Anda di halaman 1dari 7

Pro-Kontra Pemindahan IKN

IKN merupakan salah satu mega proyek pada masa kepemimpinan Jokowi periode kedua ini.
Mimpi memiliki Ibu Kota Negara (IKN) baru tampaknya akan terwujud. Mengutip dari Jawa Pos
pada 19 Januari 2022, DPR RI telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang Ibu Kota Negara
(RUU IKN) menjadi Undang-Undang. Artinya, langkah awal dari kesepakatan untuk
memindahkan IKN telah disepakati dan konsesus politik itu menjadi awal bagi pembangunan
IKN yang diberi nama “Nusantara”. Pihak eksekutif dan legislatif telah sepakat bahwa DKI
Jakarta tidak lagi memadai sebagai IKN karena masalah-masalah perkotaannya yang cukup
banyak. Undang-Undang IKN nantinya memberikan kepastian hukum kepada pihak ketiga yang
mengikuti skema pembiayaan IKN baru. Kendati sudah memiliki payung hukum yang jelas
untuk memindahkan Ibu Kota Negara, pro dan kontra masih ramai berdatangan dari berbagai
pihak.

Undang-undang No. 29 tahun 2007 menetapkan bahwa Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai
Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia1. Provinsi DKI Jakarta dalam
kedudukannya sebagai Ibu Kota NKRI dan sekaligus berfungsi sebagai daerah otonom pada
tingkat provinsi selalu berhadapan dengan berbagai permasalahan diantaranya urbanisasi,
keamanan, transportasi, lingkungan, pengelolaan kawasan khusus, dan masalah sosial
kemasyarakatan lain yang memerlukan pemecahan masalah secara sinergis melalui berbagai
instrumen. Permasalahan tersebut muncul karena Jakarta tidak hanya menjadi pusat
pemerintahan akan tetapi juga menjadi pusat semua aktivitas antara lain pusat perdagangan,
pusat jasa keuangan, pusat jasa perusahaan, pusat jasa pendidikan, dan apabila dilihat melalui
konteks Wilayah Metropolitan Jakarta (Jabodetabek) menjadi pusat industri pengolahan. Posisi
Kota Jakarta yang menjadi pusat segalanya menjadi daya tarik yang besar bagi masyarakat untuk
mendapatkan lapangan pekerjaan, pendidikan dan berbagai fasilitas lainnya yang menyebabkan
Jakarta terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, baik disebabkan pertumbuhan alami
maupun faktor migrasi.

1
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Ibu Kota Negara.
Masalah lain juga muncul dari rasio inftastruktur jalan di wilayah DKI Jakarta hanya 5,42% dari
luas wilayah, sementara idealnya seharusnya 15% dari luas wilayahnya 2. Hal ini menyebabkan
kemacetan yang sangat tinggi dan kecepatan rata-rata hanya mencapai 10-20 km per jam dalam
wilayah Jakarta atau 16km per jam pada jam sibuk (peak hour), dan hanya 19 km per jam dalam
wilayah jabodetabek.

2
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Ibu Kota Negara.
Jakarta juga menempati peringkat ke 7 sebagai kota dengan tingkat kemacetan tertinggi di dunia,
dengan tingkat kemacetan sebesar 53%. (Hasil Survei Tomtom Traffic Indeks, 2018).

Keterbatasan suplai air baku dan penurunan muka tanah juga merupakan masalah yang ada di
Jakarta. Diketahui bahwa 61% air sungai, 57% air waduk dan 12% air tanah sudah tercemar
berat sehingga berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Jakarta pun sangat rentan terhadap sampak
perubahan iklim disebabkan posisi geografisnya pada bagian utara pantai Jawa, sehingga rawan
terpapar banjir dan naiknya muka air laut. Jakarta merupakan muara dari 2 kanal utama yaitu
Kanal
Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur serta 13 sungai, dan hamper 73% kelurahan di Jakarta
dilalui sungai, menyebabkannya potensi tinggi terhadap banjir. Banjir hampir selalu terjadi pada
musim
penghujan, dan banjir besar terjadi pada tahun 2002, 2007 dan 2013 . Banjir terbesar tahun 2007
menenggelamkan 40% kota, membunuh 80 orang, dan mengungsikan sekitar 350.000 orang
(Brinkman and Hartman, 2010). Sekitar 50% wilayah Jakarta memiliki tingkat keamanan banjir
di bawah 10 tahunan, jauh dari kondisi ideal untuk kota besar yaitu minimum 50 tahunan.
Wilayah Jakarta yang rawan banjir sebagian besar terletak pada bagian utara yang merupakan
pesisir Kota Jakarta. Daerah yang rawan banjir tersebut tergolong ke dalam klasifikasi rawan
banjir tinggi dengan jumlah rata-rata pengungsi lebih dari 500 jiwa. Selain daerah yang berada di
pesisir, daerah lainnya yang tergolong ke dalam daerah rawan banjir adalah pada sekitar Daerah
Aliran Sungai.
Beberapa permasalahan tersebut mendorong masyarakat untuk mendukung pemindahan Ibu Kota
Negara. Pemindahan Ibu Kota Negara disambut positif. Berdasarkan jejak pendapat yang
dilakukan oleh kompas, 66,2% setuju perihal pemindahan Ibu Kota Negara. Alasan masyarakat
menyetujui pemindahan ini didominasi oleh kondisi Jakarta yang dianggap sudah tidak layak
sebagai ibu kota. (Taufiq, 2019)
Sejak wacana pemindahan ibu kota disampaikan ke publik, tak lama setelah itu Rendy A.
Diningrat meuliskan analisanya terkait tata kota dan menyebut rencana pemerintah kurang
matang karena logika di balik dua alasan yang dipakai untuk memindahkan ibu kota ke luar
Jakarta – pemerataan dan daya dukung Jakarta – masih lemah 3. Kemudian, pemindahan Ibu Kota
dinilai penting agar letaknya di tengah – katanya. Hal ini juga disanggah oleh peneliti LIPI
(sekarang BRIN), Dwitanti Kusumaningrum, dalam tulisannya. Menurut beliau bahwa penentuan
lokasi Ibu Kota bukan hanya terkait posisi lokasi di dalam wilayah negara, tetapi juga
menimbang kemampuan lokasi tersebut untuk berkembang secara organik menjadi pusat, beik
dari segi aksesibilitas fisik maupun budayanya. Ia juga menjelaskan bahwa selama ini kota
diproduksi dengan logika ideal manusia yang utopis: desain kota menentukan di mana dan
bagaimana kota tumbuh serta menjalankan fungsinya sesuai rencana. Padahal, kota-kota besar di
seluruh dunia tidak tumbuh sebagaimana imajinasi dalam ruang ideal, karena pada hakikatnya
kota tumbuh dalam ruang organik dinamis, tempat simpul akses dan sumber daya berada.
Beberapa Ibu Kota yang dipindahkan ke titik tengah negara, seperti Ankara dan Brasil walaupun
sudah dipindahkan pada kenyataannya belum bisa terbebas dari berbagai masalah perkotaannya.

Dalam hal naskah akademik, Prof. Sulfikar Amir, Ph. D., yang merupakah seorang Associate
Professor of Science, Technology, and Society di Nanyang Technology University, Singapura
menilai bahwa Naskah Akademik IKN Baru dinilai terlalu dangkal.

“mestinya sebuah naskah akademik, yang jadi alasan sebuah kebijakan dengan biaya besar, yang
membutuhkan sumber daya luar biasam ditulis jauh lebih serius. Naskah akademik harusnya
sama seperti sebuah disertasi S3, PhD. Di mana kajian literaturnya kaya, metodologinya valid,
alasan-alasan dikemukakan itu masuk akal, berdasarkan pertimbangan yang rasional”, ujarnya.

Selain itu, sentimen juga diutarakan melalui kanal Twitter. Menurut rekam Tirto, sentimen
masyarakat yang tercermin lewat cuitan dengan kata kunci “Ibu Kota Negara” yang dianalisa
selama 7 hari (20-26 Agustus 2022), dikumpulan sebanyak 34.592 cuitan dalam bahasa
Indonesia. Dari hasil analisis tersebut, diketahui bahwa cuitan di Twitter ditemukan sebanyak
40,1% sentimen negatif, 21,9% sentimen positif, kemudian 27,0% cuitan tidak dinilai dan 11,1%
merupakan sentimen netral.

3
Garnesia Irma. 18 Februari 2022. Kritik Akademik dan Analisis Sentimen Pemindahan Ibukota.
https://tirto.id/kritik-akademik-dan-analisis-sentimen-pemindahan-ibukota-goTW. Diaksees pada 22 Agustus 2022
Tanggapan Warga Setempat Perihal IKN

Penolakan juga datang dari warga lokal setempat dimana Ibu Kota Negara baru akan dibangun.
Suku asli Penajam Paser Utara menyebutkan patok-patok wilayah IKN Nusantara menerobos
tanah adat yang mereka kerjakan secara turun temurun. Aliansi Masyarakat Adat Nusantara
(AMAN) dan sejumlah NGO memperingatkan potensi konflik yang kemungkinan melibatkan
16.800 orang dari 21 masyarakat adat di sekitar IKN Nusantara. Kepala Suku Adat Paser Balik,
Sabukdin memperkiranakn di Kecamatan Sepaku – lokasi IKN Nusantara, terdapat 5.000-6.000
hektar lahan nenek moyang yang belum mendapatkan sertifikat kepemilikan. Lahan-lahan itu
disebuk Sabukdin sebagai satu-satunya “penopang hidup” karena banyak hutan yang dibabad
habis.
Referensi

Intihaulkhiyaroh. 12 Februari 2022. Selayang Pandang Tentang Ibu Kota Negara Nusantara.
http://iai-tabah.ac.id/selayang-pandang-tentang-ibu-kota-negara-nusantara/. (Diakses pada 22
Agustus 2022)

Panitia Khusus. 18 Januari 2022. UU IKN Sebagai Landasan Hukum Ibu Kota Baru
https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/37053/t/UU+IKN+Sebagai+Landasan+Hukum+Ibu+Kota+
Baru. (Diakses pada 22 Agustus 2022)

Suparto, Agus. 14 Maret 2022. IKN Nusantara: ‘Anak-anak Saya Mau Tinggal Di Mana’, Suku
Asli yang Merasa Dilewatkan ketika Presiden Joko Widodo Berkemah.
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-60739196. (Diakses pada 22 Agustus 2022)

Garnesia, Irma. 18 Februari 2022. Kritik Akademik dan Analisis Sentimen Pemindahan Ibukota.
Diaksees pada 22 Agustus 2022

Garnesia, Irma. 18 Februari 2022. Kritik Akademik dan Analisis Sentimen Pemindahan Ibukota
https://tirto.id/kritik-akademik-dan-analisis-sentimen-pemindahan-ibukota-goTW. (Diakses pada
22 Agustus 2022)

Anda mungkin juga menyukai