Anda di halaman 1dari 7

Konsep Smart village yang diadopsi dari Konsep Smart city

Robby Cahyanto/NPM.1406598554

Perkembangan teknologi yang semakin pintar membuat konsep smart tak hanya
diterapkan pada berbagai perangkat (gadget), tetapi pada berbagai sistem atau tatanan
kehidupan nyata. Salah satunya yang mencuat akhir-akhir ini adalah konsep smart
city. Konsep yang disebut sebagai kota pintar ini adalah konsep yang mengetengahkan
sebuah tatanan kota cerdas yang bisa berperan dalam memudahkan masyarakat untuk
mendapatkan informasi secara cepat dan tepat. Selain itu, konsep smart city juga
memang dihadirkan sebagai jawaban untuk pengelolaan sumber daya secara efisien,
yang mengintegrasikan informasi secara langsung dengan masyarakat perkotaan.

1. Indikator Smart City


Konsep smart city awalnya diciptakan oleh perusahaan IBM. Sebelumnya berbagai nama
sempat dibahas para ahli dunia dengan nama digital city atau smart city. Intinya smart
city ini menggunakan teknologi informasi (TI) untuk menjalankan roda kehidupan kota
yang lebih efisien. Versi IBM, smart city adalah sebuah kota yang instrumennya saling
berhubungan dan berfungsi cerdas. Pada awalnya IBM memperkenalkan konsep smart
city untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Untuk menyukseskan
konsep smart city, IBM membuat 6 (enam) indikator yang harus dicapai. Keenam
indikator tersebut adalah: (1) masyarakat penghuni kota, (2) lingkungan, (3) prasarana,
(4) ekonomi, (5) mobilitas, serta (6) konsep smart living.

Dengan mengoptimalkan keenam indikator tersebut, konsep smart city bukan lagi
sebuah wacana belaka. Namun, perlu diingat, keenam indikator ini bisa lebih difokuskan
atau dimaksimalkan salah satunya. Misalnya, kota Copenhagen. Kota yang ada di
Denmark ini memfokuskan diri untuk pengoptimalan bidang lingkungan. Karena hal ini,
Copenhagen dianggap sebagai salah satu kota pintar di dunia. Predikat smart city juga
dimiliki oleh Seoul. Ibu Kota Korea Selatan tersebut fokus pada pelayanan publik pada
bidang teknologi informasi (TI). Tidak aneh jika kota ini memiliki jaringan internet
tercepat di dunia.

Smart city saat ini menjadi sebuah impian dari hampir semua Negara di dunia. Dengan
smart city, berbagai macam data dan informasi yang berada di setiap sudut kota dapat

1
dikumpulkan melalui sensor yang terpasang di setiap sudut kota, dianalisis dengan
aplikasi cerdas, selanjutnya disajikan sesuai dengan kebutuhan pengguna melalui
aplikasi yang dapat diakses oleh berbagai jenis gadget. Melalui gadgetnya, secara
interaktif pengguna juga dapat menjadi sumber data, mereka mengirim informasi ke
pusat data untuk dikonsumsi oleh pengguna yang lain.

(Sumber: http://www2.alcatel-lucent.com/techzine/wp-content/uploads/2014/11/smart-
cities_graphic2.jpg)

Gambar 1. Enam Dimensi Konsep Smart City

Konsep smart city:


1. Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk,
pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup.
2. Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur termasuk
jalan, jembatan, terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara, pelabuhan,
komunikasi, air, listrik, dan pengelolaan gedung. Dengan begitu dapat
mengoptomalkan sumber daya yang dimilikinya serta merencanakan
pencegahannya. Kegiatan pemeliharaan dan keamanan dipercayakan kepada
penduduknya.
3. Smart city dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT, infrastruktur
social, dan bisnis infrastruktur untuk meningkatkan kecerdasan kota.
4. Smart city membuat kota lebih efisien dan layak huni.

2
5. Penggunaan smart computing untuk membuat smart city dan fasilitasnya meliputi
pendidikan, kesehatan, keselamatan umum, transportasi yang lebih cerdas, saling
berhubungan dan efisien.

2. Penerapan Smart City di Indonesia


Konsep smart city ini kini menjadi impian banyak kota besar di Indonesia. Konsep ini
dianggap sebagai solusi dalam mengatasi kemacetan yang merayap, sampah yang
berserakan, ataupun pemantau kondisi lingkungan di suatu tempat. Perjalanan menuju
konsep smart city ini juga sudah mulai berjalan pelan-pelan. Dukungan aplikasi yang
terus berkembang serta terciptanya ekosistem kreatif di bidang teknologi, merupakan
langkah awal yang baik menuju kota pintar.

Jika ada enam indikator untuk membuat kesuksesan sebuah smart city, maka hal
tersebut harus dilengkapi dengan adanya elemen pendukung. elemen pendukung
tersebut meliputi 5 (lima) teknologi pintar, yaitu: (1) sensor pintar, (2) komunikasi dari
satu mesin ke mesin lain, (3) komputasi awan, (4) media social, dan (5) teknologi
Geographical Information System (GIS).

Konsep smart city lebih luas dari digital city, karena smart city (Kota pintar) diidentifikasi
pada enam sumbu utama atau dimensi yaitu : (1) smart economy; (2) smart
environment; (3) smart government; (4) smart living; (5) smart mobility; dan (6) smart
people. Selain itu, untuk menjalankan smart city diperlukan lima elemen pendukung,
yaitu: (1) smart sensors (sensor pintar), (2) machine to machine communication
(komunikasi dari satu mesin ke mesin lain), (3) cloud computing (komputasi awan), (4)
social media (media social), dan (5) Geographical Information System technology
implementation (penerapan teknologi GIS). Faktor utama dalam smart city adalah
pasokan energy listrik (power plan) nonstop dan aman.

2.1. Smart Economy (ekonomi pintar, berupa inovasi dan persaingan). Arah
pembangunan sumber daya manusia dan IPTEK melalui peningkatan akses,
pemerataan, relevansi, dan mutu layanan sosial dasar. Fokusnya pada
peningkatan kualitas dan daya saing tenaga kerja masyarakat menuju persaingan
nasional dan global; pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk;
peningkatan partisipasi masyarakat di segala bidang. Program pemberdayaan

3
masyarakat termasuk UMKM dan koperasi perlu digalakkan untuk mendorong
inovasi dan mengantisipasi persaingan usaha. Melonjaknya jumlah pelaku usaha
belakangan ini tentunya mengakibatkan persaingan pasar menjadi semakin ketat.
Bahkan sekarang ini persaingan antara pengusaha yang satu dengan pelaku usaha
lainnya sudah dalam kondisi yang semakin kompleks, sehingga masing-masing
perusahaan kini berlomba menciptakan inovasi-inovasi baru untuk
mempertahankan eksistensi bisnisnya.

2.2. Smart Mobility (Mobilitas pintar dalam hal transportasi dan infrastruktur). Arah
pembangunan infrastruktur diwujudkan melalui penguatan sistem perencanaan
infrastruktur kota; pengembangan aliran sungai; peningkatan kualitas dan
kuantitas air bersih; pengembangan sistem transportasi; pengembangan
perumahan dan permukiman; dan peningkatan konsistensi pengendalian
pembangunan infrastruktur. Dengan ketersediaan sarana/prasarana transportasi
dan infrastruktur yang memadai akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat
dan sekaligus dapat mengundang investor. Hal ini akan mendorong
pengembangan pariwisata, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Pengelolaan infrastruktur kota yang dikembangkan di
masa depan merupakan sebuah sistern pengelolaan terpadu dan diorientasikan
untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan publik. Perimbangan
keterlibatan tiga stakeholders utama, yaitu: (1) pemerintah, (2) masyarakat, dan
(3) swasta merupakan hal yang mutlak harus dilakukan.

2.3. Smart People (Masyarakat pintar, terkait kreativitas dan modal sosial)
Pembangunan senantiasa membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic
capital), modal manusia (human capital) maupun modal sosial (social capital).
Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka dalam mengembangkan
usahanya. Modal sosial termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan, gotong
royong, toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling menerima serta
kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi
melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap
kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya

4
keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan. Tata nilai ini perlu
dipertahankan dalam kehidupan sosial masyaraka.

2.4. Smart Environment (Lingkungan pintar, meliputi keberlanjutan dan sumber daya).
Kerusakan yang berdampak pada menurunnya mutu lingkungan pada dasarnya
adalah akibat kelalaian atau kesengajaan oleh masyarakat, swasta, dan
pemerintah, seperti kawasan yang seharusnya menjadi daerah resapan atau
penampung air hujan dijadikan kawasan perumahan atau bentuk pemanfaatan
lain yang secara nyata menghalangi dan mengurangi daya resap tanah terhadap
air hujan, dampak langsungnya akan terjadi banjir apabila terjadi hujan.

2.5. Smart Livinh (Cerdas hidup, berupa kualitas hidup dan kebudayaan). Berbudaya,
berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas
hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki
dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung maupun tidak
langsung merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik
adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang berkualitas
merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.

2.6. Smart Govenrment (Pemerintahan yang cerdas sebagai agent pengubah,


pemberdaya dan partisipan). Kunci utama keberhasilan penyelengaraan
pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu paradigma, sistem dan proses
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsip-
prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi,
transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen
terhadap tegaknya nilai dan prinsip “desentralisasi, daya guna, hasil guna,
pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan berdaya saing”.

3. Smart Village, adopsi dari Smart City di Indonesia


Pembangunan terbaik, dan cara tercepat yang paling efisien dalam pembangunan
komunitas adalah untuk membangun dari bawah, yaitu desa. Setiap desa di Indonesia ini
harus menjadi mandiri. Indonesia memiliki jumlah penduduk … juta jiwa, … sekian juta
hidup di perkotaan. Sisanya sebesar … juta jiwa hidup di pedesaan. Dari … juta jiwa, …
berumur 20-30 tahun. Indonesia memiliki hampir … desa yang tersebar dari ujung Timur

5
hingga Barat Indonesia. Desa (village) merupakan komunitas terkecil dalam suatu
interaksi mastarakat. Kumpulan desa-desa ini yang secara adminitrasi akan membentuk
kota, hingga megapolitan seperti Jakarta, Yogyakarta, dsb.
Penguatan pedesaan lebih diutamakan. Pemerintah mengambil tanggung jawab untuk
mengangkat para wajah pedesaan dan daerah Indonesia secara ekonomi. Ada banyak
belanja publik untuk meningkatkan infrastruktur, air dan sanitasi di daerah-daerah.

Sebuah konsep Smart Village (Desa Pintar) adalah penyatuan dari puluhan pelayanan di
pedesaan yang diberikan efektif bagi masyarakatanya/warga dan kaum usaha/bisnis
secara efisien untuk melakukan berbagai hal, sama seperti Smart City.

6
Sumber: N. Viswanadham, 2014

Gambar 2. Konsep Smart Village yang mengadopsi 6 dimensi Smart City

DAFTAR PUSTAKA

Norizan Abdul Razak, Jalaluddin Abdul Malik, and Murad Saeed. (2013). A Development
of Smart Village Implementation Plan for Agriculture: A Pioneer Project in
Malaysia. Proceedings of the 4th International Conference on Computing and
Informatics, ICOCI 2013 28-30 August, 2013 Sarawak, Malaysia. Universiti Utara
Malaysia (http://www.uum.edu.my ).

N. Viswanadham. (2013). Smart Village and Smart City. Ecosystem Aware Global Supply
Chain Management. World Science.

Yudi Permana, Asep. (2011). Penerapan Konsep Perancangan Smart Village sebagai Local
Genius Arsitektur Nusantara. Jurnal Arsitektur Komposisi. Volume 9 Nomor 1.
Teknik Arsitektur. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

www.nationalarchives.gov.uk/doc/open-government-licence. (2013). Smart Cities:


Background Paper. write to the Information Policy Team, The National Archives,
Kew, London TW9 4DU, or email: psi@nationalarchives.gsi.gov.uk. Department
for Business, Innovation and Skills 1 Victoria Street London SW1H 0ET.

Anda mungkin juga menyukai