Anda di halaman 1dari 16

Sustainable Architecture Tasks

PENGEMBANGAN SMART CITY UNTUK MEWUJUDKAN


KOTA BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA
Farah Fadillah Haniman
Master Student, Department of Architecture, Institute of Technology Sepuluh
Nopember, Indonesia
e-mail: farahfadillah65@gmail.com

ABSTRACT

In the current era of globalization and digital, fast, precise and accurate
information services are needed. Smart City is the application of the concept of
smart cities with the use of technology and communication to realize better
community services. The Smart City concept will also increase public and
government participation in utilizing application data, providing input and criticism
easily. The concept of Smart City (Smart City) which is a big issue in big cities
around the world encourages the active role and participation of the community in
city management using a citizen centric approach so that there is a more dynamic
and close interaction between citizens and service providers, in this case Local
government. In order to realize the Yogyakarta Smart City, the implementation of e-
government in the Yogyakarta City Government has become a necessity. According
to smart city criteria there are six stages of e-government development of the City of
Yogyakarta Government towards the City of Yogyakarta as a smart city, namely:
smart economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart environment,
smart living

Keywords: Smart city, Yogyakarta, and smart city criteria

PENDAHULUAN

Peningkatan arus urbanisasi melahirkan masalah baru bagi daerah urban atau
perkotaan. Mulai dari sampah, edukasi, transpotasi, sosial ekonomi, bencana, dan
kesehatan. Di sisi lain, masyarakat yang semakin modern dan mapan, memiliki
segudang ekspektasi, seperti lingkungan tempat tinggal dan pekerjaan yang nyaman,
adanya area publik yang memadai, serta kemudahan mengurus segala bentuk
pelayanan publik. Smart city memang sedang menjadi trend di Indonesia. Smart city
adalah sebuah langkah yang hebat dalam memajukan kota dalam suatu negara
dengan basis teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Secara harafiah, smart city
diartikan sebagai sebuah kota cerdas dengan konsep yang dirancang sedemikian
PENGEMBANGAN SMART CITY UNTUK MEWUJUDKAN KOTA BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA

rupa untuk kepentingan masyarakat, terutama dalam pengelolaan sumber daya agar
efisien dan efektif.
Untuk mendukung berbagai kegiatan pembangunan infrastruktur perkotaan dan
pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat, maka Pemerintah Daerah
membutuhkan teknologi yang memadai untuk bisa melakukan semua kegiatannya.
Dalam menciptakan masyarakat global, berdaya saing, serta kota cerdas dan layak
huni, maka masingmasing Pemerintah Daerah harus menetapkan kebijakan yang
tepat dengan menyiapkan konsep pembangunan kota masa depan berkualitas, yang
bernama smart city atau kota cerdas. Konsep kota pintar diyakini bisa menjadi
solusi atas persoalan Pembangunan kota di daerah. Kota Pintar di desain untuk
mampu meningkatkan produktivitas manusia yang tinggal di dalamnya, sehingga
akibat penataan dan pengelolaan kota yang dilakukan dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan digital secara optimal di semua aspek. Mulai dari sistem
pengelolaan gedung, pengelolaan kualitas lingkungan, serta pelayanan publik.
Singkatnya, kota dikembangkan menjadi mesin ekonomi dan produktivitas yang
pada akhirnya menjadikan masyarakatnya sehat, produktf dan sejahtera. Program-
program pemerintah yang sukses memiliki berbagai macam strategi dan cara untuk
mendapatkan pengakuan serta kepercayaan dari masyarakat bahwa Kota memang
mempunyai keunggulan dari daerahdaerah yang ada. Untuk menciptakan Kota
sebagai smart city pemerintah terus berupaya merealisasikan infrastruktur yang
dibutuhkan oleh masyarakat.

PENGERTIAN SMART CITY

Smart city atau secara harfiah berarti kota pintar, merupakan suatu konsep
pengembangan, penerapan, dan implementasi teknologi yang diterapkan disuatu
daerah sebagai sebuah interaksi yang kompleks di antara berbagai sistem yang ada
di dalamnya (Pratama, 2014). Tujuan dari pendekatan smart city untuk mencapai
informasi dan pengelolaan kota yang terintegrasi. Integrasi ini dapat melalui
manajemen jaringan digital geografi perkotaan, sumber daya, lingkungan, ekonomi,
sosial dan lainnya. Terdapat banyak defenisi dari smart city dalam kajian beberapa
literature, dimana penyajian defenisi menyoroti aspek dari sudut yang berbeda-beda,
diantaranya:
Menurut Washburn, D., dkk, Smart City di defenisikan sebagai penggunaan
teknologi komputasi cerdas untuk mengintegrasikan komponen-komponen penting
dari infrastruktur dan layanan kota, seperti administrasi kota, pendidikan, kesehatan,
keselamatan publik, real estate, transportasi dan keperluan kota lainnya, dimana
penggunaan keseluruhannya harus dilakukan secara cerdas, saling berhubungan dan
efisien.
Menurut Giffinger, R., dkk, Smart City merupakan sebuah kota yang
terdepan di dalam perekonomian, sumber daya manusia, pemerintahan, mobilitas,
lingkungan, dan kehidupan masyarakat, yang mana keseluruhan dibangun secara
cerdas, independen dan memiliki kesadaran dari masyarakatnya.
Sedangkan menurut Hall, R. E., Smart City adalah sebuah kota yang
memonitor dan mengintegrasikan kondisi semua infrastrukturnya, termasuk jalan,
jembatan, terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara, pelabuhan, komunikasi, air,
Sustainable Architecture Tasks

listrik, bahkan seluruh bangunan pemerintahan sehingga dapat digunakan untuk


mengoptimalkan sumber daya, rencana kegiatan dan memantau keamanan sekaligus
memaksimalkan pelayanan kepada warganya.
Adapun dalam definisi Nijkamp, dkk, Smart City didefinisikan sebagai kota
yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan infrastruktur telekomunikasi
modern (Information and Communication Technology) untuk mewujudkan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan
manajemen sumber daya yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi
masyarakat.
Dari beberapa literatur dapat diartikan Smart City sebagai kota yang
memanfaatkan teknologi informasi untuk mengintergrasikan seluruh infrastruktur
dan pelayanan dari pemerintah kepada masyarakat, seperti administrasi, pendidikan,
kesehatan, transportasi, perekonomian, sumber daya energy, pemukiman dan
keselamatan publik sehingga dengan bersynergy-nya seluruh aspek tersebut bersama
masyarakat akan dapat meningkatkan pembangunan dan pengelolaan kota

FAKTOR PENDUKUNG SMART CITY

Smart City adalah sebuah kota yang instrumennya saling berhubungan dan
berfungsi cerdas. Smart City adalah sebuah konsep kota cerdas/pintar yang
membantu masyarakat yang berada di dalamnya dengan mengelola sumber daya
yang ada dengan efisien dan memberikan informasi yang tepat kepada
masyarakat/lembaga dalam melakukan kegiatannya atau pun mengantisipasi
kejadian yang tak terduga sebelumnya. Smart City cenderung mengintegrasikan
informasi di dalam kehidupan masyarakat kota.definisi lainnya Smart City
didefinisikan juga sebagai kota yang mampu menggunakan SDM, modal sosial, dan
infrastruktur telekomunikasi modern untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan dan kualitas kehidupan yang tinggi, dengan manajemen sumber daya
yang bijaksana melalui pemerintahan berbasis partisipasi masyarakat.
Ada beberapa indikator atau faktor-faktor pendukung dalam mewujudkan
kota cerdas (Smart City), yaitu :
1. Smart Economy (Ekonomi Cerdas)
Kualitas yang menghasilkan suatu inovasi dan mampu menghadapi
persaingan. Semakin tinggi inovasi inovasi baru yang ditingkatkan maka akan
menambah peluang usaha baru dan meningkatkan persaingan pasar usaha/modal.
Smart Economy, juga diartikan sebuah kota cerdas yang memiliki tingkat
perekonomian yang baik, pemanfaatan sumber daya atau potensi alam yang dimiliki
oleh kota secara efisien dan efektif. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
indicator untuk mengukur tingkat pembangunan di suatu daerah pada periode waktu
tertentu sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
secara umum.
2. Smart Mobility (Mobilitas Cerdas)
Kemampuan untuk mengembangkan transfortasi dan pembangunan
infrastruktur sebagai bentuk penguatan sistem perencanaan infrastruktur kota.
Pengelolaan infrastruktur kota yang dikembangkan di masa depan merupakan
PENGEMBANGAN SMART CITY UNTUK MEWUJUDKAN KOTA BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA

sebuah sistem pengelolaan terpadu dan diorientasikan untuk menjamin keberpihakan


pada kepentingan publik.
3. Smart Environment (Lingkungan Cerdas)
Keberlanjutan dan sumber daya, lingkungan cerdas itu berarti lingkungan
yang bisa memberikan kenyamanan, keberlanjutan sumber daya, keindahan fisik
maupun non fisik, visual maupun tidak, bagi masyarakat dan publik lingkungan
yang bersih tertata, RTH yang stabil merupakan contoh dari penerapan lingkungan
pintar.
4. Smart People (Masyarakat Cerdas)
Kreativitas dan modal sosial, pembangunan senantiasa membutuhkan modal,
baik modal ekonomi (economic capital), modal usaha (human capital), maupun
modal sosial (social capital). Kemudahan akses modal dan pelatihan-pelatihan bagi
UMKM dapat meningkatkan kemampuan keterampilan mereka dalam
mengembangkan usahanya. Modal sosial termasuk elemen-elemen seperti
kepercayaan, gotong-royong, toleransi, penghargaan, saling memberi dan saling
menerima serta kolaborasi sosial memiliki pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan ekonomi melalui berbagai mekanisme seperti meningkatnya rasa
tanggungjawab terhadap kepentingan publik, meluasnya partisipasi dalam proses
demokrasi, menguatnya keserasian masyarakat dan menurunnya tingkat kejahatan.
5. Smart Living (Hidup Cerdas atau Kualitas Hidup)
Berbudaya berarti bahwa manusia memiliki kualitas hidup yang terukur
(budaya). Kualitas hidup tersebut bersifat dinamis, dalam artian selalu
berusahamemperbaiki dirinya sendiri. Pencapaian budaya pada manusia, secara
langsung maupun tidak langsung merupakan hasil dari pendidikan. Maka kualitas
pendidikan yang baik adalah jaminan atas kualitas budaya, dan atau budaya yang
berkualitas merupakan hasil dari pendidikan yang berkualitas.
6. Smart Governance (Pemerintahan yang Cerdas)
Kunci utama keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan adalah Good
Governance, yang merupakan paradigma, sistem dan proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan yang mengindahkan prinsipprinsip supremasi
hukum, kemanusiaan, keadilan, demokrasi, partisipasi, transparansi, profesionalitas,
dan akuntabilitas ditambah dengan komitmen terhadap tegaknya nilai dan prinsip
desentralisasi, daya guna, hasil guna, pemerintahan yang bersih, bertanggung jawab
dan berdaya saing.

KETERKATIKAN SMART CITY DENGAN SUSTAINABLE DESIGN

Smart city dalam konteks kota dikarakteristikan atau diindikasikan oleh peran
ICT sebagai fokus utamanya (Neirotti, 2014; Lombardi et al., 2012). Konsep smart
city juga dipandang berbeda dengan konsep digital city dan intelligent city,
meskipun di dalam semuanya ada peran infrastruktur ICT yang besar. Peran ICT
dalam smart city adalah membantu mengelola semua infrastruktur kota dan
pelayanan kota dan sumber daya kota melalui suatu jaringan komunikasi dan
informasi yaitu yang di dalamnya informasi yang diperlukan oleh masyarakat untuk
menunjang aktivitasnya sehari-hari diterima, diproses, dan disebarkan. Dengan
perannya itu ICT diharapkan dapat memperbaiki pelayanan kota, meningkatkan
Sustainable Architecture Tasks

efisiensi kota, memperbaiki daya saing kota, menyediakan cara baru yang dengan itu
masalah kemiskinan, penyingkiran sosial, dan lingkungan yang buruk diurus (Batty,
2012).
Kota yang cerdas (a smart city) adalah kota yang menggunakan ICT untuk
membantu mengelola infrastruktur kota dan pelayanan kota untuk mencapai tujuan
keberlanjutan kota dalam hal kenyamanan huni (livability), ekonomi (economy),
lingkungan (ecology), dan keadilan (equity).
Selain definisi kerangka konsep smart city juga telah diusulkan. Telah banyak
dirujuk kerangka smart city sebagaimana yang digunakan oleh Manville, (2014) dan
Griffinger et al. (2007) yang menyatakan bahwa the smart city is a community that
performs well in the six, conceptually distinct characteristics or dimensions, yang
digunakan dalam laporan European Union tentang kota-kota cerdas. Keenam
dimensinya adalah economy, people, governance, mobility, environment, dan smart
living. Kerangka ini tidak memperlihatkan pandangan yang integratif dan holistik
dari komponen-kompone kota. Meskipun kerangka itu telah memperlihatkan
dimensi keberlanjutan kota namun itu masih mencampuradukan dimensi
keberlanjutan itu dengan komponen kota yang terintegrasi dengan ICT.

Gambar 1. ICT Sebagai Smart City


Sumber: Staffans & Horelli, 2014

Staffans & Horelli (2014) menempatkan ICT sebagai pusat dari smart city dan
menggunakan 6 dimensi atau karekteristiknya, people, governance, mobility,
economy, environment, dan living, sebagai hal yang integratif dan holistik dari
dimensi-dimensi kota. Meskipun kerangka itu telah memperlihatkan dimensi
keberlanjutan kota namun itu masih mencampuradukan dimensi keberlanjutan itu
dengan komponen kota yang terintegrasi dengan ICT.
PENGEMBANGAN SMART CITY UNTUK MEWUJUDKAN KOTA BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA

Gambar 2. Smart Sustainable City


Sumber: Arana, 2014

Araña (2014) menyusun kerangka smart sustainable city yang


memperlihatkan peran ICT dan infrastruktur dan pelayan kota yang terhubung
kepadanya. Meskipun sudah menyatakan hubungan ICT dengan komponen-
komponen kota namun tidak secara eksplisit menyatakan dimensi-dimensi
keberlanjutan kota yang kepadanya smart city merujuk. Peran yang dimainkan oleh
ICT dan komponen kota dalam kerangka konseptual smart city dalam pencapaian
tujuan keberlanjutan kota dalam dimensi-dimensinya yaitu dimensi ekologi, ekuiti,
ekonomi, dan livabilitas dapat diuraikan di bawah ini.
1. Keberlanjutan ekonomi (sustainability of economy)
Kota menghadapi tantangan kemiskinan, kelangkaan sumber daya, dan
persaingan ekonomi. Krisis keuangan global dan kelangkaan sumber daya sedang
dihadapi dunia. Kota perlu menyediakan warganya dengan kapasitas untuk
mengembangkan potensipotensi ekonomi, dan menarik bisnis dan modal. Kota perlu
mampu bersaing secara ekonomi dengan daerah-daerah lainnya. Karena hal itu perlu
dikembangkan kota dengan ICT yang memungkinkan adanya e-business, e-
commerce, membantu pemaknufakturan yang maju, membantu penyediaan jasa,
membantu terciptanya inovasi baru, membantu pemodelan produk, jasa, dan
business baru. Kota dengan ICT juga dapat membantu saling terkoneksi dan
kelekatan internasional lokal dan global dengan aliran barang, jasa, pengetahuan
fisik dan virtual.
Sustainable Architecture Tasks

2. Keberlanjutan ekuitas (sustainability of equity)


Kota menghadapi eksklusi sosial dalam bentuk seperti ras, agama, dan tingkat
kekayaan, kondisi fisik dan psikologi, identitas gender. Kota seharusnya menjadi
tempat tinggal bersama untuk segala masyarakat dengan segala jenis keragaman
sosial. Kota perlu menyediakan warganya kepemilikan atau tempat tinggal dan
tempat berusaha yang diinginkannya dan aksesibilitas kepada infrastruktur kota dan
fasilitas-fasilitas publik seperti kesehatan, pendidikan secara adil. Karena hal itu
perlu dikembangkan kota dengan ICT yang dapat menyediakan kepada seluruh
warganya tanpa memandang perbedaan sosial aksesibilitas kepada informasi yang
terbuka yang diperlukan untuk menjalankan kehidupannya. Termasuk di dalamnya
informasi kepada infrastruktur kota dan pelayan-pelayan publik yang terkoneksi
dengan ICT. Kota dengan ICT dapat menghindari kekuasaan dalam segala
bentuknya yang dapat mengekslusi masyarakat tertentu terhadap infrastruktur publik
dan pelayanan publik karena masyarakat mendapatkan aksesbilitas informasi yang
adil.
3. Keberlanjutan ekologi (sustainability of ecology)
Kota menghadapi masalah kerusakan lingkungan yang ditimbulkan utamanya
oleh pembangunan dan pengoperasian kota oleh warganya maupun pihak luar
sebagai dampak dari penggunaan lahan, sumber daya lainnya seperti material, energi,
air, dan jiuga sebagai dampak buangan kota berupa sampah dan pencemaran.
Kerusakan lingkungan ini telah menyebabkan terancamnya kehidupan manusia dan
berbagai masalah sosial dan ekonomi.Karena hal itu perlu dikembangkan kota
dengan ICT yang penggunaan sumber daya dengan minimal dan efisien dan
jugapengeluaran sampah, emisi dan pencemaran pada infrastruktur dan pelayanan
publik yang diciptakan atau disediakan bagi masyakat. ICT membantu dalam
memonitor atau mengendalikan penggunaan sumber daya tertentu atau pengeluaran
sampah atau pencemaran yang besarnya tidak melampaui yang ditetapkan
sebelumnya. ICT membantu pengurangan penggunaan energi dalam kegiatan sehari-
hari dengan perolehan informasi dan pelayanan yang bisa diakses di tempat seorang
sedang berada tanpa perlu meninggalkan tempatnya karena adanya pelayanan
elektronik. ICT membantu pengurangan penggunaan material dalam kegiatan sehari-
hari dengan perolehan informasi yang tidak memerlukan material, seperti kertas,
dalam penyampaian informasi.
4. Keberlanjutan livabilitas (sustainability of livability)
Kota menghadapi tuntutan livabilitas dari tempat tinggalnya di kota dan yang
semakin tinggi sejalan dengan peningkatan kebutuhan dasar hidupnya dan kualitas
hidupnya. Masyarakat tidak hanya membutuhkan sekedar tempat tinggal dan tempat
kerja, tetapi juga yang didukung oleh infrastruktur dan pelayanan publik bukan
hanya memenuhi standar kualitas juga berproses lebih cepat dan lebih mudah.
Karena hal itu perlu dikembangkan kota dengan ICT yang bukan hanya memberi
aksesbilitas kepada berbagai informasi yang diperlukan masyarakat untuk
melakukan aktivitas melaui jaringan internet, juga aksesibilitas kepada infrastruktur
dan pelayanan publik yang ingin digunakan atau diperoleh masyarakat yang
terhubung dengan ICT. ICT dapat menyediakan dengan cepat dan mudah bahkan
murah kepada infrastruktur dan pelayanan publik yang akan digunakan dan
diperoleh masyarakat.
PENGEMBANGAN SMART CITY UNTUK MEWUJUDKAN KOTA BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA

Gambar 3. Kerangka Smart City Menuju Kota Berkelanjutan


Sumber: Arana, 2014

STUDI KASUS: KONSEP SMART CITY YOGYAKARTA

Kota Yogyakarta memiliki visi menjadi “Kota Pendidikan-Berkualitas,


Berkarakter dan Inklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan
Jasa,yang Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan”. Visi tersebut
memiliki 4 (empat) kata kunci yakni pariwisata, pendidikan, budaya dan pusat
pelayanan jasa. Empat kata kunci inilah yang akan dikembangkan sebagai sebuah
tujuan pengembangan smart city di Kota Yogyakarta, dengan payung utama yaitu
smart culture. Apabila dijabarkan lebih lanjut, smart tourism, smart education, dan
smart culture merupakan 3 tujuan utama smart city Kota Yogyakarta yang dapat
dicapai melalui penerapan 7 indikator smart service yaitu, smart environment, smart
mobility, smart government, smart economy, smart people, smart living, dan smart
disaster management. Konsep smart city Kota Yogyakarta dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

Gambar 4. Konsep Smart City Yogyakarta


Sumber: Analisis Tim Ahli, 2016
Sustainable Architecture Tasks

Tujuan utama Smart City Yogyakarta dapat tercapai apabila indikator-


indikator capaian dari dimensi smart culture, smart tourism, dan smart education
terpenuhi. Smart culture memiliki indikator capaian utama yaitu tetap terjaganya
nilai budaya Yogyakarta. Sementara itu, smart tourism mmemiliki 3 indikator yang
ingin dicapai yaitu jumlah wisatawan, lama tinggal (length of stay), dan jumlah uang
yang dihabiskan (spent money). Yang terakhir adalah smart education dengan 3
indikator capaian utama yaitu kualitas, akses, dan sarana-prasarana terkait
pendidikan.
Konsep dan kerangka dalam roadmap smart city Kota Yogyakarta ini bersifat
fleksibel atau dapat mengalami perubahan dalam beberapa jangka waktu ke depan,
karena adanya pengaruh kemajuan teknologi. Roadmap smart city ini dapat
digunakan sebagai input atau masukan pada RPJMD (Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah) tahap ketiga. Sifat-sifat dari konsep smart city
Yogyakarta adalah sensible, interoperability, dan konvergensi dengan penjabaran
setiap komponen dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Komponen pembelajaran
dapat menjadi pusat penelitian dan pengembangan/ litbang smart city.

Gambar 5. Komponen dari Konsep Smart CityYogyakarta


Sumber: Analisis Tim Ahli, 2016

Komponen pembelajaran memegang peranan penting dalam terwujudnya


smart city Yogyakarta, sehingga perlu adanya ‘living lab Yogyakarta smart city’
untuk mendukung pengembangan informasi-informasi mengenai smart city. Living
Lab Smart City Yogyakarta bermitra dengan perguruan tinggi negeri WORKING
PAPER PSPPR 201615 maupun swasta yang ada di Kota Yogyakarta dan sekitarnya.
Harapannya, semakin banyak smart city research center yang tersebar di beberapa
PTN/PTS, maka perkembangan smart city Yogyakarta akan semakin pesat
1. Smart Tourism
Dalam pembangunan dan pengembangan smart tourism Yogyakarta, perlu
disusun strategi dan target yang hendak dicapai. Dengan semangat “Jogja Istimewa,”
pembangunan dan pengembangan Kota Yogyakarta sebagai kota tujuan pariwisata
terkemuka, serta unggulan daerah, perlu disusun strategi yang selaras dan sesuai.
Pertemuan atau FGD (focus group discussion) yang melibatkan pihak akademisi,
bisnis, komersil, dan pemerintah telah dilakukan pada bulan Juni 2016. Pertemuan
tersebut menghasilkan paparan permasalahan beserta ide-ide yang menunjang
perwujudan Yogyakarta smart tourism yang dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:
PENGEMBANGAN SMART CITY UNTUK MEWUJUDKAN KOTA BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA

Tabel 1. Rangkuman Permasalahan dan Ide Pemecahan Yogyakarta Smart Tourism

Sumber: Focus Group Discussion Panel Smart Tourism, 2016, dan Analisis Tim Ahli, 2016

Penelaahan Yogyakarta Smart Tourism apabila dilihat dari sisi wisatawan,


dilakukan melalui pendekatan citizen-centric atau pendekatan penyediaan layanan
dengan sudut pandang kebutuhan wisatawan. Fase pada pendekatan ini terbagi
menjadi 3 tahapan, yaitu fase sebelum berwisata, fase selama melakukan wisata, dan
fase setelah berwisata.
Sustainable Architecture Tasks

Tabel 2. Penelaahan Jogja Smart Tourism dengan Pendekatan Citizen-Centric

Sumber: Analisis Tim Ahli, 2016

Guna mencapai Yogyakarta smart tourism, diperlukan beberapa agenda kerja


yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Tahapan
pelaksanaan beberapa agenda kerja tersebut terbagi menjadi 2 (dua), yaitu jangka
pendek dengan kurun waktu 1-2 tahun ke depan, dan jangka menengahdengan kurun
waktu 3-5 tahun ke depan. Tahapan jangka pendek memiliki agenda mendesak atau
yang harus segera dilaksanakan. Dua hal utama yang mendesak untuk dilaksanakan
terkait Yogyakarta smart tourism adalah, branding smart city Kota Yogyakarta dan
studi kelembagaan dewan smart city Yogyakarta. Penyusunan branding ini harus
berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi DIY agar selaras.
PENGEMBANGAN SMART CITY UNTUK MEWUJUDKAN KOTA BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA

2. Smart Education
Pembangunan pendidikan di Yogyakarta merupakan satu dari sekian yang
terbaik di Indonesia. Hal ini terlihat dari citra Kota Yogyakarta yang lebih dikenal
sebagai Kota Pendidikan. Berbagai fasilitas pendidikan dari sisi jumlah yang
bervariatif dan mutu pendidikan yang bagus menjadi jaminan bahwa kegiatan
belajar mengajar merupakan salah satu yang terbaik di negeri ini. Hal ini
diindikasikan dengan tingginya minat dari para penduduk yang berasal dari dalam
Kota Yogyakarta, dan luar Kota Yogyakarta untuk menyekolahkan putra atau
putrinya di Kota Yogyakarta. Dari sisi potensi, terlihat bahwa dari sisi akses dan
mutu merupakan keunggulan yang dimiliki oleh pembangunan kependidikan Kota
Yogyakarta.

Tabel 3.Rangkuman Permasalahan dan Ide Pemecahan Yogyakarta Smart Education

Sumber: Analisis Tim Ahli, 2016

Penelaahan Yogyakarta Smart Education apabila dilihat dari sisi masyarakat


atau pengguna, dilakukan melalui pendekatan citizen-centric atau pendekatan
penyediaan layanan dengan sudut pandang kebutuhan masyaakat. Fase pada
pendekatan ini terbagi menjadi 3 tahapan siklus hidup, yaitu fase lahir, fase saat
menjadi siswa, dan fase saat menjadi mahasiswa.
Sustainable Architecture Tasks

Tabel 4.Penelaahan Jogja Smart Educationdengan Pendekatan Citizen-Centric

Sumber: Analisis Tim Ahli, 2016

Pendekatan citizen-centric yang digunakan untuk mewujudkan Yogyakarta


Smart Education, mengedepankan penerapan TI (teknologi & informasi) dan
perangkat pendukungnya. Dengan adanya penyediaan berbagai layanan pendidikan
berbasis IT yang mempermudah siswa dan mahasiswa, diharapkan dapat
memudahkan siswa dan mahasiswa untuk belajar dan meningkatkan nilai mutu
pendidikan Kota Yogyakarta. Guna mencapai Yogyakarta smart education,
diperlukan beberapa agenda kerja yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu 5
(lima) tahun ke depan. Tahapan pelaksanaan beberapa agenda kerja tersebut terbagi
menjadi 2 (dua), yaitu jangka pendek dengan kurun waktu 1-2 tahun ke depan, dan
jangka menengah dengan kurun waktu 3-5 tahun ke depan. Tahapan jangka pendek
memiliki agenda mendesak atau yang harus segera dilaksanakan. Hal utama yang
mendesak untuk dilaksanakan terkait pengembangan Yogyakarta smart education
adalah pembentukan ‘Living Lab Smart City Yogyakarta,’ yang berfungsi sebagai
penggali informasi terkait perkembangan dan pengetahuan smart city.
3. Smart Culture
Budaya oleh UNESCO (2013) didefinisikan sebagai sebuah bagian utuh dari
hal-hal yang bersifat spiritual, material, intelektual dan emosional dari sebuah
komunitas atau kelompok sosial yang juga meliputi seni, literatur, gaya hidup, cara
hidup bersama/bermasyarakat, sistem dan tata nilai, tradisi serta kepercayaan.
Sebagai kota dengan salah satu visi sebagai kota pariwisata berbasis budaya,
Yogyakarta menjadikan budaya sebagai salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan dalam pencapaian tujuan kotanya. Dalam pembangunan dan
pengembangan smart culture Yogyakarta, perlu disusun strategi dan target yang
hendak dicapai.
PENGEMBANGAN SMART CITY UNTUK MEWUJUDKAN KOTA BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA

Tabel 5.Rangkuman Permasalahan dan Ide Pemecahan Yogyakarta Smart Culture

Sumber: Analisis Tim Ahli, 2016

Berbeda dengan Smart Tourism dan Smart Education, penelaahan Smart


Culture dibagi menjadi dua komponen yaitu Tangible dan Intangible Culture.
Tujuan utama dari Smart Culture ini adalah agar Tangible dan Intangible Culture
yang ada di Kota Yogyakarta agar dapat bertahan dan unggul. Smart Culture di Kota
Yogyakarta bertindak sebagai payung yang melandasi perkembangan dan program-
program smart lainnya seperti smart educationdan smart culture. Dari dua
komponen ini diturunkan menjadi projek-projek kunci yang dapat dimasukkan
kedalam program-program jangka pendek maupun menengah pada smart education
ataupun smart tourismyang berkaitan dengan kebudayaan.
Guna mencapai Yogyakarta smart culture, diperlukan beberapa agenda kerja
yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Tahapan
pelaksanaan beberapa agenda kerja tersebut terbagi menjadi 2 (dua), yaitu jangka
pendek dengan kurun waktu 1-2 tahun ke depan, dan jangka menengah dengan
kurun waktu 3-5 tahun ke depan. Tahapan jangka pendek memiliki agenda
mendesak atau yang harus segera dilaksanakan. Perumusan agenda kerja dalam
pentahapan tersebut, didasarkan pada hasil FGD yang telah dilaksanakan yang
sesuai dengan karakteristik budaya di Kota Yogyakarta
Sustainable Architecture Tasks

KESIMPULAN

Smart City perkembangan teknologi yang semakin pintar membuat konsep


smart tak hanya diterapkan pada berbagai perangkat, tetapi pada berbagai system
atau tatanan. Konsep yang disebut sebagai kota pintar adalah konsep yang
mengetengahkan sebuah tatanan kota cerdas yang bisa berperan dalam memudahkan
masyarakat untuk mendapatkan informasi secara cepat dan tepat. Konsep kota pintar
dihadirkan sebagai jawaban untuk pengelolaan sumber daya secara efesien. Bisa
dibilang, konsep kota cerdas ini adalah integrasi informasi secara langsung dengan
masyarakat perkotaan. Hasil penilaian menggunakan Boyd Cohen Smart City
menunjukkan dimensi Smart City yang menonjol di Kota Yogyakarta adalah Smart
People, Smart Environment dan Smart Living. Visi Kota Yogyakarta menjadi acuan
konsep pengembangan Smart City Kota Yogyakarta yaitu pengembangan Smart
Tourism, Smart Education, Smart Urban Services dan Smart Culture sebagai
payungnya. Hal utama yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan Smart City
Yogyakarta adalah membentuk dewan smart city. Agenda kerja pengembangan
smart city Yogyakarta dibagi dalam dua tahapan yaitu jangka pendek dan jangka
menengah dengan prioritas pengembangan pada Smart Tourism

DAFTAR PUSTAKA

Araña, G., 2014. Smart sustainable cities — a road map. E-Artikel dari ITU News di
https://itunews.itu.int/En/5217-Smart-sustainable-cities-a-road-map.note.aspx
Aziz, N. A. & Hadi, A. S., 2007. Linking Urban Form To A Liveable City,
Malaysian Journal of Environmental Management, Vol. 8, hal.101-
Bakici, T., Almirall, E., & Wareham, J., 2013. "A Smart City Initiative: The Case of
Barcelona", Journal of the Knowledge Economy, Vol. 4, No. 2, hal. 135-148
Sam &Cruickshank, Peter (2011). Creating Smart-er Cities: An Overview. Journal
of Urban Technology, Vol. 18, No. 2, April 2011, 1–16.Routledge.
Nugroho, Eko, 2008, Sistem Informasi Manajemen, Konsep, Aplikasi dan
Perkembangannya, Yogyakarta, penerbit Andi.
Washburn, D., Sindhu, U., Balaouras, S., Dines, R. A., Hayes, N. M., & Nelson, L.E.
(2010). Helping CIOsUnderstand “Smart City” Initiatives: Defining the
SmartCity, Its Drivers, and the Role of the CIO. Cambridge, MA: Forrester
Research, Inc
Belissent, J., 2010. Getting Clever about Smart Cities: New Opportunities Require
New Business Models; Forrester Research, Inc.: Cambridge, MA, USA.
Allwinkle, Sam &Cruickshank, Peter (2011). Creating Smart-er Cities: An
Overview. Journal of Urban Technology, Vol. 18, No. 2, April 2011, 1–
16.Routledge.
Batty, M., Axhausen, K., Fosca, G., Pozdnoukhov, A., Bazzani, A., Wachowicz, M.,
Ouzounis, G., and Portugali, Y., 2012. Smart Cities of the Future.
UCLWorking Paper Series, Paper 188
Tu, Q. & Liu, A., 2014. Framework of Smart Tourism Research and Related
Progress in China. In In International Conference on Management and
Engineering (CME 2014). DEStech Publications, pp. 140–146.
PENGEMBANGAN SMART CITY UNTUK MEWUJUDKAN KOTA BUDAYA DI KOTA YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai