Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH HOAKS DAN UJARAN KEBENCIAN COVID-

19 DI MEDIA SOSIAL TERHADAP TINGKAT


KECEMASAN MASYARAKAT
Penyakit virus corona (COVID-19) merupakan penyakit menular yang
ditimbulkan oleh virus SARS-CoV-2. isu yang menyebar dengan sangat cepat serta tidak hanya
memuat isu yang benar, namun juga mengandung hoax yang dapat menyebabkan kepanikan
serta keresahan pada masyarakat. dengan perkembangan teknologi pada saat ini ini, kemudahan
akses internet serta media sosial sangat memudahkan penyebaran isu palsu (hoax) yg berdampak
negatif yang dapat memicu ketakutan dan kekhawatiran bagi masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk mencari efek hoaks terhadap opini publik serta besaran dampak yang diberikan.
Metode di penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis
hoax serta ujaran kebencian COVID-19 pada media sosial. hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa maraknya penyebaran hoax serta ujaran kebencian tentang COVID-19 pada internet
melalui media sosial yang semakin tidak terkontrol di Indonesia masih terus meningkat
penyebarannya.Hal ini akan menyebabkan masyakarat mempunyai gangguan kesehatan mental
seperti cemas, tertekan atau stress, serta takut luar biasa. Penyakit virus corona (COVID-19)
ialah penyakit menular yang ditimbulkan oleh virus SARS-CoV-2. Virus ini bisa menyebar
melalui mulut atau hidung orang yang terinfeksi dari partikel cairan kecil saat orang tersebut
sedang batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bernapas. Sebagian besar orang yang tertular
COVID-19 akan mengalami gejala-gejala ringan sampai pada gejala sedang (Marsudi, et al.,
2020). Namun, sebagian orang akan mengalami sakit parah dan juga membutuhkan bantuan
medis. Virus ini juga tidak mengenal batas usia, dari bayi hingga lansia bisa terjangkit oleh virus
corona ini. Akan tetapi, usia lanjut usia lebih rentan terinfeksi karena kondisi tubuh yang tidak
begitu kuat melawan virus dan adanya penyakit bawaan (seperti asma, penyakit jantung, tekanan
darah tinggi, atau diabetes). Serta kondisi mental yang juga penting untuk melawan virus ini, jika
kondisi mental buruk maka akan rentan juga terinfeksi. Hal ini dapat disebabkan oleh berita-
berita hoax yang belum tentu kebenarannya tersebar di berbagai jejaring sosial.
Sosial media adalah salah satu media yang menyebarluaskan informasi kepada
masyarakat. Sosial media menjadi sumber yang efisien dan efektif untuk mengikuti pengetahuan
medis (Ahmad & Murad, 2020). Informasi tentang wabah ini menyebar dengan sangat cepat, dan
tidak hanya memuat informasi yang benar, tetapi juga mengandung “hoax” yang dapat
menimbulkan kepanikan di masyarakat. Kemudahan akses ke internet dan media sosial, serta
arus informasi yang cepat di media ini akses, sangat memudahkan penyebaran berita palsu
(hoax). Seperti saat ini, di tengah pandemi COVID-19, seringkali ditemukan informasi palsu di
media sosial terkait pandemi COVID-19 dan kesehatan. Dengan adanya pemberitaan mengenai
covid 19 ini dapat berdampak negatif yang memicu ketakutan dan kekhawatiran tersendiri bagi
masyarakat dan menjadi hal yang sangat menakutkan bagi masyarakat.1. Hasil Penelitian Vicky
Alifia Hidayatun (2021)Penelitian Vicky Alifia Hidayatun (2021), berjudul “Pengaruh Informasi
“Hoax” Terhadap Tingkat Kecemasan Masyarakat Surakarta Selama Pandemi COVID-19”.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kuesioner Hamilton Anxiety
Rating Scale (HAM-A) secara online kepada masyarakat Surakarta. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh informasi hoax terhadap tingkat kecemasan masyarakat di
Surakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, terbukti terdapat
pengaruh yang signifikan antara informasi hoax mengenai Covid-19 dengan tingkat kecemasan
masyarakat di Surakarta.
2. Hasil Penelitian Titin Pamungkas (2021) Penelitian Titin Pamungkas (2021), berjudul
“Pengaruh Informasi Hoax Seputar Covid-19 Terhadap Kecemasan Masyarakat”. Penelitian ini
merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif dengan teknik kuesioner dan teknik
observasi di daerah Desa srimulyo Kecamatan Madang Suku II Kabupaten OKU Timur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa pengaruh dan seberapa besar pengaruh informasi
hoax seputar Covid-19 terhadap kecemasan masyarakat di Desa Srimulyo Kecamatan Madang
Suku II Kabupaten OKU Timur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan
bahwa, terbukti adanya pengaruh informasi hoax seputar Covid-19 terhadap kecemasan
masyarakat yang memiliki hubungan yang kuat, dengan persentase (67,9%) dan sisanya sebesar
32,1% dipengaruhi faktor lain diluar penelitian. 3. Hasil Penelitian Eirene Widjajayanto –
Wahyu Kristian Natalia (2021) Penelitian oleh Eirene Widjajayanto – Wahyu Kristian Natalia
(2021), yang berjudul “Pengaruh Intensitas Mengakses Berita Hoax Di Instagram Dan Di
Facebook Terkait Covid-19 Terhadap Disinformasi Di Masyarakat”. Penelitian ini merupakan
penelitian yang menggunakan metode paradigma positivisme. Pada penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh intensitas berita hoax di Instagram dan Facebook terkait informasi
mengenai Covid-19. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, hasil
yang diperoleh adalah intensitas mengakses informasi hoax di Instagram terkait Covid-19
dengan tingkat disinformasi masyarakat berpengaruh signifikan, sedangkan intensitas mengakses
berita hoax di Facebook terkait Covid-19 terhadap tingkat disinformasi masyarakat tidak
berpengaruh signifikan.
Sudah banyak penelitian yang mengkaji tentang Pengaruh informasi hoax dengan tingkat
kecemasan masyarakat, namun masing-masing penelitian tersebut hanya tertuju pada daerah
tertentu yang pastinya memiliki karakteristik tersendiri terkait tema tersebut. Baik dari penyebab,
pengaruh dan seberapa besar pengaruh yang terjadi terhadap masyarakat di daerah tersebut.
Sedangkan pada penelitian kali ini ditujukan kepada masyarakat luas yang tidak berfokus pada
background tempat asal masyarakat dan berfokus pada informasi yang beredar di media sosial
dengan metode penelitian kualitatif yang terbagi atas 2 kelompok yaitu wawancara dan
observasi. Sudah banyak penelitian yang mengkaji tentang Pengaruh informasi hoax dengan
tingkat kecemasan masyarakat, namun masing-masing penelitian tersebut hanya tertuju pada
daerah tertentu yang pastinya memiliki karakteristik tersendiri terkait tema tersebut. Baik dari
penyebab, pengaruh dan seberapa besar pengaruh yang terjadi terhadap masyarakat di daerah
tersebut. Sedangkan pada penelitian kali ini ditujukan kepada masyarakat luas yang tidak
berfokus pada background tempat asal masyarakat dan berfokus pada informasi yang beredar di
media sosial dengan metode penelitian kualitatif yang terbagi atas 2 kelompok yaitu wawancara
dan observasi. Pengertian HoaksMenurut KBBI, hoaks adalah sebuah informasi bohong.
Menurut Septiaji Eko Nugroho menjelaskan bahwa hoaks adalah informasi yang direkayasa.
Informasi tersebut dibuat untuk menutupi informasi yang sebenarnya. Selain itu, hoaks
merupakan upaya memutar balikan fakta. Fakta tersebut akan diganti dengan informasi yang
meyakinkan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Beliau mengatakan bahwa hoaks
adalah tindakan mengaburkan sebuah informasi yang benar caranya dengan membanjiri suatu
media melalui pesan yang salah. Hal tersebut mengakibatkan pesan yang benar akan tertutupi.
Sedangkan menurut Profesor Muhammad Alwi Dahlan, hoaks adalah manipulasi berita yang
sengaja dilakukan dan bertujuan untuk memberikan pengakuan atau pemahaman yang salah.
Dalam berita hoaks terdapat penyelewengan fakta yang menjadi menarik perhatian.
Hoaks dan Ujaran Kebencian di Media Sosial. Media sosial sekarang digunakan sebagai
pertarungan telah mengubah wajah jejaring sosial yang ketika pertama kali muncul sebagai
sarana ventilasi dan interaksi sosial telah menjadi ruang yang memiliki banyak pertempuran
berbeda dari banyak pemain dari latar belakang yang berbeda. Jumlah orang yang berpartisipasi
dalam jejaring sosial meningkat ketika datang ke situasi atau motivasi politik karena pesertanya
tidak hanya orang biasa tetapi juga kelompok kepentingan yang berbeda seperti partai politik,
partai politik, faksi politik, elit politik, organisasi massa, pengusaha, dan lain-lain. Belakangan
ini isu politik menjadi penyebab meningkatnya kontroversi di media sosial seperti ujaran
kebencian, penistaan agama, dan lain-lain. Di era internet orang bebas menyampaikan pendapat
atau pandangannya baik secara lisan, cetak, elektronik, maupun online. Jadi ada hal yang perlu
diingat bahwa hak atas kebebasan berpendapat jika tidak dibudayakan dan beretika akan
menimbulkan akibat hukum bagi penciptanya karena setiap orang harus berhati-hati. Dan penting
untuk diperhatikan satu hal lagi, yaitu memberikan pendapat yang membuat kesal pihak lain.
Seringkali hal ini disebut dengan ujaran kebencian, yaitu suatu tindakan komunikasi yang
dilakukan oleh individu atau kelompok dalam bentuk memprovokasi, menghasut, menyinggung
individu atau kelompok lain. Secara umum, ujaran kebencian mengandung pertanyaan mengenai
aspek ras, warna kulit, suku, jenis kelamin, disabilitas, orientasi seksual, kebangsaan, agama, dan
orang berbeda. Ujaran kebencian adalah ucapan atau ekspresi verbal dan nonverbal yang
digunakan untuk merendahkan, menekan, dan menghasut kekerasan terhadap seseorang atas
dasar keanggotaannya dalam suatu kelompok sosial, perkumpulan, atau bangsa. Dengan tumbuh
dan kuatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mewaspadai bahaya yang ditimbulkan oleh
penyebaran hoaks baru dan ujaran kebencian di media sosial diharapkan masyarakat dapat lebih
bijak menggunakan jaringan sosial. Misalnya, memastikan keakuratan konten yang dibagikan,
mengklarifikasi fakta, memastikan manfaatnya, dan kemudian mendistribusikannya.
Kasus penyebaran berita hoaks dan ujaran kebencian di media sosial termasuk dalam
ranah cybercrime. Apabila penyebaran suatu berita hoaks mengandung unsur-unsur pelanggaran
sebagaimana dijelaskan dalam UU ITE, maka pelaku dapat dikenakan pidana (Rifauddin dan
Halida, 2018). Hingga saat ini, penyebaran hoaks mengenai COVID-19 di Indonesia masih
merajalela seakan tidak ada kontrol. Timbul berbagai kesimpangsiuran informasi terkait COVID-
19 dan menyebabkan kecemasan, kebingungan, hingga menyesatkan pikiran di kalangan
masyarakat. Hasil survei oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memperoleh
hasil sebagai berikut. 1. Terdapat 1991 isu hoaks COVID- 19 di 5131 unggahan media sosial
(Medsos) mulai bertepatan pada 23 Januari 2020 sampai 18 November 2021. Isu hoax dan ujaran
kebencian COVID- 19 tersebar di Facebook dengan total 4432 unggahan. Pemutusan akses telah
dilakukan pada 5004 unggahan serta 127 unggahan yang lain dalam proses tindak lanjut oleh
pihak yang berwenang. 2. Hoaks vaksinasi juga banyak dijumpai. Terdapat 390 isu hoaks
vaksinasi COVID- 19 pada 2425 unggahan media sosial. Jumlah sebaran paling banyak terdapat
pada Facebook, yakni sebanyak 2233 unggahan. Pemutusan akses sudah dicoba pada 2425
unggahan tersebut. 3. Isu terkait hoaks PPKM terdapat 48 isu pada 1167 unggahan media sosial.
Sebaran paling banyak terdapat pada Facebook, yakni hingga 1149 isu hoaks. Pemutusan akses
sudah dicoba terhadap 1003 unggahan serta 164 unggahan yang lain ditindaklanjuti oleh pihak
terkait. Beberapa contoh kasus hoaks yang muncul dan menyebar begitu cepat sebagai berikut.1.
Adanya disinformasi mengenai poster COVID- 19 yang mengajak para orang tua guna
menyumbangkan organ anak- anaknya. 2. Tersebar berita palsu menimpa negara Jepang yang
memutuskan untuk menghentikan program vaksinasi COVID- 19 serta memilih ivermectin
selaku obat yang bisa menghentikan COVID- 19 dalam semalam. 3. Pada tanggal 13 November
2021, tersebar hoaks di media sosial Facebook yang berkata bahwa orang yang disuntik vaksin
cenderung mengalami perubahan mental serta fisik. 4. Terdapat pula narasi video yang tersebar
di media sosial berbentuk potongan video berbahasa asing yang melaporkan kalau uji swab
COVID- 19 merupakan vaksinasi terselubung. 5. Pada tanggal 16 November 2021, terdapat isu
meninggalnya istri CEO Pfizer salah satu industri manufaktur vaksin COVID-19 akibat
kompilasi vaksin. Pada kasus hoaks COVID-19 ini, termasuk dalam jenis hoaks Misleading
Content atau Konten Menyesatkan dan Fabricated Content atau Konten Palsu. Dikatakan konten
menyesatkan karena dibuat sengaja oleh oknum tertentu dan menyangkut kepentingan orang
banyak. Bentuk hoaks yang disebarkan juga beragam, mulai dari gambar hingga video. Selain
itu, juga disebut konten palsu karena sangat berbahaya dan diuat untuk menipu orang banyak.
Kerugian yang diakibatkan hoaks sangat besar, informasi yang diberikan tidak dapat
dipertanggungjawabkan.

Anda mungkin juga menyukai