Anda di halaman 1dari 6

HATESPIN ANCAMAN BAGI KEDAULATAN RAKYAT INDONESIA

Sub tema : Ketahanan Siber Untuk Kedaulatan Indonesia


Oleh : Arassi Alfandi
Badan Siber dan Sandi Negara

Diantara para pembaca mungkin sudah banyak yang mengetahui tentang, apa itu Berita Hoax?
kemudian apa itu ujaran kebencian atau Hate Speech? Lalu bagaimana dengan Hate Spin, apakah
artinya dan bagaimana hal tersebut seringkali menjadi Benalu dalam Negara Demokrasi?

MEMAHAMI PERBEDAAN HOAX, HATE SPEECH DAN HATE SPIN


Tabel 1 Perbedaan Berita Hoax, Hate speech dan Hate Spin

Hoax Hate Speech Hate Spin


- KBBI = berita bohong. - Menurut Unesco, Kebencian dalam - Cherian George, selaku pengajar di
- 0xford English Dictionary = kebohongan istilah hukum cenderung untuk merujuk Hong Kong Baptist University, dalam
yang dibuat dengan tujuan jahat. pada "ekspresi yang menganjurkan bukunya Hate spin: The Manufacture
- Menurut Lynda Walsh dalam buku hasutan untuk merugikan berdasarkan of Religious Offense and Its Threat
berjudul Sins Against Science, istilah hoax target yang diidentifikasi dengan to Democracy menyatakan bahwa
atau kabar bohong, merupakan istilah kelompok sosial atau demografis hate spin adalah teknik politik
dalam bahasa Inggris yang masuk sejak tertentu". pertikaian yang secara strategis
era industri. Diperkirakan pertama kali -John K Roth professor of philosophy of memainkan hasutan dan
muncul pada 1808. asal kata 'hoax' religion at Claremont McKenna College, keterhasutan, penghinaan dan
diyakini ada sejak ratusan tahun Amerika mengartikan hatespeech sebagai ketersinggungan, secara strategis.
sebelumnya, yakni 'hocus' dari mantra Tindakan kejahatan dan ucapan
'hocus pocus'. Frasa yang kerap disebut menyinggung diarahkan kepada individu -Pelintiran kebencian
oleh pesulap, serupa 'sim salabim'. Kata karena Ras , Etnisitas , Agama , Orientasi mengeksploitasi kebebasan dalam
hoax berasal dari “hocus pocus” yang seksual kelompok Afiliasi lain. demokrasi dengan memperkuat
aslinya adalah bahasa Latin “hoc est 4. Margaret Brown L-Sica dan Jeffrey identitas-identitas kelompok sebagai
corpus”, artinya “ini adalah tubuh”. Kata Beall megartikan hates speech yang sumber daya dalam aksi-aksi kolektif
ini biasa digunakan penyihir untuk Mengwujud kan dalam banyak tindakan , yang tujuannya tidak prodemokrasi
mengklaim bahwa sesuatu adalah benar, seperti menghina , menyakiti , atau (George, 2017:7).
padahal belum tentu benar. merendahkan kelompok minoritas - George juga menyebut strategi
tertentu , dengan berbagai macam sebab hate spin merupakan teknik bermata
- Jadi kalau dirangkum dari penjelasan , baik berdasar kan Ras , Gender , Etnis , dua yang mengkombinasikan ujaran
diatas pengertian Hoax atau Pemberitaan Kecacatan , kebangsaan , Agama , kebencian (hasutan melalui tindak
palsu adalah usaha untuk menipu atau Oriantasi Seksual , atau karakteristik menyetankan kelompok lain) dengan
mengakali pembaca / pendengarnya lain. rekayasa ketersinggungan
untuk mempercayai sesuatu, padahal (menampilkan kemarahan yang
dibuat-buat).
sang pencipta berita palsu tersebut tahu - Kemudian menurut Council of Europe
bahwa berita tersebut adalah palsu. hatespeech (2012) dipahami sebagai
"semua bentuk ekspresi yang menyebar,
menghasut, mempromosikan atau
membenarkan kebencian rasial,
xenophobia, anti-semitisme atau lainnya
dalam bentuk kebencian berdasarkan
intoleransi, termasuk: intoleransi
nasionalisme agresif dan etnosentrisme,
diskriminasi dan permusuhan terhadap
kelompok minoritas migran dan orang-
orang asal imigran"

SELAYANG PANDANG
Dalam kehidupan sekarang ini berita merupakan suatu hal yang penting, karena dengan berita
manusia dapat mengetahui peristiwa aktual yang sedang terjadi baik itu yang sifatnya nasional
bahkan internasional. Pemikiran ini sejalan dengan pernyataan (Toeffler,1980) yang mengemukakan
pandangannya bahwa dunia pada saat sekarang itu (1980 - memasuki abad ke-21) sedang mengalami
pergeseran dan perubahan yang sangat mendasar terutama di bidang kebudayaan. Dengan
ditemukannya teknologi komputer, teknologi informasi, teknologi telekomunikasi, dan teknologi
mikro-elektronika, maka peradaban manusia masyarakat dunia yang pada saat dua abad ke belakang
ini ditumpu oleh kebudayaan industrial (industrialization culture), mengalami masa akhirnya dan
perlahan-lahan mengalami perubahan dan pergeseran ke arah kebudayaan informasi (information
culture).
Pada dasarnya, perkembangan kebudayaan informasi umat manusia ini tidak hanya
memberikan dampak yang positif tetapi juga memberikan dampak negatif. Salah satu perkembangan
kebudayaan informasi saat ini adalah internet. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) Tahun 2017, melakukan survey terhadap pengguna internet di Indonesia pada waktu itu telah
mencapai 143,26 juta jiwa dari total populasi Penduduk Indonesia 262 juta orang. Dengan adanya
teknologi Internet masyarakat bisa dengan bebas mendapatkan berita dan berbagi informasi serta
berkomunikasi dengan orang banyak tanpa perlu memikirkan hambatan biaya, jarak dan waktu
(Fardila, 2013). Penyampaian berita yang mudah dan cepat merupakan salah satu dampak positif
perkembangan Internet yang bisa dirasakan saat ini. Namun disatu sisi penyebaran berita juga
berdampak negatif, salah satunya adalah jika informasi yang disebarluaskan adalah berita yang
didalamnya terdapat unsur kebencian/ hate speech yang di kombinasikan dengan rekayasa
ketersinggungan yang dibuat-buat dengan sengaja.
Belum lama ini ilmu komunikasi mengajukan istilah baru berkaitan dengan Hate Speech yaitu
Hate spin. Cherian George, selaku pengajar di Hong Kong Baptist University, dalam bukunya Hate
spin: The Manufacture of Religious Offense and Its Threat to Democracy menyatakan bahwa hate
spin adalah teknik politik pertikaian yang secara strategis memainkan hasutan dan keterhasutan,
penghinaan dan ketersinggungan, secara strategis. Pelintiran kebencian mengeksploitasi kebebasan
dalam demokrasi dengan memperkuat identitas-identitas kelompok sebagai sumber daya dalam aksi-
aksi kolektif yang tujuannya tidak prodemokrasi (George, 2017:7). George juga menyebut strategi
hate spin merupakan teknik bermata dua yang mengkombinasikan ujaran kebencian (hasutan
melalui tindak menyetankan kelompok lain) dengan rekayasa ketersinggungan (menampilkan
kemarahan yang dibuat-buat) (George, 2017:357).

BAGAIMANA HATE SPIN BISA MENJADI ANCAMAN BAGI KEDAULATAN RAKYAT INDONESIA
1. Memahami bahwa Bangsa Indonesia menganut kedaulatan rakyat
- Dasar dari penjelasan tersebut, dapat dilihat di dalam Pancasila sila ke-4.
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”.
- Bukti lain bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dapat kita temukan di dalam isi
Pembukaan UUD 1945 pada alinea ke-4, yang perumusannya sebagai berikut:
“kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia, yang berdasarkan kemerdekaan dan perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
BERKEDAULATAN RAKYAT dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
bagi seluruh rakyat Indonesia”.
2. Pengertian kedaulatan Rakyat
Menurut UUD 1945 perubahan ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 Kedaulatan Rakyat adalah
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.

Intisari : Dapat dipahami bahwa Kedaulatan rakyat adalah sebuah kekuasaan yang dimiliki rakyat
yang diserahkan kepada negara agar menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya. Kedaulatan
rakyat merupakan ajaran dari demokrasi dimana kekuasaan tertinggi dalam negara ditangan
rakyat. Demokrasi oleh sebagian orang sering di maknai sebagai rule by the people, yang artinya
adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Pemilihan Umum merupakan
salah satu bentuk Perwujudan Demokrasi. Pemilihan umum sebagai sarana Demokrasi Pancasila
dimaksudkan untuk membentuk sistem kekuasaan berdasarkan kedaulatan rakyat. Pemilihan
umum adalah suatu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di lembaga
perwakilan rakyat serta merupakan salah satu bentuk pelayanan hak-hak asasi warga negara
bidang politik.
3. Hubungan antara Hate spin dengan Ancaman bagi kedaulatan Rakyat Indonesia

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa penyebab munculnya permasalahan hate spin
adalah adanya oknum yang memanfaatkan keahliannya di bidang Teknologi Informasi untuk
melakukan usaha yang dilakukan dengan sengaja untuk membuat sebuah ujaran kebencian yang
dikombinasikan dengan rekayasa ketersinggungan menjadi sebuah aksi kebencian yang
terkontrol. Direktur Pusat Studi Agama dan Demokrasi Paramadina, Ihsan Ali-Fauzi mengatakan
“demokrasi di Indonesia mendapat ancaman serius dari hate spin atau kebencian berbasis agama.
Peristiwa hate spin itu telah berhasil menggerogoti iklim demokrasi di Pilkada DKI Jakarta. Hate
spin yang terjadi di DKI Jakarta merupakan bentuk upaya memanipulasi ucapan Basuki Tjahaja
Purnama alias Ahok. Menurutnya, ada sejumlah pihak elit yang memanfaatkannya untuk
menghasut demi kepentingan politik“ (http://jateng.metrotvnews.com/peristiwa/GNl6J2Bk-
hate-spin-ancam-demokrasi indonesia).
Menurut George, pelintiran kebencian telah digunakan dalam berbagai kasus dalam proses
demokrasi di Indonesia dan sangat berpotensi digunakan kembali dalam mengupayakan
kemenangan demokrasi dengan cara-cara yang tidak demokratis. Pernyataan tersebut
menandakan bahwa kasus hate spin pada saat proses Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017
kemungkinan akan muncul kembali pada Pilkada-Pilkada berikutnya. Menurut data Bawaslu,
sebanyak 171 daerah akan menggelar pilkada secara serentak pada bulan Juni 2018. Ini
merupakan pilkada terakhir menjelang pemilihan presiden dan anggota legislatif 2019. Hal itu
dinilai sebagai arena pertarungan para bupati dan wali kota berprestasi yang hendak naik level
ke tingkat provinsi. Hal ini harus menjadi perhatian penting bagi pemerintah Indonesia, karena
bila kasus hate spin ini terus menerus terjadi tentunya akan menjadi ancaman bagi kedaulatan
rakyat Indonesia. Sistem Pemilihan umum akan menjadi sarana bagi mereka-mereka orang yang
tidak pro demokrasi untuk memenangkan salah satu kandidat pasangan calon dengan berbagai
cara yang mereka kehendaki. Hal ini melunturkan marwah dari sistem demokrasi Indonesia yang
mana seharusnya rakyat bebas memilih pemimpinnya melalui pemilu tanpa intervensi dari pihak
manapun.
SOLUSI KASUS HATE SPIN DARI CHERIAN GEORGE
1. Strategi pembuatan kebijakan dari Hulu sampai Hilir
- Kebijakan hulu ialah tindakan preventif yang mengatasi kebencian langsung ke sumbernya,
sebelum kebencian tersebut membesar dan tak terkendali. Namun ini adalah tindakan yang
spekulatif, mengingat kebanyakan fItnah justru menguap dengan sendirinya jika diabaikan.
Tindakan hulu berisiko berlebihan, membungkam pidato provokatif yang boleh jadi memiliki
nilai sosial.
- Kebijakan hilir adalah intervensi yang menunggu hingga dampak bahayanya sudah tampak
dan dekat. Gerakan reaktif seperti ini lebih kecil kemungkinannya untuk menimbulkan
kerugian. Tapi, ia juga bisa terlambat, kekerasannya mungkin berhasil dicegah tetapi ia tidak
dapat mencegah efek jangka panjang dari ujaran kebencian yang mencemari budaya.
2. PLURALISME ASERTIF UNTUK DUNIA YANG MAJEMUK
Menanggapi Indonesia yang memiliki berbagai Suku, Agama, Ras dan Golongan yang beragam,
penting bagi kita untuk mengedepankan kesetaraan daripada pengistimewaan salah satu identitas
agama dan budaya. Pluralisme asertif tidak menafikan identitas keagamaan seseorang tetapi
menuntut agar orang-orang tak menyangkal keberagaman lain. Selain itu, pluralisme asertif tidak
menafikan peran agama dalam kehidupan publik negara demokrasi. Namun, menentang keras
pandangan bahwa legitimasi dan penghormatan hanya dapat diperoleh satu agama saja serta
mengesampingkan agama lainnya.

Referensi :
1. Survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Tahun 2017;
2. George, C. (2017). Pelintiran Kebencian: Rekayasa Ketersinggungan agama dan Ancamannya bagi
demokrasi. Terj. dari Hate Spin: The Manufacture of Religious Offense and Its Threat to
Democracy. (I. Ali-Fauzi, & I. Rafsadie, Eds.) Jakarta: Pusat Studi Agama dan Demokrasi
(PUSAD);
3. http://jateng.metrotvnews.com/peristiwa/GNl6J2Bk-hate-spin-ancam-demokrasi indonesia;
4. Indeks Kerawanan Pemilu 2018.

Anda mungkin juga menyukai