BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berkembangnya kegiatan ekonomi dan tumbuhnya sektor industri membuat kota-kota
besar di seluruh dunia kini menghadapi tantangan besar. Mulai dari permasalahan
urbanisasi yang tumbuh luar biasa, serta berbagai problematika yang mengikutinya,
seperti kemacetan, kriminal, sampah, kesehatan, transportasi, lapangan kerja, dan lain-
lain.Penduduk kota saat ini diperkirakan 50% dari populasi dunia, di mana daerah
perkotaan menghabiskan 75% dari konsumsi energi dan memproduksi 80% emisi
karbon. Di sisi lain, peningkatan jumlah penduduk tidak disertai dengan ketersediaan
sumberdaya sehingga di perkotaan dapat ditemui kondisi kekurangan pekerjaan,
kekurangan lahan dan air bersih, serta fasilitas umum yang makin terus berkurang.
Dengan demikian, setiap individu di perkotaan mendapat jatah sumberdaya yang
semakin sedikit. Munculnya keinginan masyarakat global mewujudkan sebuah kota
yang layak huni untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk yang begitu cepat,
sehingga pemerintah menyiapkan solusi pembangunan kota terangkum dalam konsep
kota masa depan bernama Smart City.
Pengertian Smart City
Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas/pintar yang membantu masyarakat yang
berada di dalamnya dengan mengelola sumber daya yang ada dengan efisien dan
memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat/lembaga dalam melakukan
kegiatannya atau pun mengantisipasi kejadian yang tak terduga sebelumnya. Smart
City cenderungmengintegrasikan informasi di dalam kehidupan masyarakat
kota.definisi lainnya Smart City didefinisikan juga sebagai kota yang mampu
menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi modern untuk
mewujudkan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi,
dengan manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis
partisipasi masyarakat (Caragliu,A., dkk dalam Schaffers,2010:3). Kourtit & Nijkamp
(2012) mengungkapkan bahwa Smart City telah menjadi landmark dalam perencanaan
kota. Smart City merupakan hasil dari pengembangan pengetahuan yang intensif dan
strategi kreatif dalam peningkatan kualitas sosial-ekonomi, ekologi, daya kompetitif
kota. Kemunculan Smart City merupakan hasil dari gabungan modal sumberdaya
manusia (contohnya angkatan kerja terdidik), modal infrastruktur (contohnya fasilitas
komunikasi yang berteknologi tinggi), modal sosial (contohnya jaringan komunitas
yang terbuka)dan modal entrepreuneurial (contohnya aktifitas bisnis kreatif).
Pemerintahan yang kuat dan dapat dipercaya disertai dengan orang-orang yang kreatif
dan berpikiran terbuka akan meningkatkan produktifitas lokal dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi suatu kota.
Dari Pengertian diatas bisa disimpulkan kalau smart city itu sebuah kota pintar yang
membantu masyarakat disuatu kota untuk bisa mengelola apa yang ada disekitarnya
denga sebaik mungkin dan memebantu masyarakat untuk hidup lebih baik, dan
nyaman akan kotanya.Smart city diidentifikasikan pada 6 sumbu utama yaitu
Smart Goverment( Pemenrintahan Pintar)
Smart Economy (Ekonomi Pintar )
Smart Live (Hidup pintar)
Smart Living(Lingkungan pintar)
Smart People(Orang/Masyarakat Pintar)
Smart Mobility (Mobilitas pintar)
1. Pengertian 6 Sumbu Utama Smart City
Ekonomi pintar (inovasi dan persaingan) : maksudnya ini adalah semakina tinggi
inovasi-inovasi baru yag ditinkatkan maka akan menamnabah peluang usaha
baru dan mningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
Mobilitas pintar (transportasi dan infrastruktur) : Pengelolaan infrastruktur kota
yang dikembangkan di masa depan merupakan sebuah sistern pengelolaan
terpadu dan diorientasikan untuk menjamin keberpihakan pada kepentingan
publik.
Masyarakat pintar (kreativitas dan modal sosial) : Pembangunan senantiasa
membutuhkan modal, baik modal ekonomi (economic capital), modal manusia
(human capital) maupun modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal
dan pelatihan-pelatihan bagi UMKM dapat meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan mereka dalam mengembangkan usahanya. Modal sosial termasuk
elemen-elemennya seperti kepercayaan, gotong royong, toleransi, penghargaan,
saling memberi dan saling menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh
yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti
meningkatnya rasa tanggungjawab terhadap kepentingan publik, meluasnya
partisipasi dalam proses demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan
menurunnya tingkat kejahatan
Lingkungan pintar (keberlanjutan dan sumber daya) : lingkungan pintar itu
berarti lingkungan yang bisa memberikan kenyamanan,Keberrlanjutan sumber
daya,keindahan fisik maupun non fisik, visual maupun tidak,bagi masyarakat
dan publik.lingkngan yang bersih tertata, RTH yang stabil merupakancontoh dari
penerapan lingkungan yang pintar.
Cerdas hidup (kualitas hidup dan kebudayaan) : Berbudaya, berarti bahwa
manusia memiliki kualitas hidup yang terukur (budaya). Kualitas hidup tersebut
bersifat dinamis, dalam artian selalu berusaha memperbaiki dirinya sendiri.
Pencapaian budaya pada manusia, secara langsung maupun tidak langsung
merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas pendidikan yang baik adalah
jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang berkualitas merupakan hasil
dari pendidikan yang berkualitas.
Pemerintahan yang cerdas (pemberdayaan dan partisipasi). : Kunci utama
keberhasilan penyelengaraan pemerintahan adalah Good Governance. Yaitu
paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
yang mengindahkan prinsip-prinsip supremasi hukum, kemanusiaan, keadilan,
demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas, dan akuntabilitas ditambah
dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip desentralisasi, daya guna,
hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab, dan berdaya saing.
Perspektif teknologi-sentris saja tidak akan membuat sebuah kota menjadi lebih
pintar, modern, berkelanjutan dan menarik. Tantangan integrasi melibatkan lebih dari
sekedar teknologi, tetapi juga mencakup seluruh paket layanan kota, termasuk
pengelolaan sumber daya alam, transportasi, perkantoran dan perumahan, kesehatan,
pengelolaan sampah, pendidikan, kebudayaan, pariwisata dan pelayanan
masyarakat.Dengan kata lain, kebutuhan untuk mengintegrasikan semua perangkat
kota meluas ke segala bidang yang akhirnya membuat sebuah kota layak untuk dihuni.
Ini termasuk struktur organisasi pelayanan masyarakat, perencanaan pembangunan
kota dan pengelolaannya. Kota yang maju di seluruh dunia secara aktif berinovasi
dengan menggunakan teknologi tinggi untuk memberikan pelayanan maksimal kepada
warganya.
BAB II
PERKEMBANGAN SMART CITY DISURABAYA
Kota Surabaya adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur. Yang terletak dikoordinat
716LU 11243BT, dengan luas wilayah 374.8 km2 (144.7 mil), yang menjadikan
Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta , dengan jumlah
penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa. Pada saat ini surabaya dipimpin
oleh walikota yaitu Ir.Tri Rismaharini, M.T, yang merupakan wanita pertama yang
terpilih sebagai Wali Kota Surabaya sepanjang sejarahnya. Insinyur lulusan Arsitektur
dan pasca sarjana Manajemen Pembangunan Kota Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.Di masa kepemimpinannya di DKP, hingga menjadi wali kota, Surabaya
menjadi lebih asri dan tertata dengan baik dibandingkan sebelumnya, lebih hijau dan
lebih segar.Taman-taman kota yang dibangun Risma adalah pemugaran taman
bungkul di Jalan Raya Darmo dengan konsep all-in-one entertainment park, taman di
Bundaran Dolog, taman buah Undaan, serta taman di Bawean, dan di beberapa tempat
lainnya yang dulunya mati sekarang tiap malam dipenuhi dengan warga Surabaya.
Selain itu Risma juga membangun jalur pedestrian dengan konsep modern di
sepanjang jalan Basuki Rahmat yang kemudian dilanjutkan hingga jalan Tunjungan,
Blauran, dan Panglima Sudirman.Di bawah kepemimpinannya, Kota Surabaya meraih
tiga kali piala adipura yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013 kategori kota metropolitan.
Selain itu, kepemimpinan Tri Risma juga membawa Surabaya menjadi kota yang
terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada tahun 2012 versi Citynet atas keberhasilan
pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan.
Dalam rilis Pemerintah Kota Surabaya yang diterima Kompas menyebutkan d alam
ajang tersebut Surabaya meraih 3 dari 4 penghargaan yaitu Smart Governance, Smart
Living dan Smart Environment setelah menyisihkan 59 peserta lain dari 33 pro vinsi
di Indonesia.Bagian dari penjurian tersebut, tim penilai telah mengunjungi Surabaya
pada Juli lalu, untuk melihat seberapa jauh pengimplementasian konsep kota pintar.
Adapun faktor dan indikator yang dinilai dan menjadi penentu kemenangan Surabaya
di ajang tersebut adalah Smart Governance, meliputi antara lain keterlibatan publik
dalam pengambilan keputusan, sistem administrasi kependudukan, sistem administrasi
p erijinan, partisipasi warga dan sistem monitoring area publik.Smart Living antara
lain tentang p enerimaan murid baru o nline, SIM sekolah o nline, portal p ariwisata,
CCTV pemantau lalu lintas dan fasilitas wifi gratis di tempat publik. Sementara Smart
Environment di antaranya meliputi sistem peringatan d ini bencana,sistem pengolahan
sampah berbasis teknologi informasi dan sistem monitoring aiir berbasis TI .
Perkembangan Surabaya Menuju Smart City
Kemunculan Smart City merupakan hasil dari gabungan modal sumberdaya manusia
(contohnya angkatan kerja terdidik), modal infrastruktur (contohnya fasilitas
komunikasi yang berteknologi tinggi), modal sosial (contohnya jaringan komunitas
yang terbuka) dan modal entrepreuneurial (contohnya aktifitas bisnis kreatif).
Pemerintahan yang kuat dan dapat dipercaya disertai dengan orang-orang yang kreatif
dan berpikiran terbuka akan meningkatkan produktifitas lokal dan mempercepat
pertumbuhana ekonomi suatu kota.Komponen-komponen penting dalam konsep Smart
City ini meliputi 3komponen yaitu: teknologi (hard infrastructure maupun soft
infrastructure), manusia (kreatifitas, pendidikan), dan institusi (pemerintahan dan
kebijakan) (Nam & Pardo, 2011). Hubungan dari ketiga faktor ini dapat menciptakan
Smart City, yaitu ketika investasi pada modal manusia/sosial dan infrastruktur dengan
teknologi informasi dan komunikasi dapat mendorong pembangunan berkelanjutan
dan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya dengan disertai pemerintahan yang
partisipatif.
Seperti yang diketahui surabya memenangkan penghargaan smarrt city award tahun
2011 yang diadakan oleh majalah Warta Ekonomi. Kota Surabaya pasti telah
melakukan manajemen-manajemen kota yang lebih baik daripada kota-kota lain di
Indonesia sehingga dapat meningkatkan performa kota yang pada akhirnya
mengantarkan Surabaya untuk memenangkan Smart City Awards 2011. Kota ini
memang merupakan kota besar di Indonesia memiliki permasalahan-permasalahan
yang terkait dengan kepadatan kota, sehingga Pemerintah Kota Surabaya ingin
melakukan pembangunan dan manajemen kota yang lebih baik. Arahan-arahan
pembangunan kotanya memiliki tujuan untuk memberikan kenyamanan dan
kesejahteraan bagi masyarakatnya, tidak secara sengaja ingin menggunakan konsep
Smart City yang sudah ada. Akan tetapi ternyata pada perkembangannya, arahan
pembangunan kota yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surabaya sesuai dengan
prinsip-prinsip Smart City. Smart City memiliki 6 dimensi yang harus dipenuhi untuk
mewujudkannya. Oleh karena itu, untuk melihat proses pembangunan kota menuju
Smart City yang dilakukan Surabaya akan dilihat bagaimana tiap dimensi tersebut
diwujudkan di Kota Surabaya. Keenam dimensi Smart City tersebut yaitu smart
economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart environment, dan
smart living. Dalam pembangunan dan pengelolaan kota, melihat penerapan di
beberapa kota, dapat dilihat bahwa ada dua jenis pendekatan yang dilakukan sebuah
kota dalam menerapkan konsep Smart City. Dua pendekatan tersebut adalah
pendekatan holistik dan pendekatan sektoral. Pendekatan holistik berarti bahwa
pembangunan dan pengelolaan kota dengan konsep Smart City, khususnya pada
pemanfaatan teknologi untuk memudahkan dan memberi kenyamanan masyarakat
kota dilakukan pada semua dimensi, dimulai secara bersamaan. Sedangkan
pendekatan secara sektoral dilakukan dengan fokus pada satu dimensi terlebih dahulu,
misalnya dalam manajemen limbah, atau untuk efisiensi energi.
Di Kota Surabaya, dari hasil grand tour yang sudah dilakukan, kemungkinan besar
Kota Surabaya ini menggunakan pendekatan yang holistik dalam pembangunan
kotanya menuju Smart City. Hal ini dilihat dari program-program pembangunannya
yang pada dasarnya memang tidak berfokus pada satu dimensi, namun dari semua
dimensi dibangun, sesuai dengan kebutuhan ataupun permasalahan yang ada. Kota
Surabaya telah berupaya memanfaatkan teknologi dalam semua dimensi, sebagai
suatu sarana untuk mempermudah aktifitas di dalam kota, baik bagi kinerja
pemerintahnya sendiri, maupun mempermudah pelayanan bagi masyarakat Kota
Surabaya.Berdasarkan analisis deret waktu yang dilakukan,hingga penelitian ini
dilakukan ada 4 fase yang sudah dilakukan oleh Surabaya. Setelah fase keempat,
masih belum diketahui apa fase selanjutnya karena ini masih dalam proses menuju
Smart City.
Pembangunan Kota Surabaya pada dasarnya telah mencakup enam dimensi yang
dikemukakan oleh Griffinger (2007) yaitu smart economy, smart people, smart
governance, smart mobility, smart environment, dan smart living. Prosesnya memang
bertahap, disesuaikan dengan kondisi kota saat itu (misalnya: prioritas masalah,
kesiapan masyarakat, anggaran) sehingga prosesnya terkesan lambat. Pembangunan
Kota Surabaya juga tidak bersifat sektoral, namun lebih menggunakan pendekatan
holistik, secara perlahan namun pada semua dimensi. Dari kasus Surabaya ini dimensi
yang lebih dahulu digarap adalah smart governance dan smart people yang menjadi
modal dasar pembangunan menuju Smart City.
Jika memposisikan hasil temuan penelitian ini terhadap teori atau konsep yang
sebelumnya, beberapa temuan dalam penelitian ini mendukung konsep yang sudah
ada. Tiga pondasi awal dari hasil penelitian yaitu teknologi, masyarakat, dan
pemerintah (sebagai institusi) mendukung konsep Nam & Pardo (2011) yang
menyatakan bahwa komponen penting Smart City adalah teknologi, manusia, dan
institusi. Selain itu, terkait dengan kinerja pemerintah, Pembenahan kinerja
pemerintah sebagai pondasi awal juga mendukung konsep Kourtit & Nijkamp (2012)
yang menyebutkan bahwa pemerintah yang kuat, dapat dipercaya disertai orang-orang
yang kreatif dan berpikiran terbuka merupakan dukungan yang kuat menuju Smart
City.
BAB III
KESIMPULAN
Kedudukan manusia di dunia adalah sebagai khalifah Allah atau pengganti Allah,
yang diberi tugas untuk memelihara dan melestarikan alam, mengambil manfaat serta
menggali dan mengolah kekayaan alam demi terwujudnya kedamaian, kemakmuran,
dan kesejahteraan segenap umat manusia.Umat manusia akan dapat melaksanakan
tugas yang luhur tersebut, apabila semasa hidup di dunia meningkatkan kemampuan
jasmani dan rohaninya (akal, nafsu, dan kalbu) ke arah yang lebih maju dalam bidang-
bidang positif, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain
itu,umat manusia harus selalu ingat kepada Allah SWT (zikrullah), melaksanakan
semua perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya (bertakwa).
Keterkaitan Surah diatas dengan surabaya menuju smart city, bisa dilihat dari
pemerintahnya bagaimana pemerintah surabaya bisa memimpin dan mengelola kota
surabaya begitu baik,itu semua bisa dilihat bagaiaman keadaan kota surabaya
sekarang dan Dari kasus Surabaya ini dimensi yang lebih dahulu digarap adalah smart
governance dan smart people yang menjadi modal dasar pembangunan menuju Smart
City,jadi bisa disimpulkan bahwa surah diatas menjelaskan bagaimana tugas manusia
sebagai khalifah dimuka bumi dan surabaya merupakan contoh bagaiamana maanusia
menggunakan hasil bumi secara baik,lingkungannya dan saling bekerja sama antar
pemimpin dan masyarakat.
Melihat pengalaman Kota Surabaya menuju Smart City, apabila dibandingkan dengan
kota-kota lain di negara maju yang menerapkan konsep ini, memang bisa dikatakan
bahwa pencapaian Surabaya masih belum seberkembang kota lain. Surabaya masih
tertinggal, khususnya pada pengembangan teknologi untuk meningkatkan
kenyamanan dan kemudahan aktifitas di dalam kota. namun hal tersebut memang
wajar terjadi, karena kondisi kota yang berbeda, baik dari fisik, ekonomi, sosial,
maupun prioritas permasalahan yang berbeda membuat penerapan konsep Smart City
pada berbagai kota menjadi berbeda.
Di kota yang sudah maju, proses pembangunan juga lebih banyak dalam bidang fisik,
dengan berbagai pembangunan infrastruktur, tidak lagi ada pembenahan kinerja
pemerintah dan pendekatan sosial seperti yang terjadi di Surabaya. Pembangunan
Kota Surabaya pada dasarnya telah mencakup enam dimensi yang dikemukakan oleh
Griffinger (2007) yaitu smart economy, smart people, smart governance, smart
mobility, smart environment, dan smart living. Prosesnya memang bertahap,
disesuaikan dengan kondisi kota saat itu (misalnya: prioritas masalah, kesiapan
masyarakat, anggaran) sehingga prosesnya terkesan lambat. Pembangunan Kota
Surabaya juga tidak bersifat sektoral, namun lebih menggunakan pendekatan holistik,
secara perlahan namun pada semua dimensi.
Dari kasus Surabaya ini dimensi yang lebih dahulu digarap adalah smart governance
dan smart people yang menjadi modal dasar pembangunan menuju Smart City. Jika
memposisikan hasil temuan penelitian ini terhadap teori atau konsep yang
sebelumnya, beberapa temuan dalam penelitian ini mendukung konsep yang sudah
ada. Tiga pondasi awal dari hasil penelitian yaitu teknologi, masyarakat, dan
pemerintah (sebagai institusi) mendukung konsep Nam & Pardo (2011) yang
menyatakan bahwa komponen penting Smart City adalah teknologi, manusia, dan
institusi. Selain itu, terkait dengan kinerja pemerintah, Pembenahan kinerja
pemerintah sebagai pondasi awal juga mendukung konsep Kourtit & Nijkamp (2012)
yang menyebutkan bahwa pemerintah yang kuat, dapat dipercaya disertai orang-orang
yang kreatif dan berpikiran terbuka merupakan dukungan yang kuat menuju Smart
City.
Sumber : https://faysouwakil12.wordpress.com/2014/06/27/surabaya-smart-city/