Anda di halaman 1dari 6

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merupakan salah satu lembaga

negara yang bersifat independen. Komisi Pemberantasan Korupsi Republik


Indonesia adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya
guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi.1 Komisi
ini dibentuk pada tahun 2002 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Pendirian
KPK ini didasari karena Megawati melihat institusi kejaksaan dan kepolisian saat
itu terlalu kotor, sehingga untuk menangkap koruptor dinilai tidak mampu. Namun
jaksa dan polisi sulit dibubarkan sehingga dibentuklah KPK. Untuk merealisasikan
hal ini maka dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pelaksanaan tugas KPK tidak dapat dilaksanakan secara sendiri tetapi perlu
koordinasi antar instansi terkait. KPK mempunyai empat tugas penting yakni,
koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi, supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi, melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, melakukan tindakan-tindakan
pencegahan tindak pidana korupsi, dan melakukan monitor terhadap
penyelenggaraan pemerintahan Negara. Ada beberapa alasan proses penyidikan dan
penuntutan dilakukan oleh KPK, diantaranya : laporan masyarakat mengenai tindak
pidana korupsi tidak ditindaklanjuti, proses penanganan tindak pidana korupsi
secara berlarut-larut atau tertunda-tunda tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk
melindungi pelaku tindak pidana korupsi yang sesungguhnya, penanganan tindak
pidana korupsi mengandung unsur korupsi, hambatan penanganan tindak pidana
korupsi karena campur tangan dari eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau keadaan
lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan, penanganan tindak
pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan.2

1
Wikipedia, Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia diakses dalam situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsi_Republik_Indonesia diakses
tanggal 21 Februari 2018
2
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Deputi Pencegahan Komisi Pemberantasan Korupsi Johan Budi
menyatakan, ada serangkaian proses yang cukup panjang yang dilakukan sejumlah
unsur di KPK untuk masuk ke tahap penyidikan dan menetapkan seseorang menjadi
tersangka. Johan mengatakan, biasanya suatu kasus korupsi terungkap bermula dari
pengaduan masyarakat (dumas). Setelah melakukan penelitian dan pengumpulan
keterangan, KPK melakukan ekspose atau gelar perkara untuk menentukan apakah
kasus itu layak naik ke tahap penyelidikan. Rapat ekspose dalam tahap ini
melibatkan Direktur Pengaduan Masyarakat, penyelidik, deputi, dan para pimpinan
KPK. Setelah ditemukan gambaran ada tindak pidana, naik ke penyelidikan. Di
tahap penyelidikan, penyelidik mulai mencari alat bukti hingga ditemukan lebih
dari dua alat bukti. Bukti-bukti itu bisa berupa dokumen maupun keterangan
sejumlah pihak. Di tahap ini, penyelidik memanggil sejumlah pihak yang diduga
berkaitan dan memiliki informasi terkait apa yang tengah diselidiki untuk dimintai
keterangannya. Johan mengatakan, di tahap ini penyelidik juga membidik calon
tersangka. Pada tahap itu, rapat ekspose kembali dilakukan untuk menentukan
apakah status penyelidikan sudah cukup diubah menjadi penyidikan. Ekspose
dilakukan di hadapan semua pimpinan, deputi, penyelidik, dan penyidik di KPK.
Dalam gelar perkara itu, setiap unsur dipersilakan untuk memberikan pendapat soal
perkara itu. Ketentuan untuk menaikkan tahap penyelidikan menjadi penyidikan
mengacu pada Pasal 44 UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK. Pasal 44 ayat (1)
UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK menyebutkan "Jika penyelidik dalam
melakukan penyelidikan menemukan bukti permulaan yang cukup adanya dugaan
tindak pidana korupsi, dalam waktu paling lambat 7 hari kerja terhitung sejak
tanggal ditemukan permulaan yang cukup tersebut, penyelidik melaporkan kepada
KPK". Adapun pada ayat (2) disebutkan, "Bukti permulaan yang cukup dianggap
telah ada apabila telah ditemukan sekurang-kurangnya dua alat bukti, termasuk
dan tidak terbatas pada informasi atau data yang diucapkan, dikirim, diterima atau
disimpan baik secara biasa maupun elektronik atau optik". Setelah menemukan dua
alat bukti yang cukup maka naik ke penyidikan. Ini mulai ditentukan siapa
tersangkanya. Dalam tahapan penyidikan ini, penyidik akan memanggil sejumlah
saksi yang diduga berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan
tersangka. Saksi akan dikonfirmasi tentang beberapa hal mengenai informasi yang
sejak awal dimiliki penyidik maupun informasi lain yang didapatkan penyidik dari
saksi lain. Setelah itu, tersangka juga akan diperiksa untuk dikonfirmasi mengenai
informasi berdasarkan keterangan para saksi tersebut. 3

Penetapan tersangka yang sudah melaui serangkaian tahapan yang cukup


panjang diatas tidak lantas membuat tersangka dapat langsung di tangkap dan di
bawa ke sel tahanan. Banyak kasus yang ditangani KPK dari sejak awal berdiri dan
berhasil menahan tersangkanya, berikut contoh kasus KPK yang sangat booming :

1. 3 September KPK menetapkan status tersangka terhadap bekas Sekretaris


Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Sutedjo Yuwono, mantan Direktur
Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan Ratna Dewi Umar, dan mantan
Kepala Pusat Penanggulangan Krisis di Kementerian Kesehatan Rustam
Syarifuddin Pakaya dalam kasus korupsi alat kesehatan berbiaya Rp 40 miliar
pada tahun anggaran 2007.[24] Pada 23 Agustus 2011, Sutedjo Yuwono
dinyatakan terbukti melakukan korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes)
penanggulangan flu burung di Kemenko Kesra pada 2006. Pengadilan Tipikor
menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara kepada Sutedjo.4
2. 13 Agustus KPK menahan mantan bendahara umum Partai Demokrat
Muhammad Nazaruddin sebagai tersangka kasus suap proyek Wisma Atlet
SEA Games setelah ditangkap di Cartagena, Colombia pada tanggal 6 Agustus
2011 dan tiba di Jakarta, pada 13 Agustus 2011. Dalam upaya untuk
menangkap Muhammad Nazaruddin yang buron, KPK melayangkan
permohonan penerbitan Red Notice pada tanggal 5 Juli 2011 kepada
Kepolisian RI yang diteruskan kepada Interpol. Sebelumnya KPK telah

3
Kompas, Tahapan di KPK dari Pengaduan Masyarakat hingga Jadi Tersangka diakses dalam situs
http://nasional.kompas.com/read/Tahapan.di.KPK.dari.Pengaduan.Masyarakat.hingga.Jadi.Tersa
ngka diakses tanggal 21 Februari 2018
4
Wikipedia, Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia diakses dalam situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsi_Republik_Indonesia diakses
tanggal 21 Februari 2018
melakukan permintaan pencegahan terhadap Muhammad Nazaruddin kepada
Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 24 Mei 2011.5

Selain itu ada sejumlah kasus yang ditangani KPK tidak bisa membuat
tersangka mendiami jeruji besi dalam artian menjadi terpidana, beberapa contoh
kasusnya, yaitu :

1. Polisi mengungkap kasus dugaan tindak pidana korupsi (Tipikor) pengadaan


perlengkapan modernisasi arsip SD Negeri Kecamatan Kebayoran Baru dan
Kecamatan Kebayoran Lama, serta SMP Negeri Jakarta Selatan pada Suku
Dinas (Sudin) Pendidikan Dasar Jakarta Selatan (Jaksel) Tahun Anggaran
2014.6
2. Kejaksaan Agung tidak menahan tersangka baru atas nama Sanjoyo, Kuasa
Pengguna Anggaran merangkap Pejabat Pembuat Komitmen pada perkara
dugaan tindak pidana korupsi pengadaan alat KB yang merugikan keuangan
negara Rp38 miliar.7

Tersangka yang ditahan/dipidana atau tidak tersebut merupakan suatu hal


yang wajar. Banyak yang salah memahami beberapa istilah hukum yang tersiar
lewat media. Di masyarakat kita yang pendidikan hukumnya secara umum masih
baru, istilah-istilah hukum tidak jarang dikomentari secara tidak berimbang,
menimbulkan pengecapan atau justifikasi keliru. Istilah tersangka, misalnya. Kata
benda (nomina) yang juga merupakan istilah khusus dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana dan Kamus Hukum ini mengandung artian orang per orang, atau
pihak tertentu, yang melalu proses hukum acara, memenuhi syarat-prasyarat
sebagai bahan untuk disangka melakukan, atau terlibat dalam suatu perkara

5
Ibid
6
Sindonews, Tersangka Modernisasi Sekolah Tidak di Tahan di akses dalam situs
http://metro.sindonews.com/read/tersangka-modernisasi-sekolah-tidak-di-tahan diakses tanggal
21 Februari 2018
7
Kabar24, Tersangka Baru Kasus Korupsi Alat KB di BKKBN Tidak ditahan diakses dalam situs
http://kabar24.bisnis.com/tersangka-baru-kasus-korupsi-alat-kb-di-bkkbn-tidak-ditahan diakses
tanggal 21 Februari 2018
pidana tertentu.8 Kata tersangka yang akrab di media kerap kali menimbulkan
sangkaan terlalu jauh di masyarakat pemirsa dan pembaca: seolah-olah yang
disangka atas suatu tindak pidana tertentu tersebut sudah jelas bersalah, padahal
belum tentu demikian. Kata tersangka mengandung risiko hukum bahwa yang
bersangkutan harus melalui serangkaian pemeriksaan, mengisi berita acara, dan
proses pembuktian. Jika pengadilan setuju dengan jaksa penuntut berdasarkan
barang atau alat bukti yang diajukan, barulah terdakwa ditetapkan bersalah, dan
wajib dihukum. Sebaliknya: jika tidak, maka tersangka dinyatakan tidak bersalah
dan bebas. Masyarakat kita sering kali terjebak di tahap logika ini, menganggap
bahwa seorang tersangka (katakan saja) kasus korupsi sudah pasti melakukan
korupsi. Padahal, sebelum proses peradilan selesai dan keluar status Berkekuatan
Hukum Tetap (Inkracht), seseorang atas sebuah kasus masih berpeluang untuk
dinyatakan tidak bersalah atau tidak terbukti melakukan tindak pidana.9
Berdasarkan Keputusan Jaksa Agung RI No. 518/A/J.A/11/2001 tanggal 1
Nopember 2001 tentang Perubahan Keputusan Jaksa Agung RI No.
132/JA/11/1994 tentang Administrasi Perkara Tindak Pidana kita menganal kode
P-21 yang artinya Pemberitahuan bahwa Hasil Penyidikan sudah Lengkap. Ketika
berkas-berkas belum P-21 maka tersangka tidak bisa ditahan. Selain itu pada Pasal
21 ayat (4) KUHAP yang menyatakan bahwa penahanan tersebut hanya dapat
dikenakan terhadap tersangka atau terdakwa yang melakukan tindak pidana
dan/atau percobaan maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam
hal:
1. Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 282 ayat (3), Pasal 296,
Pasal 335 ayat (1), Pasal 351 ayat (1), Pasal 353 ayat (1), Pasal 372, Pasal 378,
Pasal 379 a, Pasal 453, Pasal 454, Pasal 455, Pasal 459, Pasal 480 dan Pasal
506 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Pasal 25 dan Pasal 26
Rechtenordonnantie (pelanggaran terhadap Ordonansi Bea dan Cukai, terakhir

8
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, pasal 1 butir 14
9
Kompasiana, Tersangka Apa Artinya? diakses dalam situs
http://www.kompasiana.com/tersangka_apa_artinya diakses tanggal 21 Februari 2018
diubah dengan Staatsblad Tahun 1931 Nomor 471), Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal
4 Undang-undang Tindak Pidana Imigrasi (Undang-undang Nomor 8 Drt.
Tahun 1955, Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 8), Pasal 36 ayat (7), Pasal
41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 47 dan Pasal 48 Undang-undang Nomor 9 Tahun
1976 tentang Narkotika (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 37, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3086).

Berdasarkan uraian di atas, berarti dimungkinkan seorang tersangka tidak


ditahan. Yaitu jika tersangka tidak memenuhi ketentuan dalam Pasal 21 ayat (4)
KUHAP sebagai syarat penahan objektif dan tidak ada keadaan-keadaan
sebagaimana terdapat dalam Pasal 21 ayat (1) KUHAP sebagai syarat penahanan
subyektif. Pasal 21 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
perintah penahanan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup, dilakukan dalam hal:
adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka akan melarikan
diri, adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka akan
merusak atau menghilangkan barang bukti, adanya keadaan yang menimbulkan
kekhawatiran bahwa tersangka akan mengulangi tindak pidana.10

10
Hukum Online, Bisakah Tidak Dilakukan Penahanan Terhadap Tersangka diakses dalam situs
http://hukumonline.com/klinik/bisakah-tidak-dilakukan-penahanan-terhadap-tersangka diakses
tanggal 21 Februari 2018

Anda mungkin juga menyukai