Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MASALAH DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERMASALAHAN YANG MUNCUL DARI ADANYA KEBIJAKAN PEMINDAHAN


IBUKOTA BARU

OLEH :
NOR MILA AYU SARDANAH
201710180311177

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020
PERMASALAHAN YANG MUNCUL DARI ADANYA KEBIJAKAN PEMINDAHAN
IBUKOTA BARU

Bisakah Indonesia mengatasi masalah yang mengganggu ibu kotanya yang sudah terlalu
padat, Jakarta, dengan memindahkan 1,5 juta orang aparatur sipil negara (ASN) ke Kalimantan
Timur? Inisiatif tersebut telah direncanakan selama beberapa dekade. Presiden Indonesia periode
2019-2024, Joko Widodo, mengumumkan bahwa pembangunan ibu kota baru akan dimulai
tahun depan, sembari menunggu persetujuan parlemen. Meskipun banyak negara di dunia yang
memiliki ibu kota yang dibangun secara khusus, seperti Malaysia, Myanmar, Australia, dan
Brasil, Indonesia adalah negara pertama yang membangun sebuah kota dengan alasan
lingkungan. Dalam beberapa bulan terakhir, Jakarta mencapai tingkat polusi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan Delhi dan Beijing, keduanya terkenal karena kualitas udaranya yang buruk.
Kemacetan lalu lintas juga terbilang parah di kota ini, berkontribusi menimbulkan kabut asap
hingga membebani ekonomi nasional sekitar Rp 100 triliun per tahun.

Namun, banjir juga bisa dikatakan sebagai masalah yang lebih buruk. Jakarta dibangun
di atas rawa dan dilewati oleh 13 aliran sungai. Kota ini semakin tenggelam oleh banjir hingga
25 sentimeter per tahun. Begitu pula tanggul laut yang dirancang untuk melindungi dataran
rendah di utara. Permintaan air minum yang tinggi, sebagian besar diekstraksi dari sumur bawah
tanah, juga berkontribusi terhadap fenomena ini. Diperkirakan 95% Jakarta akan terendam banjir
pada 2050. Seolah hal itu tidak cukup, gempa bumi dan gunung berapi juga menimbulkan
ancaman di Pulau Jawa. Sistem perkotaan cenderung akan lebih aman dari kehancuran akibat
suatu peristiwa jika Anda mendesentralisasi layanan. Membangun kota-kota baru merupakan hal
yang tampak menarik karena Anda dapat menciptakan situasi yang murni. Anda berada di ruang
kosong. Jauh lebih mudah untuk membuat sesuatu yang progresif dan meninggalkan masalah
yang lalu. Jakarta sebagai kota terbesar di Asia Tenggara, akan tetap menjadi pusat kegiatan
komersial dan keuangan Indonesia. Ini adalah suatu aglomerasi perkotaan terpadat di bumi,
tempat tinggal bagi 30 juta penduduk, dengan 10 juta penduduk di Jakarta Pusat, dan sisanya di
daerah-daerah di sekitar kota.

Apakah pemindahan ibu kota akan menimbulkan lebih banyak masalah? Memisahkan
fungsi ekonomi dan administrasi Jakarta dapat menciptakan serangkaian masalah yang berbeda
pula. Jika hal itu dapat mengakibatkan sekelompok birokrat elite membuat keputusan yang
memengaruhi orang-orang yang jauh dari mereka, baik secara geografis maupun secara sosial
ekonomi. Biaya untuk memindahkan ibu kota 1.000 km ke utara selama 10 tahun diperkirakan
mencapai Rp 466 triliun (AUS$ 48,7 miliar). Sekitar 19% dari kebutuhan dana itu merupakan
hasil kemitraan publik-swasta dan investasi swasta. Pengaturan itu dapat menciptakan
"perangkap utang" terutama jika kota ini tidak berkelanjutan secara ekonomi.Pemerintah
Indonesia menyatakan bahwa ibu kota baru akan dibangun di atas tanah negara yang ada di dekat
kota pelabuhan Balikpapan dan ibu kota provinsi Samarinda. Namun, belum jelas apakah ibu
kota baru akan diintegrasikan dengan pusat-pusat kota yang ada, seperti yang saya harapkan,
atau apakah kota itu akan dibangun sebagai daerah terpisah. Sebelumnya, Presiden Jokowi
menggambarkan lokasi ibu kota baru yang berada di pusat geografis Indonesia, sebagai lokasi
yang "sangat strategis". Namun beberapa minggu kemudian, di Kalimantan Barat dan
Kalimantan Tengah yang memproduksi minyak kelapa sawit terjadi kebakaran hutan yang sangat
merusak. Pembakaran lahan terjadi hanya sekitar sebulan setelah Presiden Jokowi
mendeklarasikan moratorium permanen deforestasi di Indonesia. Kesenjangan antara retorika
dan kenyataan ini membuat para pengamat skeptis terhadap klaim yang menyatakan bahwa ibu
kota baru akan memberikan kesempatan bagi rehabilitasi hutan di sekitar Kalimantan Timur.

Namun jika rakyat Indonesia menentang pembukaan lahan yang berlebihan, ibu kota baru
tersebut dapat memberikan kesempatan untuk menciptakan pusat kota yang disesuaikan dengan
iklim di daerah tropis. Gedung kaca dengan gaya internasional bukanlah model yang
berkelanjutan. Ada hal-hal menarik lain yang bisa dilakukan pemerintah. Misalnya,
menggunakan strategi pasif untuk menjaga bangunan tetap dingin di iklim tropis sehingga di ibu
kota baru tidak perlu pendingin udara. Hal ini dimungkinkan dengan melihat orientasi bangunan,
ventilasi silang, dan langkah-langkah untuk membuat peneduh seperti tenda, atau fasad
berlubang. Pemerintah juga bisa menemukan cara membangun yang mengacu pada cara hidup
masyarakat lokal. Desain perkotaan yang peka terhadap air mencari cara yang tepat untuk
mengintegrasikan alam di kota, menangkap air di musim hujan, mempertahankannya,
memurnikan lahan basah, dan menggunakannya di musim kemarau. Strategi tersebut bisa
digunakan untuk mencegah banjir. Adapula beberapa permasalahn pemindahan Ibukota yaitu
Pertama, keterbatasan suplai air baku. Kedua, wilayah Ibu Kota Negara dan sekitarnya merupakan
habitat dan ruang jelajah beberapa spesies kunci. Di antaranya orangutan, bekantan, beruang madu,
pesut, dan dugong.Ketiga, terdapat 109 lubang tambang yang memerlukan penanganan lebih lanjut.
Lalu keempat, Kalimantan Timur memiliki ecological footprint tinggi di Kali mantan. 

Institute for Development of Economic and Finance atau Indef menemukan berbagai
dampak negatif dari rencana pemindahan ibu kota negara ke Pulau Kalimantan. Temuan ini
berasal dari riset simulasi yang dilakukan oleh Indef menggunakan model ekonomi
keseimbangan umum atau Model CGE (Computable General Equilibrium). “Pemindahan
tersebut tidak memberikan dampak apa-apa terhadap pertumbuhan PDB riil dan GNE (Gross
National Expenditure) riilnya,” kata peneliti Indef, Rizal Taufikurahman, dalam paparannya di
ITS Tower, Jakarta Selatan, Jumat, 23 Agustus 2019.Dengan demikian, pemindahan ibu kota ini
tidak cukup kuat untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Adapun dalam riset ini, Indef
menjadikan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur sebagai simulasi dua daerah calon ibu
kota baru. Selama ini, dua daerah inilah yang digadang-gadang menjadi ibu kota baru pilihan
Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Dalam skenario pertama yaitu Kalimantan Tengah. Riset
Indef menemukan pemindahan ibu kota ke provinsi ini berdampak 1,77 persen terhadap PDRB
atau Pendapatan Domestik Regional Bruto di Kalimantan Tengah. Namun, kontribusinya pada
PDB nasional hanya 0,0001 persen. Sebaliknya, pemindahan ibu kota ini berkontribusi negatif
pada PDRB provinsi lain hingga 0,04 persen.
Sementara itu dalam skenario kedua, Kalimantan Timur. Jika dipindahkan ke daerah ini,
dampaknya pada PDB nasional sama sekali tak ada alias 0 persen. Sementara, dampak pada
PDRB Kalimantan Timur meningkat hingga 0,24 persen. Lalu, dampak negatif dirasakan pada
provinsi lain, kecuali Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, dan Papua dari sisi PDRB.Selain
itu, kata Rizal, pemindahan ibu kota juga menstimulus turunnya jumlah output di hampir semua
sektor tradable-goods yang berbasis sumber daya alam. Sebaliknya, sektor yang meningkat
justru ada pada non-tradable goods yang terhitung bukan sektor produktif. Di antaranya yaitu
administrasi, pertahanan, pendidikan dan kesehatan, hingga kertas dan publikasi.Malahan, kata
Rizal, pemindahan ibu kota ke Kalimantan Tengah ataupun Kalimantan Timur akan mengerek
harga barang di kedua daerah tersebut, Sebab, akan ada tambahan sekitar 2 juta lebih penduduk
dan membuat permintaan terhadap barang meningkat. Jika suplainya terbatas, maka harga pun
akan otomatis naik. “Kalau terjadi secara bersamaan, maka akan terjadi inflasi,”

Namun, memindahkan ibu kota negara ke pulau Kalimantan yang memiliki sejumlah
besar lahan gambut yang mudah terbakar meningkatkan risiko kebakaran hutan dan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan secara signifikan. Selain itu, pemindahan ibu
kota tidak menjamin masalah lingkungan di Jakarta akan terselesaikan. Lokasi yang terpilih
sebagai ibu kota baru tidak jauh dari danau Mahakam, yang merupakan lahan gambut dan habitat
bagi beberapa spesies langka dan dilindungi, antara lain lumba-lumba Irrawaddy (Orcaella
brevirostris) atau pesut. Kebakaran di lahan gambut menjadi sumber asap pekat yang
menyelimuti berbagai wilayah Indonesia, termasuk pada tahun ini. Untuk membangun sebuah
kota baru, pemerintah perlu membuka lahan untuk membangun kantor pemerintahan, perumahan
dan infrastruktur lainnya yang dibutuhkan. Laporan media menyebutkan pemerintah Indonesia
telah menyediakan 180.000 hektare tanah untuk pembangunan kota baru tersebut.Maka, tidak
mengherankan apabila organisasi lingkungan seperti Greenpeace Indonesia khawatirakan
dampak dari pembangunan fisik ibu kota negara yang baru terhadap hutan dan spesies di
dalamnya, seperti orang utan.

Harapannya adalah bahwa membangun ‘kota pintar di hutan’ di Kabupaten Penajam


Paser Utara dan Kutai Kartanegara akan meringankan berbagai masalah di Jakarta. Tapi hal
tersebut tidak sesederhana itu. EPA/Stringer. Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo telah
resmi mengumumkan Kalimantan Timur sebagai lokasi yang direncanakan menggantikan
Jakarta sebagai ibu kota negara. Rencana untuk membangun ‘kota pintar di hutan’ di Penajam
Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, diperkirakan akan meringankan beban
Jakarta). Jakarta yang memiliki 10 juta penduduk masih bergulat dengan masalah polusi,
kemacetan, banjir, hingga ancaman tenggelam. Namun, memindahkan ibu kota negara ke pulau
Kalimantan yang memiliki sejumlah besar lahan gambut yang mudah terbakar meningkatkan
risiko kebakaran hutan dan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan secara signifikan.
Selain itu, pemindahan ibu kota tidak menjamin masalah lingkungan di Jakarta akan
terselesaikan. Lokasi yang terpilih sebagai ibu kota baru tidak jauh dari danau Mahakam, yang
merupakan lahan gambut dan habitat bagi beberapa spesies langka dan dilindungi, antara lain
lumba-lumba Irrawaddy (Orcaella brevirostris) atau pesut. Kebakaran di lahan gambut menjadi
sumber asap pekat yang menyelimuti berbagai wilayah Indonesia, termasuk pada tahun ini.Untuk
membangun sebuah kota baru, pemerintah perlu membuka lahan untuk membangun kantor
pemerintahan, perumahan dan infrastruktur lainnya yang dibutuhkan. Laporan media
menyebutkan pemerintah Indonesia telah menyediakan 180.000 hektare tanah untuk
pembangunan kota baru tersebut.Maka, tidak mengherankan apabila organisasi lingkungan
seperti Greenpeace Indonesia khawatirakan dampak dari pembangunan fisik ibu kota negara
yang baru terhadap hutan dan spesies di dalamnya, seperti orang utan.Dampak langsung dari
pembangunan kota pada hutan, sayangnya, hanya salah satu dari banyak dampak negatif pada
lingkungan dan bahkan bukan yang paling signifikan.Setidaknya satu setengah juta pegawai
negeri akan pindah ke ibu kota negara yang baru. Sementara itu, dengan populasi 900.000 jiwa
saat ini, wilayah Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara sudah memberi dampak pada
lingkungan sekitar.Populasi yang meningkat pesat di dekat danau Mahakam akan meningkatkan
risiko kebakaran lahan gambut di daerah itu. Semakin banyaknya orang yang bermigrasi ke ibu
kota negara baru akan mendorong ekspansi lahan pertanian karena permintaan makanan
meningkat.Dan orang masih sering membakar lahan untuk ekspansi pertanian meskipun ada
larangan penggunaan api untuk pembukaan lahan di Indonesia.

Ada dampak positif pemindahan ibu kota dapat dirasakan baik pelaku ekonomi makro
maupun masyarakat yang menjadi pegiat ekonomi mikro."Ada beberapa aspek, yang pasti
kegiatan pertanian di Kaltim maupun daerah sekitar akan meningkat karena kebutuhan produk
pertanian meningkat, lalu infrastruktur penghubung antar provinsi di Kalimantan akan
meningkat,". Ia juga menilai bisnis sektor pemukiman di daerah sekitar ibu kota dapat meningkat
disebabkan tingginya permintaan karena datangnya Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pegawai-
pegawai swasta yang bekerja di daerah ibu kota."Selain 3 itu, bisnis layanan dan jasa di daerah
ibu kota baru dan sekitarnya juga pasti berdampak positif. Karena demand-nya ada,"

Ada pula beberapa dampak negatif secara ekonomi dari kebijakan pemindahan ibu kota
ke Kalimantan Timur. Dampak negatif yang ia maksud dapat memengaruhi perekonomian
berskala nasional. "Salah satu yang harus diwaspadai pemerintah dalam memindahkan ibu kota
adalah dampak inflasi. Karena jika perpindahan dilakukan dengan mendadak dan cepat,
perekonomian regional dan nasional bisa mengalami shock, goncangan,", kesenjangan kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM) daerah yang masih terjadi antara Pulau Jawa dengan daerah-
daerah lain termasuk Kalimantan."Hal yang harus diwaspadai juga mengenai SDM ini, karena
katakanlah kalau masyarakat kawasan ibu kota baru belum siap, ujung-ujungnya masyarakat di
Jakarta atau kawasan SDM maju yang diserap, bukan masyarakat setempat," pemerintah tidak
perlu terlalu terburu-buru menjalankan kebijakan pemindahan ibu kota. Ia juga menyoroti alasan
pemerataan pembangunan sebagai afirmasi kebijakan tersebut. "Dulu semangat pemerataan
pembangunan setelah masa reformasi adalah  desentralisasi fiskal melalui otonomi daerah. Nah
seharusnya cara-cara seperti ini bisa menjadi fokus pemerintah daripada langsung memutuskan
pemindahan ibu kota yang menelan biaya dan shock ekonomi yang besar,"

Presiden menyebut ibukota baru dibangun lembaga pendidikan tinggi kelas dunia yang
menciptakan talenta top global secara tepat. Juga pusat riset dan inovasi kelas dunia yang
menjadikan ibukota baru menjadi Global Innovation Hub, menjadi titik temu inovasi
global.“Sudah saatnya talenta-talenta Indonesia, talenta-talenta global berkolaborasi
mengembangkan smart energy, smart health, smart food production yang akan menciptakan
lapangan kerja baru bagi anak-anak muda kita, serta mendorong usaha mikro, usaha kecil, usaha
menengah kita untuk masuk dan terintegrasi dengan global value chain,” ucap Presiden.
Selain itu Jokowi menegaskan proses pembangunan ibukota baru harus smart. “Kita harus
meninggalkan cara berpikir lama yang selalu melihat semuanya dari sisi anggaran, melihat
semuanya dari sisi biaya, kita harus berani menggunakan cara-cara baru yang lebih kreatif,
termasuk dalam pemanfaatan teknologi-teknologi inovasi, dengan bantuan talenta-talenta hebat
yang kita miliki, yang berada di dalam negeri maupun saat ini belajar di berbagai negara di luar
negeri,” ujarnya. Terpisah, kalangan masyarakat sipil mengkritik rencana perpindahan ibukota
itu karena praktiknya menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan hidup, sosial, dan
masyarakat adat/lokal. Kepala Departemen Advokasi Walhi, Zenzi Suhadi, mengatakan
perpindahan ibukota bukan berarti memindahkan beban yang diampu Jakarta, tapi
menduplikasinya ke daerah lain. Klaim pemerintah yang menyebut Kalimantan Timur relatif
aman dari bencana sehingga cocok digunakan sebagai lokasi ibukota baru dinilai tidak tepat
karena di wilayah tersebut rawan kebakaran hutan, tsunami, bahkan pernah mengalami gempa
bumi.

Zenzi menilai rencana perpindahan ibukota lebih menguntungkan kalangan pengusaha


dan pebisnis. Misalnya di sektor properti, mereka butuh ruang baru untuk berkembang karena di
Jakarta sudah jenuh di mana harga tanah sudah sangat tinggi. Pemilik konsesi industri
perkebunan, kehutanan, dan pertambangan juga diuntungkan karena mereka sudah memiliki
lahan di tempat tersebut. perpindahan ibukota ini tidak memberi keuntungan bagi masyarakat,
yang terjadi justru sebaliknya yakni bakal merampas ruang hidup. Koalisi mencatat mega proyek
itu membutuhkan lahan sekitar 180.000 hektar di kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan
Kabupaten Kutai Kertanegara, provinsi Kalimantan Timur. Melalui sejumlah regulasi seperti
Inpres No.5 Tahun 2019 pelepasan kawasan hutan dapat dilakukan dengan mudah, termasuk
untuk membangun ibukota baru. Artinya, masyarakat yang selama ini memanfaatkan hutan
seperti masyarakat hukum adat dan masyarakat lokal ruang hidupnya terancam. engingatkan
sampai saat ini pemerintah belum memiliki kajian yang lengkap terkait rencana perpindahan
ibukota dan dampaknya terhadap sosial dan lingkungan hidup. Presiden Jokowi menyebut
perpindahan ibukota ini harus menggunakan cara berpikir baru, tapi Zenzi tidak melihat
implementasinya di lapangan.

Ada pula sector yang penting bagi suatu negara yaitu sector ekonomi, Sektor ekonomi
sangatlah penting bagi suatu negrara. Bagaimana tidak, dari sektor ekonomilah berbagai
keperluan negara dapat dipenuhi. Pemindahan Ibukota Negara Indonesia direncanakan ke
Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Alasannya adalah karena
resiko bencana yang minim, kawasan tersebut juga dinilai cukup strategis diantara kota-kota
yang berkembang, yakni Kota Balikpapan dan Samarinda. Dalam Rencana pemindahan ibukota
ini, diproyeksikan dapat menumbuhkan berbagai sektor di wilayah Kalimantan Timur. Melihat
kawasan Kalimantan Timur memiliki banyak sekali potensi yang dapat dikembangkan dan di
olah guna menunjang perekonomian negara. Sektor ekonomi sangatlah penting bagi suatu
negrara. Bagaimana tidak, dari sektor ekonomilah berbagai keperluan negara dapat dipenuhi.
Pemindahan Ibukota Negara Indonesia direncanakan ke Kabupaten Penajam Paser Utara dan
Kabupaten Kutai Kartanegara. Alasannya adalah karena resiko bencana yang minim, kawasan
tersebut juga dinilai cukup strategis diantara kota-kota yang berkembang, yakni Kota Balikpapan
dan Samarinda. Dalam Rencana pemindahan ibukota ini, diproyeksikan dapat menumbuhkan
berbagai sektor di wilayah Kalimantan Timur. Melihat kawasan Kalimantan Timur memiliki
banyak sekali potensi yang dapat dikembangkan dan di olah guna menunjang perekonomian
negara.

Deputi Pengembangan Regional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)


menyatakan bahwa Sektor Jasa akan menjadi tumpuan utama dalam perkembangan ekonomi di
wilayah tersebut. Sektor jasa tersebut mencakup pelayanan bidang kesehatan, pendidikan, jasa
umum, dll sedangkan untuk sektor lainnya akan iku berkembang diperkirakan saat proyek
pemindahan ibukota telah rampung. Bappenas juga sudah meneliti mengenai pemekaran dampak
yang akan terjadi pada lokasi ibukota negara yang baru yakni dengan melihat adanya asumsi
variable dan menentukan wilayah yang paling member tarikan dan  membawa dampak
pertumbuhan ke sekitarnya guna bermanfaat untuk perekonomian nasional. Dalam kajian yang
telah dilakukan oleh bappenas, pemindahan ibukota mampu meningkatkan perekonomian 0,1-
0,2% karena adanya dorongan investasi baru.

Beberapa hal juga perlu diperhatikan seperti pemanfaatan SDM proyek. Sebaran tenaga
kerja yang ikut andil dalam proyek pemindahan ibukota tersebut 56% berasal dari Pulau Jawa
sedangkan sisanya berasal dari luar Pulau Jawa. Kalimantan sendiri hanya menyumbang 8% dari
total jumlah pekerja proyek. Dalam prosesnya, di Kalimantan sendiri untuk hal material dan
peralatan kontruksi, telah tersedia beberapa alat berat sedangkan untuk material seperti semen,
pasir, baja kontruksi, baja ringan, dan beton pracetak pemenuhannya memerlukan biaya yang
tidak sedikit dan sebagian dari material itu belum tersedia. Kekurangan bahan baku ini menuntut
pemerintah melakukan impor dari Pulau Jawa. Pemindahan ibukota juga berpengaruh terhadap
inflasi hanya saja karena proyek ini dilakukan secara bertahap maka dampak yang ditimbulkan
tidak terlalu signifikan. Untuk dampak yang akan terjadi pada pertumbuhan ekonomi, tergantung
dari tahapan perencanaan. Apabila perencanaan yang dilakukan benar-benar matang, efek
pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat tumbuh dalam kurun waktu 5 tahun. Melihat dari
contoh-contoh negara lain yang juga melakukan pemindahan ibukota dimana efek pertumbuhan
yang negara mereka rasakan dapat lebih lama dari itu yakni sekitar 10 tahun kemudian.

Anda mungkin juga menyukai