Anda di halaman 1dari 134

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kabupaten Wajo merupakan salah satu dari 24 (dua puluh empat)
kabupaten/kota yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Wajo
terletak pada posisi astronomis di koordinat antara 3°39‘ - 4°16’ Lintang
Selatan dan 119° 53’ - 120°27’ Bujur Timur, dengan luas wilayah
Kabupaten Wajo seluas 2.506,19 km² atau 4,01 % dari luas wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan, dan berada pada ketinggian 0 hingga 500 m di
atas permukaan laut. Lahan berbukit terbentang dari selatan ke utara.
Dataran rendah terletak di bagian timur, selatan, tengah, dan barat. Danau
Tempe terletak di bagian barat sedangkan pesisir pantai membentang di
sebelah timur menghadap Teluk Bone sepanjang 103 km garis pantai.
Apabila dilihat secara geostrategis regional Pulau Sulawesi, maka
Kabupaten Wajo yang berada pada bagian selatan merupakan daerah
yang dilewati jalur transportasi antar kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Selatan. Posisi strategis tersebut dapat membawa dampak bagi eksistensi
Kabupaten Wajo terhadap mobilitas baik barang/jasa maupun orang. Posisi
Kabupaten Wajo dengan ibukotanya di Sengkang, merupakan daerah
transit, dengan akses penghubung ke daerah-daerah lain yang berpusat
pada wilayah strategis baik di Provinsi Sulawesi Selatan seperti Kabupaten
Sidrap, Kabupaten Luwu, Kota Pare-pare, dan Kabupaten Toraja.
Sesuai dengan Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Wajo 2005-
2025 “Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Wajo dengan Jiwa
Kemandirian dan Pemerintahan yang Demokratis Bernafaskan
Keagamaan”maka Kabupaten Wajodiharapkan akan berkembang sejajar
dengan Kabupaten-kabupaten maju lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan.
Aspek kemajuan yang hendak dicapai adalah kesejahteraan masyarakat
secara umum yang antara lain melalui kegiatan peningkatan peranan
penanaman modal daerah.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page1
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wajo selama tahun 2011-2015
mengalami fluktuasi antara 5 hingga 10 persen per tahun. Pertumbuhan
ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2011 yang mencapai 10,11 persen.
Pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh peranan sektor pertanian,
kehutanan, dan perikanan yang memberikan kontribusi terbesar dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Wajo. Kabupaten Wajo merupakan daerah
agraris yang menonjolkan pertanian sebagai pilar utama ekonomi, dimana
pertumbuhan ekonomi sangat bergantung kepada lapangan usaha
pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Perekonomian Kabupaten Wajo pada tahun 2015 tumbuh relatif
melambat dibandingkan tahun 2014, dimana laju pertumbuhan PDRB
tercatat 7,05 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan PDRB tahun
2013 sebesar 6,86 persen, namun lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan PDRB tahun 2014 sebesar 9,68 persen. Melambatnya
perekonomian Kabupaten Wajo pada periode tersebut, terutama akibat
perlambatan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang
hanya tumbuh sekitar 4,7 persen. Musim kemarau yang panjang sebagai
dampak El Nino menyebabkan iklim yang kurang kondusif untuk usaha
pertanian, terutama pertanian padi. Pertumbuhan usaha pertanian yang
menurun tersebut berakibat terhadap usaha lainnya karena lapangan
usaha pertanian menjadi sumber perputaran arus perekonomian di
Kabupaten Wajo.
PDRB per kapita Kabupaten Wajo atas dasar harga berlaku tahun
2015 sebesar Rp37,32 juta rupiah. Nilai PDRB per kapita Kabupaten Wajo
secara riil yang digambarkan dengan PDRB perkapita atas dasar harga
konstan tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 28,31 persen selama
tahun 2011-2015 dengan kisaran pertumbuhan antara 5 hingga 8 persen
per tahun. PDRB perkapita atas dasar harga konstan tersebut
mencerminkan pertumbuhan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Wajo.
Amanat UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang rencana pembangunan
jangka panjang nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, penanaman modal
diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page2
cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas dengan mewujudkan
iklim penanaman modal yang menarik, mendorong penanaman modal bagi
peningkatan daya saing perekonomian nasional, serta meningkatkan
kapasitas infrastuktur fisik dan pendukung yang memadai. Untuk mencapai
tujuan tetsebut, pemerintah telah menetapkan rencana umum penanaman
modal (RUPM) melalui peraturan presiden Nomor 16 Tahun 2012 pasal 4.
Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten (RUPMK)
merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka panjang sampai
dengan tahun 2025, yang disusun berdasarkan peraturan presiden Nomor
16 Tahun 2012 pasal 5. RUPMK berfungsi untuk mensinergikan dan
mengoperasionalkan seluruh kepentingan sektoral terkait di kabupaten,
sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam penetapan prioritas sektor-
sektor yang akan dikembangkan dan dipromosikan melalui kegiatan
penanaman modal.
Untuk mendukung pelaksanaan RUPMK serta guna mendorong
peningkatan penanaman modal yang berkelanjutan, pemerintah mengatur
perlunya pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Umum Penanaman
Modal Provinsi (RUPMP) dan Rencana Umum Penanaman Modal
Kabupaten/Kota (RUPMK). RUPMP dan RUPMK merupakan RUPM tingkat
daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang disusun berdasarkan potensi
dan karakteristik yang dimiliki masing-masing daerah serta tetap mengacu
pada arah kebijakan penanaman modal yang telah ditetapkan pemerintah.

1.1. Dasar Hukum


....Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2012 tentang rencana umum
penanaman modal.
Pasal 4 :
(1) Pemerintah Provinsi menyusun RUPMP yang mengacu pada
RUPM dan prioritas pengembangan potensi Provinsi.
(2) Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun RUPMK yang mengacu
pada RUPM, RUPMP, dan prioritas pengembangan potensi
Kabupaten/Kota.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page3
(3) Dalam rangka penyusunan RUPMP dan RUPMK, pemerintah
Provinsi dan pemerintah Kabupaten/Kota dapat berkonsultasi
kepada BKPM.
(4) RUPMP ditetapkan oleh Gubernur, dan RUPMK ditetapkan oleh
Bupati/Walikota
Pasal 6 dan 7 :
Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat (3) dilaksanakan
sedikitnya 1 (satu) kali setiap 2 (dua) tahun.
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan untuk melaksanakan Perpres ini
diatur oleh Menteri/Kepala LPNK, Gubernur/Bupati/Walikota sesuai
tugas dan kewenangan masing-masing

1.2. Asas dan Tujuan


Penyusunan rencana umum penanaman modal kabupaten (RUPMK)
dimaksudkan untuk memberikan panduan bagi pemerintah kabupaten serta
pihak yang terkait dalam proses penyusunan RUPMK di kabupaten
masing-masing. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Sulawesi
Selatan Nomor 13 Tahun 2009 tentang penanaman modal, Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan berkomitmen untuk mengembangkan arah
kebijakan penanaman modal di wilayah ini berdasar asas kepastian hukum,
keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan
asal daerah penanam modal, kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi daerah. Asas tersebut menjadi prinsip
dan nilai-nilai dasar dalam mewujudkan tujuan penanaman modal di
daerah, yaitu:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah
2. Menciptakan lapangan kerja
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
4. Meningkatkan daya saing dunia usaha di daerah
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi di daerah
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page4
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan penyusunan RUPMK adalah terbangunnya keterpaduan dan
konsistensi arah perencanaan pembangunan di bidang penanaman modal,
khususnya antara RUPM, RUPMP, dan RUPMK, serta dokumen
perencanaan pembangunan lainnya.

1.3. Sasaran
Ditetapkannya RUPMK, maka akan memberikan dampak :
(1) Ditetapkannya RUPMK Kabupaten Wajo 2017-2025.
(2) Dimanfaatkannya RUPMK dalam menyusun rencana strategis
(renstra), satuan kerja perangkat daerah (OPD) Pemerintah
KabupatenWajo.
(3) Terbangunnya sinergitas dokumen perencanaan penanaman modal
(RUPM, RUPMP, RUPMK, Renstra, dan OPD).

2. Lingkungan Strategis
2.1. Pergeseran Kekuatan Ekonomi Dunia
Telah diramalkan bahwa dunia akan menghadapi suatu pergeseran
kekuatan ekonomi global (Global Power Shift) dari Barat ke Timur. Selama
dua abad dalam sejarah dunia, Asia hanya merupakan penonton dalam
perkembangan dunia yang dikuasai oleh pihak Barat. Namun demikian,
Asia akan kembali ke pusat dunia yang pernah ditempati oleh Asia selama
18 abad, sebelum diduduki oleh Barat.
Asia akan mengalami proses transformasi dunia yang memadai.
Krisis ekonomi global telah mempercepat pergeseran kekuatan ekonomi
dunia. Saat ini sumbangan China dalam PDB dunia berdasarkan nilai tukar
berlaku (current exchange rate) berada pada posisi kedua setelah Amerika
Serikat, menggantikan posisi Jepang yang turun ke posisi ketiga.
Pergeseran kekuatan ekonomi dunia semakin mencolok dengan
menggunakan nilai PDB berdasarkan paritas daya beli (purchasing power
parity). Selain China yang telah menyalib Jepang, muncul pula India pada

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page5
urutan keempat menyusul Jerman, Rusia pada ukuran ketujuh, dan Brazil
pada urutan kesembilan. Ditambah dengan Korea Selatan, Meksiko dan
Turki, telah menjelma menjadi kekuatan yang dijuluki Emerging Market‐7
(EM‐7). Kekuatan baru ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi
dunia menggantikan peran negara‐negara G‐7.
Hingga paruh pertama tahun 1990-an, produk domestik bruto (PDB)
riil Benua Eropa dan Benua Amerika masih lebih besar ketimbang Benua
Asia (Faisal Basri, 2015).Namun, pertumbuhan ekonomi yang pesat dan
berkelanjutan di negara-negara Asia pasca Perang Dunia II, negara-negara
Eropa dan Amerika cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan,
membuat pangsa pasar Asia terus naik sampai akhirnya mengalahkan
Eropa pada pertengahan 1990-an dan melampaui Amerika pada awal
tahun 2000-an. Kini, kekuatan Asia telah jauh melampaui Eropa maupun
Amerika, masing-masing sekitar 45 persen, 23 persen, dan 27 persen.
Peranan Benua Afrika praktis tidak mengalami perubahan dalam setengah
abad terakhir, yakni hanya sekitar 5 persen.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page6
Berdasarkan PDB menurut paritas daya beli (Gross Domestic
Product/GDP based on purchasing power parity/PPP) tahun 2013 versi
Bank Dunia, empat negara Asia bertengger di jajaran sepuluh besar dunia,
masing-masing China di posisi ke-2 dengan PDB sebesar US$16.158,
India dan Jepang di posisi ke-3 dan ke-4 dengan masing-masing PDB
sebesar US$6.774 dan US$4.624, serta Indonesia di urutan ke-9 dengan
PDB sebesar US$2.388. Benua Amerika hanya diwakili oleh dua negara
yaitu Amerika Serikat di posisi puncak dan Brazil ke-7. Sisanya adalah
empat negara Eropa, yaitu Jerman (ke-5), Rusia (ke-6), serta Prancis (ke-
8) dan Inggris (ke-10).
Berdasarkan kawasan, kawasan Asia adalah yang paling menonjol.
China dan India berada pada kelompok pertama. Sementara itu pada
kelompok kedua adalah: Korea Selatan, Indonesia, Hongkong, Taiwan, dan
Singapura. Ketujuh perekonomian negara ini yang dijuluki Emerging Asia
(EA‐7), tumbuh pesat dan semakin meninggalkan G‐7. Emerging Asia
menunjukkan proses pemulihan yang cukup mencengangkan. Setelah
perekonomian dunia mengalami kemerosotan tajam sejak paruh kedua
2008, memasuki triwulan kedua 2009 perekonomian pulih dengan
kecepatan tinggi mendahului pemulihan di Amerika Serikat dan Eropa. Hal
ini mengindikasikan bahwa EA‐7 semakin melepaskan ketergantungannya
kepada G‐7. Lebih dari itu, EA‐7 telah mampu menggantikan Amerika
Serikat dan Eropa sebagai pendongkrak utama pemulihan ekonomi dunia,
suatu fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pada tahun 2014, China menyusul Amerika Serikat sehingga
berada di posisi puncak, sedangkan Indonesia naik satu peringkat (ke-8)
menyusul Prancis, sebagaimana tampak pada Peraga 2. Posisi Indonesia
tersebut, menjadikan Indonesia merupakan satu-satunya Negara di
kawasan ASEAN yang menjadi anggota G.20 sebagai Negara-negara
dengan besaran ekonomi terbesar di dunia.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page7
Terjadinya pergeseran siklus dan tatanan ekonomi global
merupakan tantangan yang dihadapi perekonomian global. Tantangan
tersebut tidaklah ringan, mengingat pergeseran siklus terjadi dengan
beralihnya lanskap ekonomi dunia yang ditandai oleh meningkatnya
pertumbuhan ekonomi negara maju dan menurunnya pertumbuhan
ekonomi negara berkembang dan berlanjutnya tren penurunan harga
komoditas dunia.
Asia juga unggul sebagai negara pengekspor. Dari 30 negara top
exporters dunia, Asia menempatkan sepuluh negara. China lagi-lagi
menjadi jawaranya. Posisi puncak sudah dinikmati China sejak tahun 2009,
menggantikan posisi Jerman yang sebelumnya selalu di posisi pertama.
Sembilan negara Asia lainnya adalah Jepang (ke-4), Korea (ke-7), Hong
Kong (ke-9), Singapura (ke-14), India (ke-19), Taiwan (ke-20), Thailand
(ke-24), Malaysia (ke-25), dan Indonesia (ke-27). Posisi Indonesia tahun
2013 naik empat peringkat dari tahun 2008. Kesepuluh negara Asia itu
menguasai 30,2 persen ekspor dunia pada tahun 2013, meningkat dari
26,7 persen pada tahun 2008, sebagaimana tampak pada Peraga 3.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page8
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, bahkan tertinggi di dunia serta
keterbukaan kebanyakan negara Asia membuat impor mereka pun naik
pesat. Semua kawasan di dunia semakin membidik pasar Asia yang
menjanjikan. Impor Asia meningkat dari 26,4 persen pada tahun 2008
menjadi 32,2 persen pada tahun 2013, sebagaimana tampak pada Peraga
4 berikut:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page9
Tidak mengherankan jika kawasan Asia-Pasifik menjadi mesin utama
perdagangan dunia. Perdagangan Trans-Pasifik tumbuh pesat
mengalahkan perdagangan Trans-Atlantik. Hal ini antara lain terlihat dari
nilai perdagangan antara Amerika Serikat dengan Asia-Pasifik yang sejak
tahun 1980-an telah melampaui perdagangan Amerika Serikat dengan
Eropa, sebagaimana tampak pada Peraga 5. Tidak berlebihan apabila
muncul julukan abad ini merupakan “Abad Asia”.
Namun demikian, kinerja perekonomian global cenderung menurun
dalam beberapa tahun terakhir, direspons dengan berbagai kebijakan di
berbagai negara sehingga pemburukan yang terjadi tidak terus berlanjut,
sehingga diharapkan dapat mengembalikan optimisme perbaikan ekonomi
ke depan. Pelemahan pertumbuhan ekonomi global membawa implikasi
terhadap penurunan harga komoditas. Dampaknya terhadap penurunan
harga komoditas cukup besar karena terkait dengan pelemahan ekonomi
China dan India, mengingat kedua negara ini
merupakan negara pengimpor komoditas terbesar dunia

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page10
Tak pelak lagi, Asia semakin solid sebagai kesatuan kawasan
sebagaimana terbukti dari porsi perdagangan intra-Asia yang meningkat
konsisten sejak akhir 1990-an dan sebaliknya perdagangan Asia dengan
Amerika Serikat dan Eropa turun sangat tajam dari sekitar 37 persen di
akhir 1990-an menjadi hanya 23 persen pada tahun 2012. Lihat Peraga 6.

Peranan Asia yang kian meningkat dalam percaturan ekonomi


dunia membuat kawasan ini akan semakin menjadi tulang punggung utama
perekonomian dunia. Pada tahun 2015 sumbangan Asia telah mencapai
sekitar 34 persen dalam PDB dunia (World GDP). Pada tahun 2030
diproyeksikan naik menjadi 40 persen dan pada tahun 2050 peranannya
akan lebih dari separuh PDB dunia, sebagaimana tampak pada Peraga 7.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page11
Prospek yang cukup menjanjikan itu mendorong arus masuk
penanaman modal asing langsung (foreign direct investment inflows). Dari
778 miliar dollar AS penanaman modal asing langsung yang mengalir ke
negara berkembang, sebanyak 426 miliar dollar AS atau 55 persen menuju
Asia. Asia Timur dan Asia Tenggara merupakan tujuan investasi yang
paling menarik dengan menyerap sebesar 347 miliar dollar AS atau 81
persen dari keseluruhan penanaman modal asing langsung di Asia.
Era keterbukaan masyarakat ekonomi ASEAN dimana tenaga
kerja antar Negara ASEAN bebas masuk ke Indonesia dan kita tidak akan
mampu bersaing jika kualitas tenaga kerja kita masihrendah. Penguasaan
ilmu pengetahuan dan tehnologi masyarakat Wajo saat ini relatif rendah,
akan mempengaruhi daya saing sumber daya manusia. Di era
perdagangan bebas, daya saing produk Wajo tidak akan mampu bersaing
dan membendung impor barang dan jasa yang semakin besar dan
mengakibatkan defisit neraca perdagangan serta menekan tingkat
perumbuhan ekonomi kita.
Struktur produk domestik regional bruto (PDRB) Kabupaten Wajo
kontribusinya masih didominasi oleh produk primer dari sektor pertanian.
Kontribusi dari proses produksi sekunder yakni sektor industri manufaktur

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page12
masih kecil, begitu pula dari proses produksi tersier sektor jasa dan
informasi. Ini menandakan bahwa transformasi struktural perekonomian
masih transisional antara sektor landasan pertanian dan sektor tinggal
landas industri. Transisi ini ditandai oleh belum berkembangnya nilai
tambah optimal dalam produksi pertanian disebabkan oleh aplikasi
teknologi yang masih minim baik dalam proses produksi dan terutama
dalam proses pengolahan.
Kekuatan dalam hal ketersediaan lahan dan tradisi bertani yang
telah dijalankan masyarakat dalam waktu lama, didalamnya sekaligus
terkandung kelemahan dalam bentuk rendahnya inovasi produksi dan
pengolahan. Tantangan yang dihadapi kedepan adalah makin besarnya
tuntutan konsumen atas produk pertanian yang dikelola secara organik
(tidak mengandung pupuk kimia dan pestisida), serta proses produksinya
tidak merusak lingkungan, dan produk pertanian tersebut memiliki keunikan
sebagai nilai lebihnya dalam hal kualitas agronomis (vatietas, warna,
bentuk, ukuran) maupun dari segi cita rasa (memiliki rasa khas, aromatik
dan sebagainya).
Dalam 20 tahun kedepan, perekonomian semakin menuntut
kandungan (content) pengetahuan atas setiap produk yang dihasilkan,
semakin menuntut kreativitas dalam mengisi pasar, dan dalam arah inilah
tranformasi perekonomian memerlukan perencanaan yang baik.

2.2. Perubahan Iklim, Krisis Energi, dan Krisis Pangan


Lonjakan pertumbuhan penduduk dan perubahan iklim mendorong
planet ini menuju episode semakin memburuknya kelaparan yang hanya
bisa diperbaiki dengan perbaikan sistem pangan. Pada abad ke-21, dunia
diperkirakan akan mendapatkan ancaman konvergensi yaitu; ada
pertumbuhan penduduk, penggunaan sumber daya berkelanjutan, dan
tekanan besar pada kemanusiaan untuk mengubah cara kita menggunakan
makanan, terkait dengan isu utama perubahan iklim.
Penelitian Beddington (2012) menunjukkan bahwa pada tahun
2007-2008, lonjakan harga pangan mendorong 100 juta orang ke dalam

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page13
kemiskinan, dan bertambah 40 juta lebih pada 2010-2011. Artinya, terdapat
kekhawatiran nyata tentang kelaparan, dan konsekuensi dimana kenaikan
harga pangan menyebabkan ketidakstabilan.
Selama kurung waktu 20 tahun terakhir, efek gas rumah kaca yang
dipancarkan dalam dekade terakhir akan memiliki efek tak terelakkan pada
sistem iklim, menambah risiko kekeringan dan banjir. Tantangan yang ada
di depan secara global, semakin sulit diramalkan (CSIRO. 2013). Untuk itu,
semua Negara harus mampu meningkatkan produksi pangan global pada
tahun 2050 sekitar 30 persen sampai 80 persen dan mengurangi emisi
(karbon) hingga setengahnya.
Artinya, karena anak-anak akan tumbuh tua selama 60 tahun ke
depan, saat ini kita harus memproduksi makanan sebanyak yang telah
diproduksi dalam sejarah manusia dan pada waktu yang sama selama
periode itu, dan kita harus belajar bagaimana untuk mengurangi separuh
tingkat emisi kami dari pertanian.
Harga minyak mentah yang sempat mendekati 150 dollar AS
perbarrel pada tahun 2010-2011, dan kini diatas 100 dollar AS
menyadarkan masyarakat dunia bahwa ketergantungan pada fossil fuel
sebagai sumber energi harus dikurangi. Namun, alternatif pengembangan
bahan bakar nabati ternyata juga menimbulkan masalah baru yang tak
kalah pelik. Komoditas pangan yang diolah menjadi energi alternatif
membuat harga‐harga bahan makanan dan makanan ternak meroket.
Harga‐harga food‐ feed‐fuel (f‐3) menjadi terkait satu sama lain. Fenomena
ini menimbulkan ancaman krisis pangan bagi ratusan juta penduduk di
negara‐negara miskin.
Persoalan pangan semakin rumit karena terjadi finansialisasi harga‐
harga komoditas, termasuk pangan. Harga‐harga komoditas tak lagi
ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran fisik, namun
mengikuti dinamika pasar finansial yang sangat sarat dengan motif
spekulatif. Krisis finansial global dewasa ini terasa lebih berat bagi negara‐
negara berkembang karena fluktuasi harga pangan yang luar biasa tinggi,

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page14
fenomena perubahan iklim yang mengacaukan ramalan produksi, serta
variabilitas cuaca yang semakin tidak bersahabat.
Pada tingkat makro, mungkin saja krisis finansial menjadi salah
satu pemicu percepatan pergeseran kekuatan ekonomi global dari negara‐
negara maju ke arah negara‐negara berkembang progresif atau yang lebih
dikenal dengan New Emerging Markets. Akan tetapi, pada bidang pangan
dan pertanian, posisi negara‐negara berkembang yang notabene memiliki
jumlah penduduk lebih besar daripada negara‐negara maju, masih belum
dapat melepaskan diri dari permasalahan struktural dalam sistem produksi
dan konsumsi, ketahanan pangan, kemiskinan, pengangguran, kualitas
pendidikan dan lain‐lain. Ditambah lagi, saat ini terdapat kecenderungan di
banyak negara untuk semakin mementingkan urusan pangan di dalam
negerinya sendiri, bahkan dengan menerapkan kebijakan protektif yang
cenderung berlebihan.

2.3. Penanaman Modal Asing


Asia telah menunjukan kemampuannya untuk mencapai secara
terus-menerus laju pertumbuhan yang tinggi. Dalam hal ini ada 3 negara
yang telah memelopori high growth ini; yaitu China, India dan Indonesia.
Ketiga-tiganya memiliki SDM yang besar; ada untung-ruginya untuk
memiliki SDM yang besar. Tantangannya adalah untuk secara terus-
menerus diharuskan menurunkan jumlah kemiskinan serta untuk menaikan
employment rate-nya.
Faktor yang meringankan ataupun menguntungkan ialah
tumbuhnya golongan kelas menengah yang terus meningkat jumlahnya.
Seperti halnya dengan Indonesia dewasa ini, dimana kelas menengah yang
mempunyai kewajiban untuk membawa kemajuan dan proses modernisasi
ekonomi yang positif. Suatu proses yang sangat vital; yang sedang terjadi
secara spektakuler di China, diikuti oleh India.
Sesuai dengan ramalan, dewasa ini sudah semakin jelas bahwa
proses peralihan kekuatan ekonomi global dari barat ke timur telah dimulai
secara berangsur. Adanya global power shift sudah semakin nyata. Telah

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page15
diperkirakan pula bahwa negara-negara Asia yang akan terdorong untuk
semakin maju kedepan. Diikuti oleh negara-negara berkembang lainnya
dari Amerika Latin dan Timur Tengah.
Di Asia khususnya, China dan India yang menonjol. Tetapi banyak
harapan yang ditujukan pula pada ASEAN; diharapkan ASEAN akan
berhasil untuk mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada waktunya
(2015). Salah satu faktor penting di Asia ialah segi SDM (sumber daya
manusia) yang sangat besar jumlahnya. Tetapi yang berusia muda – usia
yang produktif.
Disamping itu telah tumbuh golongan kelas menengah yang
berpendidikan dan sangat besar jumlahnya; kelas menengah ini yang
diharapkan menjadi motor penggerak kemajuan dan modernisasi negara-
negara Asia. Sumber daya alam Asia juga mencukupi yang belum
dimanfaatkan selayaknya.
Selain itu, negara‐negara yang tergabung dalam BRIC sudah
mulai melakukan investasi di negara‐negara berkembang, terutama di
sektor ekstraktif. Ditambah dengan kemampuan beberapa negara
emerging markets lainnya yang sudah lebih dulu hadir di sektor industri
manufaktur, maka bisa diharapkan arus masuk PMAL ke negara‐negara
berkembang akan lebih cepat pulih ketimbang ke negara‐negara maju.
Negara‐negara berkembang yang lebih sigap berbenah diri
memperkokoh pasar domestiknya serta menciptakan iklim investasi yang
lebih kondusif serta menghadirkan kelengkapan infrastruktur yang
memungkinkan kos tetap (fixed cost) yang bersaing niscaya akan lebih
banyak menyerap PMA.
Seperti telah diramalkan secara luas, dewasa ini Indonesia
memiliki kemampuan potensial untuk meraih tempat dari posisi ke-17 ke
tempat ke-7 di dunia. Demikian pula Indonesia akan mengambil peranan
penting pula dalam transformasi dunia. Berkenaan dengan itu, Indonesia
harus menyiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang berat dan
peluang yang indah.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page16
2.4. Lingkungan Regional dan Nasional
Seiring dengan perkembangan ekonomi dunia yang dinamis,
volume perdagangan dunia akan terus meningkat dan di dalam
peningkatan itu terlihat kecenderungan yang lebih cepat akan terjadi di
kawasan Asia. Indonesia yang berada di kawasan Asia diperkirakan akan
memperoleh manfaat positif yang berarti dengan pemulihan ekonomi pada
kawasan tersebut.
Ekonomi dunia yang dalam proses pemulihan dapat diperkirakan
bahwa Indonesia akan lebih menarik sebagai tempat investasi oleh investor
asing karena berbagai alasan. Di antara alasan‐alasan tersebut adalah: (1)
jumlah penduduk yang besar yang menjadi potential buyer dari produk
yang dihasilkan;(2) tersedianya angkatan kerja yang produktivitasnya
masih sangat berpeluang untuk ditingkatkan; (3) tersedianya sumber daya
yang dapat diolah dan merupakan kebutuhan masayarakat kawasan atau
dunia; (4) terpeliharanya stabilisasi di bidang politik dan semakin
terbukanya ruang bagi bekerjanya mekanisme pasar; dan (5) semakin
turunnya biaya yang tak terkait langsung dengan kegiatan produksi dan
distribusi (clean government atau good corporate governance).
Hampir dapat dipastikan investasi yang masuk ke negara‐negara
Asia dalam beberapa tahun mendatang akan lebih berorientasi pasar lokal
atau pasar regional. Sebagai negara yang mempunyai sumber daya yang
besar, Indonesia akan menjadi lokasi yang lebih menarik. Para investor
yang berasal dari negara di luar ASEAN akan berusaha memanfaatkan
sumber daya yang tersedia di Indonesia dengan ketentuan rule of origin
yang diberlakukan oleh ASEAN dalam kerangka AFTA.
Menyimak kecenderungan yang terjadi, Indonesia perlu
memberikan peluang dan membangun promosi dan kerjasama kepada
para investor untuk memanfaatkan “kelebihan” yang dimiliki oleh Indonesia.
Berkaitan dengan itu maka sikap keterbukaan dari masyarakat perlu
dikembangkan agar para investor asing merasakan bahwa risiko berusaha
di Indonesia mengalami perubahan yang berarti.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page17
Tantangan besar kemajuan perekonomian 20 tahun mendatang
adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan
berkualitas secara berkelanjutan, hal ini untuk mewujudkan secara nyata
peningkatan kesejahteraan sekaligus mengurangi ketertinggalan dari
bangsa-bangsa lain yang lebih maju. Basis kekuatan ekonomi yang masih
banyak mengandalkan upah tenaga kerja yang murah dan ekspor bahan
mentah dari eksploitas isumber-sumber daya alam tak terbarukan, untuk
masa depan perludiubah menjadi perekonomian yang produk-
produknya mengandalkan keterampilan SDM serta mengandalkan produk-
produk yang bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global sehingga
ekspor bahan mentah dapat dikurangi kemudian digantikan dengan ekspor
produk yang bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global.
Secara internal, tantangan tersebut dihadapkan pada situasi
pertambahan penduduk nasional yang masih relatif tinggi dan rasio
penduduk usia produktif yang diperkirakan mencapai tingkat maksimal
(sekitar 50 persen dari total penduduk) pada periode tahun 2020–2030.
Dalam periode tersebut, angkatan kerja diperkirakan meningkat hampir dua
kali lipat jumlahnya dari kondisi saat ini. Dengan komposisi pendidikan
angkatan kerja yang pada tahun 2004 sekitar 50 persen berpendidikan
setingkat SD, dalam20 tahun kedepan komposisi pendidikan angkatan
kerja diperkirakan akan didominasi oleh angkatan kerja yang berpendidikan
setingkat SMP sampai dengan SMU. Dengan demikian, kapasitas
perekonomian pada masa depan dituntut untuk mampu tumbuh dan
berkembang agar mampu menyediakan tambahan lapangan kerjayang
layak.
Tantangan internal yang penting lainnya adalah terlalu
teraglomerasinya aktivitas perekonomian dipulau Jawa yang melebihi daya
dukung optimal lingkungan hidupnya. Pada masa yang akan datang,
perekonomian juga dituntut untuk mampu berkembang secara lebih
proporsional di seluruh wilayah tanah air dengan mendorong
perkembangan ekonomi di luar pulau Jawa, dalam rangka pemerataan
pembangunan untuk mengurangi kesenjangan regional. Selain

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page18
akanbermanfaat untuk menjaga keseimbangan lingkungan, terutama di
pulau Jawa, hal tersebut juga akan berguna untuk memperkuat
perekonomian domestik yang ditunjukkan oleh diversifikasi perekonomian
sekaligus perbaikan didalam kesempatan kerja dan berusaha sehingga
pada gilirannya akan meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat
secara nasional.
Kemajuan ekonomi perlu didukung oleh kemampuan suatu bangsa
didalam mengembangkan potensi dirinya untuk mewujudkan kemandirian.
Kepentingan utama dalam pembangunan tersebut adalah
mempertahankan kedaulatan perekonomian serta mengurangi
ketergantungan ekonomi dari pengaruh luar, tetapi tetap berdaya saing.
Dengan pemahaman itu, tantangan utama kemajuan ekonomi adalah
mengembangkan aktivitas perekonomian yang didukung oleh penguasaan
dan penerapan teknologi serta peningkatan produktivitas SDM,
mengembangkan kelembagaan ekonomi yang efisien yang menerapkan
praktik-praktik terbaik dan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, serta
menjamin ketersediaan kebutuhan dasar dalam negeri.

2.5. Otonomi Daerah


Salah satu dimensi kebebasan yang sudah mulai bergulir adalah
otonomi daerah. Terlepas dari masih banyak kelemahan dalam
penerapannya, otonomi daerah merupakan keharusan. Tak mungkin bagi
negara kepulauan seperti Indonesia menerapkan konsep pembangunan
yang bersifat sentralistik.
Ekses dalam penerapan otonomi daerah antara lain disebabkan
oleh kenyataan bahwa hubungan keuangan pusat‐daerah masih timpang.
Di satu pihak kontrol pusat masih sangat ketat, di lain pihak, daerah kurang
memiliki dorongan untuk memajukan iklim usaha dan mengundang
investor. Kemajuan dalam memperbaiki perimbangan keuangan pusat‐
daerah masih sangat lambat. Pemerintah pusat sejauh ini cenderung untuk
menawarkan jenis‐jenis pajak atau retribusi yang didaerahkan ketimbang
melimpahkan pajak pusat atau mengutik‐utik bagi‐hasil pajak pusat.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page19
2.6. Reformasi Birokrasi
Di tengah perubahan mendasar yang telah berlangsung lebih dari
satu dasawarsa, birokrasi kita tampaknya yang masih belum banyak
menunjukkan perubahan berarti. Bahkan di sana‐sini tampak “kedodoran”
mencari format barunya. Padahal, seluruh kewenangan, kecuali di lima
bidang, pada prinsipnya telah diserahkan kepada pemerintah daerah.
Namun, kenyataannya, portur birokrasi di Pusat justru tidak semakin
ramping. Jabatan eselon I kian bertambah, sehingga eselon‐eselon di
bawahnya pun membengkak.
Tanpa pembenahan mendasar, efektivitas pemerintahan
diperkirakan tetap rendah seperti terlihat dari Indeks Keefektifan
Pemerintah (Government Effectiveness Index). Indeks ini mengukur
kualitas pelayanan publik, kapasitas birokrasi dan independensinya
terhadap tekanan politik, dan kualitas perumusan kebijakan. Indeks
Indonesia masih bertengger di zona negatif, yang secara harfiah dapat
ditafsirkan bahwa pemerintah lebih banyak “mengganggu” ketimbang
“membantu.” Indeks negara‐negara tetangga seperti Singapura, Malaysia,
dan Thailand jauh lebih baik dari kita. Kesemua negara tersebut memiliki
indeks yang berada di zona positif. Indeks Indonesia hanya lebih baik dari
Vietnam, Bangladesh, Cambodia, Laos, Bolivia, Venezuela, Timor‐Leste,
dan Myanmar.

3. Sistematika Penulisan
Naskah akademik Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM)
Kabupaten Wajo ini disusun dengan mengacu kepada Keputusan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi
(RUPMP) dan Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota
(RUMPK) dengan sistematika sebagai berikut :

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page20
Bab I PENDAHULUAN, terdiri atas :
1.1. Latar Belakang yang memuat : Dasar Hukum, Asas dan
Tujuan, serta Sasaran.
1.2. Lingkungan Strategis
1.3. Sistematika Penulisan

Bab II POTENSI DAN REALITAS, terdiri atas :


2.1. Potensi dan Kondisi Umum Penanaman Modal Kabupaten
Wajo
2.2. Kondisi Kelembagaan Penanaman Modal Kabupaten Wajo
2.3. Isu Strategis Terkait Penanaman Modal Kabupaten Wajo

Bab III VISI-MISI RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL, terdiri


atas:
3.1. Visi Lembaga Penanaman ModalKabupatenWajo
3.2. Misi Lembaga Penanaman ModalKabupatenWajo
3.3. Arah dan Kebijakan Lembaga Penanaman
ModalKabupatenWajo

Bab IVARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAERAH, terdiri


atas:
4.1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal
4.2. Persebaran Penanaman Modal
4.3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi
4.4. Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan
4.5. Pemberdayaan UMKMK
4.6. Pemberian Insentif dan/atau Kemudahan
4.7. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal

Bab V KAJIAN DAN ANALISIS, terdiri atas :


5.1. Langkah-langkah Antisipatif Menghadapi Perubahan
5.2. Arah Kebijakan Penanaman Modal

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page21
Bab VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI, terdiri atas :
6.1. Tahapan Pelaksanaan RUPMK
6.2. Proyeksi Kebutuhan Penanaman Modal Kabupaten Wajo

Bab VII PENUTUP, terdiri atas :


7.1. Kesimpulan
7.2. Pelaksanaan
7.3. Saran-saran

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page22
BAB II
POTENSI DAN REALITAS

2.1 Potensi dan Kondisi Umum Penanaman Modal Daerah


Permasalahan pembangunan daerah merupakan “gap expectation”
antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang
direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan
kondisi riil saat perencanaan sedang dibuat. Potensi permasalahan
pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum
didayagunakan secara optimal dan kelemahan yang tidak diatasi. Untuk
mengefektifkan sistem perencanaan pembangunan daerah dan bagaimana
visi/misi daerah dibuat dengan sebaik-baiknya, dibutuhkan pengetahuan
yang mendalam tentang kekuatan dan kelemahan sehubungan dengan
peluang dan tantangan yang dihadapi.
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yang diukurdengan
pertumbuhan PDRB menjadi salah satu target penting yang harus
dicapaidalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutanmerupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan
ekonomi danpeningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kondisi struktur ekonomi Kabupaten Wajo yang masih didominasi
oleh sektor pertanian belum memperlihatkan kualitas pertumbuhan yang
semakin baik. Hal ini disebabkan antara lain karena belum maksimalnya
penerapan konsep petik olah jual untuk meningkatkan nilai tambah (value
added) dari hasil produksi pertanian. Oleh karenanya, pemerintah daerah
perlu melakukan kajian kelayakan hilirisasi hasil-hasil pertanian unggulan
daerah yang melibatkan pihak akademisi, untuk ditawarkan kepada calon
investor. Sementara pertumbuhan sektor industri khususnya industri
pengolahan yang relatif masih kecil perlu diakselerasi pertumbuhannya.
Pemasaran hasil produksi khususnya untuk eksport yang masih terkendala
dengan tingkat kualitas yang dapat bersaing dipasar internasional. Secara
keseluruhan akan mempengaruhi neraca perdagangan Kabupaten Wajo.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page23
Di bidang pembangunan ekonomi, salah satu indikator penting
untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro adalah data produk
domestik regional bruto (PDRB). Terdapat 2 (dua) jenis penilaian PDRB
yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Penyajian
PDRB atas dasar harga konstan mengalami perubahan mendasar sebagai
konsekuensi logis berubahnya tahun dasar yang digunakan.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Wajo
merupakan indikator yang memberikan informasi tentang gambaran
keberhasilan pembangunan ekonomi regional Kabupaten Wajo. PDRB
Kabupaten Wajo atas dasar harga berlaku (ADHB) selama lima tahun
terakhir terus meningkat. Pada tahun 2012, PDRB Kabupaten Wajo
sebesar Rp10,166 triliun, tahun 2013 sebesar Rp11,629 triliun, tahun 2014,
sebesar Rp13,656 triliun, dan tahun 2015 menjadi Rp15,095 triliun. Jadi
total nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku yang dihasilkan dari
seluruh kategori ekonomi di Kabupaten Wajo dalam kurun waktu 4 tahun,
mengalami peningkatan dua kali lipat, atau mengalami peningkatan
sebesar 12,12 persen per tahun.Kontribusi terbesar terhadap PDRB
Kabupaten Wajo adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Sementara berdasarkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku,
PDRB per kapita Kabupaten Wajo pada tahun 2012 sebesar Rp25,89 juta,
tahun 2013 sebesar Rp29,46 juta, tahun 2014 sebesar 34,20 juta, dan
tahun 2015 sebesar Rp37,32 juta. Nilai PDRB per kapita Kabupaten Wajo
secara riil atas dasar harga konstan tahun 2010 mengalami kenaikan
sebesar 28,31 persen, atau mengalami peningkatan sebesar 5,67 persen
per tahun.

2.2 Kontribusi Penanaman Modal Daerah


Karakteristik dan kondisiwilayah di Kabupaten Wajo adalah
sebagai daerah yang terbaring dengan posisi yang dikatakan
"Mangkalungu Ribulue, Massulappe Ripottanangnge, Mattodang Ritasi
Tappareng" yang artinya Kabupaten Wajo memiliki lahan 3 (tiga) dimensi
yakni: (1) Tanah berbukit yang berjejer dari selatan mulai dari Kecamatan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page24
Tempe ke utara yang semakin bergunung utamanya di
KacamatanManiangpajo dan Kecamatan Pitumpanua yang merupakan
wilayah pengembangan hutan tanaman industri, perkebunan coklat,
cengkeh, jambu mente serta peternakan,(2) Tanah dataran rendah yang
merupakan hamparan sawah dan perkebunan/tegalan pada wilayah timur,
selatan, tengah dan barat, dan (3) Danau Tempe dan sekitarnya serta
hamparan air yang terbentang sepanjang pesisir pantai Teluk Bone di
sebelah timur merupakan wilayah potensial untuk pengembangan
perikanan dan budidaya tambak. Hal ini menggambarkan suatu daerah
menyimpan potensi kandungan sumberdaya alam yang melimpah.
Investasi memberikan dampak positif bagi pertumbuhan suatu
wilayah dan kesejahteraan penduduk. Jumlah investor PMDN dan PMA di
Kabupaten Wajo pada tahun 2017 mencapai Rp1,678 triliun yang terdiri
atas Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp841, 292 miliar dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp836,855 miliar yang
tersebar pada beberapa sektor. Realisasi imvestasi PMA berdasarkan
sektor meliputi: (1) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan sebesar Rp116,718 milyar, dan (2) Sektor Industri Pengolahan
(migas dan non migas) sebesar Rp724,573 milyar.
Sedangkan realisasi PMDN berdasarkan sektor dengan nilai
tertinggi sampai terendah meliputi: (1) Sektor Jasa-jasa sebesar
Rp733,079 miliar, (2) Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa
Perusahaan sebesar Rp46,850 miliar, (3) Sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran sebesar Rp32,325 miliar, (4) Sektor Bangunan sebesar
Rp16,950 miliar, (5) Sektor Industri Pengolahan (migas dan non migas)
sebesar Rp5 miliar, (6) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar
Rp2,200 miliar, dan Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
sebesar Rp450 juta.
Sektor Pertanian yang merupakan sektor andalan sebagai
penopang perekonomian Kabupaten Wajo, berdasarkan data
perkembangan investasi tampaknya tidak cukup menggembirakan.
Realisasi PMDN untuk sektor ini sangat minin yaitu sebesar Rp450 juta

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page25
dari total realiasasi investasi PMDN sebesar Rp836,855 miliar. Jumlah
tersebut setara dengan 0,053 persen saja atau kurang dari 1 persen. Jika
data realisasi PMA sektor pertanian dimasukkan, maka realisasi sektor ini
sebesar 6,98 persen dari total realisasi investasi sebesar Rp1,678 tirliun.
Kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah Anomali, dimana
Kabupaten Wajo mengandalkan sektor Pertanian tetapi realisasi investasi
yang cukup rendah.
Berdasarkan data-data yang dimiliki oleh tim kajian RUPM
menunjukkan beberapa permasalahan yang di identifkasi antara lain: (1)
belum adanya roadmap rencana umum penanaman modal kabupaten
Wajo, (2) belum adanya peta potensi sumber daya alam unggulan yang
siap ditawarkan kepada calon investor, dan (3) belum adanya kawasan
industri terpadu yang didukung oleh ketersesiaan infrastruktur, listrik, dan
air di Kabupaten Wajo.
Disusunnya Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten
(RUMPK) Wajo diharapkan akan menjadi arah dan kebijakan penanaman
modal di Wajo, agar penanaman modal dapat memberi kontribusi yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada masa yang akan datang.
Selain itu, Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kabupaten Wajo diharapkan akan lebih fokus untuk
membangun dan mengembankan iklim investasi di Kabupaten Wajo.

2.3 Kondisi Kelembagaan Penanaman Modal Daerah


Hingga tahun 2017, kondisi kelembagaaan penanaman modal
Kabupaten Wajo telah berbentuk Dinas Penanaman Modal Dan Pelayan
(DPMPTSP).Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 7
Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Pemerintah Kabupaten Wajo, maka DPMPTSP mempunyai tugas pokok
membantu Bupati dalam menyelenggarakan sistem pelayanan perizinan,
non perizinan dan penanaman modal di daerah.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok tersebut, DPMPTSP
mempunyai fungsi dalam hal:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page26
1. Perencanaan, yaitu melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan
layanan dibidang layanan perizinan, non perizinan dan penanaman
modal (terutama mekanisme, prosedur dan persyaratan serta
pemberian izin), sehingga masyarakat (pemohon) akan terlayani
secara baik, transparan dan tepat waktu.
2. Pengkoordinasian, yaitu melakukan kegiatan koordinasi dengan dinas-
dinas terkait dalam pelaksanaan pemberian ijin kepada masyarakat.
3. Pelayanan, yaitu memberikan pelayanan perizinan, non perizinan dan
penanaman modal yang dilaksanakan di Dinas Penanaman Modal.Dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu
4. Pengendalian, yaitu mengendalikan kegiatan-kegiatan layanan
perizinan, non perizinan dan penanaman modal sehingga sesuai
dengan mekanisme, prosedur dan persyaratan yang telah ditentukan.
5. Monitoring dan Evaluasi, yaitu melakukan kegiatan monitoring untuk
melihat sejauh mana pelaksanaan pelayanan perizinan, non perizinan
dan penanaman dilaksanakan, dan melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan perizinan, non perizinan dan penanaman sehingga
diketahui dimana terdapat kendala atau permasalahan, serta mencari
solusi pemecahannya. Dari hasil monitoring dan evaluasi ini dilaporkan
secara rurin (bulanan) kepada Kepala Daerah.
DPMPTSP dipimpin oleh Kepala Dinas yang memiliki tugas pokok
membantu Bupati dalam membina, mengkoordinasikan dan melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pelayanan
perizinan terpadu dan penanaman modal serta pelaksanaan
kesekretariatan badan. Selain itu, Kepala Dinas DPMPTSP dibantu oleh
Kepala Bidang Perencanaan Iklim Penanaman Modal yang memiliki tugas
pokok merumuskan Melaksanakan perencanaan pengembanganIklim
Penanaman Modal untuk meningkatkan jumlah dan realisasi investasi
Penanaman Modal Daerah, Kepala Bidang Promosi dan kerja sama
Penanaman Modal dengan tugas pokok merumuskan dan melaksanalkan
kebijakan teknis market survei dan intelligent potensi promosi investasi

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page27
Selain itu terdapat Kepala Bidang Penyelenggaraan Pelayanan
Perizinan dengan tugas pokok merencanakan dan melaksanakan tekhnis
operasional pelayanan/pengolahan administrasi Perizinan dan Non
Perizinan pengadaan layanan informasi dan pelaporan layanan. Kepala
Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal dengan tugas pokok
Merencanakan dan melaksanakan perumusan kebijakan operasional
tekhnis Pemantauan ,pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Penanaman Modal serta penggunaan fasilitas dan penilaian laporan
kegiatan penanaman

2.4 Isu-isu Strategis Terkait Penanaman Modal Daerah


Beberapa isu-isu strategis terkait Penanaman Modal Kabupaten
Wajo antara lain:
1. Kualitas pertumbuhan sektor unggulan/dominan
Kondisi struktur ekonomi Kabupaten Wajo yang masih didominasi oleh
sektor pertanian belum memperlihatkan kulaitas pertumbuhan yang
semakin baik. Hal ini disebabkan oleh karena belum maksimalnya
penerapan konsep petik olah jual atau hilirisasi industri pertanian untuk
meningkatkan nilai tambah (Value added) dari hasil produksi pertanian.
Pertumbuhan sektor industri khususnya industri pengolahan yang relatif
masih kecil perlu diakselerasi pertumbuhannya. Pemasaran hasil
produksi masih terkendala dengan tingkat kualitas dan daya saing
harga untuk dapat bersaing dipasar domestik maupun nasional.
2. Pengembangan Kawasan Strategis
Pengembangan Kawasan Industri Strategis dengan prioritas kepada
Agroindustri sesuai dengan Visi dan Misi Penanaman Modal Kabupaten
Wajo perlu difasilitasi dengan membangun kawasan strategis. Saat ini
berbagai komoditi pertanian yang dihasilkan memiliki keunggulan.
Pengembangan Agroindustri yang perlu di prioritaskan
pengembangannya di Kabupaten Wajo adalah industri pengolahan hasil
pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan, disamping
pengembangan pada sektor lainnya seperti sektor pariwisata. Untuk

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page28
maksud tersebut, maka upaya yang perlu segera dilakukan adalah
menemu-kenali dan merumuskan daftar indusri strategis yang
dilengkapi dengan insentif dan kemudahan lainnya yang disediakan
oleh pemerintah daerah Kabupaten Wajo.
3. Pengembangan Kerjasama dan Promosi
Pentingnya peningkatan intensitas kerjasama regional guna menjalin
interkoneksitas industrial yang saling menguntungkan (peningkatan
peluang sosial-ekonomi). Ke depan, perhatian penanaman modal perlu
difokuskan kepada pengembangan kerjasama regional dan antar
regional, antar negara dengan tetap membuka peluang bagi
pengembangan kerjasama lainnya. Program promosi perlu
dikembangkan dengan pendekatan yang lebih selektif, fokus dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan pasar potensial dan posisi
Kabupaten Wajo agar lebih segmented sesuai dengan potensi unggulan
daerah.
4. Peningkatan Kualitas Sistem Informasi Penanaman Modal
Perlunya peningkatan intensitas dan kualitas informasi terkaiat potensi
daerah bagi kegiatan penanaman modal untuk dibuka seluas-luasnya
agar pelaku usaha dapat mengakses secara luas. Oleh karenanya,
BPPTPM perlu membangun atau mengoptimalkan Sistem Informasi
Penanaman Modal (SIMPEDAL) sebuah aplikasi untuk memberikan
informasi tentang Potensi dan Peluang Investasi di Kabupaten Wajo.
Tujuan dibangunnya sistem ini untuk memberikan gambaran kepada
para investor bidang-bidang usaha yang berkembang di Kabupaten
Wajo. SIMPEDAL juga merupakan sarana promosi potensi dan peluang
investasi berupa sektor usaha yang siap untuk dibangun, dikembangkan
oleh pemerintah maupun swasta sebagai upaya mencapai tujuan
pembangunan Kabupaten Wajo.

5. Pasar bebas ASEAN


Perlunya lembaga penanaman modal Kabupaten Wajo menyiapkan diri
memasuki masyarakat ekonomi Asean (MEA) dengan memanfaatkan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page29
peluang-peluang yang ada dan meninimalkan kemungkinan dampak
bagi investasi di daerah ini.

BAB III
VISI DAN MISI KABUPATEN WAJO

3.1. Visi dan Misi Kabupaten Wajo


Sebagai bagian dari negara kesatuan Republik Indonesia, tentu saja
gambaran masa depan yang hendak diwujudkan Kabupaten Wajo
merupakan bagian dari gambaran masa depan Indonesia. Karena itu,
rumusan Visi Kabupaten Wajo memperhatikan rumusan Visi Pembangunan
Nasional 2005-2025. Selain itu, sebagai bagian dari Provinsi Sulawesi
Selatan, rumusan Visi Kabupaten Wajo juga memperhatikan rumusan Visi
Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan 2005-2025.
Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
54Tahun 2010, Visi dalam RPJMD adalah visi kepala daerah dan wakil
kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala
daerah. Pedoman utama penyusunan visi kepala daerah adalah
kesesuaian dengan sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan
Tahap Ketiga RPJPD Kabupaten Wajo tahun 2005-2025. Untuk mencapai
indikator dan target dari sasaran pokok sangat bergantung pada arah
kebijakan dan prioritas pembangunan.

1. Visi Pembangunan 2005-2025


Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan
daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of
direction). Visi juga harus menjawab permasalahan pembangunan daerah
dan/atau isu strategis yang harus diselesaikan dalam jangka menengah
serta sejalan dengan visi dan arah pembangunan jangka panjang daerah.
Visi Daerah Kabupaten Wajo, ditetapkan dengan memperhatikan
kerakteristik budaya dan wilayah Kabupaten Wajo yang secara geografis
berbasis agraris. Visi tersebut memberikan gambaran tentang adanya

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page30
keinginan yang kuat, baik secara politik maupun secara historis dari
pemerintahVisi Daerah Kabupaten Wajo, ditetapkan dengan
memperhatikan kerakteristik budaya dan wilayah Kabupaten Wajo yang
secara geografis berbasis agraris. Visi tersebut memberikan gambaran
tentang adanya keinginan yang kuat, baik secara politik maupun secara
historis dari pemerintah.
Adapun Visi RPJPD Kabupaten Wajo tahun 2005 – 2025
sebagaimana tertuang dalam 9 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 8 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Wajo Tahun 2005-2025, adalah:

”MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT WAJO DENGAN


JIWA KEMANDIRIAN DAN PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS
BERNAFASKAN KEAGAMAAN”

Secara umum makna Visi yang dimaksud adalah suatu kondisi yang
ingin dicapai pada tahun 2025 kedepan melalui pelaksanaan
pembangunan, pemerintahan, dan pembinaan kemasyarakatan menuju
masyarakat sejahtera dengan pemerintahan yang mandiri dan berwibawa,
sedangkan makna secara khusus:
a. Masyarakat yang sejahtera, adalah terpenuhinya kebutuhan dasar
masyarakat menuju kemapanan, kemandirian dan berbudaya
b. Jiwa Kemandirian, adalah:
1. Hasrat untuk memenuhi kebutuhan yang dilandasi oleh semangat
ketekunan, keuletan, berpandangan jauh kedepan dengan jiwa
kebersamaan
2. Semangat persaingan yang jujur dan berwawasan maju
3. Pandangan multi dimensi yang dapat menggunakan sumberdaya
yang ada di daerahnya
4. Semangat persaingan yang sehat yang berorientasi pada
keuntungan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page31
5. Bercita-cita untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilandasi
dengan semangat tinggi dan bewawasan maju dengan
memanfaatkan sumber daya yang multi dimensi
c. Pemerintahan yang demokratis, adalah pemerintah yang mampu
menjalankan fungsinya secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab,
berpihak pada rakyat, terbuka, bebas KKN,beriman dan bertakwa.
Adapun filosofi yang dianut dalam merumuskan Visi Pembangunan
Jangka Panjang Kabupaten Wajo tahun 2025 tersebut adalah sebagai
berikut:
1. SIPAKATAU (saling memanusiakan), dimanafilosofi ini mengandung
arti:
a. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan seseorang sebagai
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
b. Semua makhluk di sisi tuhan adalah sama, yang membedakan
adalah keimanan dan ketakwaan.
2. SIPAKALEBBI(saling memuliakan atau menghargai), dimanafilosofi ini
mengandung arti:
a. Menghormati posisi dan fungsi masing-masing di dalam struktur
kemasyarakatan dan pemerintahan
b. Yang muda menghormati yang tua, dan yang tua menyayangi yang
muda, yang sederajat saling menghormati dan menyayangi
c. Berperilaku dan berbicara sesuai norma (baik) yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat dan pemerintah
3. SIPAKAINGE(saling mengingatkan atau demokrasi), dimanafilosofi ini
mengandung arti:
a. Menghargai nasehat, saran, kritikan positif dari siapapun
b. Pengakuan bahwa manusia adalah tempatnya kekurangan dan
kekhilafan
c. Aparatur pemerintah dan masyarakat tidak luput dari kekurangan,
kekhilafan dan diperlukan kearigan untuk saling mengingatkan dan
menyadarkan melalui mekanisme yang tidak lepas dari kearifan
Sipakatau dan Sipakalebbi

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page32
2. Misi Pembangunan Wajo 2025
Dalam mewujudkan Visi daerah sebagaimana telah disebutkan,
maka Misi Pembangunan KabupatenWajodirumuskan sebagai berikut:
1. Mewujudkan Pemerintahan yang baik
2. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan
lingkungan
3. Mewujudkan sumber daya manusia berkualitas yang berbasis Iman
dan Taqwa dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
4. Mewujudkan taraf hidup masyarakat yang mapan
5. Meningkatkan kemampuan jiwaKemandirian.
Makna Misi Kabupaten Wajo tahun 2025 dijabarkan sebagai berikut:
1. Mewujudkan Pemerintahan yang baik adalah memantapkan
terlaksananya supremasi hukum yang merupakan landasan
penyelenggaraan pemerintahan sehingga pelaksanaan pembangunan
dapat berjalan sesuai peraturan
2. Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam berwawasan
lingkungan adalah melanjutkan pembangunan daerah dalam
mengelola sumber daya alam secara lestari dan berwawasan
lingkungan dengan mengandalkan sektor pertanian dan perdagangan
sebagai penggerak utama
3. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas berbasis
Imtaq dan Iptek adalah memantapkan aparatur pemerintah dan
masyarakat untuk memiliki komitmen yang tinggi serta kemampuan
manajerial dan kapasitas intelektual berbasis imtaq dan iptek yang
bermuara pada kesejahteraan masyarakat
4. Mewujudkan taraf hidup masyarakat yang mapan adalah
memperkuat pembangunan melalui pertumbuhan dan pemerataan
yang melibatkan masyarakat, didukung oleh perekonomian yang
berpihak pada masyarakat dan infrastruktur yang maju.

3. Sasaran Pembangunan Jangka Panjang

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page33
Arah pembangunan yang akan ditempuh dalam jangka waktu 2005–
2025adalah sebagai berikut:
a. Misi Mewujudkan Pemerintahan Yang Baik
Dalam kaitan itu sasaran yang hendak dicapai dalam 20 tahun yang
akan datang adalah Terwujudnya pemerintahan yang lebih akuntabel
dan berwibawa. Untuk mencapai sasaran tersebut maka
pembangunan diarahkan pada:
1. Peningkatan kualitas aparatur pemerintah daerah dalam rangka
memberikan pelayanan publik yang profesional untuk masyarakat
dan pihak swasta perlu diperhatikan sehingga pemerintah
Kabupaten Wajo mampu mencapai visi pembangunan jangka
panjang dan menjadikan KabupatenWajo sebagai daerah yang
maju
2. Penciptaan Sistem Birokrasi yang akuntabel, transparan dan
terbuka terhadap kritik sehingga tercapai prinsipprinsip Good
Governance. Mengoptimalkan Sistem Keuangan Daerah yang
intergrated antara Satuan Kerjasatuan Kerja dengan pusat
Database Keuangan akan mendapatkan opini atas Laporan
Keuangan “Unqualified”
3. Aparat pemerintah perlu mempersiapkan sistem pelayanan
pemerintah baik pelayanan dasar, pelayanan minimum dan
pelayanan prima yang profesional melalui peningkatan sistem
informasi dan Database yang berkaitan dengan pelayanan publik.
Sistem tersebut harus memiliki karakter akurat, reliabel dan variatif
serta mampu memenuhi kepentingan masyarakat dan pengusaha
4. Pembangunan Sistem Administrasi Terpadu terutama yang
menyangkut administrasi kependudukan, SITU/SIUP/IMB dan
perizinan lainnya yang tepat dan lengkap sehingga dapat melayani
pihak-pihak yang membutuhkan informasi tentang demografi baik
swasta maupun pemerintah sendiri terutama di dalam mendukung
proses perencanaan pembangunan masyarakat

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page34
5. Mengoptimalkan koordinasi antara sesama Instansi (Satuan Kerja)
dengan masyarakat sehingga perencanaanyang dibuat oleh
aparatur pemerintah sesuai dengan permaslahan riil di masyarakat
6. Meningkatkan sistem penyelesaian sengketa yang terjadi di
masyarakat yang diselesaikan secara adil sehingga permasalahan
yang dihadapi tidak memerlukan biaya penertiban yang tinggi yang
pada akhirnya menghambat arus investasi
7. Menciptakan standar kinerja dengan sistem pengawasan internal
yang mampu melahirkan budaya disiplin di antara aparatur
pemerintah dengan Sistem Reward dan Punishmentyang tegas
8. Menciptakan hubungan yang harmonis antara Eksekutif, Legislatif
dan Yudikatif
9. Penegakan supremasi hukum bagi masyarakat dimana diperlukan
ketegasan pemerintah untuk memberantas dan mengurangi
kegiatan seperti penyebaran narkoba, premanisme, perjudian dan
penyakit sosial masyarakat lainnya. Pentingnya mempertahankan
budaya yang luhur menjadi sangat signifikan ketika aparatur
pemerintah ingin mengurangi dampak negatif dari rangkaian
aktifitas tersebut.
b. Misi mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam yang
berwawasan lingkungan dan meningkatkan kemampuan jiwa
kemandirian
Hal ini dimungkinkan dengan pengembangan pemanfaatan
sumberdaya alam secara optimal dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan dalam menunjang perekonomian yang
berpihak kepada masyarakat. Setelah mampu memanfaatkan
sumberdaya alam secara optimaldiharapkan selanjutnya akan mampu
menggerakkan sektor lainnya secara simultan. Misi ini memiliki
sasaran-sasaran utama antara lain:
1. Meningkatnya produksi pertanian baik dari segi kualitas dan
kuantitas. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diarahkan
kepada:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page35
a. Upaya peningkatan produksi komoditi pangan dengan
berbagai upaya guna menunjang program ketahanan pangan
untuk menjamin masyarakat
b. Memperbaiki keadaan gizi masyarakat melalui
penganekaragaman jenis bahan pangan dan penyediaan
protein nabati
c. Mengupayakan Kabupaten Wajo agar dapat menjadi pusat
pelayanan perberasan di sektor timur untuk menunjang daerah
Sulawesi Selatan sebagai daerah penyangga utama beras di
Kawasan Timur Indonesia
d. Pengembangan mekanisasi pertanian dengan mengoptimalkan
pemanfaatan lahan (perbaikan/ perluasan lahan) dan
meningkatkan produktifitas dan kualitas komoditi andalan dan
unggulan melalui penerapan teknologi pra produksi sampai
pasca panen
e. Peningkatan penerapan teknologi perlu diupayakan melalui
pengurusan jasa alat berat yang berwawasan lingkungan dan
kegiatan penyuluhan dengan metode yang sesuai dengan
kondisi spesifik lokasi seperti pelatihan, pertemuan, bimbingan,
temu usaha, demonstrasi dan magang.
2. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat dan peningkatan
tarap hidup petani dengan cara memperluas usaha / lapangan
kerja, memperluas pasar diversifikasiusaha tani, meningkatkan
mutu produksi dalam sistem agribisnis menuju terwujudnya
pertanian yang maju, efisien dan tangguh melalui upaya
peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi dan diversifikasi tanaman
dengan pemberdayaan petani.Untuk itu arah kebijakan
pembangunan perkebunan adalah:
a. Meningkatkan pendapatan, kesejahteraan dan kemandirian
petani melalui proses peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi serta keaneka ragaman hasil pertanian

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page36
b. Pembangunan perkebunan dilanjutkan dalam sistem agribisnis
yang terpadu dengan agroindustri melalui keterkaitan yang
saling menguntungkan antara petani produsen dengan industri
(kemitraan usaha)
c. Perhatian khusus diberikan pada usaha perlindungan dan
pengembangan perkebunan rakyat didukung oleh kemudahan
pendanaan (termasuk dari lembaga keuangan) dan
pemasaran, disamping itu diperlukan penanganan lahan kering
dan lahan terlantar yang lebih efektif dan efisien
d. Mengupayakan perluasan areal perkebunan, peningkatan
produksi dan produktifitas perkebunan, khususnya untuk
komoditi ekspor dan penyerapan tenaga kerja.
3. Meningkatnya pemanfaatan potensi sumber daya perikanan (laut,
tambak, danau, kolam dan sawah) sehingga meningkatkan
produksi perikanan kabupaten. Untuk mencapai sasaran itu
pembangunan diarahkan dan diupayakan untuk:
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia perikanan dan
pendapatan petani /nelayan melalui upaya optimalisasi
pemanfaatan sumber daya perikanan dan menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berwawasan lingkungan serta
peningkatan nilai tambah hasil–hasil perikanan
b. Meningkatkan penyediaan dan distribusi bahan pangan
komoditas perikanan dalam rangka meningkatkan kualitas
konsumsi gizi manusia
c. Mendorong dan meningkatkan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha yang produktif
d. Mendorong peningkatan pertumbuhan industri di dalam negeri
melalui penyediaan bahan baku dan meningkatkan penerimaan
devisa non migas
e. Peningkatan kegiatan usaha intensifikasi, ekstensifikasi,
diversifikasi usaha dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia perikanan melalui pembinaan, penyuluhan serta

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page37
pemantapan usaha penangkapan ikan, budidaya ikan udang
dan kepiting di air payau
f. Penataan kawasan danau Tempe yang berfungsi ganda dan
pengerukan sungai/tambak yang ada
g. Peningkatan penanganan pasca panen yang dibarengi dengan
penyediaan sarana dan prasarana penunjang (termasuk
perluasan dermaga dan pembangunan tempat pendaratan
ikan) yang dapat lebih meningkatkan produksi dan mutu untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor
h. Pengembangan perikanan diarahkan/dikaitkan dengan upaya
pembangunan dan pengembangan didesa –desa pantai.
Peningkatan dan pengembangan kelembagaan masyarakat
yang mengacu pada nilai – nilai lokal yang mampu
mengkondisikan pemanfaatan sumberdaya laut yang ada
i. Mengembangkan pemanfaatan, pengelolaan, pemulihan dan
perlindungan potensi sumberdaya alam kelautan meliputi
sumberdaya hayati dan non-hayati pantai dan laut melalui
perumusan tata ruang pantai dan laut yang pemanfaatannya
diarahkan untuk mendukung peningkatan kinerja produksi
sesuai dengan nilai–nilai local
j. Mengembangkan daya saing dan daya tarik kawasan pantai
bagi para investor yang diarahkan kepada penciptaan lapangan
kerja bagi masyarakat setempat.
4. Meningkatnya produksi hasil peternakan. Pembangunan
peternakan diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan
terutama kebutuhan daging, telur dan susu. Usaha tani bidang
peternakan diarahkan menjadi usaha keluarga yang dibina secara
berkelompok sehingga mampu memenuhi permintaan, pasca
regional, nasional dan global serta menciptakan lapangan kerja
yang produktif.
5. Optimalnya fungsi Lingkungan Hidup. Untuk mencapai sasaran ini,
pembangunan diarahkan pada:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page38
a. Pemanfaatan sumber daya alam (tanah, air, hujan, mineral dan
energi) untuk pembangunan harus dilakukan dengan bijaksana
agar dapat memberikan manfaat bagi pembangunan dan
berkesinambungan.Rehabilitasi sumber daya alam yang rusak,
utamanya lahan kritis dan daerah pantai dengan menggalang
partisipasi masyarakat
b. Meningkatkan usaha – usaha perbaikan lingkungan hidup,
utamanya lingkungan pemukiman baik di perkotaan maupun di
perdesaan
c. Meningkatkan usaha – usaha penyuluhan untuk memperbaiki
sikap dan perilaku masyarakat terhadap sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
6. Meningkatnya kapasitas dan efektifitas pengairan yang
mendukung pertanian. Untuk mencapai sasaran tersebut
pembangunan diarahkan pada:
a. Mengupayakan pembangunan, perluasan, operasi dan
pemeliharaan pengairan untuk irigasi sawah dan tambak.
Pembangunan irigasi Gilireng, perluasan dan pemeliharaan
irigasi teknis seperti Irigasi Awo I, II, III dan Irigasi Bila dimana
saluran primer dan sekunder dilakukan oleh pemerintah,
sedangkan operasi dan pemeliharaan saluran tersier dan
kuarter sedapat mungkin dilakukan oleh petani sendiri
b. Pada daerah – daerah pertanian lahan kering/tadah hujan yang
tidak dijangkau sistem irigasi teknis diupayakan untuk dialiri
melalui pembangunan irigasi desa, embung–embung dan
pengembangan air tanah dan pembuatan sumur artesis, serta
lahan yang tidak dapat diairi melalui sistem gravitasi, dilakukan
melalui pompanisasi pada dengan sistem terpadu
c. Kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam memelihara
saluran dan bangunan irigasi serta dalam pengaturan
penggunaan air secara efisien perlu ditingkatkan melalui
pembinaan P3A.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page39
7. Optimalnya pemanfaatan obyek-obyek wisata. Untuk mencapai
sasaran tersebut pembangunan diarahkan pada:
a. Pengembangan kepariwisataan perlu lebih ditingkatkan dengan
memanfaatkan potensi alam dan budaya serta suaka
peninggalan sejarah yang terdapat di Kabupaten Wajo
b. Pengembangan kepariwisataan memerlukan pengelolaan
secara terpadu dari berbagai sektor yang meliputi peningkatan
promosi yang berciri khas Bugis dan peningkatan
pengembangan obyek wisata seperti wisata pantai, danau dan
pengembangan agro wisata sutera, penyediaan sarana dan
prasarana sebagai penunjang kepariwisataan, peningkatan
mutu dan kelancaran pelayanan kepariwisataan, dan
pergelaran seni budaya daerah pengembangan industri
kerajinan khas daerah, pendidikan keterampilan industri
pariwisata dan lembaga/aparat pengelola wisata
c. Pengembangan pariwisata harus didasarkan pada
perencanaan yang mantap mencakup berbagai aspek
sosiologi, ekologi, sosial budaya dan sosial ekonomi
d. Pengembangan kepariwisataan perlu pula diarahkan untuk
memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan
jiwa, semangat dan nilai – nilai luhur bangsa, norma dan etika
daerah dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan
kesatuan nasional.
8. Meningkatnya pemanfaatan hasil hutan tanpa merusak fungsi
hutan. Hutan selain menghasilkan kayu, rotan, dammar, flora dan
fauna juga berfungsi sebagai penentu ekosistem untuk memelihara
kelestarian lingkungan hidup, menjaga kesuburan tanah dan
mengatur tata air. Bertitik tolak dari manfaat dan fungsi tersebut,
maka pembangunankehutanan Kabupaten Wajo akandiarahkan
pada:
a. Pembangunan kehutanan diarahkan untuk memberikan
manfaat yang sebesar–besar bagi kemakmuran rakyat dengan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page40
tetap menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup, memelihara tata air, dan memperluas kesempatan
usaha dan lapangan kerja, serta meningkatkan sumber
pendapatan daerah dan devisa negara untuk memacu
pembangunan daerah
b. Pengelolaan daerah aliran sungai, baik dalam kawasan hutan
maupun di luar kawasan hutan. Pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kemasyarakatan dalam bentuk kelompok
masyarakat sebagai kelompok usaha dengan penekanan pada
pemberdayaan ekonomi rakyat dan keberlanjutan
c. Upaya rehabilitasi hutan dan tanah kritis pada daerah
tangkapan air untuk memulihkan kesuburan tanah, mata air
dan kelestarian daya dukung lingkungan, penghijauan,
konservasi tanah dan reboisasi. Peningkatan pengelolaan dan
pengawasan hutan atau penebangan/penyerobotan dengan
pemberdayaan kelompok masyarakat setempat
d. Reboisasi, penghijauan dan konservasi tanah diarahkan pada
kegiatan–kegiatan bersifat produktif dan berkelanjutan yang
disesuaikan dengan keinginan masyarakat peserta
e. Penyuluhan digalakkan dan ditingkatkan terutama pada daerah
tangkapan air sungai/irigasi
f. Perkebunan besar dan perkebunan rakyat harus mengacu
pada aspek kelestarian lingkungan dan pemeliharaan tata air
g. Masyarakat yang sudah terlanjur berada dalam kawasan hutan
diarahkan dan dibina melalui hutan kemasyarakatan
h. Peninjauan kembali peta tata batas hutan yang ada secara
terkoordinir dan terpadu yang dibarengi dengan pemasangan
batas yang jelas
i. Pengembangan sutera alam dimaksudkan untuk menghemat
devisa Negara, meningkatkan pendapatan masyarakat dan
daerah disamping untuk menyerap tenaga kerja dan sekaligus

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page41
mendukung pengembangan industri rumah tangga dan
kepariwisataan
j. Untuk menunjang tujuan tersebut diatas maka perlu didukung
upaya-upaya: Pengembangan dan rehabilitasi pohon murbei
dan pengadaan bibit unggul ulatsutera, Pemberantasan hama,
penyakit dan perbaikan organisasi petani dan pengrajin serta
perbaikan processing, dan peningkatan kualitas produksi,
sertaPemberdayaan kepada petani/pengrajin dan perbaikan
pemasaran hasil serta meningkatkan peran swasta dan
koperasi untuk pengembangan pengolahan dan usaha
persuteraan
k. Peningkatan penelitian persuteraan alam diarahkan pada
penelitian hama penyakit bibit unggul ulat sutera, perbaikan
kualitas bibit murbei, pembinaan petani/pengrajin, pengenalan
teknologi tepat guna dan perbaikan sistem pemasaran.
9. Meningkatnya kontribusi perekonomian dari pertambangan. Untuk
mencapai sasaran ini pembangunan diarahkan pada:
a. Pemerintah Daerah akan memberikan fasilitas dan dorongan,
baik kepada swasta nasional maupun asing, dalam
meningkatkan survey/penelitian, eksplorasi sumber–sumber
mineral dan energi yang ada di Kabupaten Wajo
b. Pembangunan pertambangan, baik untuk bahan baku industri
maupun untuk pengembangan energi harus selalu
memperhatikan kebutuhan masa depan, kelestarian lingkungan
hidup serta keselamatan dan ancaman bencana alam dengan
disertai pengawasan yang menyeluruh
c. Sistem informasi sektor pertambangan perlu ditingkatkan untuk
mendorong kesempatan penanaman modal dengan
menciptakan iklim usaha yang sehat dan menarik.
10. Berkembangnya Perdagangan kabupaten yang mendukung sektor
pertanian. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diarahkan
pada:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page42
a. Pengembangan dan peningkatan perdagangan selain
diarahkan untuk kepentingan daerah juga untuk menunjukkan
pelaksanaan kebijaksanaan nasional, peningkatan penerimaan
devisa khususnya ekspor non migas, memperluas lapangan
kerja dan kesempatan berusaha. Selain itu harus diimbangi
dengan peningkatan sistem informasi pasar melalui pasar yang
dilakukan secara bersama oleh instansi-instansi terkait
b. Pembangunan dan pengembangan pusat perdagangan
termasuk rehabilitasi pasar – pasar seperti pasar tradisional
serta pasar – pasar lainnya di Ibukota Kecamatan, termasuk
pengadaan pasar khusus untuk pengembangan persuteraan,
diperlukan dengan tujuan pemerataan dan perluasan
kesempatan berusaha utamanya pengembangan usaha dan
kesempatan berusaha utamanya pengembangan usaha
ekonomi lemah, koperasi dan sektor–sektor informasi lainnya
c. Dalam usaha memperluas kesempatan berusaha maka perlu
lebih ditingkatkan pemberian bantuan kepada pengusaha
ekonomi lemah, seperti penyediaan tempat berusaha,
peningkatan keterampilan dan bantuan pemasaran
d. Peningkatan kegiatan dan kepastian pemasaran dan produksi
hasil pertanian dan industri dalam rangka meningkatkan
pendapatan perkapita masyarakat
e. Sistem perizinan dan pengaturan perusahaan perlu
dikembangkan dan diberi kemudahan sebagai alat pengendali
dan untuk mencegah persaingan yang tidak sehat antar
perusahaan
f. Terciptanya hubungan kerjasama yang harmonis dan serasi
antar pelaku ekonomi yaitu : BUMN, BUMD, Koperasi, Swasta
dan lembaga keuangan sehingga mampu memanfaatkan setiap
peluang pasar, meningkatkan kesempatan usaha, menambah
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page43
g. Peningkatan pelayanan, pengawasan dan perlindungan
konsumen, termasuk pelayanan kemetrologian, balai
pengawasan obat dan makanan, dan lembaga konsumen
swasta.
11. Berkembangnya industri yang mendukung sektor utama
pembangunan dan berkembangnya industri yang mendukung ciri
khas daerah. Untuk mencapai sasaran tersebut pembangunan
industri diarahkan pada:
a. Meningkatkan kualitas produksi dan diversifikasi produksi kain
sutera dalam rangka pengembangan Kabupaten Wajo sebagai
pusat kain sutera di Sulawesi Selatan
b. Meningkatkan produktivitas industri yang mengolah hasil
pertanian dan industri yang mempunyai prospek cerah
dipasaran, baik pasar dalam negeri maupun ekspor dengan
melalui pengembangan penguasaan teknologi, manajemen dan
sumberdaya manusia yang berkualitas
c. Mendorong tumbuhnya industri kecil di perdesaan, terutama
desa–desa tertinggal. Meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan industri rumah tangga untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian berusaha
d. Peningkatan dan pengembangan industri yang berwawasan
lingkungan
e. Mendorong usaha industri rumah tangga dalam wadah
kelompok/koperasi
f. Upaya pengembangan industri yang terpadu antara lain
pengembangan perikanan, peternakan dan perkebunan
g. Memberi bantuan promosi terutama untuk mengikuti pameran,
baik dalam negerimaupun luar negeri
h. Keterkaitan antara pengusaha besar, menengah dan kecil
dalam segi pemasaran, bahan baku, teknologi dan sub kontrak
juga perlu diupayakan.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page44
c. Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas yang berbasis
Iman dan Taqwa dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sasaran yang hendak dicapai dalam 20 tahun mendatang adalah
pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul, berakhlak
mulia dan berbudaya luhur yang merata di seluruh wilayah Kabupaten
Wajo. Untuk mewujudkan hal tersebut maka pembangunan diarahkan
kepada:
1. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas, relevansi dan
efisiensi pendidikan pada semua jalur sekolah di semua jenjang
pendidikan, mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga
perguruan tinggi agar mampu menguasai perkembangan ilmu dan
teknologi yang sangatcepat dalam menghadapi tantangan
perkembangan global menuju ekonomi berbasis pengetahuan
2. Meratakan pelayanan pendidikan berkualitas dan membangun
prasarana pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, terutama
bagi masayarakat yang berada di daerah pedesaan, pusat-pusat
pemukiman dan daerah terpencil serta penduduk miskin.
Peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Wajo tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi ke depan harus lebih
banyak melibatkan pihak swasta sehingga tercipta sistem
pendidikan yang berkualitas tinggi dengan sarana yang
mencukupi kebutuhan
3. Pemberian pelayanan publik di Bidang Pendidikan secara
profesional, efisien dan efektif. Perlunya pembenahan kualitas dan
manajemen pendidikan dan penyediaan sarana pendidikan
masyarakat yang mampu menimbulkan minat belajar yang tinggi.
Diperlukannya juga pemikiran bahwa adanya keterkaitan antara
produk pendidikan dengan kebutuhan tenaga kerja, kerjasama
dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga pelatihan
(Pendidikan Luar Sekolah) yang sesuai dan intensif yang
mendorong ke arah peningkatan kualitas tenaga kerja

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page45
4. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Wajo melalui
peningkatan pelayanan kesehatan, terutama pada masayarakat
berpenghasilan rendah serta mendorong kemandirian masyarakat
dalam bidang kesehatan dan gizi yang cukup dan seimbang.
Meningkatkan kesehatan masyarakat juga melalui pengawasan
makanan yang higienis dan penyediaan obat bagi masyarakat
yang terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
Pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakatmelalui
peningkatan pembangunan dan kemampuan unit kesehatan
terutama di daerah pedesaan dan masyarakat berpenghasilan
rendah serta penanganan dan peningkatan keswadayaan
masyarakat
5. Meningkatkan pelayanan publik terutama bidang kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan
dan kebersihan lingkungan, penyalahgunaan obat terlarang, dan
meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
6. Pembangunan nilai-nilai positif di dalam kehidupan masyarakat
seperti kehidupan beragama, ketaatan, kedisiplinan dan junjungan
atas nilai-nilai luhur kehidupan. Kesehatan jasmani melalui
peningkatan pemasyarakatan olahraga dapat menjadi media
manusia tumbuh menjadi individu yang sehat dan berpikiran positif
7. Mempertahankan nilai-nilai budaya Bugis. Untuk membuat
manusia dapat menikmati hidup dan menjalankannya dengan baik
serta tidak merugikan kepentingan orang lain adalah adanya rasa
empati dan toleransi. Toleransi dan empati sesama manusia
merupakan dasar untuk menikmati hidup dan bukan hanya
sekedar diukur dari materi. Secara filosofis prinsip ini pun sama
dengan apa yang sebaiknya dimiliki oleh setiap daerah.
Keberhasilan pembangunan diharapkan tidak hanya diukur dari
pertumbuhan ekonomi namun juga ukuran kualitatif seperti
terciptanya kondisi yang aman, tenteram, adil dan merata.
Pemerintah harus menyadari bahwa tujuan pembangunan adalah

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page46
untuk dinikmati seluruh lapisan masyarakat, termasuk penanganan
anak terlantar dan fakir miskin. Dalam prosespembangunan
Kabupaten Wajo menuju daerah yang makmur secara ekonomi
harus tetap mempertahankan budaya dan tradisi Bugis. Hal ini
mengandung dua makna, pertama, menjaga agar pembangunan
tetap berlandaskan moral dan nilai-nilai positif yang luhur; kedua,
mempertahankan ciri khas Wajo dengan semangat Riassiwajori
8. Pengendalian pertumbuhan penduduk. Animo masyarakat untuk
mengikuti program Keluarga Berencana (KB) cukup tinggi maka
intensifikasi pelayanan KB kepada masyarakat dan pelayanan KB
Keliling secara terpadu dapat ditingkatkan, dengan demikian akan
tercapai penurunan angka kelahiran menjadi 8 kelahiran per 1000
penduduk. Proyeksi akan terjadinya peledakan jumlah
penduduk/kelahiran yang tidak terkendali harus diantisipasi
dengan pencapaian program KB yaitu 37% dari jumlah pasangan
usia subur (PUS) yaitu sebesar 57.518 orang. Dalam masa 20
tahun ke depan diharapkan peran swasta/pengusaha untuk
menyiapkan jasa alat kontrasepsi, obat efek samping serta
peralatan KB. Perlunya juga komitmen yang tinggi dengan IP PKK,
Kodim, Polres, Tokoh masyarakat,tokoh organisasi wanita
terhadap Program KB. Hal ini akan menurunkan angka kemiskinan
dan pengangguran sehingga daya beli keluarga meningkat karena
derajat kesehatan meningkat. Angka putus sekolah akan menurun
dan beban Pemerintah Daerah juga akan menurun. Menurunnya
resiko melahirkan dan menurunnya angka kematian dapat
merupakan dampak tersedianya dana, sarana dan prasarana
kontrasepsi.
d. Mewujudkan taraf hidup masyarakat yang mapan
Hal ini menuntut kemampuan melaksanakan pembangunan
infrastruktur yang bertaraf internasional, yang tercermin dari
ketersediaan infrastruktur yang memadai mencakup transportasi,
kelistrikan dan energi, telematika serta ketersediaan sumberdaya air.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page47
Dalam kaitan pembangunan Kabupaten Wajo dalam 20 tahun
mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran pokok sebagai
berikut:
1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana perhubungan
kabupaten. Untuk mencapai sasaran ini pembangunan diarahkan
pada:
a. Peningkatan jalan dan jembatan yang telah dibangun perlu
ditingkatkan kapasitas dan mutunya serta penginventarisasi
ruasnya terutama poros jalan dari pusat–pusat produksi ke
daerah pemasaran
b. Pembangunan/peningkatan jalan dan pemeliharaannya pada
Ibukota yang lalu–lintasnya semakin padat dan pembinaan
pengendalian arus lalu– lintas kota perlu ditingkatkan. Khusus
di kota Sengkang perlu disertai pembangunan peningkatan
drainase kota
c. Peningkatan dan pembinaan sistem pengusahaan angkutan
jalan raya untuk terwujudnya iklim usaha yang baik dan efisien
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanannya seperti
keselamatan, kelancaran, tepat waktu dan tarif yang terjangkau
oleh masyarakat
d. Pembangunan dan pemeliharaan serta pengelolaan fasilitas
angkutan darat, seperti penyediaan terminal antar kota
kabupaten yang baru, rambu – rambu jalan dan fasilitas lainnya
e. Peningkatan sarana perhubungan sungai, danau, dan
penyeberangan baik sarana dan prasarana maupun
pelayanannya
f. Pembangunan dermaga sungai di Kecamatan Tempe
g. Pembangunan pelabuhan laut di Bangsalae Kecamatan
Pitumpanua
h. Peningkatan dermaga sungai di Kecamatan Pitumpanua
i. Peningkatan sarana pelabuhan perahu CenranaE di
Kecamatan Sajoanging

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page48
j. Pengaturan pelayaran utamanya agar sistem pelayanan
pelayaran dapat berjalan tetap dan teratur
k. Peningkatan sistem pelayaran dan pengelolaan pelabuhan,
agar pergerakan barang dan penumpang dapat berjalan aman,
lancar dan tertib
l. Pembangunan Dermaga gas alam di Kecamatan Keera.
2. Meningkatnya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah
kabupaten. Untuk mencapai sasaran ini maka pembangunan
diarahkan pada:
a. Pembangunan Daerah dilaksanakan secara terpadu dan serasi
yang disesuaikan dengan prioritas dan potensi yang dimiliki
dengan peningkatan prakarsa dan partisipasi masyarakat.
Untuk itu perlu ditingkatkan kemampuan pengelolaan
pembangunan untuk mewujudkan otonomi Daerah yang nyata
dan bertanggung jawab secara proporsional dan berkeadilan
jauh dari kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), serta perlu
peningkatan dana dan penggalian sumber–sumber pendapatan
daerah yang tidak bertentangan ketentuan yang ada dengan
pemihakan pada masyarakat
b. Lebih meningkatkan keseimbangan, keserasian pembangunan
dan pertumbuhan antara wilayah perdesaan dan perkotaan
sehingga tidak terjadi perbedaan menyolok antara desa dengan
kota
c. Memberikan perhatian khusus pada wilayah desa/kelurahan
tertinggal, wilayah pantai timur, pesisir Danau Tempe, daerah
yang terpencil dan daerah perbatasan. Khusus daerah
perbatasan perlu diupayakan adanya tapal batas yang jelas
d. Pembangunan perdesaan perlu terus ditingkatkan melalui
pemberdayaan lembaga – lembaga desa dan penciptaan iklim
yang mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya
masyarakat perdesaan.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page49
3. Meningkatnya cakupan energi masyarakat. Untuk mencapai
sasaran ini maka pembangunan diarahkan pada:
a. Penyediaan energi listrik perlu ditingkatkan dalam rangka
mendorong kegiatan ekonomi, baik di Ibukota Kabupaten
maupun di perdesaan, sehingga dapat berfungsi bukan hanya
sebagai alat penerangan pada rumah–rumah penduduk tetapi
sekaligus memungkinkan pengembangan industri
b. Perlu pemantauan terhadap pemanfaatan gas alam untuk
menjaga kelangsungan usaha, kepentingan masyarakat dan
pemerintah daerah dengan menjaga kelestarian lingkungan.

Arah Kebijakan RPJM Tahap I (2005-2009)


Berlandaskan pada pembangunan tahap sebelumnya yang telah
dilaksanakan dan dicapai Kabupaten Wajo, RPJM I diarahkan untuk
melanjutkan dan menyempurnakan pembangunan yang telah dilakukan
sebelumnya di berbagai bidang pembangunan. RPJM I ditujukan untuk
mewujudkan Kabupaten Wajo yang mampu menciptakan pemerintahan
yang baik, mengoptimalkan potensi daerah dengan berwawasan
lingkungan, memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas, memiliki
masyarakat yangmapan dan sejahtera.
Dalam mewujudkan kabupaten yang memiliki sumberdaya manusia
yang berkualitas ditandai pelaksanaan langkah-langkah yang strategis
yaitu:
1. Meningkatkan penyediaan fasilitas kesehatan utamanya (Rumah
Sakit Kabupaten) yang memiliki daya saing pelayanan dengan
kabupaten tetangga
2. Mengendalikan peredaran obat di kabupaten yang didukung
oleh kebijakan/peraturan daerah
3. Meningkatkan kemampuan kabupaten dalam penyediaan alat
kontrasepsi
4. Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang disediakan
pemerintah kabupaten

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page50
5. Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dalam
menyampaikan materi pendidikan di sekolah
6. Meningkatkan jumlah alokasi anggaran untuk pendidikan
7. Menurunkan Angka Putus Sekolah untuk pendidikan dasar (SD
dan SMP)
8. Menurunkan tingkat kecelakaan kerja
9. Meningkatkanwawasan kebangsaan masyarakat.
Dalam rangka menuju masyarakat yang mapan dan sejahtera
diwujudkan melalui langkah-langkah:
1. Menangani dampak penerapan otonomi daerah dalam
pembangunan di kabupaten
2. Mengurangi kesenjangan eksternalitas pembangunan di kabupaten
(kemiskinan, dan ketimpangan distribusi pendapatan)
3. Meningkatkan unsur partisipasi stakeholder dalam perencanaan
pembangunan; Merumuskan kebijakan pemerintah kabupaten dalam
pemerataan distribusi kecukupan pangan antar kecamatan/desa
4. Meningkatkan kecukupan daerah memenuhi kebutuhan pangan;
Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik, ditandai
denganmelakukan langkah-langkah:
1. Mengalokasikan anggaran yang lebih proporsional untuk unit kerja
yang memiliki prioritas pembangunan kabupaten yang tinggi
2. Meningkatkan kemampuan aparatur mengimplementasikan program
pembangunan sesuai perencanaan
3. Mengefektifkan koordinasi antar satuan kerja yang ada di lingkup
Pemerintah Kabupaten Wajo
4. Meningkatkan kedisiplinan aparatur
5. Menempatkan aparatur pemerintah yang menduduki jabatansesuai
dengan kompetensinya
6. Meningkatkan perananan Perda dalam menciptakan iklim usaha di
kabupaten
7. Meningkatkan peran perencanaan untuk menjadi acuan/pedoman
dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page51
8. Meningkatkan kompetensi pengurus desa
9. Menurunkan tingkat kecelekaan lalu-lintas jalan raya di kabupaten
10. Mengurangi perselisihan tentang pembebasan/ganti rugi tanah di
kabupaten.
Dalam mengoptimalkan potensi daerah dengan berwawasan
lingkungan ditempuhlangkah-langkah:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kabupaten
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
penerimaan daerah dalam memberikan kontribusi bagi
pembangunan daerah
3. Meningkatkan produksi dan memperlancar distribusi produksi hasil
pertanian, perkebunaan dan peternakan
4. Memperluas pangsa pasar untuk distribusi hasil perikanan dan
perairan (laut, sungai dan danau) kabupaten
5. Mengintensifkan penanganan serangan penyakit tanaman dan
ternak
6. Menyediakan kebutuhan pokok masyarakat dari hasil pertanian
kabupaten (swasembada pangan)
7. Menurunkan pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi lahan
perumahan
8. Menurunkan pengaruh pemanfaatan sumberdaya perairan (laut,
sungai dan danau) dan perikanan yang mengakibatkan kerusakan
ekosistem air.

Arah Kebijakan RPJM Tahap II (2010-2014)


Berlandaskan pada pembangunan tahap sebelumnya yang telah
dilaksanakan dan dicapai Kabupaten Wajo pada RPJM I, RPJM II
diarahkan untuk melanjutkan dan menyempurnakan pembangunan yang
telah dilakukan pada tahap sebelumnya di berbagai bidang pembangunan.
RPJM II juga ditujukan untuk memantapkan perwujudan Kabupaten Wajo
yang mampu menciptakan pemerintahan yang baik,mengoptimalkan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page52
potensi daerah dengan berwawasan lingkungan, memiliki sumberdaya
manusia yang berkualitas, memiliki masyarakat yang mapan dan sejahtera.
Dalam mewujudkan kabupaten yang memiliki sumberdaya manusia
yang berkualitas ditandai pelaksanaan langkahlangkah yang strategis yaitu:
1. Meningkatkan kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan
perempuan
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pembentukan lingkungan
sehat
3. Menyediakanobat-obatan yang lengkap di Puskesmas
4. Perumusan dan pengkajian kebijakan ketenagakerjaan
5. Peningkatan tingkat pendidikan calon tenaga kerja dan tenaga kerja
6. Peningkatan kualitas tenaga pendidik dan pemerataan tenaga
pendidikanyang ada di kabupaten
7. Peningkatan penggunaan materi pendidikan yang mengikuti
perkembangan tuntutan zaman
8. Peningkatan tenaga kependidikan untuk pemerataan kaitanya
dengan aparatur tenaga pendidikan yang telah disampaikan di
Kabupaten Wajo
9. Peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang memiliki anak
usia sekolah
10. Penetapan dan pengelolaan kawasan cagar budaya kabupaten yang
lebih baik;
Dalam rangka menuju masyarakat yang mapan dan sejahtera
diwujudkan melalui langkah-langkah:
1. Pemerataan pertumbuhan ekonomi antar kecamatan; Peningkatan
kemampuan Manajerial dan Loyalitas pengurus koperasi terhadap
perkembangan koperasinya
2. Optimalisasi pemanfaatan potensi obyek PAD Kabupaten
Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik, dilakukan
dengan melakukan langkah-langkah:
1. Peningkatan jumlah pendidikan dan latihan yang mendukung kinerja
apparat

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page53
2. Pengurangan tumpang tindih tugas pokok dan fungsi pada satuan
kerja yang ada di lingkup Pemkab Wajo
3. Peningkatan kompetensi SDM Pengelola Keuangan Daerah
4. Mengakomodasi kebijakan Pemerintah Pusat dalam pengadaan
aparat daerah
5. Mengakomodasi aturan Pemerintah Pusat yang mengatur tentang
Keuangan Daerah dan dukungannya terhadap efektifitas
pengelolaan keuangan daerah
6. Peningkatan hubungan profesionalisme antara eksekutif dan
legislative
7. Peningkatan akurasi/ketepatan penyampaian informasi
pembangunan kepada publik
8. Penanganan sengketa tanah/lahan
9. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang aturan tentang
perhubungan.
Dalam mengoptimalkan potensi daerah dengan berwawasan
lingkungan ditempuhlangkah-langkah:
1. Prioritas dalam peningkatan kualitas produk pertanian dan
standarisasi mutu produk pertanian kabupaten
2. Pemanfaatan ketersediaan sumber-sumber air yang belum
dimanfaatkan
3. Pengkajian dan pengkoordinasian pengelolaan bagi hasil dari
pertambangan
4. Mengantisipasi alternatif pengalihan penggunaan BBM menjadi
energi lain dan dampaknya terhadap pemanfaatan tambang energi
kabupaten
5. Pengurangan pengaruh sumber tambang yang mulai menipis dan
tidak tergantikan terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten
6. Pengendalian eksplorasi liar berbagai macam bahan galian tambang
kabupaten
7. Pengendalian pemanfaatan hutan kabupaten;

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page54
Arah Kebijakan RPJM Tahap III (2015-2020)
Berlandaskan pada pembangunan tahap sebelumnya yang telah
dilaksanakan dan dicapai Kabupaten Wajo pada RPJM II dan RPJM I,
RPJM III diarahkan untuk melanjutkan dan menyempurnakan
pembangunan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya di berbagai
bidang pembangunan. RPJM III juga ditujukan untuk lebih memantapkan
perwujudan Kabupaten Wajo yang mampu menciptakan pemerintahan yang
baik, mengoptimalkan potensi daerah dengan berwawasan lingkungan,
memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas, memiliki masyarakat yang
mapan dan sejahtera.
Dalam mewujudkan kabupaten yang memiliki sumberdaya manusia
yang berkualitas ditandai pelaksanaan langkahlangkah yang strategis yaitu:
1. Penyediaan kecukupan kebutuhan sarana dan prasarana kesehatan;
Penyediaan sarana dan prasarana Rumah Sakit yang berorientasi
teknologi; peningkatan kelengkapan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan di unit pelayanan terkecil (Puskesmas, Pustu
dan Polindes)
2. Pengembangan aspek kesehatan konsumen dalam industri makanan
dan minuman di kabupaten
3. peningkatan kesadaran penggunaan kontrasepsi oleh masyarakat
4. Penyelesaian kasus perselisihan hubungan kerja
5. Pengendalian kegiatan yang bertentangan dengan ketertiban dan
keagamaan
6. Mengakomodasi keinginan masyarakat mendapatkan pendidikan
yang baik
7. Menyeimbangkan perbandingan antara jumlah tenaga pendidik
dengan anak didik.
8. Mengoptimalkanpemanfaatan daya tampung sekolah
9. Peningkatan penggunaan materi pendidikan bermuatan lokal dalam
rangka pelestarian budaya kabupaten.
Dalam rangka menuju masyarakat yang mapan dan sejahtera
diwujudkan melalui langkah-langkah:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page55
1. Peningkatan rata-rata tingkat Kesejahteraan keluarga-keluarga di
kabupaten
2. Peningkatan kemampuan Manjerial UM dan UKM
terhadapperkembangan usahanya sendiri
3. Pengakomodasian kemauan masyarakat dalam menggunakan pasar
sebagai prsarana peningkatan pendapatan
4. Pengkajian dan perumusan Kebijakan Daerah yang mendukung
peningkatan penerimaan daerah
5. Inovasi pengelolaan industri kecil untuk komoditi unggulankabupaten
6. Pemantapan pola distribusi kelebihan/kekurangan pangan di
kecamatan
7. Penyediaan anggaran untuk pembangunan infrastruktur kabupaten
8. Pengembangan pengelolaan manajemen transpotasi umum daerah
9. Peningkatan ketersediaan sarana penerangan bagi masyarakat
10. Menyeimbangkan perbandingan antara retribusi yang dibayarkan
masyarakat dengan pelayanan yang diberikan kepada masayarakat
pada unit-unit pelayanan.
Dalam mengoptimalkan potensi daerah dengan berwawasan
lingkungan ditempuhmelalui langkah-langkah:
1. Penyediaan jaringan irigasi dibandingkan dengan luas lahan
pertanian
2. Peningkatan pemanfaatan Informasi teknologi dalam
mempromosikan potensi kabupaten
3. Penambahan dan pengelolaan sentra-sentra perdagangan
4. Peningkatan pemanfaatan lahan produktif pertanian
5. Peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam
penggunaan peruntukkan lahan perumahan/tempat tinggal
6. Peningkatan profesionalisme pengelolaan dan promosi obyek wisata;
penyediaan fasilitas pengolahan limbah domestik (sampah)
7. Peningkatan ketersediaan sarana pengolahan sampah dibandingkan
dengan volume sampah yang ada; Penurunan pencemaran
lingkungan dari sampah industri dan rumah tangga.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page56
Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik,
dilakukandenganmelakukan langkah-langkah:
1. Meningkatkan jumlah SDM yang mengikuti pendidikan dan pelatihan
Keuangan Daerah
2. Menoptimalkan sistem pengendalian ketertiban dan keamanan
lingkungan yang dikembangkan di desa/ lingkungan terkecil
3. Peningkatan peran media massa sebagai elemen demokrasi dan
transparansi
4. Mengefektifkan Orsosmas/LSM di kabupaten yang memberikan
masukan konstruktif dalam pembangunan Kabupaten

Arah Kebijakan Tahap IV (2021-2025)


Berlandaskan pada pembangunan tahap sebelumnya yang telah
dilaksanakan dan dicapai Kabupaten Wajo pada RPJM I, RPJM II dan
RPJM III, RPJM IV diarahkan untuk melanjutkan dan menyempurnakan
pembangunan yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya di berbagai
bidang pembangunan. RPJM IV juga ditujukan untuk lebih memantapkan
perwujudan Kabupaten Wajo yang mampu menciptakan pemerintahan yang
baik, mengoptimalkan potensi daerah dengan berwawasan lingkungan,
memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas, memiliki masyarakat yang
mapan dan sejahtera.
Dalam mewujudkan kabupaten yang memiliki sumberdaya manusia
yang berkualitas ditandai pelaksanaan langkah-langkah yang strategis
yaitu:
1. Pelestarian Budaya Lokal kabupaten
2. Peningkatan pengaruh karakter masyarakat yang homogen terhadap
pembangunan kabupaten
3. Menekan pertumbuhan penduduk
4. Penanggulangan bencana banjiryang selalu datang tiap tahun
5. Penurunanmasalah sosial di masyarakat
6. Mengantisipasi perkembangan Angkatan Kerja dibandingkan
lapangan kerja yang ada

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page57
7. Peningkatan kesesuaian lapangan kerja dan pencari kerja
8. Penambahan jumlah tenaga medis yang memadai dibandingkan
dengan jumlah masyarakat yang harus dilayani
9. Penurunan perbandingan tenaga medis RSUD dibandingkan dengan
kapasitas RSUD yang tersedia
10. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
11. RSUD Kabupaten yang mampu bersaing dengan RSUD sekitar
12. Mengantisipasi pertumbuhan jumlah anak usia sekolah yang
membutuhkan pendidikan.
Dalam rangka menuju masyarakat yang mapan dan sejahtera
diwujudkan melalui langkah-langkah:
1. Penyediaan database dan informasi tentang investasi yang mungkin
dikembangkan di Kabupaten
2. Peningkatan perkembangan investasi di kabupaten
3. Penyediaan sarana penginformasian dan pemungutan Penerimaan
Daerah
4. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap Perda yang
menyangkut Penerimaan Daerah
5. Peningkatan profesionalisme pengelola pasar
6. Peningkatan kualitas prasarana pasar
7. Penurunan konsumsi komoditi luar kabupaten yang masuk dengan
komoditi unggulan lokal sejenis
8. Penyediaan database infrastruktur di kabupaten
9. Peningkatan kualitas jalan dan jembatan yang ada di Kabupaten.
Dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik, ditandai
dengan Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana kerja aparatur
dalam rangka memberikan kinerja yang terbaik. Dalam mengoptimalkan
potensi daerah dengan berwawasan lingkungan ditempuhlangkah-langkah:
1. Menurunkan dampak perusakan alam dan pemanfaatan Sumber
Daya Alam yang berlebihan
2. Penanganan kasus-kasus ilegal/pelanggaran hukum dalam
pemanfaatan sumberdaya alam

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page58
3. Penyediaan tenaga perlindungan hutan dan luas hutan yang harus
dijaga
4. Penanganan abrasi pantai dan lahan krits kabupaten; penggunaan
teknologi ramah lingkungan dalam peningkatan hasil perikanan dan
kelautan
5. Mengantisipasi anomali iklim yang cukup signifikan yang
mempengaruhi pola tanam pertanian
6. Pengembangan Hutan Rakyat
7. Penyediaan tempat penyimpanan yang baik dan tepat untuk hasil
perikanan dan kelautan
8. Penyediaan kebutuhan alat mesin pertanian di setiap kecamatan

3.2. Visi dan Misi Penanaman Modal Kabupaten Wajo


3.2.1. Visi
Guna mewujudkan peran Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan
Penanaman Modal sebagai perangkat penunjang pemerintah Kabupaten
Wajo dalam penyelenggaraan pemerint ahan, perlu ditentukan arah dan
tujuan dari organisasi dengan memperhatikan kondisi dan proyeksi
kecenderungan perkembangan dimasa yang akan datang dan hasil yang
akan dicapai berdasarkan tugas pokok dan fungsi sesuai Peraturan Daerah
Kabupaten Wajo Nomor 7 Tahun 2012 tentang Perubahan Ketiga
Peraturan Daerah Kabupaten Wajo Nomor 7 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Kabupaten
Wajo, maka dirumuskan Visi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan
Penanaman Modal Kabupaten Wajo sebagai berikut:

“TERWUJUDNYA PELAYANAN PERIZINAN DAN PENANAMAN MODAL


BERKUALITAS, PROFESIONAL, PRODUKTIF, DAN UNGGUL DALAM
MENARIK INVESTOR”

Adapun penjelasan atau makna yang tersirat dalam Visi tersebut


adalah:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page59
Berkualitas:memberikan kepuasan kepada masyarakat dengan
standar good governance, memberikan hak-hak pelanggan seperti
informasi secara konfrehensif dan sarana prasarana pendukung misalnya
system aplikasi dan manajemen organisasi serta sumber daya yang
handal.
Profesional: memberikan pelayanan secara efektif dengan
mengutamakan pencapaian tujuan dan sasaran, sederhana dalam
prosedur/tata cara pelayanan yang diselenggarakan secara mudah, cepat,
tepat dan tidak berbelit-belit serta pejabat yang menangani perizinan
bertanggung jawab penuh terhadap topoksinya.
Produktif:kondisi aparatur yang memanifestasikan etos kerja yang
tinggi sehingga menumbuhkan sikap kemandirian. Produktif dalam
pengertian lebih luas adalah jiwa, sikap dan perilaku yang senantiasa
berorientasi pada efesiensi dan efektifitas sehingga pendapatan
masyarakat meningkat dan perekonomian daerah tumbuh secara konsisten
melampaui pertumbuhan ekonomi rata-rata Provinsi Sulawesi Selatan.
Unggul: kondisi dimana dalam menyelenggarakan pelayanan
perizinan mampu mendatangkan investasi yang besar, pelayanan yang
prima, daya saing ekonomi yang meningkat, berkembangnya pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi berbasis masyarakat, baik pada sektor pertanian
maupun industri kreatif. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ini secara
kewilayahan berinterkoneksi satu sama lain dengan dukungan infrastruktur
transportasi dan perhubungan, irigasi dan sumberdaya air, serta kondisi
lingkungan hidup pada wilayah perkotaan, pesisir, sungai dan danau yang
terjaga kelestarian fungsi-fungsinya.

3.2.2. Misi
Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
dan Penanaman Modal Kabupaten Wajo diperlukan langkah-langkah
konkrit yang akan dilaksanakan, beberapa misi yang merupakan pedoman

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page60
dan arahan jangka menengah dalam merumuskan tujuan dan sasaran
yang ingin yang dicapai adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Aparatur Perizinan dan
Penanaman Modal.
2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat melalui
Kerjasama Produktif dengan Dukungan Sarana Prasarana yang
Memadai.
3. Meningkatkan Jumlah dan Nilai Realisasi Investasi.
4. Meningkatkan Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan Organisasi.
Misi tersebut dijalankan oleh Badan Pelayanan Perizinan Terpadu
dan Penanaman Modal dalam mencapai visi organisasi yang di mulai dari
perencanaan, identifikasi potensi unggulan daerah, promosi, penciptaan
iklim investasi yang kondusif, kerjasama investasi, penyederhanaan
regulasi, pembinaan pada masyarakat, hingga pemantauan dan
pengendalian pelaksanaan penanaman modal serta yang terpenting adalah
kompetensi dan profesionalisme aparatur perizinan dalam memberikan
pelayanan yang prima kepada masyarakat disamping itu upaya-uapaya
evaluasi yang berkesinambungan dalam memperoleh hasil yang optimal
melalui survey, penelitian dan investigasi secara komprehensif terhadap
organisasi.
Dalam mewujudkan kualitas pelayanan perizinan dan penanaman
modal perlu didukung sarana prasarana yang memadai sebagai instrument
penting dalam melaksanakan pelayanan tersebut, disamping itu aparatur
yang memahami tanggung jawab, sikap mental, manajemen kinerja,
perilaku untuk menumbuhkan kepedulian dan komitmen meningkatkan
kualitas pelayanan publik, serta menumbuhkan kepercayaan masyarakat.
Selain itu iklim berusaha yang kondusif akan berpengaruh besar terhadap
peningkatan investasi, maksudnya, jaminan gangguan keamanan,
penerapan peraturan-peraturan yang jelas dan tidak merugikan masyarakat
dan dunia usaha.
Penyajian promosi dan sosialisasi yang baik dan berkualitas baik
berskala regional, nasional dan internasional sangat berpengaruh terhadap

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page61
realisasi investasi, keberhasilan promosi dan sosialisasi merupakan
langkah awal menarik investasi setelah para investor mengetahui ada
potensi yang siap dieksplorasi.
BAB IV
ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL DAERAH

4.1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal


Investasi merupakan salah satu komponen penting dalam
pembangunan ekonomi karena mempunyai keterkaitan dengan
keberlangsungan kegiatan ekonomi di masa yang akan datang. Dengan
melakukan investasi, kapasitas produksi dapat ditingkatkan, yang berarti
peningkatan output. Peningkatan output akan meningkatkan pendapatan.
Dalam jangka panjang akumulasi investasi mendorong perkembangan
berbagai aktivitas ekonomi sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah. Dengan demikian dampak dan keterkaitannya cukup besar,
baik pada investor sendiri, pemerintah daerah, maupun rakyat kecil. Makin
banyak dan tinggi nilai investasi, kian besar pula dampak dan manfaat yang
dipetik, seperti penyerapan tenaga kerja, optimalisasi sumber daya alam,
serta yang paling utama meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat di
daerah
Perkembangan investasi di daerah merupakan salah satu indikator
kemajuan pertumbuhan ekonomi. Investasi yang dilakukan secara tepat
dapat mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat. Stretegi dan
kebijakan daerah dalam menciptakan iklim kondusif bagi investasi menjadi
salah satu tujuan bagi investor luar daerah yang berkeinginan
menanamkan modalnya di daerah.
Iklim investasi di daerah diyakini akan terus berkembang dinamis.
Potensi dan peluang usaha yang ada di daerah, selanjutnya akan direspon
positif oleh pelaku bisnis dengan investasi bisnis yang menguntungkan.
Penguasaan teknologi informasi dan komunikasi akan menjadikan daerah
lebih cepat tumbuh dan berkembang. Dukungan teknologi informasi dan
komunikasi sudah terlihat nyata dalam praktek pembangunan di berbagai

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page62
kota di belahan dunia. Iptek saat ini menjadi salah satu input penting dalam
proses pembangunan.
Dalam rangka menarik minat investasi, maka daerah harus
berbenah diri, antara lain terkait dengan dua hal pokok, yaitu infrastruktur
dan suprastruktur. Perbaikan, dan kelengkapan fasilitas, serta infrastruktur
yang memadai adalah syarat mutlak daya tarik investasi. Infrastruktur ini
menduduki peringkat pertama, berkaitan alasan utama masuknya investasi
di daerah berdasarkan survey Komite Pengawas Pembangunan Otonomi
Daerah (KPPOD) 2012 yang masih relevan dengan kondisi sekarang.
Terkait dengan Iklim kondusif dalam perspektif infrastruktur,
pertanyaan awal calon investor adalah: bagaimana transportasi dan jalan,
meliputi akses, kondisi, panjang dan lebar, dan seterusnya. Berikutnya
adalah bagaimana fasilitas listrik, air, gas dan jaringan telekomunikasi.
Selanjutnya, kesiapan lahan atau tanah. Tidak hanya berkaitan kecukupan
luasan lahan dan kondisi lahan representatif, tetapi juga harga tanah yang
terjangkau.
Sedangkan iklim kondusif perspektif suprastruktur. Variabel
keamanan dan ketertiban umum. Investasi membutuhkan kenyamanan dan
ketenangan. Konflik berdampak buruk, kontraproduktif terhadap investasi.
Apakah mungkin suatu daerah mewujudkan obsesinya sebagai daerah
tujuan investasi jika konflik komunal atau kerusuhan sosial masih terus
terjadi? Investor akan berpikir ulang tentang rencana menanamkan
modalnya, jika suatu daerah masih didera konflik agraria (pertanahan), atau
kerusuhan perburuhan, dan sebagainya. Untuk itulah, peran pemerintah
bersama para pemangku kebijakan seperti DPRD, aparat keamanan,
swasta, LSM, masyarakat, sangat strategis untuk mendengarkan aspirasi
dan problem yang dihadapi, serta mencegah konflik dan menciptakan iklim
kondusif.
Ada beragam pilihan lainnya yang dimiliki pemerintah untuk
memperbaiki iklim penanaman modal di daerah dari perspektif ini. Salah
satu kebijakan yang terkait dengan kepentingan tersebut, adalah
penerapan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Secara teoritik,

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page63
PTSP dapat meningkatkan kualitas pelayanan perijinan dalam bidang
investasi, melalui penyederhanaan perijinan, pemberian insentif dan
kemudahan, serta percepatan waktu penyelesaian. Sebagaimana kita
ketahui bersama, bahwa saat ini di banyak daerah di tanah air telah terjadi
“perang tarif” alias “perang diskon” bahkan ada daerah yang berani
“banting harga” di bidang layanan perijinan untuk menarik perhatian calon
investor.
Layanan perijinan tidak boleh melewati “banyak pintu” sehingga
terkesan birokratif dan sumberdaya manusia yang menangani perijinan
masih menginduk pada SKPD (instansi) asal. Makna penting dari
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah harus benar-benar “satu
pintu” dari sisi lembaga maupun SDM-nya. Para surveyor atau petugas
teknis lapangan, baik secara struktural maupun fungsional
bertanggungjawab kepada pengelola PTSP, dan tidak lagi kepada SKPD
tertentu. Ini penting, karena menyangkut transparansi, kecepatan dan
kemudahan layanan perijinan.
Selain itu, beberapa daerah membentuk Peraturan Daerah (Perda)
untuk dapat memberikan kemudahan dalam mengadakan investasi. Perda
yang mengatur tentang penanaman modal akan memberikan jaminan
kepastian hukum bagi para investor. Perda dapat membuat investor yakin
bahwa investasi dapat dilakukan dengan perlindungan hukum.
Perda tersebut, diharapkan menciptakan iklim kondusif untuk
pengembangan investasi dan penciptaan lapangan kerja, serta
mengembangkan pemberdayaan masyarakat dan kemitraan dalam proses
pembangunan dengan mengimplementasikan paradigma masyarakat
membangun. Pembentukan perda yang demikian dapat mengembangan
“networking” atau jejaring kerja dan penciptaan iklim investasi yang
kondusif, dengan memberi kemudahan pelayanan publik antara lain
bernilaikan kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi,
keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana prasarana, kemudahan
akses, kedisiplinan, kesopanan, keramahan, dan kenyamanan.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page64
Hal ini diwujudkan dengan memberikan peluang pengurusan syarat
investasi yang ketat namun mudah, melakukan pendekatan secara baik
dengan calon investor, serta kemampuan pemerintah daerah dalam
memberikan dorongan kepada masyarakat untuk terbuka menyambut
kehadiran investasi di daerah, serta mengaktulisasikan potensi yang
dimilikinya.
Merujuk pada peran PTSP sebagai sebuah upaya Reformasi
pelayanan publik, yaitu menyederhanakan pelayanan perizinan : sistem
dan prosedur, persyaratan, percepatan waktu dan kepastian biaya; hal ini
akan menjadi pendorong untuk meningkatkan daya saing daerah,
mendorong Iklim investasi dan usaha yang kondusif, mendorong minat
investor dan pelaku usaha untuk berinvestasi dan berusaha di daerah,
yang pada akhirnya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Fungsi PTSP bukan hanya menyelenggarakan pelayanan perizinan
dan non perizinan tetapi juga berfungsi menyusun peta investasi. Peta
investasi merupakan sumber informasi untuk untuk mengetahui potensi dan
peluang investasi pada suatu daerah. Data yang dihimpun dalam peta
investasi harus akurat dan benar. Karena akurasi data dalam data base
peluang investasi selama ini memang masih lemah, sehingga para investor
yang awalnya merespon data investasi dengan antusias pada akhirnya
dihadapkan kenyataan dilapangan jauh berbeda.
Naskah Akademik ini bermaksud menggagas bagaimana strategi
dan kebijakan investasi di daerah. Hal ini merujuk Penjelasan Umum
Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
dimana dinyatakan pentingnya peranan pemerintah daerah. Dalam
pengembangan peluang bagi potensi daerah, strategi dan kebijakan
menjadi titik penting bagi penanaman modal (investasi) di daerah, baik
dalam urusan pemerintahan terkait investasi, maupun dalam kerangka
kemampuan daerah untuk mendukung investasi, serta kesiapan
masyarakat itu sendiri. Oleh karenanya, arah kebijakan perbaikan iklim
penanaman modal Kabupaten Wajo dirumuskan sebagai berikut :

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page65
4.1.1. Penguatan Kelembagaan
Untuk mencapai penguatan kelembagaan penanaman modal, maka
diperlukan visi yang sama mengenai pembagian urusan pemerintahan di
bidang penanaman modal, pelimpahan dan pendelegasian kewenangan di
bidang penanaman modal, serta koordinasi yang efektif diantara lembaga-
lembaga tersebut.
Di Kabupaten Wajo, penerapan PTSP ini sudah dilaksanakan
berdasarkan Peraturan Bupati Wajo Nomor 33 Tahun 2014 Tanggal 3
September 2014 tentang Pendelegasian Sebagian Kewengan Bupati
Mengenai Penandatanganan Perizinan dan Non Perizinan Kepada Kepala
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Wajo
17 (Tujuh belas) jenis pelayanan perizinan usaha dan non usaha, adapun
jenis pelayanan perizinan. Dari 17 perizinan yang teridentifikasi di
Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun 2015,

4.1.2. Bidang Usaha Tertutup dan Terbuka


Penentuan bidang usaha tertutup dan terbuka bagi penanaman
modal daerah, mengacu kepada Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2014
(perubahan atas Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010) tentang Daftar
Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

4.1.3. Persaingan Usaha


Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999, melarang praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Praktik persaingan usaha tidak sehat dalam
menjalankan usaha kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan
jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau
menghambat persaingan usaha. Terkait dengan persaingan yang sehat,
UU No. 5 Tahun 1999, mencakup 3 (tiga) bagian dan satu ketentuan
lainnya: 1) perjanjian dilarang, 2) kegiatan yang dilarang, dan 3)
penyalahgunaan posisi dominan.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page66
4.1.4. Hubungan Industrial
1. Hubungan Indusrial
Hubungan industrial atau disebut juga dengan industrial relation adalah
hubungan yang terjadi antara semua pihak yang tersangkut atau
berkepentingan atas proses produksi barang atau jasa di suatu
perusahaan. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah pihak yang
langsung terkait dengan proses produksi atau pihak yang paling
berkepentingan yakni antara pengusaha dengan pekerja.
Selain itu ada masyararakat yang secara tidak langsung memiliki
kepentingan dengan dunia usaha baik sebagai pemasok faktor produksi
yaitu berupa barang dan jasa untuk kebutuhan perusahaan, atau
sebagai konsumen atau pengguna hasil-hasil perusahaan tersebut.
Pihak ketiga adalah pemerintah yang berkepentingan atas pertumbuhan
perekonomian secara umum dan dunia usaha khususnya. Kepentingan
pemerintah ini antara lain adalah perusahaan sebagai salah satu
sumber penerimaan pajak.

2. Prinsip Hubungan Industrial


Mengingat sedemikian banyak kepentingan dari berbagai pihak
terhadap perusahaan, maka sangat penting untuk menjamin
keberlangsungan usaha yang didukung oleh adanya hubungan
industrial yang baik, terutama antara pengusaha dengan pekerja. Di
atas segalanya, haruslah dibangun kesadaran bahwa hubungan
industrial harus didasarkan atas kepentingan bersama, kepentingan
semua unsure atas keberhasilan dan keberlangsungan perusahaan.

4.1.5. Sistem Perpajakan dan Kepabeanan

Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi


wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page67
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah
pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

4.2. Persebaran Penanaman Modal


Kebijakan untuk mendorong persebaran penanaman modal di
Kabupaten Wajo sesuai amanah Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, antara lain dilakukan dengan melakukan: 1)
pengembangan sentra ekonomi baru yang memiliki nilai strategis, dan 2)
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan strategis.

4.3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastuktur, dan Energi

Program peningkatan ketahanan pangan dimaksudkan untuk


mengoperasionalkan pembangunan dalam rangka mengembangkan sistem
ketahanan pangan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah.
Pangan dalam arti luas mencakup pangan yang berasal dari tanaman,
ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein,
lemak, dan vitamin serta mineral yang bermanfaat bagi pertumbuhan
kesehatan manusia.Ketahanan pangan diartikan sebagai terpenuhinya
pangan dengan ketersediaan yang cukup, tersedia setiap saat di semua
daerah, mudah memperoleh, aman di konsumsi, dan harga yang
terjangkau.

4.3.1. Infrastruktur
Keinginan daerah untuk membangun infrastruktur merupakan suatu
kebutuhan yang semakin nyata sejalan dengan pembangunan ekonomi
yang dilakukan. Proyek infrastruktur –yang umumnya membutuhkan modal
yang besar dan dilakukan dalam periode panjang– sulit untuk dapat

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page68
dibiayai sepenuhnya oleh anggaran daerah (APBD). Tak pelak lagi,
kerjasama antara pemerintah dan swasta (KPS) merupakan salah satu
solusi yang dapat membawa keuntungan bagi kedua belah pihak.
Sampai saat ini peraturan yang menjadi acuan utama adalah Perpres
No 67/2005 tentang “Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur”. Perpres ini mengatur secara umum tentang
proyek kerjasama antara pemerintah dan swasta. Merespon Perpres ini,
Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK
38/2006) tentang “Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan Pengelolaan
Risiko atas Penyediaan Infrastruktur”. PMK ini mengatur proyek kerjasama
infrastruktur antara lembaga pusat dan swasta. Belum ada peraturan yang
mengatur lebih jelas mengenai KPS dimana penyelenggaranya adalah
pemerintah daerah.

4.3.2. Energi
Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran energi yang
didorong pesatnya laju pertambahan penduduk dan pesatnya industrialisasi
dunia mengakibatkan terkurasnya cadangan energi dalam jumlah besar,
khususnya energi fosil yang merupakan sumber energi utama dunia.
Pemulihan ekonomi global yang dimotori pertumbuhan ekonomi tinggi di
Asia yang diiringi peningkatan permintaan energi untuk industri dan
konsumsi, turut mendorong kenaikan harga energi dunia.
Proporsi minyak bumi sebagai sumber utama energi saat ini
mencapai 40% dari total permintaan energi dunia, namun cadangannya
terus berkurang. Pada tahun 2011 pertumbuhan permintaan minyak bumi
dunia mencapai 1,7%. Peningkatan produksi yang hanya mencapai 0,9%
serta cadangan minyak bumi global yang makin berkurang menyebabkan
negara-negara termasuk Indonesia rentan terhadap risiko terjadinya krisis
energi dunia. Kerentanan energi global ini juga sangat dipengaruhi kondisi
lain seperti geopolitik di kawasan Timur Tengahrya

4.4. Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page69
4.4.1. Upaya Sinergi Kebijakan dan Program Pembangunan
Lingkungan Hidup
Penanaman modal merupakan segala kegiatan menanamkan
modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal
asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Kendatipun kegiatan penanaman modal ini sangat diperlukan untuk
membiayai pembangunan, akan tetapi dalam pelaksanannya harus tetap
memperhatikan aspek-aspek perlindungan terhadap lingkungan hidup yang
bukan saja diperlukan untuk masa sekarang tetapi untuk kepentingan
generasi mendatang yang kesemuaannya akan dapat terlaksana dengan
adanya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dalam bidang
penanaman modal.
Penanganan permasalahan lingkungan hidup menjadi tugas dari
institusi lingkungan baik dari pusat, regional, provinsi maupun
kabupaten/kota. Hal ini tertuang di dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Masing-masing institusi
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan
hidup.

4.4.2. Pengembangan Ekonomi Hijau (Green Economy)


Pola hidup masyarakat modern telah membuat pembangunan
sangat eksploitatif terhadap sumber daya alam dan mengancam
kehidupan. Pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan produksi
terbukti membuahkan perbaikan ekonomi, tetapi gagal di bidang sosial dan
lingkungan. Sebut saja, meningkatnya emisi gas rumah kaca,
berkurangnya areal hutan serta musnahnya berbagai spesies dan
keanekaragaman hayati. Di samping itu adalah ketimpangan rata-rata
pendapatan penduduk negara kaya dengan negara miskin. Konsep
ekonomi hijau diharapkan menjadi jalan keluar. Menjadi jembatan antara
pertumbuhan pembangunan, keadilan sosial serta ramah lingkungan dan
hemat sumber daya alam.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page70
4.5. Pemberdayaan UMKMK
Tidak dapat dipungkiri bahwa fondasi ekonomi Indonesia dibangun
atas Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang jumlahnya mencapai
99,99% dari total unit usaha, mampu menyumbang pendapatan negara
(PDB) 57,83%. Bahkan UMKM merupakan penyelamat ekonomi Indonesia
saat krisis ekonomi melanda Asia pada 1997 lalu. Pada saat usaha-usaha
besar dan corporate jatuh bertumbangan karena meningkatnya biaya
produksi sebagai dampak krisis ekonomi dan moneter, justru UMKM berdiri
gagah serta mampu menciptakan laba dan mengisi pundi-pundi
penerimaan Negara. Bahkan, dengan sumbangan UMKM tersebut
digunakan oleh Negara untuk membayar utang perusahaan-perusahaan
besar keluar negeri.
Dalam kondisi seperti ini sepantasnya pelaku UMKM itu dianggap
sebagai pahlawan karena telah menyelamatkan bangsa dan negaranya.
Maka tidak berlebihan sekiranya pemerintah sekarang perlu memberikan
perhatian dan perlakuan istimewa bagi UMKM yaitu dengan cara
memberdayakan dan mengangkat martabatnya mereka ke tempat yang
lebih tinggi agar UMKM semakin mampu berdaya saing dan meningkatkan
produktivitasnya. Menurut catatan Kementerian PPN/Bappenas, tingkat
produktivitas usaha mikro dibandingkan dengan usaha besar mencapai
14.306 kali. Untuk itu maka perlu akselerasi produktivitas UMKM sehingga
gap ini bisa diperkecil.

4.6. Pemberian Insentif dan/atau Kemudahan


Pemberian insentif dan/atau kemudahan penanaman modal di
Sulawesi Selatan, telah diatur berdasarkan Peraturan Daerah No. 13
Tahun 2009 tentang Penanaman Modal Daerah, yang dipertegas oleh
Peraturan Gubernur No. 44 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian
Insentif dan/atau Kemudahan Kepada Masyarakat dan/atau Bagi
Penanaman Modal di Sulawesi Selatan dan Kabupaten/kota yang ada di
wilayah ini.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page71
4.7. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
Badan Kerjasama dan Penanaman Modal mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang
kerjasama dan penanaman modal. Untuk melaksanakan tugas se
bagaimana dimaksud Badan Kerjasama dan Penanaman Modal
mempunyai fungsi antara lain: menyusun program kerja bidang
kerjasama, perencanaan dan promosi, fasilitasi dan perijinan, serta
pengawasan pelaksanaan penanaman modal, merumuskan kebijakan
teknis di bidang kerjasama, perencanaan dan promosi, fasilitasi dan
perijinan, serta pengawasan pelaksanaan penanaman modal sesuai
dengan rencana strategis Pemerintah Daerah, dan penyelenggaraan,
koordinasi kerjasama, perencanaan dan promosi, fasilitasi dan perijinan
serta pengawasan pelaksanaan penanaman modal.

BAB V
KAJIAN DAN ANALISIS

5.1. Langkah Antisipatif Menghadapi Perubahan Lingkungan.


Pentingnya langkah-langkah kebijakan untuk meredam gejolak
harga komoditas dunia, hal ini dirasakan mendesak mengingat sumbangan
komoditas primer terhadap penerimaan ekspor di Provinsi Sulawesi
Selatan dan Kabupaten/kota yang ada masih cukup besar. Beberapa
langkah yang dapat dilakukan antara lain:
a. Mengembangkan hilirisasi industri pengolahan komoditas primer,
khususnya komdoitas pertanian menjadi barang/bahan setengah jadi
atau barang jadi.
b. Meningkatkan penggunaan komoditas primer untuk memenuhi
kebutuhan pasar dalam negeri.
c. Memulai dengan komoditas dimana Sulawesi Selatan dan
Kabupaten/kota memiliki posisi dominan di pasar internasional, seperti:
nikel, biji kakao, kopi,rumput laut, dan udang segar. Untuk komoditas‐

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page72
komoditas seperti ini, sudah sepatutnya Sulawesi Selatan menjadi
penentu harga(price maker).
Kemampuan untuk memperoleh manfaat dari proses integrasi
dengan pasar global dan regional adalah dengan memperkokoh integrasi
perekonomian regional dan nasional. Langkah-langkah yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Melakukan koordinasi untuk penghapusan kendala perdagangan
antarpulau dan antardaerah.
b. Pembenahan sistem transportasi darat, udara, laut dan sungai serta
sarana dan prasarananya seperti: bandara, pelabuhan, dan armada
pelayaran nasional.
Selanjutnya penting mengefektifkan diplomasi dan panetrasi kepada
Negara mitra dagang, dengan pertimbangan:
a. Sebagai satu‐satunya negara Asean, Indonesia yang menjadi
anggota G‐20, sangat diharapkan untuk menyuarakan
kepentingan nasional dan daerah di forum dunia sekaligus
memperkuat posisi tawar Indonesia di kancah global.
b. Berinisiatif untuk melakukan diplomasi dagang/perundingan dan
perjanjian dengan negara‐negara yang berpotensi sebagai
tujuan utama ekspor atau tujuan utama pariwisata dunia.

5.2. Arah kebijakan Penanaman Modal


Untuk membangun keterpaduan dan konsistensi arah perencanaan
penanaman modal daerah, langkah-langkah berikut diperlukan guna
tercapainya optimalisasi penanaman modal daerah :
1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal
Perbaikan iklim investasi serta pertumbuhan penanaman modal asing
dan penanaman modal dalam negeri di Indonesia masih harus terus
ditingkatkan. Pemerintah pusat dan daerah perlu mengambil langkah-
langkah untuk mendorong investasi yang lebih tinggi. Beberapa pilihan
yang dimiliki pemerintah daerah untuk memperbaiki iklim penanaman
modal di daerah antara lain:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page73
a. Penguatan Kelembagaan
Penguatan kelembagaan penanaman modal dilakukan dengan:
1. Pembangunan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di
bidang penanaman modal yang lebih efektif dan akomodatif
terhadap penanaman modal dibandingkan dengan sistem-
sistem perizinan sebelumnya.
2. Penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal oleh
lembaga/instansi yang berwenang di bidang penanaman modal
dengan mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang
dari Kepala Daerah.
3. Peningkatan koordinasi antar lembaga/instansi di daerah dalam
rangka pelayanan penanaman modal kepada para penanam
modal. Hal ini diharapkan akan memberikan suatu kepastian
dan kenyamanan berusaha, dan dengan demikian mendukung
iklim penanaman modal yang kondusif.
4. Mengarahkan lembaga penanaman modal di daerah untuk
secara proaktif menjadi inisiator penanaman modal serta
berorientasi pada pemecahan masalah (problem-solving) dan
fasilitasi baik kepada para penanam modal yang akan maupun
yang sudah menjalankan usaha.
Penyelenggara pelayanan perizinan dan non perizinan dengan
sistem PTSP adalah Perangkat Daerah Kabupaten/Kota dibidang
Penanaman Modal. Untuk Kabupaten/Kota, kelembagaan dapat
berbentuk Kantor (eselon III) atau Badan (eselon II) di Kabupaten
yang disesuaikan dengan kepentingan daerah. Dalam menjalankan
fungsi perizinan PTSP mendasarkannya pada pelimpahan
kewenangan dari Bupati atau Gubernur sesuai lingkup
kewenangannya dan pelimpahan kewenangan dari pemerintah
pusat. Walaupun telah diatur secara jelas tentang pelimpahan
kewenangan, namun beberapa daerah masih terkendala karena
instansi teknis masih cenderung mempertahankan kewenangannya
sehingga lembaga PTSP masih belum berfungsi secara maksimal.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page74
Adanya masalah dalam pelimpahan wewenang, maka pemerintah
pusat mengeluarkan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Dalam
Negeri, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, dan Kepala Badan Koordinasi dan
Penanaman Modal (BKPM) tanggal 15 September 2010 tentang
Sinkronisasi Pelaksanaan Pelayanan Penanaman Modal di
Daerah. Pada prinsipnya SEB bersama ini meminta kepada
Gubernur dan Bupati segera melimpahkan sepenuhnya
kewenangan pemberian perizinan dan non perizinan dibidang
penanaman modal yang menjadi kewenangan pemerintah Provinsi
kepada PDPPM dan kewenangan pemerintah Kabupaten kepada
PTSP.
Sebagai organisasi pelayanan publik, PTSP seharusnya dilengkapi
dengan kewenangan karena tanpa kewenangan maka fungsi
pelayanan tidak akan berjalan. Urusan penyelenggaraan
penanaman modal juga diatur antara pemerintah Pusat, Provinsi
dan Kabupaten/Kota yang dirumuskan; apabila kegiatan
penanaman modal berlokasi di satu Kabupaten merupakan
kewenangan Kabupaten, lokasi yang lintas Kabupaten/Kota
kewenangan di Provinsi dan lintas Provinsi menjadi kewenangan
pemerintah Pusat (BKPM). Semakin jelas pembagian urusan
semakin jelas bagi investor dalam berurusan mengajukan
permohonan perizinan.
PTSP memudahkan birokrasi dengan memangkas semua birokrasi
yang dianggap memberatkan guna mempercepat realisasi investasi
di daerah. PTSP merupakan kegiatan pelayanan suatu perizinan
dan non perizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan
wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan
perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya dilakukan
di PTSP.

b. Bidang Usaha Tertutup dan Terbuka

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page75
Penentuan bidang usaha tertutup dan terbuka bagi penanaman
modal daerah, mengacu kepada Peraturan Presiden No. 39 Tahun
2014 (perubahan atas Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2010)
tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha
Yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
Daftar Bidang Usaha yang Tertutup Untuk Penanaman Modal
sebagai berikut :

No. Sektor/Bidang Bidang Usaha

1. Pertanian Budidaya Ganja


2. Kehutanan 1. Penangkapan spesies ikan yang
tercantum dalam Appendix I
Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna
and Flora (CITES).
2. Pemanfaatan (pengambilan) koral
/karang dari alam untuk bahan
bangunan/kapur/kalsium dan
souvenir/perhiasan, serta koral hidup
atau koral mati (recent death coral)
dari alam.
3. Perindusrian 1. Industri bahan kimia yang dapat
merusak lingkungan, antara lain:
 Industri pembuat Chlor Alkali
dengan proses Merkuri
 Industri bahan aktif pestisida :
Dichloro Diphenyl Trichloroethane
(DDT), Aldrin, Endrin, Dieldrin,
Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan
Toxaphene
 Industri Bahan Kimia Industri:
Polychlorinated Biphenyl (PCB),
Hexachlorobenzene
 Industri Bahan Perusak Lapisan
Ozone (BPO): Carbon
Tetrachloride (CTC), Methyl
Chloroform, Methyl Bromide,
Trichloro Fluoro Methane (CFC-
11), Dichloro Trifluoro Ethane
(CFC-12), Trichloro Trifluoro
Ethane(CFC-113), Dichloro Tetra
Fluoro Ethane (CFC-114), 'Chloro
Pentafluoro Ethane (CFC-115),

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page76
Chloro Trifluoro Methane (CFC-
13), Tetrachloro Difluoro Ethane
(CFC-112), Pentachloro Fluoro
Ethane (CFC-111), Chloro
Heptafluoro Propane (CFC-217),
Dichloro Hexafluoro Propane
(CFC-216), Trichloro Pentafluoro
Propane (CFC-215), Tetrachloro
Tetrafluoro Propane (CFC-214),
Pentachloro Trifluoro Propane
(CFC-213), Hexachloro Difluoro
Propane (CFC- 211), Bromo
Chloro Difluoro Methane (Halon-
1211), Bromo Trifluoro Methane
(Halon-1301), Dibromo Tetrafluoro
Ethane (Halon-2402), R-500, R-
502.
2. Industri bahan kimia Daftar-1,
Konvensi Senjata Kimia
sebagaimana tertuang dalam
lampiran 1 UU Nomor 9 tahun 2008
tentang penggunaan bahan kimia
sebagai senjata kimia
3. Industri minuman mengandung
alkohol :
 Minuman keras
 Anggur
 Minuman mengandung Malt
4. Perhubungan 1. Penyelenggaraan dan Pengoperasian
Terminal Penumpang Angkutan Darat
2. Penyelenggaraan dan Pengoperasian
Penimbangan Kendaraan Bermotor
3. Telekomunikasi/Sarana Bantu
Navigasi Pelayaran dan Vessel
Traffic Information System (VTIS)
4. Penyelenggaraan Pelayanan
Navigasi Penerbangan
5. Penyelenggaraan Pengujian Tipe
Kendaraan Bermotor
5. Komunikasi dan Manajemen dan Penyelenggaraan
Informatika stasiun monitoring spektrum radio dan
orbit satelit
6. Pendidikan dan 1. Museum pemerintah
Kebudayaan 2. Peninggalan sejarah dan purbakala
(candi, keratin, prasasti, petilasan,
bangunan kuno, dsb).
7. Pariwisata dan Perjudian/Kasino
Ekonomi Kreatif

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page77
Sumber: Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2014

Penjelasan tambahan dari bidang usaha terbuka dan tertutup bagi


penanaman modal ini, bidang Usaha yang tertutup dapat
dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan nonkomersial seperti: penelitian
dan pengembangan, dan mendapat persetujuan dari instansi yang
bertanggungjawab atas pembinaan bidang usaha tersebut. Dalam
hal Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) meliputi
lebih dari satu bidang usaha, maka ketentuan ini hanya berlaku
bagi bidang usaha yang tercantum dalam kolom bidang usaha
tersebut.
c. Persaingan Usaha
Indonesia baru memiliki aturan hukum dalam bidang persaingan
usaha, setelah atas inisiatif DPR disusun RUU Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. RUU tersebut
akhirnya disetujui dalam Sidang Paripurna DPR pada tanggal 18
Februari 1999, dalam hal ini pemerintah diwakili oleh Menteri
Perindustrian dan Perdagangan. Setelah seluruh prosedur legislasi
terpenuhi, akhirnya Undang-undang tentang larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ditandatangani oleh
Presiden B.J. Habibie pada tahun 1999.
Terkait dengan persaingan yang sehat, yang diatur dalam UU No. 5
Tahun 1999, mencakup 3 (tiga) bagian dan 1 (satu) ketentuan
lainnya:
1. Perjanjian yang dilarang.
Para pelaku usaha dilarang melakukan perjanjian dalam bidang
produksi maupun pemasaran barang dan jasa yang
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli atau persaingan
usaha tidak sehat. Termasuk ke dalam perjanjian yang dilarang
adalah penetapan harga, penyalahgunaan perjanjian integrasi
vertikal, diskriminasi harga, pemboikotan, perjanjian tertutup,
perjanjian yang oligopolistik, penetapan harga di bawah harga

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page78
pasar atau predatory pricing, praktik oligosopni, pembagian
wilayah, dan kartel.
2. Kegiatan yang dilarang
Para pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas
produksi maupun pemasaran melalui penguasaan pasokan,
penguasaan pasar, atau cara lain yang mengakibatkan
terjadinya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat,
diantaranya adalah persekongkolan, pratktik monopoli, praktik
monosopni, dan penguasaan pasar. Kriteria batasan pangsa
pasar juga ditetapkan para praktik monopoli dan praktik
monosopni sebagai salah satu indikator bagi Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) kepada pelaku usaha dalam
menentukan kegiatan.

3. Penyalahgunaan posisi dominan


Para pelaku usaha tidak dilarang untuk menjadi besar, tetapi
dilarang menggunakan posisi dominan yang mereka miliki untuk
secara langsung maupun tidak langsung, menghalangi
konsumen memperoleh barang dan atau jasa yang bersaing,
membatasi pasar dan pengembangan teknologi, serta
menghambat pelaku usaha lain. Penyalahgunaan posisi
dominan dan pemilikan silang mutlak dilarang. Selain itu,
jabatan rangkap, penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan juga dilarang jika terbukti menyebabkan
persaingan usaha yang tidak sehat. Pelaku usaha dapat
dikatakan melakukan tindakan penyalahgunaan posisi dominan,
jika 1 (satu) pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha
menguasai 50 persen atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha menguasai 75 persen atau lebih pangsa pasar
satu jenis barang atau jasa tertentu dan mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat.
4. Ketentuan lain yang dikecualikan dalam persaingan usaha:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page79
a. Perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan
intelektual seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta,
desain produk industri, rangkaian elektronik terpadu, dan
rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan dengan
waralaba
c. Perjanjian penetapan standar teknis produk dan atau jasa
yang tidak mengekang dan atau menghalangi persaingan
d. Perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat
ketentuan untuk memasok kembali barang dan atau jasa
dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah
diperjanjikan
e. Perjanjian kerjasama penelitian untuk peningkatan atau
perbaikan standar hidup masyarakat luas
f. Perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh pemerintah
Republik Indonesia
g. Perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor
yang tidak menganggu kebutuahn dan atau pasokan pasar
dalam negeri
h. Pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil
h. Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan
untuk melayani anggota.

d. Hubungan dan Prinsip Industrial


1. Hubungan Indusrial
Hubungan industrial secara luas dipahami sebagai hubungan
antara semua pihak yang berkepentingan tersebut. Namun
secara sempit hubungan industrial diartikan sebagai hubungan
antara pengusaha dengan pekerja management-employees
relationship.
Dengan dem

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page80
ikian salah satu wujud menejemen hubungan industrial di setiap
perusahaan adalah merumuskan peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama yang memuat hak dan kewajiban
pekerja serta kewenangan dan kewajiban pengusaha. Yang
mana hal tersebut diharapkan dapat menjadi rujukan yang
obyektif ketika terjadi perselisihan antar pihak.
Pengusaha memiliki banyak kepentingan dalam perusahaan
antara lain (i) menjaga atau mengamankan asetnya, (ii)
mengembangkan modal atau asetnya supaya memberikan nilai
tambah yang tinggi, (iii) meningkatkan penghasilannya, (iv)
dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya,
dan (v) bukti aktualisasi diri sebagai pengusaha yang berhasil.
Demikian pula pekerja juga memiliki kepentingan terhadap
perusahaan yang tidak kalah banyaknya, antara lain : (i) sebagai
sumber kesempatan kerja, (ii) sebagai sumber penghasilan, (iii)
sebagai sarana melatih diri, memperkaya pengalaman kerja
serta meningkatkan keahlian dan keterampilan,(iv) tempat
mengembangkan karir, dan (v) tempat mengaktualisasikan
keberhasilan.
Sedangkan kepentingan masyarakat dan pemerintah dalam
perusahaan antara lain : (i) bahwa perusahaan merupakan
sumber kesempatan kerja yang akan mengurangi banyaknya
pengangguran yang jumlahnya semakin banyak di Indonesia, (ii)
perusahaan merupakan sumber pertumbuhan ekonomi,
kemakmuran serta ketahanan nasional, (iii) perusahaan
merupakan sumber devisa, (iv) perusahaan merupakan sumber
utama pendapatan Negara melalui system pajak, (v) dan masih
banyak lagi manfaat atau kepentingan pemerintah/ masyarakat
dalam perusahaan.

2. Prinsip Hubungan Indusrial

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page81
Mengingat sedemikian banyak kepentingan dari berbagai pihak
terhadap perusahaan, maka sangat penting untuk menjamin
keberlangsungan usaha yang didukung oleh adanya hubungan
industrial yang baik, terutama antara pengusaha dengan
pekerja. Di atas segalanya, haruslah dibangun kesadaran
bahwa hubungan industrial harus didasarkan atas kepentingan
bersama, kepentingan semua unsur atas keberhasilan dan
keberlangsungan perusahaan. Berikut ini adalah enam prinsip
hubungan industrial:
1. Pengusaha dan pekerja, demikian pula pemerintah dan
masyarakat pada umumnya, sama-sama memiliki
kepentingan atas keberhasilan dan keberlangsungan
perusahaan. Oleh sebab itu pengusaha dan pekerja harus
mampu untuk melakukan tanggung jawabnya secara
maksimal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sehari-
hari. Pekerja atau serikat pekerja harus dapat membuang
jauh-jauh kesan bahwa perusahaan hanya untuk
kepentingan pengusaha. Demikian pula pengusaha harus
menempatkan pekerja sebagai partner dan harus membuang
jauh-jauh kesan memberlakukan pekerja hanya sebagai
faktor produksi.
2. Perusahaan merupakan sumber penghasilan bagi banyak
orang. Semakin banyak perusahaan yang membuka usaha
baru, maka semakin banyak pula kesempatan lapangan
kerja yang akan memberikan penghasilan bagi banyak
pekerja. Semakin banyak perusahaan yang berhasil
meningkatkan produktivitasnya, maka semakin banyak pula
pekerja yang meningkat penghasilannya. Dengan demikian
pendapatan nasional akan meningkat dan kesejahteraan
masyarakat akan meningkat pula.
3. Pengusaha dan pekerja mempunyai hubungan fungsional
dan masing-masing mempunyai fungsi dan tugas yang

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page82
berbeda dengan pembagian kerja dan tugas. Pengusaha
memiliki tugas dan fungsi sebagai penggerak, membina dan
mengawasi, pekerja memiliki tugas dan fungsi melakukan
pekerjaan operasional. Pengusaha tidak melakukan
eksploitasi atas pekerja dan sebaliknya pekerja juga bekerja
sesuai dengan waktu tertentu dengan cukup waktu istirahat
dan sesuai dengan beban kerja yang wajar bagi
kemanusiaan. Dalam hal ini pekerja tidak mengabdi kapada
pengusaha akan tetapi pada pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab.
4. Pengusaha dan pekerja merupakan anggota keluarga
perusahaan. Sebagaimana pola hubungan sebuah keluarga,
maka hubungan antara pengusaha dengan pekerja harus
dilandasi sikap saling mengasihi, saling membantu dan
saling mengerti. Pengusaha harus berusaha sejauh mungkin
mengetahui kesulitan-kesulitan dan keadaan yang dihadapi
oleh pekerja, serta berusaha semaksimal mungkin untuk
dapat membantu dan menjadi solusi bagi kesulitannya.
Bukan hanya menuntut pekerja memberikan yang terbaik
bagi perusahaan tanpa mau tahu segala keadaan dan
kondisi yang dihadapi oleh pekerja. Sebaliknya, pekerja
harus juga memahami keterbatasan pengusaha. Apabila
muncul permasalahan atau perselisihan antara pengusaha
dengan pekerja atau serikat pekerja hendaknya diselesaikan
secara kekeluargaan dan semaksimal mungkin harus
dihindari penyelesaian secara bermusuhan.
5. Perlu dipahami pula bahwa tujuan dari pembinaan hubungan
industrial adalah menciptakan ketenangan berusaha dan
ketentraman dalam bekerja supaya dengan demikian dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan. Untuk itu masing-
masing pihak, perusahaan dan pekerja harus mampu
menjadi mitra social yang harmomis, masing-masing harus

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page83
mampu menjaga diri untuk tidak menjadi sumber masalah
dan perselisihan.seandainya pun terjadi perbedaan
pendapat, perbedaan persepsi dan perbedaan kepentingan,
haruslah diselesaikan secara musyawarah mufakat, secara
kekeluargaan tanpa mengganggu proses produksi. Karena
setiap gangguan pada proses produksi akhirnya akan
merugikan bukan hanya bagi pengusaha, namun juga bagi
pekerjan itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
6. Peningkatan produktivitas perusahaan haruslah mampu
meningkatkan kesejahteraan bersama, yakni kesejahteraan
pengusaha maupun kesejahteraan pekerja. Biasa kita temui
pekerja yang bermalas-malasan, ketika ditanya kenapa?
Maka jawabannya, “karena gajinya hanya untuk pekerjaan
yang seperti ini, tidak lebih”. Padahal semestinya pekerja
yang berkeinginan untuk mendapatkan upah lebih tinggi,
maka ia harus bekerja keras untuk mampu meningkakan
produktivitas perusahaan sehingga perusahaan akhirnya
mampu memberikan upah yang sepadan dengan usahanya
itu. Jangan berharap perusahaan akan memberikan lebih
dari kontribusi yang telah diberikan pekerja terhadap
perusahaannya.

e. Sistem Perpajakan dan Retribusi


Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Daerah terdiri dari :
a) Pajak Propinsi terdiri atas:
 Pajak Kendaraan Bermotor
 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page84
 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
 Pajak Air Permukaan
 Pajak Rokok
b) Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas
 Pajak Hotel
 Pajak Restoran
 Pajak Hiburan
 Pajak Reklame
 Pajak Penerangan Jalan
 Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
 Pajak Parkir
 Pajak Air Tanah
 Pajak Sarang Burung Walet
 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Retribusi Daerah, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau Badan.Retribusi Daerah terdiri dari :
a) Retribusi Jasa Umum
 Retribusi Pelayanan Kesehatan
 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk
dan Akta Catatan Sipil
 Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
 Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
 Retribusi Pelayanan Pasar
 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
 Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
 Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kaku

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page85
 Retribusi Pengolahan Limbah Cair;Retribusi Pelayanan
Tera/Tera Ulang
 Retribusi Pelayanan Pendidikan
 Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
b) Retribusi Jasa Usaha
 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
 Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
 Retribusi Tempat Pelelangan
 Retribusi Terminal
 Retribusi Tempat Khusus Parkir
 Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
 Retribusi Rumah Potong Hewan
 Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
 Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
 Retribusi Penyeberangan di Air
 Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Arah kebijakan sistem pajak daerah dan pungutan retribusi ke
depan adalah pembuatan sistem administrasi perpajakan daerah
dan pungutan retribusi yang sederhana, terpadu, efektif, dan
efisien. Untuk itu diperlukan identifikasi yang tepat mengenai jenis
dan tata cara pemungutan pajak daerah dan retribusi yang akan
diberikan sebagai insentif bagi penanaman modal daerah. Pilihan
atas insentif perpajakan daerah dan retribusi bagi kegiatan
penanaman modal perlu memperhatikan bentuk dan jenis serta
kriteria yang diberikan, dengan mempertimbangkan aspek strategis
sektoral, daerah, jangka waktu, dan juga prioritas pengembangan
bidang usaha.

2. Persebaran Penanaman Modal


Arah kebijakan untuk mendorong persebaran penanaman modal di
Kabupaten Wajo, sebagai berikut :

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page86
a. Pengembangan Sentra Ekonomi
Beberapa sentra ekonomi baru yang memiliki nilai strategis bagi
Kabupaten Wajo antara lain:
1. Kawasan Peruntukan Hutan Lindung, terdiri atas:
a. Kawasan hutan lindung ditetapkan di sebagian wilayah
Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera, Kecamatan
Bola, Kecamatan Takkalalla, Kecamatan Penrang dan
Kecamatan Sajoanging dengan luasan kurang lebih
7.679,93 (tujuh ribu enam ratus tujuh puluh Sembilan koma
Sembilan puluh tiga) hektar.
b. Kawasan resapan air, ditetapkan di Kawasan Danau
Tempe Kecamatan Tempe, Kawasan Rawa Labuaja
Kecamatan Sabbangparu, Kawasan Rawa Lampullung
Kecamatan Tempe, dan Kawasan Rawa Tosora Kecamatan
Majauleng, dengan luasan kurang lebih 18.543 (delapan
belas ribu lima ratus empat puluh tiga) hektar
c. Kawasan sempadan pantai, ditetapkan di sepanjang pesisir
pantai di Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera,
Kecamatan Sajoangning, Kecamatan Bola, Kecamatan
Penrang, dan Kecamatan Takkalalla
d. Kawasan sempadan sungai, ditetapkan di Sungai Walanae,
Sungai Bila, Sungai Gilireng, Sungai Siwa, Sungai Awo,
Sungai Keera, dan Sungai Cenrana’e
e. Kawasan sekitar danau, ditetapkan di Danau Tempe
Kecamatan Tempe, Kawasan Rawa Labuaja Kecamatan
Sabbangparu, Kawasan Rawa Lampullung Kecamata
Tempe, Kawasan Rawa Tosora Kecamatan Majauleng, dan
Kawasan Bendungan Kalola Kecamatan Maniangpajo, dan
Kawasan Bendung Paselloreng di Kecamatan Gilireng
f. Kawasan ruang terbuka, berupa Ruang Terbuka Hijau
Kawasan Perkotaan (RTHKP) yang ditetapkan menyebar
dan seimbang dengan memperhatikan fungsi ekologis,

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page87
social budaya, estetika, dan ekonomi dengan ketentuan
RTH publik paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan RTH
privat paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari luas
kawasan perkotaan yaitu PKL, PKLp dan PPK.
2. Kawasan Suka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
a. Kawasan cagar alam laut, ditetapkan di Kawasan Pantai
Timur (Tanjung Tanah Merah) Desa Pantai Timur di
Kecamatan Takkalalla dengan luasan kurang lebih 125
(seratus dua puluh lima) hektar
b. Kawasan pantai berhutan bakau, ditetapkan di Kecamatan
Pitumpanua, Kecamatan Keera, Kecamatan Sajoangning,
Kecamatan Bola, Kecamatan Penrang, dan Kecamatan
Takkalalla
c. Kawasan wisata alam, ditetapkan di Kawasan Danau
Tempe Kecamatan Tempe, kawasan permandian Kalola
Kecamatan Maniangpajo dan awo Kecamatan Gilireng; dan
d. Kawasan cagar budaya dan ilmu pegetahuan ditetapkan di
Kawasan Gua Nippon di Kecamatan Tempe, situs
Geddong’E di Desa Lagosi Kecamatan Pammana, situs
makam raja-raja Wajo di Kelurahan Maddukelleng
Kecamatan Tempe, Kawasan Desa Tosora di Kecamatan
Majauleng, kawasan rumah adat Atakkae di Kelurahan
Atakkae Kecamatan Tempe dan Makam Sultan Kutai di
Akkotengeng Kecamatan Sajoanging.
3. Kawasan Rawan Bencana Alam
a. Kawasan rawan banjir, ditetapkan di sebagian DAS
Walanae dan Danau Tempe di Kecamatan Tempe,
sebagian Kecamatan Tanasitolo, sebagian Kecamatan
Belawa, sebagian Kecamatan Sabbangparu, muara sungai
Siwa dan sepanjang WAS Cenranae di Kecamatan Bola,
Kecamatan Majauleng, Kecamatan Pammana

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page88
b. Kawasan rawan tanah longsor, ditetapkan di sebagian
Kecamatan Tempe, sebagian Kecamatan Sabbangparu,
sebagian Kecamatan Gilireng dan sebagian Kecamatan
Pitumpanua.
4. Kawasan Lindung Geologi
a. Kawasan rawan gas beracun, di Kampung Baru
Kecamatan Gilireng dengan luasan kurang lebih 6,3
(enam koma tiga) hektar, di Desa Patila Kecamatan
Pammana dengan luasan kurang lebih 6,25 (enam koma
dua puluh lima) hektar, dan Kawasan rawan gas beracun
pengembangan sumur gas dan minyak bumi blok
Sengkang (seismick Wasambo)
b. Kawasan imbuhan air tanah, ditetapkan di kawasan
cekungan air tanah (CAT) di sebagian Kecamatan Tempe,
sebagian Kecamatan Gilireng, sebagian Kecamatan
Keera, dan sebagian Kecamatan Maniangpajo
c. Kawasan sempadan mata air, ditetapkan di kawasan mata
air Kelurahan Talotenreng dan Kelurahan SumpabakaE
Kecamatan Sabbangparu dan beberapa mata air lainnya
dalam wilayah Daerah.
5. Kawasan Lindung Lainnya
a. Kawasan wisata berburu, merupakan kawasan yang yang
dikembangkan dalam rangka kepentingan kesinambungan
kegiatan berburu dan kelestarian satwa dengan
mengutamakan aspek rekreasi, olahraga, dan kelestarian
satwa ditetapkan di Kawasan Bendungan Kalola Desa
Sogi Kecamatan Maniangpajo dengan luasan kurang lebih
500 (lima ratus) hektar
b. Kawasan pengungsian satwa, merupakan kawasan yang
yang dikembangkan dalam rangka kepentingan
kelestarian satwa ditetapkan di sebagian Kecamatan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page89
Maniangpajo, sebagian Kecamatan Gilireng, sebagian
Kecamatan Keera dan sebagian Kecamatan Majauleng
6. Kawasan Budidaya
a. Kawasan hutan produksi, ditetapkan di sebagian
Kecamatan Maniangpajo, sebagian Kecamatan Keera,
sebagian Kecamatan Sajoanging dan sebagian
Kecamatan Gilireng dengan luasan kurang lebih 16.469
(enam belas ribu empat ratus enam puluh sembilan)
hektar.
b. Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan di sebagian
Kecamatan Belawa, sebagian Kecamatan Sajoanging,
sebagian Kecamatan Pitumpanua, sebagian Kecamatan
Keera, sebagian Kecamatan Gilireng, sebagian
Kecamatan Maniangpajo, sebagian Kecamatan
Sabbangparu, sebagian Kecamatan Tempe, dan sebagian
Kecamatan Bola dengan luas 37.988 (tiga puluh tujuh ribu
sembilan ratus delapan puluh delapan) hektar.
c. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan,
ditetapkan di seluruh Kecamatan dalam Wilayah
Kabupaten Wajo
d. Kawasan peruntukan pertanian hortikultura, merupakan
kawasan peruntukan pertanian hortikultura komoditas
buah-buahan ditetapkan di sebagian Kecamatan
Pitumpanua, sebagian Kecamatan Keera, dan sebagian
Kecamatan Tanasitolo dengan luasan kurang lebih
233.816 (dua ratus tiga puluh tiga ribu delapan ratus enam
belas) hektar.
7. Kawasan peruntukan perkebunan terdiri dari:
a. Kawasan peruntukan perkebunan kelapa dalam dan
hybrida ditetapkan di sebagian Kecamatan Belawa,
sebagian Kecamatan Maniangpajo, sebagian Kecamatan
Sabbangparu, sebagian Kecamatan Tempe, sebagian

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page90
Kecamatan Pammana, sebagian Kecamatan Majauleng,
sebagian Kecamatan Tanasitolo, sebagian Kecamatan
Takkalalla, sebagian Kecamatan Gilireng, sebagian
Kecamatan Sajoanging, sebagian Kecamatan Penrang,
dan sebagian Kecamatan Bola dengan luasan kurang
lebih 9.046 (sembilan ribu empat puluh enam) hektar
b. Kawasan peruntukan perkebunan kelapa sawit ditetapkan
di sebagian Kecamatan Belawa, sebagian Kecamatan
Maniangpajo, sebagian Kecamatan Sabbangparu,
sebagian Kecamatan Tempe, sebagian Kecamatan
Pammana, sebagian Kecamatan Majauleng, sebagian
Kecamatan Tanasitolo, sebagian Kecamatan Takkalalla,
sebagian Kecamatan Sajoanging, sebagian Kecamatan
Penrang, dan sebagian Kecamatan Bola dengan luasan
kurang lebih 20.000 (dua puluh ribu) hektar
c. Kawasan peruntukan perkebunan kopi robusta ditetapkan
di sebagian Kecamatan Maniangpajo, sebagian
Kecamatan Sabbangparu, sebagian Kecamatan Tempe,
sebagian Kecamatan Pammana, sebagian Kecamatan
Majauleng, sebagian Kecamatan Tanasitolo, dan sebagian
Kecamatan Sajoanging, dengan luasan kurang lebih 142
(seratus empat puluh dua) hektar
d. Kawasan peruntukan perkebunan kakao dan kapas
ditetapkan di sebagian Kecamatan Belawa, sebagian
Kecamatan Maniangpajo, sebagian Kecamatan
Sabbangparu, sebagian Kecamatan Tempe, sebagian
Kecamatan Pammana, sebagian Kecamatan Majauleng,
sebagian Kecamatan Tanasitolo, sebagian Kecamatan
Takkalalla, sebagian Kecamatan Pitumpanua, sebagian
Kecamatan Keera, sebagian Kecamatan Sajoanging,
sebagian Kecamatan Penrang, dan sebagian Kecamatan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page91
Bola dengan luasan kurang lebih 14.947 (empat belas ribu
sembilan ratus empat puluh tujuh) hektar
e. Kawasan peruntukan perkebunan lada, pala, vanili dan
tebu ditetapkan di sebagian Kecamatan Belawa, sebagian
Kecamatan Maniangpajo, sebagian Kecamatan
Sabbangparu, sebagian Kecamatan Tempe, sebagian
Kecamatan Pammana, sebagian Kecamatan Majauleng,
sebagian Kecamatan Tanasitolo, sebagian Kecamatan
Takkalalla, sebagian Kecamatan Pitumpanua, sebagian
Kecamatan Keera, sebagian Kecamatan Sajoanging,
sebagian Kecamatan Penrang, dan sebagian Kecamatan
Bola dengan luasan kurang lebih 28.599 (dua puluh
delapan ribu lima ratus sembilan puluh sembilan)
hektardan
f. Kawasan peruntukan perkebunan cengkeh, jambu mete,
dan kapok ditetapkan di sebagian Kecamatan Belawa,
sebagian Kecamatan Maniangpajo, sebagian Kecamatan
Sabbangparu, sebagian Kecamatan Tempe, sebagian
Kecamatan Pammana, sebagian Kecamatan Majauleng,
sebagian Kecamatan Tanasitolo, sebagian Kecamatan
Takkalalla, sebagian Kecamatan Pitumpanua, sebagian
Kecamatan Keera, sebagian Kecamatan Sajoanging,
sebagian Kecamatan Penrang, dan sebagian Kecamatan
Bola dengan luasan kurang lebih 8.384 (delapan ribu tiga
ratus delapan puluh empat) hektar.
8. Kawasan peruntukan peternakan terdiri atas:
a. Pengembangan sentra peternakan ternak besar (sapi dan
kerbau) di Kecamatan Maniangpajo, Kecamatan
Majauleng, Kecamatan Pammana, Bola, Kecamatan
Takkalalla, Kecamatan Penrang, Kecamatan Sajoanging,
dan Kecamatan Belawa

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page92
b. Pengembangan peternakan ternak kecil (unggas) di
lakukan di seluruh wilayah kabupaten
9. Kawasan Peruntukan Perikanan terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan pada wilayah
perairan Teluk Bone yang meliputi kawasan pesisir
Kecamatan Bola, kawasan pesisir Kecamatan
Sabbangparu, kawasan pesisir Kecamatan Tempe,
kawasan pesisir Kecamatan Pammana, kawasan pesisir
Kecamatan Takkalalla, kawasan pesisir Kecamatan
Majauleng, kawasan pesisir Kecamatan Tanasitolo,
kawasan pesisir Kecamatan Belawa, kawasan pesisir
Kecamatan Maniangpajo, kawasan pesisir Kecamatan
Keera, kawasan pesisir Kecamatan Pitumpanua, kawasan
pesisir Kecamatan Sajoanging dan kawasan pesisir
Kecamatan Penrang dengan luasan kurang lebih 40.643
(empat puluh ribu enam ratus empat puluh tiga) hektar
b. Kawasan budidaya perikanan air payau komoditas udang
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Pitumpanua,
sebagian wilayah Kecamatan Bola, sebagian wilayah
Kecamatan Takkalalla, sebagian wilayah Kecamatan
Penrang, sebagian wilayah Kecamatan Sajoanging, dan
sebagian wilayah Kecamatan Keera, dengan luasan
kurang lebih 9.100 (sembilan ribu seratus) hektar
c. Kawasan budidaya perikanan air tawar ditetapkan di
sebagian wilayah Kecamatan Sabbangparu, sebagian
wilayah Kecamatan Pammana, sebagain wilayah
Kecamatan Majauleng, sebagian wilayah Kecamatan
Tanasitolo, sebagian wilayah Kecamatan Belawa,
sebagian wilayah Kecamatan Maniangpajo, sebagian
wilayah Kecamatan Gilireng, dan sebagian wilayah
Kecamatan Tempe dengan luasan kurang lebih 9.486
(sembilan ribu empat ratus delapan puluh enam) hektar

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page93
d. Kawasan pengolahan ikan ditetapkan akan dikembangkan
di sebagian wilayah Kecamatan Bola, sebagian wilayah
Kecamatan Takkalalla, sebagian wilayah Kecamatan
Sajoanging, sebagian wilayah Kecamatan Penrang,
sebagian wilayah Kecamatan Pitumpanua, sebagian
wilayah Kecamatan Tanasitolo, sebagian wilayah
Kecamatan Sabbangparu, dan sebagian wilayah
Kecamatan Tempe
e. Kawasan pengembangan Balai Benih Ikan ditetapkan
akan dikembangkan di BBI Bola Kecamatan Bola, BBI
Kalola Kecamatan Maniangpajo, BBI Surae Kecamatan
Tempe, BBI Kecamatan Takkalalla, dan BBI Kecamatan
Keera
f. Pelabuhan Pendaratan Ikan ditetapkan akan
dikembangkan di sebagian wilayah Kecamatan
Pitumpanua, dan sebagian wilayah Kecamatan
Sajoanging.

10. Kawasan Peruntukan Pertambangan terdiri atas:


a. Pertambangan mineral batuan komoditas tambang kerikil
berpasir alami ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan
Tempe, sebagian wilayah Kecamatan Pammana,
sebagian wilayah Kecamatan Sabbangparu, sebagian
wilayah Kecamatan Pitumpanua, sebagian wilayah
Kecamatan Belawa, sebagian wilayah Kecamatan
Tanasitolo, sebagian wilayah Kecamatan Gilireng,
sebagian wilayah Kecamatan Sajoangning, sebagian
wilayah Kecamatan Bola, dan sebagian wilayah
Kecamatan Tanasitolo
b. Kawasan peruntukan wilayah pertambangan minyak dan
gas bumi ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan
Gilireng, sebagian wilayah Kecamatan Majauleng,

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page94
sebagian wilayah Kecamatan Sajoanging, dan sebagian
wilayah Kecamatan Tanasitolo.
11. Kawasan Peruntukan Industri terdiri atas:
a. Kawasan peruntukan industri besar berupa kawasan
industri manufaktur penghasil mesin dan atau alat
produksi ditetapkan di Kecamatan Maniangpajo dan
Kecamatan Pammana
b. Kawasan pengembangan kawasan industri pengolahan
nikel ditetapkan di Kecamatan Keera, dan kawasan
industry batu bata di tetapkan di kecamatan Tanasitolo
c. Kawasan peruntukan energi sedang yang merupakan
kawasan industri kerajinan tenun dan kain sutera
ditetapkan di sebagian Kecamatan Tempe, sebagian
Kecamatan Tanasitolo, sebagian Kecamatan
Sabbangparu, sebagian Kecamatan Majauleng, sebagian
Kecamatan Penrang, dan Kecamatan Sajoanging
d. Kawasan peruntukan industri rumah tangga berupa
kawasan aglomerasi industri rumah tangga ditetapkan di
PKL, PKLp dan PPK.
12. Kawasan Peruntukan Pariwisata
a. Kawasan peruntukan pariwisata budaya terdiri atas
Kawasan Rumah Adat Atakkae di Kecamatan Tempe,
Kawasan situs Geddong’e di Kecamatan Pammana, dan
Kawasan Situs Makam Raja-Raja di Kecamatan
Majauleng
b. Kawasan peruntukan pariwisata alam terdiri atas Gua
Nippon di Kecamatan Tempe, Taman Wisata Danau
Tempe di Kecamatan Tempe, Permandian alam di
Kecamatan Maniangpajo, dan Tanjung Tanah Merah Desa
Pantai Timur di Kecamatan Takkalalla.
c. Kawasan peruntukan pariwisata buatan terdiri atas:
Kawasan Bendungan Kalola di Kecamatan Maniangpajo,

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page95
Kawasan Tepian Sungai Cenranae di Kecamatan Tempe,
Kawasan Agrowisata Sutera SempangE Desa Pakkanna
di Kecamatan Tanasitolo.
13. Kawasan Peruntukan Permukiman
a. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan ditetapkan
pada Kawasan Perkotaan Sengkang Kecamatan Tempe,
Kawasan Perkotaan Siwa Kecanmatan Pitumpanua,
Kawasan Perkotaan Keera Kecamatan Keera, Kawasan
Perkotaan Anabanua Kecamatan Maniangpajo, Kawasan
Perkotaan Paria Kecamatan Majauleng, dan Kawasan
Perkotaan Doping Kecamatan Penrang
b. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan ditetapkan
pada sebagian wilayah Kecamatan Gilireng, dan sebagian
wilayah Kecamatan Keera

14. Kawasan Peruntukan Lainnya


a. Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan yaitu
kawasan yang merupakan aset-aset pertahanan dan
keamanan/TNI Negara Kesatuan Republik Indonesia
terdiri atas: Kantor Komando Distrik Militer 1406 Wajo di
Kecamatan Tempe, Kantor Komado Rayon Militer di
Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera, Kecamatan
Maniangpajo, Kecamatan Gilireng, Kecamatan
Sajoanging, Kecamatan Belawa, Kecamatan Tana Sitolo,
Kecamatan Majauleng, Kecamatan Penrang, Kecamatan
Takkalalla, Kecamatan Bola, Kecamatan Pammana,
Kecamatan Sabbangparu, dan Kecamatan Tempe, Kantor
Kepolisian Resort Wajo di Kelurahan Bulupabbulu
Kecamatan Tempe, dan Kantor Kepolisian Sektor tersebar
di 14 (empat belas kecamatan) dalam wilayah kabupaten
b. Kawasan peruntukan perdagangan terdiri atas: Kawasan
perdagangan skala kabupaten ditetapkan di Kawasan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page96
perdagangan Sengkang Kecamatan Tempe, kawasan
perdagangan Siwa Kecamatan Pitumpanua, kawasan
perdagangan Keera Kecamatan Keera, kawasan
perdagangan Anabanua Kecamatan Maniangpajo,
kawasan perdagangan Atapange Kecamatan Majauleng,
Kawasan perdagangan skala kecamatan ditetapkan di
Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera, Kecamatan
Maniangpajo, Kecamatan Gilireng, Kecamatan
Sajoanging, Kecamatan Belawa, Kecamatan Tana Sitolo,
Kecamatan Majauleng, Kecamatan Penrang, Kecamatan
Takkalalla, Kecamatan Bola, Kecamatan Pammana,
Kecamatan Sabbangparu, dan Kecamatan Tempe
c. Kawasan peruntukan ruang evakuasi bencana ditetapkan
di Kecamatan Pitumpanua, Belawa, Tana Sitolo, Tempe,
Majauleng, dan Bola.

i. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Strategis


Pengembangan pusat pertumbuhan strategis berupa kawasan yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena pengaruhnya sangat
penting dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi,
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau tekonologi tinggi, serta
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Pusat-pusat
pertumbuhan kawasan strategis KabupatenWajo antara lain :
1. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi, terdiri atas:
a. Kawasan lahan pangan berkelanjutan komoditas tanaman
pangan ditetapkan di sebagian Kecamatan Belawa,
sebagian Kecamatan Pitumpanua, sebagian Kecamatan
Keera, sebagian Kecamatan Maniangpajo, sebagian
Kecamatan Sabbangparu, sebagian Kecamatan Tempe,
sebagian Kecamatan Pammana, sebagian Kecamatan
Majauleng, sebagian Kecamatan Tanasiotolo, sebagian
Kecamatan Takkalalla, dan sebagian Kecamatan Bola

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page97
b. Kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditas
perkebunan unggulan kelapa sawit ditetapkan di sebagian
Kecamatan Belawa, sebagian Kecamatan Maniangpajo,
sebagian Kecamatan Sabbangparu, sebagian Kecamatan
Tempe, sebagian Kecamatan Pammana, sebagian
Kecamatan Majauleng, sebagian Kecamatan Tanasitolo,
sebagian Kecamatan Takkalalla, sebagian Kecamatan
Sajoanging, sebagian Kecamatan Penrang, dan sebagian
Kecamatan Bola
c. Kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditas
perkebunan unggulan kopi robusta ditetapkan di sebagian
Kecamatan Maniangpajo, sebagian Kecamatan
Sabbangparu, sebagian Kecamatan Tempe, sebagian
Kecamatan Pammana, sebagian Kecamatan Majauleng,
sebagian Kecamatan Tanasitolo, dan sebagian Sajoanging
d. Kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditas
perkebunan unggulan kakao ditetapkan di sebagian
Kecamatan Belawa, sebagian Kecamatan Maniangpajo,
sebagian Kecamatan Sabbangparu, sebagian Kecamatan
Tempe, sebagian Kecamatan Pammana, sebagian
Kecamatan Majauleng, sebagian Kecamatan Tanasitolo,
sebagian Kecamatan Takkalalla, sebagian Kecamatan
Pitumpanua, sebagian Kecamatan Keera, sebagian
Kecamatan Sajoanging, sebagian Kecamatan Penrang, dan
sebagian Kecamatan Bola
e. Kawasan pengembangan budidaya udang ditetapkan di
sebagian wilayah Kecamatan Pitumpanua, sebagian
wilayah Kecamatan Bola, sebagian wilayah Kecamatan
Takkalalla, sebagian wilayah Kecamatan Penrang, sebagian
wilayah Kecamatan Sajoanging, dan sebagian wilayah
Kecamatan Keera

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page98
f. Kawasan strategis cepat tumbuh perkotaan, ditetapkan di
Kecamatan Tempe dan Kecamatan Tanasitolo
g. Kawasan strategis cepat tumbuh simpul transportasi
layananan pelabuhan dan perdagangan ditetapkan di
Kawasan Siwa Kecamatan Pitumpanua
h. Kawasan strategis cepat tumbuh simpul transportasi dan
perdagangan ditetapkan di Kawasan Anabanua Kecamatan
Maniangpajo, Kawasan Doping Kecamatan Penrang dan
Kawasan Atapange Kecamatan Majauleng
i. Kawasan strategis pengembangan lahan pertanian
ditetapkan di Kecamatan Belawa, Kecamatan Pitumpanua,
Kecamatan Keera, Kecamatan Pammana, Kecamatan
Gilireng, Kecamatan Maniangpajo, Kecamatan
Sabbangparu, Kecamatan Sajoanging dan Kecamatan
Majauleng
j. Kawasan strategis pengembangan minapolitan ditetapkan di
Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera, Kecamatan
Sajoanging, Kecamatan Penrang dan Kecamatan
Takkalalla.
2. Kawasan Strategis Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan
Teknologi Tinggi, terdiri atas:
a. Kawasan Penambangan Minyak dan Gas Blok Sengkang
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Gilireng,
sebagian wilayah Kecamatan Majauleng, sebagian wilayah
Kecamatan Sajoanging, dan sebagian wilayah Kecamatan
Tanasitolo
b. Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Gas Tonrongpatila di
Desa Patila Kecamatan Pammana
c. Kawasan Pelabuhan Khusus LNG Keera di Kecamatan
Keera
d. Kawasan pemancar telekomunikasi di Kelurahan
Pattirosompe Kecamatan Tempe

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page99
e. Kawasan Bendungan Pasellorng di Kecamatan Gilireng dan
Kecamatan Majauleng dan Kecamatan Sajoanging dengan
luas lahan lebih kurang 2.572,21 Ha
3. Kawasan Strategis Untuk Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan, terdiri atas:
a. Kawasan hutan lindung ditetapkan di sebagian wilayah
Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera, dan
Kecamatan Sajoanging
b. Kawasan Danau Tempe di Kecamatan Tempe
c. Kawasan Bendungan Kalola di Kecamatan Maniangpajo
d. Kawasan sempadan Danau Tempe di Kecamatan Tempe
e. Kawasan WS Walanae-Cenranae, Kawasan WS Bila,
kawasan WS Siwa, Kawasan WS Gilireng, dan kawasan
WS Keera.
f. Kawasan pengolahan tambang gas alam Gilireng
4. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya, teridiri atas:
a. Kawasan rumah adat Atakkae di Kecamatan Tempe
b. Kawasan pelestarian budaya dan pendidikan syar agama
Islam di Sengkang Kecamatan Tempe, Menge Kecamatan
Belawa, Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Majauleng,
Kecamatan Bola, Doping Kecamatan Penrang, dan
Kecamatan Takkalalla
c. Kawasan pengembangan wisata Danau Tempe di
Kecamatan Tempe

3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi


a. Pangan
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang pangan
sebagai berikut :
1. Pengembangan tanaman pangan berskala besar (food estate)
diarahkan pada daerah-daerah di kawasan yang belum
terlayani oleh pusat pertumbuhan yang lahannya masih cukup

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page100
luas, dengan tetap memperhatikan perlindungan bagi petani
kecil
2. Pemberian kemudahan dan/atau insentif penanaman modal
yang promotif untuk ekstensifikasi dan intensifikasi lahan
usaha, peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana
budidaya dan pasca panen yang layak, dan ketersediaan
infrastruktur tanaman pangan dan perkebunan.
3. Pemberian pembiayaan, pemberian kejelasan status lahan, dan
mendorong pengembangan klaster industri agribisnis di
kabupaten/kota yang memiliki potensi bahan baku produk
pangan.
4. Peningkatan kegiatan penelitian, promosi, dan membangun
citra positif produk pangan.
5. Pengembangan sektor strategis pendukung ketahanan pangan
daerah, antara lain sektor pupuk dan benih.
b. Infrastruktur
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang
infrastruktur sebagai berikut:
1. Optimalisasi kapasitas dan kualitas infrastruktur yang saat ini
sudah tersedia.
2. Pengembangan infrastruktur baru dan perluasan layanan
infrastruktur sesuai strategi peningkatan potensi ekonomi di
kabupaten/kota.
3. Pengintegrasian pembangunan infrastruktur nasional, provinsi
dan kabupaten/kota.
4. Percepatan pembangunan infrastruktur terutama pada wilayah
sedang berkembang dan belum berkembang.
5. Percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur melalui
mekanisme skema Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) atau
non KPS.
6. Percepatan pembangunan infrastruktur strategis yang diharap-
kan sebagai prime mover seperti Bandar Udara, Pelabuhan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page101
dan Jalan Tol, jalan strategis nasional, jalan kolektif primer dan
jalan arteri primer.
7. Pengembangan sektor strategis pendukung pembangunan
infrastruktur, antara lain pengembangan industri semen dan
eksplorasi bahan mineral/material bangunan yang tersedia di
alam.
Pembangunan dengan fokus pada infrastruktur dimaksudkan untuk
memberikan daya dukung pengembangan investasi.
Pengembangan infrastruktur antara lain meliputi sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi, dan sistem jaringan
telekomunikasi:
1. Sistem jaringan transportasi darat, meliputi:
a. Jaringan jalan arteri yang merupakan system jaringan jalan
nasional yang ada di Daerah, terdiri atas:

(1) Tarumpakkae – Batas Kab. Luwu sepanjang 50,081 Km;


(2) Anabanua – Tarumpakkae sepanjang 17,310 Km
(3) Kalalo (batas Kab. Sidenreng Rappang) – Anabanua
sepanjang 6,330 Km
b. Jaringan jalan kolektor primer K1 yang merupakan system
jaringan jalan nasional yang ada di Daerah, terdiri atas:
(1) Pompanua - Ulugalung (Tampangeng) sepanjang
14,208 Km
(2) Ulugalung (Tampangeng) - Batas Kota Sengkang
sepanjang 2,240 Km
(3) Jalan Bosowa sepanjang 2,227 Km Jalan Sultan
Hasanuddin sepanjang 1,489 Km
(4) Jalan Sultan Hasanuddin sepanjang 1,489 Km
(5) Jalan AP. Pettarani sepanjang 0,500 Km
(6) Jalan Monginsidi sepanjang 0,600 Km
(7) Batas Kota Sengkang – Impa Impa sepanjang 1,972
Km

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page102
(8) Jalan Sudirman sepanjang 0,520 Km
(9) Jalan Andi Ninnong sepanjang 0,995 Km
(10) Jalan Supratman sepanjang 0,596 Km
(11) Jalan Budi Utomo sepanjang 1,152 Km
(12) Jalan AP. Pettarani sepanjang 0,100 Km
(13) Jalan Jend. Ahmad Yani sepanjang 0,500 Km
(14) Jalan Malingkaan sepanjang 1,700 Km
(15) Impa Impa – Tarumpakkae sepanjang 28,538 Km.
c. Jaringan jalan kolektor primer K2 yang merupakan system
jaringan jalan provinsi yang ada di Daerah, terdiri atas:
(1) Batas Kab. Soppeng – Ulugalung sepanjang 12,16 Km;
(2) Impa Impa – Anabanua sepanjang 16,93 Km
(3) Solo – Peneki – Kulampu sepanjang 45,81 Km.

d. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas:


(1) Terminal penumpang tipe B di kawasan perkotaan
Sengkang Kelurahan Cempalagi Kecamatan Tempe
(2) Terminal penumpang tipe C di kawasan perkotaan
Sengkang Kelurahan Teddaopu Kecamatan Tempe
(3) Terminal pembantu terdapat pada setiap ibukota
kecamatan
(4) Terminal barang terdapat di Kecamatan Tempe dan
Kecamatan Pitumpanua
2. Sistem Transportasi Kereta Api terdiri atas:
a. Jaringan jalur kereta api yang merupakan jaringan jalur
kereta api umum antarkota Lintas Barat Pulau Sulawesi
Bagian Selatan yang menghubungkan Malili – Masamba –
Palopo – Belopa – Parepare
b. Stasiun kereta api direncanakan di Kawasan BangsalaE
Kecamatan Pitumpanua dan Kawasan Cappabalatue

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page103
Kecamatan Sajoanging yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Sistem Sungai dan Penyebarangan meliputi:
a. Sistem jaringan transportasi sungai dan danau
dikembangkan di Sungai Siwa Kecamatan Pitumpanua,
Sungai Walanae, Sungai Cenranae, dan Danau Tempe;
Kecamatan Tempe, Kecamatan Sabbangparu dan
Kecamatan Pammana
b. Sistem jaringan transportasi penyeberangan berupa
pelabuhan penyeberangan dikembangkan untuk yang
melayani pergerakan keluar masuk arus penumpang dan
barang antara Daerah
c. Simpul transportasi penyeberangan meliputi Pelabuhan
Bangsalae di Kecamatan Pitumpanua, Pelabuhan Cenranae
di Kecamatan Sajoanging, dan Pelabuhan Penrang di
Kecamatan Penrang
4. Sistem Transportasi Laut meliputi:
a. Pelabuhan pengumpul yaitu Pelabuhan Siwa di Kecamatan
Pitumpanua
b. Pelabuhan pengumpan yaitu Pelabuhan BangsalaE di
Kecamatan Pitumpanua, Pelabuhan Cenranae di Kecamatan
Sajoanging, Pelabuhan Doping di Kecamatan Penrang, dan
Pelabuhan Danggae di Kecamatan Keera
c. Alur pelayaran lokal, yaitu alur yang menghubungkan
pelabuhan Siwa dengan pelabuhan pengumpan lainnya dan
alur pelabuhan yang menghubungkan pelabuhan
pengumpan di Daerah dengan pelabuhan pengumpan
lainnya di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
d. Alur pelayaran nasional, yaitu alur yang menghubungkan
Pelabuhan BangsalaE dengan pelabuhan nasional lainnya
5. Sistem Jaringan Energi/Ketenagalistrikan meliputi:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page104
a. Fasilitas penyimpanan dan jaringan pipa minyak dan gas
bumi berupa depo minyak dan gas bumi di Kecamatan
Gilireng, Kecamatan Majauleng, Kecamatan Sajoanging,
Kecamatan Takkalalla dan Kecamatan Bola.
b. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Tonrongpatila
dengan kapasitas 315 MW di Desa Patila Kecamatan
Pammana
c. Pengembangan energi listrik dengan memanfaatkan energi
terbarukan untuk mendukung ketersediaan energi listrik pada
daerah-daerah terpencil dan terisolir di Daerah
6. Sistem Jaringan Telekomunikasi meliputi:
a. Jaringan satelit yang meliputi satelit dan transponden
diselenggarakan melalui pelayanan stasiun bumi ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Selain jaringan terestrial dan satelit sistem jaringan
telekomunikasi juga meliputi jaringan bergerak seluler
berupa menara Base Trasceiver Station telekomunikasi yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan
c. Sistem jaringan telekomunikasi dilayani oleh Sentral Telepon
Otomat (STO) Sengkang di Kecamatan Tempe

c. Energi
Arah kebijakan Pengembangan Penanaman Modal bidang Energi
sebagai berikut:
1. Optimalisasi potensi dan sumber energi baru dan terbarukan
serta mendorong penanaman modal infrastruktur energi untuk
memenuhi kebutuhan listrik.
2. Peningkatan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan
untuk mendukung efisiensi, konservasi, dan pelestarian
lingkungan hidup dalam pengelolaan energi.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page105
3. Pengurangan energi fosil untuk alat transportasi, listrik, dan
industri dengan substitusi menggunakan energi baru dan
terbarukan dan air sebagai sumber daya energi.
4. Pemberian kemudahan dan/atau insentif penanaman modal
serta dukungan akses pembiayaan domestik dan infrastruktur
energi, khususnya bagi sumber energi baru dan terbarukan.
5. Pemberdayaan pemanfaatan sumber daya air sebagai sumber
daya energi, sumber kehidupan dan pertanian.
6. Pengembangan sektor strategis pendukung sektor energi,
antara lain industri alat transportasi, industri mesin dan industri
penunjang pionir/prioritas.
Isu utama bidang energi terkait dengan pangsa bahan bakar minyak
harus diturunkan karena cadangan semakin menipis, sedangkan
harga cenderung meningkat, kebutuhan energi cenderung
meningkat, pemanfaatan energi terbarukan untuk menggantikan
BBM harus ditingkatkan, dan pemanfaatan energi secara efisien
harus dilaksanakan. Oleh karenaya, strategi ketenagalistrikan untuk
mendukung penanaman modal di Kabupaten Wajo sebagai berikut:
1. Meningkatkan sarana penyediaan tenaga listrik dengan
menggunakan sumber daya dan sumber dana dari pemerintah
maupun swasta melalui perencanaan terpadu.
2. Meningkatkan interkoneksi antara sistem kelistrikan secara
terpadu, sehingga diperoleh manfaat keandalan dan
keekonomian yang lebih baik.
3. Memperluas jaringan transmisi dan distribusi untuk menyalurkan
tenaga listrik yang lebih merata dan meluas guna mendorong
pertumbuhan ekonomi dengan mempertimbangkan
keseimbangan antara sarana pembangkit, jaringan transmisi,
dan distribusi.
4. Meningkatkan penyediaan tenaga listrik bagi daerah pedesaan
melalui perluasan jaringan yang telah ada atau bagi daerah
yang belum terjangkau jaringan, dengan memanfaatkan sumber

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page106
energy non-minyak setempat, dengan catatan penggunaan
pembangkit diesel hanya digunakan sebagai pilihan terakhir.
5. Memberikan kesempatan kepada koperasi dan swasta di
pedesaan untuk menangani penyediaan tenaga listrik bagi desa
yang belum terjangkau oleh aliran tenaga listrik PLN, dengan
mengutamakan pembinaan kepada KUD dan swadaya
masyarakat lainnya.
6. Mengurangi penggunaan bahan bakar minyak untuk
pembangkitan tenaga listrik dengan meningkatkan penggunaan
tenaga air, panas bumi, batu bara, gas bumi, dan sumber-
sumber energy baru dalam rangka penganeka ragaman sumber
energi.
7. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM untuk
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka
usaha menyediakan tenaga listrik.
8. Mengarahkan penelitian dan pengembangan di bidang
ketenagalistrikan kepada pemecahan masalah perencanaan,
pembangunan, dan pengusahaan, terutama bersifat strategis.
9. Melakukan standarisasi peralatan, sistem dan cara operasi
untuk mencapai efisiensi yang tinggi dalam pengusahaan
kelistrikan.
10. Pemberdayakan dan mengembangkan kemampuan dan
ketrampilan masyarakat pedesaan untuk mengelola usaha
penyediaan tenaga listrik di daerah pedesaan.
11. Melakukan analisis mengenai dampak lingkungan sebagai
bagian dari perencanaan dan studi kelayakan bagi setiap proyek
sehingga dapat diambil keputusan yang tepat, antara lain dalam
pemilihan lokasi, teknologi, dan sumber energy primer.
12. Menyiapkan tenaga professional untuk melaksanakan inspeksi
instalasi ketenagalistrikan agar pembangunan instalasi
ketenagalistrikan dapat memenuhi 3A (andal, aman, dan akrab
lingkungan).

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page107
4. Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan
a. Sinergi Kebijakan Pembangunan dengan Lingkungan Hidup
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal berwawasan
lingkungan sebagai berikut:
1. Optimalisasi potensi dan sumber energi baru dan terbarukan
serta mendorong penanaman modal infrastruktur energi untuk
memenuhi kebutuhan listrik.
2. Peningkatan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan
untuk mendukung efisiensi, konservasi, dan pelestarian
lingkungan hidup dalam pengelolaan energi.
3. Pengurangan energi fosil untuk alat transportasi, listrik, dan
industri dengan substitusi menggunakan energi baru dan
terbarukan (renewable energy) dan air sebagai sumber daya
energi.
4. Pemberian kemudahan dan/atau insentif penanaman modal
serta dukungan akses pembiayaan domestik dan infrastruktur
energi, khususnya bagi sumber energi baru dan terbarukan.
5. Pemberdayaan pemanfaatan sumber daya air sebagai sumber
daya energi, sumber kehidupan dan pertanian.
6. Pengembangan sektor strategis pendukung sektor energi,
antara lain industri alat transportasi, industri mesin dan industri
penunjang pionir/prioritas.
Upaya Pengembangan Kawasan Strategis yang Berwawasan
Lingkungan di Kabupaten Wajo meliputi:
1. Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung
lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan
keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman
hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan rona alam, dan melestarikan
warisan ragam budaya lokal

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page108
2. Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan hijau dalam
pengembangan perekonomian daerah yang produktif, efisien,
dan mampu bersaing dalam perekonomian Nasional atau
internasional.
3. Pemanfaatan sumberdaya alam dan atau perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
4. Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya lokal
yang beragam.
5. Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang
ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, ramsar.

b. Pengembangan Ekonomi Hijau (Green Economy)


Pengembangan ekonomi hijau (green economy) adalah ekonomi
yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial yang
ingin menghilangkan dampak negatif pertumbuhan ekonomi
terhadap lingkungan dan kelangkaan sumber daya alam. Ekonomi
hijau merupakan kebijakan mengenai alam dan menggalakkan
pembangunan berelanjutan (sustainable development). Perwujudan
pengembangan ekonomi hijau di Kabupaten Wajo tercermin dari
pengembangan daerah dengan memperhitungkan daya dukung
lingkungan serta pemberian insentif bagi penanaman modal untuk
ekonomi hijau.
Perencanaan pola pemanfaatan ruang kawasan lindung ditujukan
untuk mewujudkan kelestaian fungsi lingkungan hidup,
meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga
keseimbangan ekosistem antarwilayah guna mendukung proses
pembangunan berkelanjutan. Pengembangan wilayah yang
memperhatikan tata ruang daya dukung lingkungan dilakukan di
Kabupaten Wajo dalam bentuk:
1. Penetapankawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Pitumpanua,

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page109
Kecamatan Keera, Kecamatan Bola, Kecamatan Takkalalla,
Kecamatan Penrang dan Kecamatan Sajoanging dengan luasan
kurang lebih 7.679,93 (tujuh ribu enam ratus tujuh puluh
Sembilan koma Sembilan puluh tiga) hektar
2. Penetapan kawasan resapan air ditetapkan di Kawasan Danau
Tempe Kecamatan Tempe, Kawasan Rawa Labuaja Kecamatan
Sabbangparu, Kawasan Rawa Lampullung Kecamatan Tempe,
dan Kawasan Rawa Tosora Kecamatan Majauleng, dengan
luasan kurang lebih 18.543 (delapan belas ribu lima ratus empat
puluh tiga) hektar
3. Penetapan kawasan sempadan pantai ditetapkan di sepanjang
pesisir pantai di Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera,
Kecamatan Sajoangning, Kecamatan Bola, Kecamatan
Penrang, dan Kecamatan Takkalalla
4. Penetapan kawasan sempadan sungai ditetapkan di Sungai
Walanae, Sungai Bila, Sungai Gilireng, Sungai Siwa, Sungai
Awo, Sungai Keera, dan Sungai Cenrana’e
5. Penetapan kawasan ruang terbuka hijauberupa Ruang Terbuka
Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) yang ditetapkan menyebar
dan seimbang dengan memperhatikan fungsi ekologis, social
budaya, estetika, dan ekonomi dengan ketentuan RTH publik
paling sedikit 20% (dua puluh persen) dan RTH privat paling
sedikit 10% (sepuluh persen) dari luas kawasan perkotaan yaitu
PKL, PKLp dan PPK.
6. Penetapan kawasan cagar alam laut ditetapkan di Kawasan
Pantai Timur (Tanjung Tanah Merah) Desa Pantai Timur di
Kecamatan Takkalalla dengan luasan kurang lebih 125 (seratus
dua puluh lima) hektar
7. Penetapan kawasan pantai berhutan bakau ditetapkan di
Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera, Kecamatan
Sajoangning, Kecamatan Bola, Kecamatan Penrang, dan
Kecamatan Takkalalla

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page110
8. Penetapan kawasan cagar budaya dan ilmu pegetahuan
ditetapkan di Kawasan Gua Nippon di Kecamatan Tempe, situs
Geddong’E di Desa Lagosi Kecamatan Pammana, situs makam
raja-raja Wajo di Kelurahan Maddukelleng Kecamatan Tempe,
Kawasan Desa Tosora di Kecamatan Majauleng, kawasan
rumah adat Atakkae di Kelurahan Atakkae Kecamatan Tempe
dan Makam Sultan Kutai di Akkotengeng Kecamatan
Sajoanging
9. Penetapan kawasan imbuhan air tanah ditetapkan di kawasan
cekungan air tanah (CAT) di sebagian Kecamatan Tempe,
sebagian Kecamatan Gilireng, sebagian Kecamatan Keera, dan
sebagian Kecamatan Maniangpajo
10. Penetapan kawasan sempadan mata air ditetapkan di kawasan
mata air Kelurahan Talotenreng dan Kelurahan SumpabakaE
Kecamatan Sabbangparu dan beberapa mata air lainnya dalam
wilayah Daerah
11. Penetapan kawasan wisata berburu merupakan kawasan yang
yang dikembangkan dalam rangka kepentingan kesinambungan
kegiatan berburu dan kelestarian satwa dengan mengutamakan
aspek rekreasi, olahraga, dan kelestarian satwa ditetapkan di
Kawasan Bendungan Kalola Desa Sogi Kecamatan
Maniangpajo dengan luasan kurang lebih 500 (lima ratus) hektar
12. Penetapan kawasan pengungsian satwa merupakan kawasan
yang yang dikembangkan dalam rangka kepentingan kelestarian
satwa ditetapkan di sebagian Kecamatan Maniangpajo,
sebagian Kecamatan Gilireng, sebagian Kecamatan Keera dan
sebagian Kecamatan Majauleng

5. Pemberdayaan UMKM
Arah kebijakan pemberdayaan UMKMK dilakukan berdasarkan 2 (dua)
strategi yaitu :
a. Strategi Naik Kelas

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page111
Merupakan strategi untuk mendorong usaha yang berada pada
skala tertentu untuk menjadi usaha dengan skala yang lebih besar,
usaha mikro berkembang menjadi usaha kecil, kemudian menjadi
usaha menengah, dan pada akhirnya menjadi usaha berskala
besar dengan parameter UMKMK naik kelas diantaranya :
1. UMKMK sudah berbasis teknologi, artinya dalam proses
produksinya dan pemasaran sudah menggunakan teknologi
yang ada, sesuai dengan tipikal usaha yang digeluti
2. Pelaku UMKMK memiliki Sumber Daya Manusia yang terampil
dan berpengetahuan
3. Fokus pada pelayanan konsumen, mampu menghasilkan
produk berdasarkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan
konsumen
4. Pelaku usaha sudah bersikap adaptif
b.Strategi Aliansi
Strategi aliansi strategis, yaitu strategi kemitraan berupa hubungan
(kerjasama) antara dua pihak atau lebih pelaku usaha,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manfaat) sehingga dapat memperkuat keterkaitan
diantara pelaku usaha dalam berbagai skala usaha.
Aliansi dibangun agar wirausahawan yang memiliki skala usaha
lebih kecil mampu menembus pasar dan jaringan kerjasama
produksi pada skala yang lebih besar. Aliansi tersebut dibangun
berdasarkan pertimbangan bisnis dan kerjasama yang saling
menguntungkan.Pola aliansi semacam inilah yang akan
menciptakan keterkaitan usaha (linkage) antara usaha mikro, kecil,
menengah, koperasi, dan usaha besar.

6. Pemberian Insentif dan/atau Kemudahan


Pemberian insentif dan/atau kemudahan penanaman modal di
Sulawesi Selatan, telah diatur berdasarkan Peraturan Daerah No. 13
Tahun 2009 tentang Penanaman Modal Daerah, yang dipertegas oleh

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page112
Peraturan Gubernur No. 44 Tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian
Insentif dan/atau Kemudahan Kepada Masyarakat dan/atau Bagi
Penanaman Modal di Sulawesi Selatan dan Kabupaten/kota yang ada
di wilayah ini.
1. Pola Umum
Pola umum pemberianinsentif dan/atau kemudahan penananam
modal di Sulawesi Selatan, dimana pemerindath daerah sesuai
dengan kewenangannya, memberikan insentif dan/atau
kemudahan penanaman modal berdasarkan kondisi dan
kemampuan daerah yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Pemberian insentif dan/atau kemudahan penananam modal
kepada penanam modal dalam bidang usaha dengan prioritas :
a. Bidang yang menyentuh usaha perekonomian kerakyatan
b. Mendorong peningkatan kreatifitas usaha masyarakat
c. Menggali dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal

2. Bentuk dan Jenis


Bentuk dan jenisinsentif dan/atau kemudahan penananam modal
terdiri atas :
a. Pemberian insentif berupa :
b. Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah
c. Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah
d. Pemberian dana stimulan, dan/atau bantuan modal
e. Pemberian insentif lainnya yang dipandang perlu secara
proporsional
3. Pemberian kemudahan berupa :
a. Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal
b. Penyediaan sarana dan prasarana
c. Penyediaan lahan atau lokasi
d. Pemberian bantuan teknis
e. Percepatan pemberian izin

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page113
f. Pemberian kemudahan lainnya yang dipandang perlu secara
proporsional
4. Kriteria Yang Diberikan
Pemberian insentif dan/atau kemudahan penananam
modaldiberikan kepada penanam modal, sekurang-kurangnya
memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut :
a. Memberikan kontribusi bagi peningkatan pendapatan
masyarakat
b. Menyerap banyak tenaga kerja lokal
c. Memberikan kontribusi bagi peningkatan pelayanan publik
d. Memberikan kontribusi dalam peningkatan PDRB
e. Berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
f. Termasuk skala prioritas tinggi
g. Termasuk pembangunan infrastruktur
h. Melakukan alih teknologi
i. Melakukan industri pioner
j. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, atau daerah
perbatasan
k. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi
l. Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi
m. Industri yang menggunakan barang modal, mesin, atau
peralatan yang diproduksi di dalam negeri
n. Hal-hal yang dipandang perlu dan dapat diberikan kepada
penanam modal.
5. Mekanisme Pemberian
Mekanisme pemberianinsentif dan/atau kemudahan penananam
modal :
a. Pemberian insentif dan/atau kemudahan penananam modal
dapat diusulkan oleh penanam modal karena telah memenuhi:
1. Kriteria bidang usaha prioritas
2. Dasar pemberian insentif
3. Dasar pemberian kemudahan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page114
4. Salah satu kriteria pemberian insentif dan/atau kemudahan
b. Usulan pemberian insentif dan/atau kemudahan penananam
modal dapat pula diajukan oleh Gubernur dan/atau
Bupati/Walikota melalui satuan kerja yang membidangi
penanaman modal
c. Kabupaten/kota dan instansi sektoral sesuai dengan
kewenangannya dapat mengajukan usul dan/atau menetapkan
pemberian insentif dan/atau kemudahan penanaman modal
berdasarkan kebutuhan yang besaran nilainya ditetapkan
dengan keputusan Bupati.
7. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
Arah kebijakan promosi dan kerjasama penanaman modal
Kabupaten Wajo sebagai berikut :
1. Penguatan citra(image building)sebagai daerah tujuan
penanaman modal yang menarik dengan mengimplementasikan
kebijakan pro penanaman modal dan menyusun rencana tindak
image building lokasi penanaman modal yang menarik.
Berdasarkan potensi yang dimiliki, Kabupaten Wajo diarahkan
untuk meningkatkan peranan pada bidang Agroinudstri Pertanian
(termasuk perkebunan, perikanan dan peternakan), Perdagangan,
Pertambangan dan Industri, serta Pariwisata.
2. Pengembangan strategi promosi yang lebih fokus (targetted
promotion), terarah dan inovatif.
Pelaksanaan promosi diarahkan lebih selektif, fokus dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan market demand dan
positioningKabupaten Wajo agar lebih segmented.
Promosi yang selektif dimaksudkan agar kegiatan promosi dan
kerjasama mempertimbangkan negara-negara mitra dan daerah-
daerah yang benar-benar potensial yang telah terseleksi sesuai
dengan potensi Kabupaten Wajo dan kebutuhan negara/daerah
yang dimaksud. Promosi akan diarahkan untuk fokus pada

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page115
Agroindustri, Perdagangan, Pertambangan dan Industri, serta
Pariwisata. yangdilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
3. Pelaksanaan kegiatan promosi dalam rangka pencapaian target
penanaman modal yang telah ditetapkan. Beberapa kegiatan
promosi yang dilakukan dalam rangka mencapai target:
a. Kerjasama
Menfasilitasi kerjasama investasi dengan mempertemukan
secara langsung pelaku usaha serta menindaklanjuti hasil
penjajakan kerjasama berupa kesepatan yang dicapai dalam
pertemuan, baik tingkat nasional, regional, dan internasional
yang pada akhirnya mendorong peningkatan investasi.
b. Pelayanan informasi
Pelayanan informasi berupa sistem informasi potensi daerah
akan dilaksanakan dengan lebih segmented dan fokus agar
target investasi dapat dicapai secara maksimal. Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) Kabupaten Wajo harus berpartisipasi aktif pada
berbagai event promosi dalam dan luar negeri dengan
memperhatikan kebutuhan pasar dan kemampuan daerah.
4. Peningkatan peran koordinasi promosi penanaman modal dengan
OPD terkait.
Adanya koordinasi dan sinergi program kerja antara instansi
teknis pelayanan penanaman modal/investasi daerah melalui satu
persepsi untuk kemajuan pelayanan publik secara paripurna. Oleh
karenanya, dibutuhkan rencana strategis yang terpadu mengenai
penanaman modal di Kabupaten Wajo yang terpadu dengan
program kerja OPD terkait.
5. Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan promosi secara pro aktif
untuk mentransformasi minat penanaman modal menjadi realisasi
penanaman modal.
Koordinasi antar stakeholders akan dilaksanakan secara lebih
intens agar promosi dan kerjasama yang dilakukan, dapat diiringi

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page116
dengan penyiapan komoditas yang sesuai standar pasar
permintaan dapat terpenuhi dengan baik dan berkesinambungan.
a. Penyediaan sarana dan prasarana
Penyediaan berupa sarana/materi dan media
informasi/promosi potensi komoditas unggulan serta peluang
investasi/usaha di Kabupaten Wajo, baik dalam bentuk
cetakan maupun visualisasi dalam bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia. Sarana dan prasarana yang disiapkan berupa;
booklet investtement, brosur/leaflet, buku peluang investasi,
poster, X banner, maupun CD/DVD profil investasi Kabupaten
Wajo.
b. Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem informasi dilakukan dengan
mengembangakan website bidang penanaman modal
Kabupaten Wajo, pemutakhiran data dan informasi tentang
potensi dan peluang investasi serta produk unggulan secara
berkala, dan menginventarisasi portal-portal website yang
berorientasi bisnis, KADIN seluruh Indonesia, mitra dagang,
kedutaan besar, dan para pelaku usaha dalam dan luar negeri.
c. Koordinasi
Dilaksanakannya koordinasi penanaman modal membahas
tentang kebijakan, sinergitas program dan sharing mengenai
persoalan yang berkaitan dengan penanaman modal.
Koordinasi juga dilaksanakan dalam skala regional dan
nasional dalam rangka keterpaduan program pusat dengan
daerah dan sinergitas dalam kawasan.
6. Peningkatan kerjasama penanaman modal yang dilakukan oleh
Pemerintah daerah dengan negara lain dan/atau badan hukum
asing melalui Pemerintah, dan Pemerintah daerah lain dan/atau
Pemerintah Kabupaten/Kota, atau swasta atas dasar kesamaan
kedudukan dan saling menguntungkan.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page117
BAB VI
STRATEGI IMPLEMENTASI

6.1. Tahapan Pelaksanaan RUMP Kabupaten Wajo


Tahapan pelaksanaan Rencana Umum Penanaman Modal
Kabupaten (RUPMK) Wajodisusun dalam 4 (empat) tahap yang dilakukan
secara paralel dan simultan mulaidari Tahap jangka pendek menuju Tahap
jangka panjang dan saling berkaitan satu dengan lainnya.
Hal ini dalam rangka mewujudkan proyek-proyek strategis dan
kawasan strategis di Kabupaten Wajo yang terkait dengan kepentingan
pertumbuhan ekonomi, kepentingan sosial budaya, kepentingan
pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau teknologi tinggi, kepentingan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.Tahapan RUPMKKabupaten
Wajo sebagai berikut :

Tahap I (2017-2019): Pengembangan penanaman modal yang relatif


mudah dan cepat.
Pelaksanaan Tahap I dimaksudkan untuk mencapai prioritas
penanaman modal jangka pendek (2017–2019). Pada Tahap ini kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan, antara lain, mendorong dan memfasilitasi
penanam modal yang siap menanamkan modalnya, baik penanaman
modal yang melakukan perluasan usaha atau melakukan penanaman
modal baru, penanaman modal yang menghasilkan bahan baku/barang
setengah jadi bagi industri lainnya, penanaman modal yang mengisi
kekurangan kapasitas produksi atau memenuhi kebutuhan di dalam negeri
dan substitusi impor, serta penanaman modal penunjang infrastruktur.
Untuk mendukung implementasi Tahap I dengan Tema
Pengembangan Penanaman Modal yang Relatif Mudah dan Depat, serta
untuk mendukung tahapan-tahapanselanjutnya, maka langkah-langkah
kebijakan penanaman modal adalah sebagai berikut:

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page118
1. Membuka hambatan dan memfasilitasi penyelesaian persiapan
proyek-proyek besar dan strategis agar dapat segera
diaktualisasikan implementasinya.
2. Menata dan mengintensifkan strategi promosi penanaman
modal dalam dan luar negeri.
3. Mempromosikan Kabupaten Wajo sebagai daerah tujuan
penanaman modal potensial (the right place to invest) untuk
Agroindustri, Perdagangan, Pertambangan dan Industri, serta
Pariwisata.
4. Melakukan kerjasama penanaman modal regional dan antar
regional untuk kepentingan penunjang penanaman modal dan
kerjasama regional dalam penyediaan air bersih dan
infrastruktur pendukung penanaman modal lainnya.
5. Mengidentifikasi proyek-proyek penanaman modal di daerah
yang siap ditawarkan dan dipromosikan sesuai dengan daya
dukung lingkungan hidup dan karakteristik daerah.
6. Menggalang kerjasama dengan kabupaten/kota dalam rangka
peningkatan nilai tambah, daya saing penanaman modal yang
bernilai tambah tinggi dan pemerataan pembangunan.
7. Melakukan berbagai terobosan kebijakan terkait dengan
penanaman modal yang mendesak untuk diperbaiki atau
diselesaikan.
8. Melakukan kemitraan dengan dunia pendidikan dan dunia
usaha/ industri

Tahap II (2020-2022): Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan


Energi.
Pelaksanaan Tahap II dimaksudkan untuk mencapai prioritas
penanaman modal jangka menengah (tahun 2020–2022). Pada Tahap ini
kegiatan yang dilakukan adalah penanaman modal yang mendorong
percepatan infrastruktur fisik (termasuk infrastruktur pendukung
wilayah/kawasan peruntukan industri dan kawasan industri seperti jalan,

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page119
listrik/energi, instalasi pengolahan limbah dan air bersih), diversifikasi,
efisiensi, dankonversi energi berwawasan lingkungan. Pada Tahap ini juga
dipersiapkan kebijakan dan fasilitasi penanaman modal dalam rangka
mendorong pengembangan industrialisasi skala besar.
Untuk mendukung implementasi Tahap II dan mendukung Tahap-
Tahap lainnya, langkah-langkah kebijakan penanaman modal adalah
sebagai berikut:
1. Prioritas peningkatan kegiatan penanaman modal difokuskan
pada percepatan pembangunan infrastruktur dan energi melalui
skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS), diantaranya
pembangunan jalan, transportasi, pelabuhan, pembangkit
tenaga listrik, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang dibutuhkan. Pengembangan infrastruktur juga perlu
memasukkan bidang infrastruktur lunak (soft infrastructure),
terutama pada bidang pendidikan dan kesehatan.
2. Melakukan penyempurnaan/revisi atas peraturan daerah yang
berkaitan dengan penanaman modal dalam rangka percepatan
pembangunan infrastruktur dan energi.
3. Pemberian kemudahan dan/atau insentif penanaman modal
untuk kegiatan-kegiatan penanaman modal yang mendukung
pengimplementasian kebijakan energi nasional oleh seluruh
pemangku kepentingan terkait.
4. Penyiapan kebijakan pendukung dalam rangka pengembangan
energi di masa datang.
Sedangkan strategi untuk mencapai percepatan pembangunan
infrastruktur dan Energidi Kabupaten Wajo, antara lain terdiri atas:
1. Pengembangan Jaringan Jalan Arteri: Tarumpakkae–Batas Kab.
Luwu, Anabanua–Tarumpakkae, dan Kalalo–Anabanua, serta
jaringan jalan kolektor primer K1 dan K2 yang merupakan sistem
jaringan jalan nasional/provinsi yang ada di Kabupaten Wajo.
2. Jaringan Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan:Terminal
penumpang tipe B di kawasan perkotaan Sengkang Kelurahan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page120
Cempalagi Kecamatan Tempe, Terminal penumpang tipe C di
kawasan perkotaan Sengkang Kelurahan Teddaopu Kecamatan
Tempe, dan Terminal pembantu terdapat pada setiap ibukota
kecamatan.
3. Sistem Transportasi Kereta Api meliputi: Jaringan jalur kereta api
yang antarkota Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Selatan yang
menghubungkan Malili – Masamba – Palopo – Belopa – Parepare,
dimana Stasiun Kereta Api direncanakan di Kawasan Bangsalae
Kecamatan Pitumpanua dan Kawasan Cappabalatue Kecamatan
Sajoanging.
4. Sistem Sungai dan Penyeberangan meliputi: Sistem jaringan
transportasi sungai dikembangkan di Sungai Siwa Kecamatan
Pitumpanua, Sungai Walanae, Sungai Cenranae. Sistem jaringan
transportasi Danau Tempe meliputi Kecamatan Tempe, Kecamatan
Sabbangparu dan Kematan Pammana. Simpul transportasi
penyeberangan meliputi Pelabuhan Bangsalae di Kecamatan
Pitumpanua, Pelabuhan Cenranae di Kecamatan Sajoanging, dan
Pelabuhan Penrang di Kecamatan Penrang.
5. Sistem Transportasi Laut meliputi: Pelabuhan pengumpul yaitu
Pelabuhan Siwa di Kecamatan Pitumpanua, Pelabuhan pengumpan
yaitu Pelabuhan BangsalaE di Kecamatan Pitumpanua, Pelabuhan
Cenranae di Kecamatan Sajoanging, Pelabuhan Doping di
Kecamatan Penrang, dan Pelabuhan Danggae di Kecamatan Keera
Alur pelayaran lokal, yaitu alur yang menghubungkan pelabuhan
Siwa dengan pelabuhan pengumpan lainnya dan alur pelabuhan
yang menghubungkan pelabuhan pengumpan di Daerah dengan
pelabuhan pengumpan lainnya di wilayah Provinsi Sulawesi
Selatan, dan Alur pelayaran nasional, yaitu alur yang
menghubungkan Pelabuhan BangsalaE dengan pelabuhan
nasional lainnya
6. Sistem Jaringan Energi/Ketenagalistrikan meliputi: Fasilitas
penyimpanan dan jaringan pipa minyak dan gas bumi berupa depo

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page121
minyak dan gas bumi di Kecamatan Gilireng, Kecamatan
Majauleng, Kecamatan Sajoanging, Kecamatan Takkalalla dan
Kecamatan Bola. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Tonrongpatila dengan kapasitas 315 MW di Desa Patila Kecamatan
Pammana, dan Pengembangan energi listrik dengan
memanfaatkan energi terbarukan untuk mendukung ketersediaan
energi listrik pada daerah-daerah terpencil dan terisolir di Daerah.
7. Sistem Jaringan Telekomunikasi meliputi: Jaringan satelit yang
meliputi satelit dan transponden diselenggarakan melalui pelayanan
stasiun bumi ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, sistem jaringan telekomunikasi bergerak
seluler berupa menara Base Trasceiver Station telekomunikasi
yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan Sistem jaringan telekomunikasi dilayani oleh Sentral
Telepon Otomat (STO) Sengkang di Kecamatan Tempe.

Tahap III (2023-2025): Pengembangan Industri Skala Besar


Pelaksanaan Tahap III dimaksudkan untuk mencapai dimensi
penanaman modal jangka panjang (2023–2025). Pelaksanaan tahap ini
baru bisa diwujudkan apabila seluruh elemen yang menjadi syarat
kemampuan telah dimiliki, seperti tersedianya infrastruktur yang
mencukupi, terbangunnya sumber daya manusia yang handal, terwujudnya
sinkronisasi kebijakan penanaman modal pusat-daerah, dan terdapatnya
sistem pemberian kemudahan dan/atau insentif penanaman modal yang
berdaya saing. Pada fase ini, kegiatan penanaman modal diarahkan untuk
pengembangan industrialisasi skala besar melalui pendekatan klaster atau
kawasan terpadu.
Pengembangan Industri Skala Besar sebagai pusat pertumbuhan
strategisdi Kabupaten Wajo antara lain diwujudkan melalui :
1. Kawasan lahan pangan berkelanjutan komoditas tanaman pangan
ditetapkan di sebagian Kecamatan Belawa, sebagian Kecamatan
Pitumpanua, sebagian Kecamatan Keera, sebagian Kecamatan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page122
Maniangpajo, sebagian Kecamatan Sabbangparu, sebagian
Kecamatan Tempe, sebagian Kecamatan Pammana, sebagian
Kecamatan Majauleng, sebagian Kecamatan Tanasiotolo, sebagian
Kecamatan Takkalalla, dan sebagian Kecamatan Bola
2. Kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditas
perkebunan unggulan kelapa sawit ditetapkan di sebagian
Kecamatan Belawa, sebagian Kecamatan Maniangpajo, sebagian
Kecamatan Sabbangparu, sebagian Kecamatan Tempe, sebagian
Kecamatan Pammana, sebagian Kecamatan Majauleng, sebagian
Kecamatan Tanasitolo, sebagian Kecamatan Takkalalla, sebagian
Kecamatan Sajoanging, sebagian Kecamatan Penrang, dan
sebagian Kecamatan Bola
3. Kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditas
perkebunan unggulan kopi robusta ditetapkan di sebagian
Kecamatan Maniangpajo, sebagian Kecamatan Sabbangparu,
sebagian Kecamatan Tempe, sebagian Kecamatan Pammana,
sebagian Kecamatan Majauleng, sebagian Kecamatan Tanasitolo,
dan sebagian Kecamatan Sajoanging
4. Kawasan pengembangan budidaya alternatif komoditas
perkebunan unggulan kakao ditetapkan di sebagian Kecamatan
Belawa, sebagian Kecamatan Maniangpajo, sebagian Kecamatan
Sabbangparu, sebagian Kecamatan Tempe, sebagian Kecamatan
Pammana, sebagian Kecamatan Majauleng, sebagian Kecamatan
Tanasitolo, sebagian Kecamatan Takkalalla, sebagian Kecamatan
Pitumpanua, sebagian Kecamatan Keera, sebagian Kecamatan
Sajoanging, sebagian Kecamatan Penrang, dan sebagian
Kecamatan Bola
5. Kawasan peruntukan perkebunan lada, pala, vanili dan tebu
ditetapkan di sebagian Kecamatan Belawa, sebagian Kecamatan
Maniangpajo, sebagian Kecamatan Sabbangparu, sebagian
Kecamatan Tempe, sebagian Kecamatan Pammana, sebagian
Kecamatan Majauleng, sebagian Kecamatan Tanasitolo, sebagian

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page123
Kecamatan Takkalalla, sebagian Kecamatan Pitumpanua, sebagian
Kecamatan Keera, sebagian Kecamatan Sajoanging, sebagian
Kecamatan Penrang, dan sebagian Kecamatan Bola dengan luasan
kurang lebih 28.599 (dua puluh delapan ribu lima ratus sembilan
puluh sembilan) hektardan
6. Kawasan peruntukan perkebunan cengkeh, jambu mete, dan kapok
ditetapkan di sebagian Kecamatan Belawa, sebagian Kecamatan
Maniangpajo, sebagian Kecamatan Sabbangparu, sebagian
Kecamatan Tempe, sebagian Kecamatan Pammana, sebagian
Kecamatan Majauleng, sebagian Kecamatan Tanasitolo, sebagian
Kecamatan Takkalalla, sebagian Kecamatan Pitumpanua, sebagian
Kecamatan Keera, sebagian Kecamatan Sajoanging, sebagian
Kecamatan Penrang, dan sebagian Kecamatan Bola dengan luasan
kurang lebih 8.384 (delapan ribu tiga ratus delapan puluh empat)
hektar
7. Pengembangan sentra peternakan ternak besar (sapi dan kerbau)
di Kecamatan Maniangpajo, Kecamatan Majauleng, Kecamatan
Pammana, Bola, Kecamatan Takkalalla, Kecamatan Penrang,
Kecamatan Sajoanging, dan Kecamatan Belawa
8. Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan pada wilayah perairan
Teluk Bone yang meliputi kawasan pesisir Kecamatan Bola,
kawasan pesisir Kecamatan Sabbangparu, kawasan pesisir
Kecamatan Tempe, kawasan pesisir Kecamatan Pammana,
kawasan pesisir Kecamatan Takkalalla, kawasan pesisir
Kecamatan Majauleng, kawasan pesisir Kecamatan Tanasitolo,
kawasan pesisir Kecamatan Belawa, kawasan pesisir Kecamatan
Maniangpajo, kawasan pesisir Kecamatan Keera, kawasan pesisir
Kecamatan Pitumpanua, kawasan pesisir Kecamatan Sajoanging
dan kawasan pesisir Kecamatan Penrang dengan luasan kurang
lebih 40.643 (empat puluh ribu enam ratus empat puluh tiga) hektar
9. Kawasan budidaya perikanan air tawar ditetapkan di sebagian
wilayah Kecamatan Sabbangparu, sebagian wilayah Kecamatan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page124
Pammana, sebagain wilayah Kecamatan Majauleng, sebagian
wilayah Kecamatan Tanasitolo, sebagian wilayah Kecamatan
Belawa, sebagian wilayah Kecamatan Maniangpajo, sebagian
wilayah Kecamatan Gilireng, dan sebagian wilayah Kecamatan
Tempe dengan luasan kurang lebih 9.486 (sembilan ribu empat
ratus delapan puluh enam) hektar
10. Kawasan pengembangan budidaya udang ditetapkan di sebagian
wilayah Kecamatan Pitumpanua, sebagian wilayah Kecamatan
Bola, sebagian wilayah Kecamatan Takkalalla, sebagian wilayah
Kecamatan Penrang, sebagian wilayah Kecamatan Sajoanging,
dan sebagian wilayah Kecamatan Keera
11. Kawasan peruntukan wilayah pertambangan minyak dan gas bumi
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Gilireng, sebagian
wilayah Kecamatan Majauleng, sebagian wilayah Kecamatan
Sajoanging, dan sebagian wilayah Kecamatan Tanasitolo.
12. Kawasan peruntukan industri besar berupa kawasan industri
manufaktur penghasil mesin dan atau alat produksi ditetapkan di
Kecamatan Maniangpajo dan Kecamatan Pammana
13. Kawasan industri kerajinan tenun dan kain sutera ditetapkan di
sebagian Kecamatan Tempe, sebagian Kecamatan Tanasitolo,
sebagian Kecamatan Sabbangparu, sebagian Kecamatan
Majauleng, sebagian Kecamatan Penrang, dan Kecamatan
Sajoanging.
14. Kawasan peruntukan pariwisata budaya terdiri atas Kawasan
Rumah Adat Atakkae di Kecamatan Tempe, Kawasan situs
Geddong’e di Kecamatan Pammana, dan Kawasan Situs Makam
Raja-Raja di Kecamatan Majauleng, Kawasan peruntukan
pariwisata alam terdiri atas Gua Nippon di Kecamatan Tempe,
Taman Wisata Danau Tempe di Kecamatan Tempe, Permandian
alam di Kecamatan Maniangpajo, dan Tanjung Tanah Merah Desa
Pantai Timur di Kecamatan Takkalalla, dan Kawasan peruntukan
pariwisata buatan terdiri atas: Kawasan Bendungan Kalola di

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page125
Kecamatan Maniangpajo, Kawasan Tepian Sungai Cenranae di
Kecamatan Tempe, Kawasan Agrowisata Sutera SempangE Desa
Pakkanna di Kecamatan Tanasitolo.
Untuk mendukung implementasi Tahap III dan mendukung tahap-
tahap lainnya, langkah-langkah kebijakan penanaman modal adalah
sebagai berikut:
1. Pemetaan lokasi pengembangan klaster industri termasuk
penyediaan infrastruktur keras dan lunak yang mencukupi
termasuk pemberian kemudahan dan/atau insentif penanaman
modal di daerah.
2. Pemetaan potensi sumber daya dan value chain distribusi untuk
mendukung pengembangan klaster-klaster industri dan
pengembangan ekonomi.
3. Koordinasi penyusunan program dan sasaran instansi penanaman
modal di pusat, provinsi, kabupaten/kota dan SKPD terkait dalam
mendorong industrialisasi skala besar.
4. Pengembangan sumber daya manusia yang handal dan memiliki
keterampilan (talent worker).

Tahap IV: Pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge


based economy).
Pelaksanaan Tahap IV dimaksudkan untuk mencapai kepentingan
penanaman modal setelah tahun 2025 pada saat perekonomian Kabupaten
Wajo sudah tergolong maju. Pada Tahap ini, fokus penanganan adalah
pengembangan kemampuan ekonomi ke arah pemanfaatan teknologi tinggi
ataupun inovasi.
Untuk mendukung pelaksanaan Tahap IV, langkah-langkah
kebijakan penanaman modal adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan kebijakan Pemerintah Kabupaten Wajo dalam
rangka mendorong kegiatan penanaman modal yang inovatif,
mendorong pengembangan penelitian dan pengembangan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page126
(research and development), menghasilkan produk berteknologi
tinggi, dan efisiensi dalam penggunaan energi.
2. MenjadikanKabupatenWajo sebagai daerah Kabupaten yang
memiliki industri ramah lingkungan
3. Mendorong Pemerintah Kabupaten Wajo untuk membangun
Kawasan Ekonomi berbasis teknologi tinggi (technopark).

6.2. Proyeksi Kebutuhan Penanaman Modal


Untuk mencapai keadaan perekonomian Kabupaten Wajo
sebagaimana diinginkan pada tahun 2025, diperlukan penanaman
modal yang bukan hanya jumlah dan porsinya yang harus meningkat,
akan tetapi juga semakin meluas ke berbagai sektor dan kualitas iklim
penanaman modal yang semakin baik. Dengan asumsi pertumbuhan
ekonomi tahun 2017–2025 rata-rata sebesar 7-8%, maka kebutuhan
penanaman modal Kabupaten Wajo tahun 2017–2025 sekitarRp52,72
triliun.Adapun proyeksi kebutuhan indikatif penanaman modal tahun
2017sampai dengan. tahun 2025 dirinci ke dalam tabel sebagai berikut

Tabel Kebutuhan Indikatif Penanaman Modal


Kabupaten Wajo
Tahun 2017-2025

Kebutuhan Indikatif
Tahapan Tahun Penanaman Modal
(triliun rupiah)
Tahap I, 2017-2019 2017 4,31
2018 4,63
2019 4,98
Tahap II, 2020-2022 2020 5,35
2021 5,76
2022 6,19
Tahap III, 2023-2025 2023 6,65
2024 7,15
2025 7,69
Jumlah Kebutuhan 52,72 Triliun

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page127
6.3. Pelaksanaan
Terhadap arah dan kebijakan penanaman modal yang telah diuraikan,
RUPM Kabupaten Wajo memerlukan suatu langkah-langkah konkrit
pelaksanaan sebagai berikut:
1. OPD/Lembaga teknis terkait dapat menyusun kebutuhan dan
prioritas penanaman modal sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya dengan mengacu kepada RUPMK.
2. Pemerintah Kabupaten Wajo menyusun RUPMK yang mengacu
pada RUPM, RUPMP, dan prioritas pengembangan potensi
Kabupaten Wajo.
3. Pemerintah Kabupaten Wajo dengan melibatkan OPD terkait
melakukan evaluasi bidang-bidang usaha yang memperoleh
fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal yang
diberikan pemerintah daerah.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
Naskah akademik Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten
(RUPMK) Wajo, merupakan hasil kajian akademis yang akan menjadi
bahan pertimbangan untuk menjadi dasar penerbitan Peraturan Bupati
(Perbub) tentang RUMPK Kabupaten Wajo tahun 2017-2025. RUPMK
merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka panjang sampai
dengan tahun 2025, dimana penanaman modal diarahkan untuk
mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara
berkelanjutan dan berkualitas dengan mewujudkan iklim penanaman modal
yang menarik, mendorong penananman modal bagi peningkatan daya
saing perekonomian nasional, serta meningkatkan kapasitas infrastruktur
fisik dan pendukung yang memadai.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page128
Berdasarkan kondisi obyektif penanaman modal daerah di
Kabupaten Wajo, maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kabupaten Wajo merupakan Kabupaten yang memiliki potensi
investasi yang besar untuk pengembangan Pertanian meliputi;
Padi, Jagung, Ubi Kayu, dan Kacang Tanah, Perkebunan meliputi:
Kapuk, Kelapa, Jambu Mente,Kopi Robusta, Cengkeh dan
Kakao,Perikanan meliputi: budidaya ikan air tawar dan perikanan
tangkap, dan Pariwisata meliputi: pariwisata budaya, pariwisata
alam, dan pariwisata buatan. Jika potensi daerah tersebut
dimanfaatkan dengan baik, maka Kabupaten Wajo berpeluang
untuk menjadi kelompok Kabupaten/kotayang maju di Provinsi
Sulawesi Selatan pada tahun 2025. Indikator utama untuk
mencapai peringkat tersebut tampak pada pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Wajodalam5 (lima) tahun terakhir dengan rata-rata
pertumbuhan ekonomi sebesar 6-8 persen per tahun.
2. Dalam rangka terbangunnya keterpaduan dan konsistensi arah
perencanaan penanaman modal daerah, maka perlu menyusun
RUPMK dengan memperhatikan 7 (tujuh) arah kebijakan
penanaman modal sesuai dengan Perpres Nomor 16 tahun 2012,
yang meliputi: 1) perbaikan iklim penanaman modal, 2) persebaran
penanaman modal, 3) fokus pengembangan pangan, infrastruktur,
dan energi, 4) penanaman modal yang berwawasan lingkungan
(green investment), 5) pemberdayaan UMKMK, 6) pemberian
fasilitas, kemudahan/atau insentif penanaman modal, dan 7)
promosi dan kerjasama penanaman modal.
3. Arah kebijakan perbaikan iklim penanaman modal meliputi: 1)
penguatan kelembagaan penanaman modal daerah melalui sistem
pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), peningkatan koordinasi
antar lembaga/instansi di daerah, dan mengarahkan lembaga
penanaman modal daerah untuk secara proaktif menjadi inisiator
penanaman modal, 2) pengaturan bidang usaha yang tertutup dan

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page129
terbuka, 3) persaingan usaha yang sehat, 4) hubungan industrial
yang sehat, 5) dan sistem perpajakan dan kapabeanan yang
sederhana, efektif, dan efisien.
4. Arah kebijakan untuk mendorong persebaran penanaman modal
meliputi: 1) pengembangan sentra-sentra ekonomi baru melalui
pengembangan sektor-sektor strategis sesuai dengan daya
dukung lingkungan dan potensi keunggulan daerah, 2) pemberian
fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal yang
mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, 3) pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan strategis, 4) pengembangan sumber
energi baru dan terbarukan yang masih melimpah di daerah, dan
5) percepatan pembangunan infrastruktur di daerah dengan skema
kerjasama pemerintah-swasta (KPS) maupun non KPS.
5. Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang pangan
meliputi: 1) pengembangan tananaman pangan berskala besar
(food estate), 2) pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif
penanaman modal yang promotif untuk ekstensifikasi dan
intensifikasi lahan usaha, 3) pemberian pembiayaan, kejelasan
status lahan, dan mendorong pengembangan klaster industri
agribisnis, 4) peningkatan kegiatan penelitian, promosi, dan
membangun citra positif produk pangan daerah, 5) pengembangan
sektor strategis pendukung ketahanan pangan nasional, seperti
pupuk dan benih.
6. Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang
infrastruktur meliputi: 1) oprimalisasi kapasitas dan kualitas
infrastruktur yang saat ini sudah tersedia, 2) pengembangan
infrastruktur baru dan perluasan layanan infrastruktur, 3)
pengintegrasian pembangunan infrastrktur nasional sesuai dengan
peran masing-masing provinsi, 4) percepatan pembangunan
infrastruktur terutama pada wilayah sedang berkembang dan
belum berkembang, dan 5) percepatan pemenuhan infrastruktur.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page130
7. Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang energi
meliputi: 1) optimalisasi potensi dan sumber energi baru dan
terbarukan serta mendorong penanaman modal infrastruktur
energi untuk memenuhi kebutuhan listrik, 2) peningkatan pangsa
sumber daya energi baru dan terbarukan, 3) pengurangan energi
fosil untuk alat transportasi, listrik, dan industri, 4) pemberian
fasilitas, kemudahan dan/atau insentif, 5) pengembangan sektor
strategis pendukung sektor energi.
8. Arah kebijakan penanaman modal yang berwawasan lingkungan
(green investment) meliputi: 1) pengembangan sektor-sektor
prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan, 2) pengembangan
ekonomi hijau (green economy), 3) pemberian fasilitas,
kemudahan dan/atau insentif, 4) pengembangan wilayah yang
memperhatikan tata ruang dan kemampuan daya dukung
lingkungan, dan 5) perlunya bersinergi dengan kebijakan dan
program pembangunan lingkungan hidup.
9. Arah kebijakan pemberdayaan UMKMK meliputi: 1) strategi naik
kelas untuk mendorong usaha yang berada pada skala tertentu
untuk menjadi usaha yang lebih besar, dan 2) strategi aliansi
dengan membangun kemitraan.
10. Arah kebijakan promosi penanaman modal meliputi: 1) penguatan
citra (image building) sebagai daerah tujuan penanaman modal
yang menarik, 2) pengembangan strategi yang lebih fokus, terarah,
dan inovatif, 3) pelaksanaan strategi promosi yang lebih fokus, 4)
peningkatan peran koordinasi promosi penanaman modal dengan
lembaga terkait, dan 5) penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan
promosi secara proaktif menjadi realisasi penanaman modal.
11. Pelaksanaan RUPMKdisusun dalam 4 (empat) tahap yang
dilakukan secara paralel dan simultan mulaidari tahap jangka
pendek menuju Tahap jangka panjang dan saling berkaitan satu
dengan lainnya. Hal ini dalam rangka mewujudkan proyek-proyek
strategis dan kawasan strategis Kabupaten Wajo yang terkait

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page131
dengan kepentingan pertumbuhan ekonomi, kepentingan sosial
budaya, kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam dan/atau
teknologi tinggi, kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup.
12. Tahap I (2017-2019): Pengembangan penanaman modal yang
relatif mudah dan cepat. Pelaksanaan Tahap I dimaksudkan untuk
mencapai prioritas penanaman modal jangka pendek. Pada Tahap
ini kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan antara lain, mendorong
dan memfasilitasi penanam modal yang siap menanamkan
modalnya, baik penanaman modal yang melakukan perluasan
usaha atau melakukan penanaman modal baru, penanaman modal
yang menghasilkan bahan baku/barang setengah jadi bagi industri
lainnya, penanaman modal yang mengisi kekurangan kapasitas
produksi atau memenuhi kebutuhan di dalam negeri dan substitusi
impor, serta penanaman modal penunjang infrastruktur.
13. Tahap II (2020-2022): Percepatan pembangunan infrastruktur dan
Energi. Pelaksanaan tahap II dimaksudkan untuk mencapai
prioritas penanaman modal jangka menengah. Pada Tahap ini
kegiatan yang dilakukan adalah penanaman modal yang
mendorong percepatan infrastruktur fisik (termasuk infrastruktur
pendukung wilayah/kawasan peruntukan industri dan kawasan
industri seperti jalan, listrik/energi, instalasi pengolahan limbah dan
air bersih), diversifikasi, efisiensi, dankonversi energi berwawasan
lingkungan. Pada Tahap ini juga dipersiapkan kebijakan dan
fasilitasi penanaman modal dalam rangka mendorong
pengembangan industrialisasi skala besar.
14. Tahap III (2023-2025): Pengembangan industri skala besar.
Pelaksanaan tahap III dimaksudkan untuk mencapai dimensi
penanaman modal jangka panjang. Pelaksanaan tahap ini baru
bisa diwujudkan apabila seluruh elemen yang menjadi syarat
kemampuan telah dimiliki, seperti tersedianya infrastruktur yang
mencukupi, terbangunnya sumber daya manusia yang handal,

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page132
terwujudnya sinkronisasi kebijakan penanaman modal pusat-
daerah, dan terdapatnya sistem pemberian kemudahan dan/atau
insentif penanaman modal yang berdaya saing. Pada fase ini,
kegiatan penanaman modal diarahkan untuk pengembangan
industrialisasi skala besar melalui pendekatan klaster.
15. Tahap IV: Pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan
(knowledge based economy). Pelaksanaan tahap IV dimaksudkan
untuk mencapai kepentingan penanaman modal setelah tahun
2025 pada saat perekonomian Kabupaten Wajo sudah tergolong
maju. Pada Tahap ini, fokus penanganan adalah pengembangan
kemampuan ekonomi ke arah pemanfaatan teknologi tinggi
ataupun inovasi.

7.2. Pelaksanaan
Terhadap arah dan kebijakan penanaman modal yang telah diuraikan,
RUPMK memerlukan suatu langkah-langkah konkrit pelaksanaan
sebagai berikut:
4. OPD/Lembaga teknis terkait dapat menyusun kebutuhan dan
prioritas penanaman modal sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya dengan mengacu kepada RUPMK.
5. Pemerintah Kabupaten Wajo menyusun RUPMK yang mengacu
pada RUPM, RUPMP, dan prioritas pengembangan potensi
Kabupaten Wajo.
6. Pemerintah Kabupaten Wajo dengan melibatkan OPD terkait
melakukan evaluasi bidang-bidang usaha yang memperoleh
fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal yang
diberikan pemerintah daerah.
7.3. Saran-saran
1. Kepada Pemerintah KabupatenWajo, RUPMK memberikan arahan
indikatif pada penyusunan rencana pembangunan di bidang

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page133
penanaman modal, yang akan dijabarkan di tingkat Kabupatenyang
dalam penyusunan target, kebjikan dan strategi, RUPMK dapat
digunakan sebagai salah satu acuan dalam penyusunan rencana
pembangunan di bidang penanaman modal di Kabupaten.
2. Kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Wajo, RUPMK diharapkan mampu meletakkan dasar-
dasar implementasi yang cukup kuat bagi tersusunnya Rencana
Strategi (Renstra) yang fleksibel di bidang penanaman modal,
ditengah situasi perekonomian dunia yang semakin dinamis dan
kompetitif.

Naskah Akademik RUPM KabupatenWajo 2017-2025


Page134

Anda mungkin juga menyukai