi, rdiskusi umum, maupun melalui media tulis. Tidak sedikit kasus yang
terjadi akibat pelanggaran HAM, khususnya hak kebebasan berpendapat.
Banyak sekali orang-orang yang mengeluarkan pendapatnya di media sosial bisa
berujung di pengadilan. Padahal mereka hanya mengeluarkan pendapatnya. Banyak
juga orang yang hanya sekedar iseng berpendapat atau berbicara di media sosial bisa
bermasalah dengan hukum. Contohnya, seperti kasus yang dialami Setiap orang
berhak atas hak yang dimilikinya. Terutama hak mengeluarkan pendapat. Mereka
berhak mengeluarkan pendapatnya secara bebas tetapi bertanggungjawab. Mereka
bebas mengeluarkan pendapat asalkan tidak merugikan orang lain. Hak kebebasan
berpendapat masih butuh bukti nyata, dan butuh penegakan agar tidak terjadi
pelanggaran HAM. Dan dalam makalah ini akan dibahas mengenai Hak dan
Kewajiban Warga Negara dalam Kebebasan Berfikir Menyampaikan Pendapat.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang
melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkait dengan
harkat dan martabat manusia (Tap.MPRRI No.XVII/MPR/1998 Tentang HAM).
Hak asasi manusia (HAM) juga berarti seperangkat hak yang melekat pada
hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi oleh Negara, hukum,
pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat martabat
manusia (UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM).
3.2 Macam- Macam Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia yang termaksud di dalam UUD 1945 cukup banyak, yaitu
yang terdapat dalam Pasal 28J, yang meliputi:
a. hakuntuk hidup serta mempertahankan hidup serta kehidupan
b. hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan
yang sah
c. hak kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi bagi anak
d. hak mengembangkan diri melalui pemenuhan

kebutuhan

dasarnya,

mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat ilmu pengetahuan dan


teknologi, seni dan budaya
e. hak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
f. hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum dan sebagainya.
Di dalam Ketetapan MPRRI No.XXVII/MPR/1998 Tentang HAM, tercantum
pula tentang hak asasi manusia yang meliputi:

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

hak untuk hidup


hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
hak mengembangkan diri
hak keadilan
hak kemerdekaan
hak atas kebebasan informasi
hak keamanan
hak kesejahteraan
hak perlindungan dan pemajuan.

Sedangkan pada Undang- Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia juga dimuat tentang hak asasi manusia yang meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

hak untuk hidup


hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
hak mengembangkan diri
hak memperoleh keadilan
hak atas kebebasan pribadi
hak atas rasa aman
hak atas kesejahteraan
hak turut serta dalam pemerintahan
hak khusus bagi wanita
hak anak.

Kebebasan berfikir dan kebebasan berpendapat merupakan bagian dari


kebebasan berekspresi (freedom of expression), yaitu kebebasan manusia untuk
mengekspresikan diri dalam kehidupan masyarakat sebagai pengasah kemampuan
kognisi (nalar) dan kemampuan afeksi (rasa) manusia. Aspek lain yang terkait dalam
lingkup kebebasan berekspresi adalak kebebasan berkesenian dalam segala bentuk
dan manifestasinya.
Kebebasan berfikir dan berpendapat dinyatakan dalam satu konsep, yaitu
kebebasan berpendapat. Pengungkapan kebebasan berpendapat bisa dilakukan
melalui media verbal (lisan), media cetak (tulisan), dan media gerak. Kebebasan
berpendapat pada dasarnya adalah kebebasan manusia untuk mengungkapkan
pikiran

dan

pendapatnya

kemasyarakatan.

mengenai

masalah-masalah

kemanusiaan

dan

Kebebasan menyatakan pendapat adalah hak bagi warga negara biasa yang
wajib dijamin dengan undang- undang dalam sebuah sistem politik demokratis
(Dahl, 1971. Dalam masa transisi menuju demokrasi saat ini, perubahan- perubahan
politik, sosial, ekonomi, budaya, agama, dan teknologi seringkali menimbulkan
persoalan bagi warga negara Indonesia. Jika persoalan tersebut merugikan hak-hak
warga negara, atau warga negara berharap agar kepentingannya dipenuhi oleh
negara, dengan sendirinya warga negara berhak untuk menyampaikan keluhan
tersebut secara langsung maupun tidak langsung kepada pemerintah. Warga negara
dapat menyampaikannya kepada pejabat, seperti lurah, camat, bupati, anggota
DPRD/DPR, atau bahkan presiden, baik melalui pembincangan langsung, surat,
media masa, atau penulisan buku.
Hak untuk menyampaikan pendapat ini wajib dijamin oleh pemerintah sesuai
dengan undang-undang yang berlaku sebagai bentuk kewajiban negara untuk
melindungi warga negaranya yang merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah atau
unsur swasta. Semakin cepat dan efektif cara pemerintah memberikann tanggapan,
semakin

tinggi

pula

kualitas

demokrasi

pemerintahan

tersebut.

Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah hak asasi manusia


yang dijamin oleh pasal 28 Undang- Undang Dasar 1945 yang berbunyi :
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang- Undang
dan pasal 19 deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia yang berbunyi:
Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai pendapat dengan tidak mendapat
gangguan untuk mencari, menerima dan menyampaikan keterangan dan pendapat
dengan cara apapun juga dan dengan tidak memandang batas-batas serta merupakan
perwujudan demokrasi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Namun agar dalam membangun demokrasi yang berkeadilan sosial dan
menjamin hak asasi manusia diperlukan adanya suasana yang aman, tertib, dan

damai, dan dilaksanakan secara bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang- undangan yang berlaku.
3.3 Pengertian Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum
Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998
Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di muka Umum dijelaskan bahwa:
a. Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan (pidato, dialog, dan diskusi), tulisan (petisi,
gambar, pamflet, poster, brosur, selebaran, dan spanduk), dan sebagainya (sikap
membisu dan mogok makan) secara bebas dan bertanggung jawab sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
b. Di muka umum adalah di hadapan orang banyak, atau orang lain termasuk juga
di tempat yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang.
c.
Unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang
atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya
secara demonstrasi di muka umum.

d. Pawai adalah cara penyampaian pendapat dengan arak- arakan di jalan


umum.

e. Rapat umum adalah pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampaikan


pendapat dengan tema tertentu.

f. Mimbar bebas adalah kegiatan penyampaian pendapat di muka umum yang


dilakukan secara bebas dan terbuka tanpa tema tertentu.
3.4 Asas kebebasan berpendapat
Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas untuk
menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi
dalam

kehidupan

bermasyarakat,

berbangsa

dan

bernegara.

Penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan berdasarkan pada:


a.

Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban

b.

Asas musyawarah

c.

Asas kepastian hukum dan keadilan

d.

Asas proporsionalitas adalah asas yang meletakkan segala kegiatan sesuai


dengan konteks atau tujuan kegiatan tersebut, baik yang dilakukan oleh warga
negara, institusi, maupun aparatur pemerintah, yang dilandasi oleh etika
individual, etika sosial, dan etika institusional, dan

e.

Asas manfaat.
Tujuan tentang pengaturan penyampaian pendapat di muka umum adalah sebagai

berikut:
a.

Mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu


pelaksana hakasasi manusia sesuai dengan Pancasila dan Undang- Undang Dasar
1945;

b.

Mewujudkan perlindungan hukum yang konsistendan berkesinambungan


dalam menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat;

c.

Mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan


kreativitas setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab
dalam kehidupan berdemokrasi;

d.

Menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa, dan bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau
kelompok.

3.5 Hak dan kewajiban Warga Negara


Hak warga negara dalam menyampaikan pendapat di muka umum:
a.

Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat,


pandangan, kehendak atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik, psikis atau
pembatasan

yang

bertentangan

dengan

tujuan

pengaturan

kebebasan

mengeluarkan pendapat di atas;


b.

Memperoleh perlindungan hukum.


Kewajiban dan tanggung jawab warga negara menyampaikan pendapat di
muka umum adalah sebagai berikut:
a. Menghormati hak- hak dan kebebasan orang lain;
b. Menghormati aturan- aturan moral yang diakui umum;
c. Menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku;
d. Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum; dan

e. Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.


Kewajiban dan tanggung jawab aparatur pemerintah dalam pelaksanaan
penyampaian pendapat di muka umum oleh warga negara:
a.

Melindungi hak asasi manusia;

b.

Menghargai asas legalitas;

c.

Menghargai prinsip praduga tak bersalah; dan

d.

Menyelenggarakan pengamanan.

3.6 Tata Cara Penyampaian Pendapat di Muka Umum


a.

Penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan di tempat- tempat


terbuka untuk umum, kecuali di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah,
instalasi pemerintah, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api,
terminal angkutan darat, dan obyek- obyek wisata nasional; dan pada hari besar
nasional (Tahun Baru, Hari Raya Nyepi, Hari Wafat Isa Almasih, Isra Miraj,
Kenaikan Isa Almasih, Hari Raya Waisak, Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul
Adha, Hari Maulid Nabi, 1 Muharam, Hari Natal, 17 Agustus)

b.

Pelaku atau peserta penyampaian pendapat di muka umum dilarang membawa


benda- benda yang dapaat membahayakan keselamatan umum;

c.

Penyampaian pendapat di muka umum wajib diberitahukan secara tertulis


kepada Polri, disampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin atau penanggung
jawab kelompok;

d.

Pemberitahuan selambat- lambatnya 324 (tiga kali dua puluh empat) jam
sebelum kegiatan dimulai telah diterima oleh Polri setempat;

e.

Pemberitahuan secara tertulis tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah di dalam


kampus dan kegiatan keagamaan;

f.

Surat pemberitahuan memuat maksud dan tujuan, tempat, lokasi, dan rute;
waktu dan lama; bentuk; penanggung jawab (orang yang memimpin dan atau

menyelenggarakan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum yang


bertanggung jawab yang pelaksanaannya berlangsung dengan aman, tertib, dan
damai); nama dan alamat organisasi, kelompok atau perorangan; alat peraga yang
dipergunakan; dan atau jumlah peserta;
g.

Penanggung jawab kegiatan wajib bertanggung jawab agar kegiatan tersebut


terlaksana secara aman, tertib, dan damai;

h.

Setiap sampai 100 (seratus) orang pelaku atau peserta unjuk rasa atau
demonstrasi dan pawai harus ada seorang sampai dengan 5 (lima) orang
penanggung jawab;

i.

Pembatalan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum disampaikan


secara tertulis dan langsung oleh penanggung jawab kepada Polri selambatlambatnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum waktu pelaksanaan.

3.7 Kewajiban dan Tanggung Jawab Polri


Kewajiban Polri setelah menerima surat pemberitahuan:
a.

Segera memberikan surat tanda terima pemberitahuan;

b.

Berkoordinasi dengan penanggung jawab penyampaian pendapat di muka

umum;
c.

Berkoordinasi dengan pimpinan instansi/ lembaga yang akan menjadi tujuan

penyampaian pendapat;
d.

Mempersiapkan pengamanan tempat, lokasi, dan rute.

Tanggung jawab Polri dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum:


1.

Memberikan

perlindungan

keamanan

terhadap

pelaku

atau

peserta

penyampaian pendapat;
2.

Menyelenggarakan pengamanan untuk menjamin keamanan dan ketertiban

umum sesuai dengan prosedur yang berlaku.

3.8 Sanksi

Sanksi yang diberikan apabila melakukan kesalahan dalam menyampaikan


pendapat yaitu :
1.

Pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum dapat dibubarkan apabila


tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud.

2.

Pelaku atau peserta pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum yang


melanggar hukum, dapat dikenakan sanksi hukum (sanksi hukum pidana, sanksi
hukum perdata, atau sanksi administrasi) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.

3.

Penanggung jawab pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum yang


melakukan tindak pidana dikenakan sanksi pidana sesuai dengan ketentuan
peraturang perundang- undangan pidana yang berlaku ditambah 1/3 (satu
pertiga) dari pidana pokok.

4.

Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan (tindak pidana


kejahatan) menghalang- halangi hak warga negara untuk menyampaikan
pendapat di muka umum yang elah memenuhi ketentuan Undang- Undang ini
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.

3.9 Penindasan Terhadap Kebebasan Menyampaikan Pendapat.


Dalam rezim otoriter, kebebasan menyampaikan pendapat pada umumnya
dibatasi. Hanya pendapat- pendapat yang mendukung atau memuja rezim berkuasa
saja yang diberi kesempatan untuk berkembang. Sebaliknya, pendapat yang miring
atau bahkan bertolak belakang dengan garis kebijakan rezim dianggap sebagai
ancaman bagi rezim yang berkuasa. Bila pendapat ini disalurkan melalui tulisan,
buku, produk seni, atau yang lainnya, maka pemerintah represif akan melarang
peredaran atau perwujudan produk tersebut. Bila pendapat disampaikan oleh tokoh
politik atau tokoh masyarakat, sang tokoh tersebut akan dilarang untuk menyatakan
pendapatnya lagi. Dalam praktik, tokoh tersebut akan diamankan, yang
makna harfiah-nya adalah dijebloskan ke dalam penjara. Tidak jarang, bahkan sering,

tokoh- tokoh tersebut akan disiksa agar mengaku bersalah dan tidak mengulang
kembali kesalahan tersebut.
Di masa rezim Orde Baru, tindakan pemasungan kebebasan menyatakan
pendapat ini berlangsung secara intensif dan sistematis. Sistem intelijen negara
dioperasionalkan secara maksimal untuk memantau setiap pendapat yang muncul dan
gerak-gerik tokoh di masyarakat. Para intelijen sangat represif dan terlalu sering
melanggar hak asasi manusia untuk menindas kebebasan berpendapat tersebut.
Penindasan ini mengakibatkan matinya nilai-nilai demokrasi di Republik Indonesia.
Dengan kematian ini, rezim Orde Baru dapat leluasa menentukan kebijakan negara
sesuka hatinya. Namun dalam jangka panjang, akibatnya sangat parah. Kasus represi
terhadap perbedaan pendapat dengan penguasa cukup potensial menyebabkan
disintegrasi bangsa. Demokrasi mengajarkan kebebasan menyatakan pendapat,
namun sudah tentu berada dalam koridor yang nenerlukan kesepakatan kolektif.
Jelaslah bahwa penindasan kebebasan berpendapat merupakan penghalang besar bagi
demokrasi, sehingga harus dihindarkan sejauh mungkin dari tata kehidupan politik di
Indonesia agar negara kita tidak terjerumus kembali ke dalam krisis politik dan
ekonomi seperti yang dialami Indonesia saat ini. Kebebasan menyatakan pendapat
diperlukan karena dalam era keterbukaan saat ini perubahan-perubahan cepat yang
terjadi di masyarakat memerlukan tanggapan dan sikap dari warga negara sesuai
haknya.
3.10 Contoh kasus kebebasan berpendapat di Indonesia
Menurut saya, HAM tentang kebebasan berpendapat yang sering dilanggar atau
disimpangkan adalah karena sekarang hak untuk kebebasan berpendapat seseorang
selalu dilanggar oleh pemerintah atau kelompok individu. Seperti dalam pasal 28
yang berbunyi kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran secara
lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
Menurut saya hak kebebasan berpendapat sering dilanggar karena masih ada
kelompok individu atau organisasi yang membungkam orang yang mengungkapkan
sesuatu entah itu kebenaran ataupun kritikan. Tetapi walaupun ada undang-undang
tentang kebebasan berpendapat,orang yang berpendapatpun perlu menghormati hak-

hak orang lain dan berpendapat dengan sopan santun. Sebagai contoh pelanggaran
hak kebebasan berpendapat adalah sebagai berikut.
a. Jangan Bungkam Hak Berpendapat Masyarakat Papua
Praktek kebijakan represi yang anti-demokrasi kembali terjadi di Papua.
Meningkatnya eskalasi kekerasan di Papua dalam beberapa bulan terakhir
ditanggapi

oleh

pemerintah

dengan

melakukan

pembungkaman

dan

pemberangusan kebebasan politik dan menyampaikan pendapat secara damai.


Hal tersebut diungkapkan Marthen Goo, Koordinator National Papua
Solidarity (NAPAS) dalam konferensi pers di kantorKontras, Jakarta
(10/8/2012),terkait pembubaran dan penangkapan 15 aktivis Solidaritas Korban
Pelanggaran HAM Papua (SKPHP) yang melakukan aksi kemanusiaan
penggalangan dana untuk tahanan politik yang sakit. Para aktivis yang berunjuk
rasa ini dibubarkan dan sebagian ditangkap oleh kepolisian Polsek Abepura dan
Polres Jayapura pada tanggal 19-20 Juli 2012. Peristiwa yang sama kembali
terjadi pada tanggal 9 Agustus 2012, di mana pihak kepolisian membubarkan
aksi damai rakyat Papua di Manokwari, Jayapura dan Wamena, yang melakukan
aksi damai dalam memperingati Hari Masyarakat Adat Internasional.
"Negara tidak punya hak membungkam kebebasan berpendapat warganya,
apalagi mereka ditangkap karena berkumpul dan menuntut pengakuan terhadap
hak masyarakar adat, hak atas identitas budaya, dan hak atas pendidikan. Ini
juga sudah diatur dalam ketetapan PBB," tegas Marthen. "Pelanggaran HAM
secara struktural membungkam kebebasan berpendapat masyarakat Papua. Hal
tersebut sama dengan membunuh demokrasi di Papua," ujarnya.
Menanggapi tindakan represif pemerintah, National Papua Solidarity
menyampaikan beberapa tuntutan kepada pemerintah. Pertama, menjamin
kebebasan bagi masyarakat untuk berpendapat dan berorganisasi tanpa
intervensi TNI dan Polri. Kedua, Presiden segera mengevaluasi keberadaan
militer (TNI/POLRI) di Papua. Ketiga, segera melakukan investigasi
independen dan transparan dalam mengusut kasus kekerasan yang terjadi di

Papua. Keempat, meminta masyarakat Internasional agar aktif situasi


kemanusiaan di Papua yang cukup memprihatikan.

Bentuk HAM tersebut penting untuk dijamin perlindungan, pemajuan,


penegakkan, dan pemenuhannya karena manusia perlu hak kebebasan
berpendapat agar dapat mengungkapkan pemikiran setiap individu serta semua
individu dapat dengan bebas mengungkapkan ide-ide mereka tanpa dikekang
oleh peraturan yang menekan tiap-tiap individu dari mengungkapkan hasil
pemikiran mereka.
Solusi untuk mencegah pelanggaran kebebasan berpendapat tersebut adalah
dengan menghukum orang-orang yang melanggar hak kebebasan berpendapat
seseorang dengan hukuman sosial. Dan menggalakkan undang-undang tentang
hak kebebasan berpendapat tersebut. Dan melakukan sosialisasi kepada
pemuda-pemuda penerus bangsa agar mereka tidak semena-mena dan
melanggar hak kebebasan berpendapat seseorang.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan (pidato, dialog, dan diskusi), tulisan (petisi,

gambar, pamflet, poster, brosur, selebaran, dan spanduk), dan sebagainya (sikap
membisu dan mogok makan) secara bebas dan bertanggung jawab sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kebebasan berfikir dan
kebebasan berpendapat merupakan bagian dari kebebasan berekspresi (freedom of
expression), yaitu kebebasan manusia untuk mengekspresikan diri dalam kehidupan
masyarakat sebagai bentuk kemampuan kognisi (nalar) dan kemampuan afeksi (rasa)
manusia. Aspek lain yang terkait dalam lingkup kebebasan berekspresi adalak
kebebasan berkesenian dalam segala bentuk dan manifestasinya. Oleh karena itu, kita
harus menghargai pendapat orang lain dengan adanya kemerdekaan menyampaikan
pendapat tersebut.
4.2 Saran
Dalam kemerdekaan penyampaikan pendapat sebaiknya dilakukan secara aktif
oleh masyarakat demi kemajuan bangsa dan negara. Bagi pemerintah, sebaiknya lebih
transparan dalam menjalankan kepemerintahan agar masyarakat dapat menyalurkan
aspirasinya melalui haknya untuk menyampaikan pendapat di muka umum

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/socabr/hak-kebebasanberpendapat_54f5dd86a33311f64e8b480f
http://walubi.or.id/warta2006/warta.2006.03.27.003.shtml

http://www.antaranews.com/foto/80953/rapat-umum-pekerja-pertamina
http://miftahrizkamuna.blogspot.co.id/2013/04/begitu-banyak-demo-anti-korupsidan.html
http://sejarahakademika.blogspot.co.id/2013/11/peristiwa-mei-1998-sebagaitonggak.html
http://www.kompasiana.com/ksatrya.s.p.f/pelanggaran-kebebasanberpendapat_54f5e088a33311356e8b45d3
https://www.google.co.id/search?
q=jangan+Bungkam+Hak+Berpendapat+Masyarakat+Papua&biw=1366&bih=643&s
ource=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwju28L5qLNAhWGkpQKHZgYA28Q_AUIBigB&dpr=1#imgrc=f7KlcZNfvq72MM%3A

Anda mungkin juga menyukai