Anda di halaman 1dari 4

MATA KULIAH : KONSERVASI ALAM DAN LINGKUNGAN

TUGAS KELOMPOK (6)

Luh Ade Lela Arika 183112620120016


Dirhamsyah Putra 183112620120123
Kade Aprilia Kesumawati 183112620120124
Meslina Astuti Manik 183112620126
Candra agusdi 183112620120002
Husna abdul aziz 183112620120026

EKONOMI HIJAU

Green Economy atau Ekonomi Hijau

Menurut UNEP (Badan PBB untuk Program Lingkungan Hidup) ekonomi hijau
adalah suatu model pembangunan untuk mencegah meningkatnya emisi gas rumah kaca dan
mengatasi perubahan iklim. Model ekonomi hijau berperan untuk menggantikan model
ekonomi yang boros konsumsi bahan bakar fosil, batu-bara, serta gas alam (Hidayat, 2014)

Ekonomi hijau dibangun atas dasar pengetahuan akan pentingnya ekosistem yang
menyeimbangkan aktivitas manusia sebagai pelaku ekonomi dengan ketersediaan sumber
daya alam yang terbatas. Inilah esensi ekonomi hijau. Merevitalisasi ketergantungan antara
human-economy dengan natural ekosistem yang pada akhirnya mengurangi dampak
perubahan iklim. Ekonomi hijau memiliki mesin penggerak di lapangan yang berbasis pada
energi hijau yakni energi yang terbarukan (renewable energy).

Model pembangunan ekonomi hijau diyakini akan dapat menciptakan green jobs dan
mengedepankan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Selain itu
ekonomi hijau menjadi jalan keluar bagi terciptanya lingkungan yang bersih dan bebas
polusi, mengatasi sumber daya ekstraktif melalui mekanisme efisiensi energi dan produk
ramah lingkungan, serta menghindari terjadinya degradasi lingkungan.

United Nations Environmental Program (UNEP) (2011), menyampaikan enam agenda


penting green economy untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pertama, green
economy mengakui adanya natural capital, kedua memainkan peran utama dalam
penyelesaian kemiskinan, ketiga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan keadilan
sosial, keempat menggantikan energi fosil dengan energi terbarukan, kelima mendukung
efesiensi energi dan sumber daya alam, keenam menciptakan ke kehidupan kota yang
berkelanjutan dan rendah emisi karbon, dan green economy dapat memelihara dan
merestorasi kekayaan alam.

Untuk menghindari yang disebut dengan 'kelompok pendapatan menengah' dan


menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2030, Indonesia perlu mempertahankan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun, kualitas pertumbuhan ekonomi sama
pentingnya dengan laju pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi perlu berpusat pada rakyat agar
memberikan kesejahteraan jangka panjang untuk semua warga negara di seluruh negeri.
Karakteristik ekonomi, sosial, dan lingkungan dari pertumbuhan ekonomi Indonesia akan
secara kritis mempengaruhi pembangunan berkelanjutan jangka panjang.

Penerapan ekonomi hijau di indonesia

Untuk Indonesia, pertumbuhan ekonomi hijau diharapkan memiliki lima hasil, yang
secara bersamaan membentuk Kerangka Pertumbuhan Ekonomi Hijau (Green Growth
Framework - GGF). Hasil yang diharapkan tersebut adalah:

1. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan


2. Pertumbuhan inklusif dan merata
3. Ketahanan ekonomi, social dan lingkungan
4. Ekosistem yang sehat dan produktif memberikan jasa-jasa lingkungan
5. Pengurangan emisi gas rumah kaca
Peta jalan ini mengindentifikasi peluang-peluang dan aksi-aksi yang memungkinkan
pencapaian kelima hasil yang diharapkan tersebut, yang berkontribusi pada pencapaian
Target-target Pembangunan Berkelanjutan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai saat ini dibangun dengan pesatnya ekspansi
industri berbasis sumber daya alam, khususnya pertambangan, energi, pertanian, dan
kehutanan. Pertumbuhan ekonomi terjadi dengan perubahan struktural dalam perekonomian,
termasuk pergeseran dari industri-industri primer dan perluasan sektor jasa. Namun, jalur
pertumbuhan ekonomi Indonesia juga berkontribusi pada meningkatnya masalah-masalah
sosial dan lingkungan. Tantangan ke depan adalah menjaga laju pertumbuhan ekonomi yang
cepat dengan memperbesar efisiensi sumber daya, secara inklusif dan berbasis masyarakat.

Pentingnya mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat dengan


membandingkan dua skenario. Dalam skenario 'business as usual' – berdasarkan tren terakhir
tentang intensitas sumber daya dan energy dalam perekonomian Indonesia, dan intensitas
karbon dalam persediaan energi Indonesia – tren dari dua dekade terakhir diasumsikan akan
berlanjut. Sebaliknya, skenario 'pertumbuhan ekonomi hijau' mengasumsikan perubahan
bertahap pada intensitas energi dalam perekonomian dan intensitas karbon dalam sistem
energi – kedua skenario ini telah terbukti bisa terjadi di negara-negara lain. Manfaat skenario
alternatif ini meliputi pertumbuhan ekonomi berkualitas tinggi, percepatan perubahan
struktural, percepatan peningkatan produktivitas sumber daya dan energi dan peningkatan
perlindungan lingkungan.

Pertumbuhan ekonomi hijau akan memerlukan investasi. Alasan untuk investasi


tersebut adalah untuk menghindari biaya yang lebih besar yang terkait dengan
mempertahankan status quo. Biaya-biaya ini dapat dikurangi secara signifikan oleh
pendekatan pertumbuhan ekonomi hijau, termasuk biaya kesehatan yang memburuk karena
kualitas air dan udara yang kurang baik; kerawanan pangan akibat erosi tanah, subsidensi
tanah, dan ketidakpastian ketersediaan air; dampak-dampak yang merusak dari
pertambangan, kehutanan, dan penangkapan ikan; tingkat emisi gas rumah kaca yang tinggi;
dan banjir yang semakin meluas akibat deforestasi dan sedimentasi sungai. Pertumbuhan
ekonomi hijau menawarkan jalur alternatif menuju kemakmuran – tanpa efek samping yang
buruk.

Hidayat A. 2014. MEMAHAMI GREEN ECONOMY SECARA KRITIS Bogor: PT Penerbit JPH Press

Anda mungkin juga menyukai