BAB I
PANDAHULUAN
Sumatera utara juga memiliki banyak objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan. Salahsatunya
adalah objek wisata sipiso-piso yang terletak di kabupaten karo. Objek wisata ini khas dengan airterjun nya yang
indah dan mengesankan untuk dinikmati.
Keindahan dan kelestarianya cukup membuat para wisatawan merasa puas jika melakukan wisata ke
tempat ini. Hanya masih banyak wisatawan yang berasal dari masyarakat lokal maupun luar yang belum
mengenalnya. Hal ini diakibatkan kurangnya kepedulian masyarakat dan pemerintah setempat bahwa pariwisata
tersebut dapat meningkatkan pembangunan di daerahnya. Hal ini jelas terlihat dari detrminan kualitas jasa
pariwisata yang diberikan masih sangat memprihatinkan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat di rumuskan masalah sebagai
berikut :
1.
2.
BAB II
TEORI DAN IMPLEMENTASI
2.1. Teori Kepustakaan
2.1.1. Pengertian Pariwisata
Ada banyak ahli yang mendefinisikan pariwisata, Arief (2005: 2), Pariwisata adalah segala sesuatu
aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan orang lain yang sedang melakukan perjalanan
(traveller), di samping untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Selanjutnya pengertian pariwisata oleh WTO dalam Jafari (2008:1) menyatakan The activities of a
person outside his or her usual environment for less than a specified period of time, and whose main
purpose of travel is other than exercise of an activity remunerated from the place visited , yang berarti
aktifitas yang dilakukan seseorang diluar tempat tinggalnya berada dalam periode waktu tertentu, yang bertujuan
untuk tidak bekerja/mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya.
Garner dalam Sudiarta (2005:115) berusaha mendefinisikan pariwisata secara lebih akademis, bahwa
tourism is study of man away from his usual habitat, of the industry which respon to his needs and of
the impact that he and the industry have on the host social cultural, economic, and physical
environment. Dilihat dari apa yang diuraikan oleh Garner, tampaknya kegiatan pariwisata sangat dekat dengan
dinamisnya kehidupan manusia yang di satu sisi didasari oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi
disisi lain tidak terlepas dari akibat yang ditimbulkan oleh aktifitas tersebut, terutama dampaknya terhadap
kehidupan sosbud, ekonomi, dan lingkungan fisik.
Menurut UU No 10 Tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah
Daerah.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam
fenomena yang ditimbulkan akibat dari perpindahan orang-orang dari satu tempat yang merupakan asalnya ke
tempat yang lain yang bukan tempat asalnya untuk kegiatan bersenang-senang, tidak mencari nafkah, bekerja,
maupun menetap.
2.2. Implementasi Determinan Jasa Pariwisata
Ada lima faktor yang mempengaruhi (Determinan) kualitas jasa pariwisata sehingga dapat memberi
kepuasan kepada pelanggan. Kelima dimensi tersebut antara lain :
1. Tangible
Bukti atau wujud langsung, meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai, dan sarana komunikasi.
2. Reliability
Kehandalan , yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
3. Responsiveness
Responsif, yaitu keinginan para staff unutk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan yang
tanggap.
4. Assurance
Jaminan, mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staff,
bebas dari bahaya, resiko dan keragu-raguan. Assurance merupakan gabungan dari aspek-aspek :
a. Competence
Kompetensi, yakni keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan pelayanan.
b. Courtessy
Kesopanan, yang meliputi keramah tamahan, perhatian dan sikap para karyawan.
c. Credibility
Kredibilitas, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada perusahaan seperti reputasi, dan
prestasi.
d. Security
Keamanan, yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan karyawan untuk memberikan rasa
aman pada pelanggan.
5. Empathy
Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, kmunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan
memahami kebutuhan para pelanggan.
BAB III
DESKRIPSI OBJEK WISATA
Selain sarana dan prasarana tersebut pada pemerintahan karo juga harus membangun tenpat penginapan
di sekitar air terjun sipiso-piso tersebut, karena penginapan tentu merupakan hal yang penting bagi wisatawan.
Sehingga para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut tidak terlalu jauh mencari penginapan.
Dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya, meskipun tidak terlalu banyak ada perubahan fasilitas
pariwisata yang dilakukannya. Terutama infrastruktur darat, danau dan air bersih untuk masyarakat tongging,
namun sekarang infrastruktur yang pernh dibangun mulai rusak dan perlu diperbaiki. Oleh karena itu, pemerintah
karo selaku pengelola air terjun sipiso-piso dituntut peranannya dalam melengkapi segala hal sarana dan
prasarana demi kenyamnan wisatawan.
Apabila hal tersebut dilakukan pemerintah karo, maka dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat
serta menambh pendapatan bagi masyarakat. Akan tetapi semua hal tersebut belum semua dilakukan oleh
pemerintah kabupaten karo, disebabkan kurangnya perhatian terhadap objek wisata tersebut dan kurangnya
dana yang digunakan dalam mengembangkan objek wisata tersebut.
BAB IV
PEMBAHASAN
Menambah bangunan pemondokan bagi wisatawan yang ingin beristirahat sebelum dan setelah mandi
di bawah air terjun seperti yang telah dilakukan air terjun indah yang ada di subulu sallam, Aceh.
2.
Peralatan Modern.
Menyangkut peralatan-peralatan yang ada di objek wisata tersebut. Misalkan peralatan mandi menggunakan
ban, pelampung khusus untuk anak kecil.
2)
Misal yang lain membangun pemondokan unik yang tidak hanya sebagai tempat beristirahat saja melainkan
memberikan kesan tersendiri bagi para pengunjung.
3)
Penampilan Karyawan
Wisatawan tentu melihat para karyawan pada pandangan pertama mereka terhadap jasa yang diberikan saat
berkunjung ke objek wisata sipiso-piso. Untuk itu perlu diperhatikan kebersihan dari para pemberi jasa di objek
wisata seperti pengantar pesanan makanan atau minuman.
2. Reliability (keandalan)
Akses objek wisata sipiso-piso tidak begitu dikenal oleh wisatawan lokal maupun luar negeri. Hal ini
terbukti dengan tidak adanya panplet atau baliho yang menunjukan bahwasanya di daerah tersebut terdapat
objek wisata air terjun yang indah.
Atribut mutu jasa menurut keandalan:
1.
2.
3.
4.
5.
Credibility
Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada objek wisata seperti reputasi dan prestasi.
b.
Security
Keamanan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan objek wisata dan pengelola memberikan
rasa aman kepada wisatawan. wisata sipiso-piso perlu dibangun securitynya antara lain :
Askses menuju objek wisata perlu dibenahi, seperti pembatas tangga. dimana disisi kiri merupakan jurang yang
sangat dalam. hal ini membuat isatawan merasa tidak nyaman (takut) ketika melintas ditangga tersebut.
panplet sehubungan dengan apa yang boleh dilakukan dan tidak. misalnya menggunakan kata-kata tidak senonoh
atau tidak sopan didaerah objek wisata yang mungkin akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan.
harga penjualan tiket menjadi lebih mahal atau penjualan tiket masuk yang sudah tidak berlaku lagi.
3.
beharga. ketika membeli tiket masuk, pengelola tidak memberikan sambutan yang baik kepada pengunjung,
bahkan pengelola tidak peduli kepada pengunjung. setelah beli tiket, masuk. begitulah istilahnya tanpa
memperhatikan kemana pengunjung pergi.
Memperbaiki ini tentu perlu perhatian dan pelatihan kepada karyawan atau pengelola objek wisata
sipiso-piso bahwa layanan dan sambutan kepada pengunjung sangatlah penting guna menciptakan pengalaman
yang mengesan kan dari para pengelola wisata.
BAB V
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1)
Determinan kualitas determinan jasa pada objek wisata sipiso-piso masih jauh dari apa yang diharapkan, akan
tetapi masih dapat ditingkatkan jika dilaksanakan sesuai atribut kualitas jasa.
2)
Dari segi determinan kualitas jasa, salah satu yang paling penting di perbaiki adalah reability (keandalanya)dan
kecepat tanggapanya. karena objek ini kurang dikenal masyarakat laus disebabkan kurangnya sambutan pada
wisatawan yang baru pertama berkunjung sehingga menyebabkan pengalaman yang buruk bagi pengunjung.
3.2. Saran
untuk dapat lebih meningkatkan determinan kualitas jasa pada bjek wisata sipiso-piso, kami
memberikan saran sebagai berikut :
1)
pengelolaan objek wisata hendaknya tidak hanya dianggap sebagi usaha musiman. artinya usaha pengelolahan
objek wisata hendaknya selalu berkesinambungan dan tidak hanya di kelola ketika pada hari-hari besar.
2)
Dalam pengembangan objek wisata sipiso-piso tidak terlepas dari campur tangan pemerintah. karena dampak
positif dari perkembangan objek wisata tidak hanya menambah penghasilan golongan tertentu, melainkan akan
meresap ke seluruh lapisan masyarakat.
Dalam sebuah perjalanan, ada beberapa factor yang mempengaruhi perjalanan kita :
1. FISIK
Untuk menghasilkan suatu fisik yang baik tidaklah dicapai dalam waktu yang ingkat, tetapi memerlukan
suatu latihan yang teratur dan terarah. Dan untuk mendapatkan suatu perjalanan yang aman, faktor fisik
amatlah menentukan untuk mengetahui kemampuan fisik kita, kita harus mengetahui kemampuan system
jantung, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya. Untuk meningkatkan kondisi fisik, kita harus melakukan
latihan-latihan fisik yang intensif dan teratur, dan untuk menjaga kebugaran dalam kondisi yang baik,
sebaiknya dipertahankan dalam waktu 10-30 menit. Denyut nadi maksimal adalah jumlah denyut nadi yang
dihitung selama 6 detik setelah latihan selesai, kemudian jumlahnya dikalikan 10, untuk mendapatkan
denyut maksimal dalam waktu satu menit.
Contoh : DNM (Denyut Nadi Maksimal)=220-Usia
Jika Usia=22 tahun, maka DNM=220-22=198 kali/menit, dengan serin-seringnya seseorang berlatih, maka
denyut nadinya akan makin menurun mendekati denyut nadi sewaktu kita beristirahat. Denyut nadi normal
adalah 80-120 kali/menit.
Bila kita sama sekali tidak melakukan aktifitas seperti berjalan, berlari atau berolahraga maka otot-otot kita
akan mengecil, termasuk juga jantung dan akan menyebabkan kerja jantung tidak efisien. Untuk
mendapatkan kondisi prima dan meningkatkan daya tahan kerja tubuh yang cukup dalam kegiatan alam
bebas, pelatihan kebugaran/fitness merupakan hal yang baik.
Harvard step up test merupakan salah satu test untuk mengetahui kemampuan fisik. Test ini dapat
dilakukan mempergunakan kotak/tangga dengan ketinggian 20 cm ( ketinggian 20 cm untuk menghindari
kelelahan yang berlebihan), cara melakukan test ini adalah dengan menggunakan kaki kanan dan kiri
secara bergantian, setelah 24 step up test/menit, selama 3 menit beturut-turut, lakukan istirahat selama
30menit, kemudian hitung denyut nadi pada pergelangan tangan.
Semakin tinggi kapasitas pelatihan kebugaran seseorang, maka semakin baik sistem jantung, paru-paru,
dan sistem peredaran yang lainnya.
2. MENTAL
Mental memang sulit ditelaah, karena mental seseorang terbentuk lebih banyak oleh lingkungan sendiri
dan dari pemahaman siapa dan apa dirinya, karena faktor inilah yang terkadang mental sering dilupakan
dan diabaikan. Antara fisik dan mental merupakan satu kesatuan.
Dengan latihan fisik yang teratur akan mengembangkan mental, maksudnya memiliki kebugaran tubuh
baik dan akan menimbulkan kepercayaan diri pada dirinya.
Semakin tinggi tingkat mental seseorang semakin baik dalam mengatasi persoalan
3. DAYA TAHAN TUBUH
Daya tahan tubuh seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor:
a. Kebutuhan Oksigen
Oksigen amatlah vital dalam proses persediaan energi dalam tubuh, dalam sebuah perjalanan
penjelajahan gunung seseorang harus dapat segera beradaptasi / menyesuaikan kemampuan tubuh
dengan faktor oksigen setempat, semakin tinggi kita berada maka semakin sedikit kadar oksigen buat kita,
resiko akan kekurangan oksigen amatlah membahayakan bahkan kematian.
b. Kebutuhan Air
Seperti juga oksigen, kita tidak dapat hidup tanpa air, hasil penelitian, manusia tidak dapat bertahan hidup
tanpa air lebih kurang 3 hari, dan sebagian pendapat mengatakan pada suhu 20-300C orang dapat
hidup tanpa air selama 8 hari.
Sebagai gambaran kebutuhan air dalam tubuh kita ialah:
Suhu 100C diperlukan air 1 liter /hari
Suhu 200C diperlukan air 4 liter/hari
Suhu 300C diperlukan air 5 liter/hari
Suhu 400C diperlukan air 6 liter/hari.
Dapat disimpulkan meningkatnya suhu maka meningkatnya kebutuhan akan air akibat meningkatnya
metabolisme dalam tubuh.
Kebutuhan air adalah mutlak bagi kita, air prioritas hidup kita
c. Kebutuhan Garam (Elektrolit)
Salah satu elektrolit dalam tubuh kita adalah garam (NacL), Kebutuhan akan garam bagi yang tinggal di
daerah tropis adalah 10 gr/hari, dan tergantung dari aktifitasnya.
Untuk menjaga kadar garam dalam tubuh kita dapat memasak / mengkonsumsi larutan oralit, memasukkan
garam secara langsung pada makanan / air tetapu kita harus memperhartikan kadar kelarutan / asinnya
jangan berlebihan.
Dalam asin ia menyimpan satu kepentingan bagi kita
d. Suhu Lingkungan
Suhu lingkungan sangat mempengaruhi daya tahan tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan petualangan ke
daerah-daerah (dingin/panas) (gunung, gurun, laur) perlu persiapan yang sangat baik. Dalam suhu dingin
dapat menyebabkan kematian, dan suhu panas dapat menimbulkan kejang-kejang juga kematian. Tubuh
manusia lebih mudah menyesuaikan diri dengan suhu panas dari pada suhu dingin. Proses adaptasi akan
suhu panas berlangsung cepat dan dapat diatasi dengan memakai pakaian tipis, menyerap keringat,
berwarna cerah, memakai pelindung panas matahari, minum lenbig banyak air, menjaga kebutuhan air dan
garam tetap seimbang di tubuh. Tapi pada suhu dingin tubih lebih sult beradaptasi karena perlindungan
diluar tubuh juga perlindungan terhadap dalam tubuh juga, mesti diperhatikan, suhu dingin mengakibatkan
kebutuhan akan kalori meningkat untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
Perhatikan kondisi dingin, sudah banyak pendaki / petualang yang ditemukan dalam keadaan mati/tak
bernyawa karena terkurung suhu dingin yang ekstrim.
e. Makanan
Makanan merupakan kebutuhan yang juga diperhatikan. Kebutuhan kalori pada tubuh banyak diperoleh
dari makanan. Untuk kehidupan sehari-hari tanpa aktivitas yang beratkita sekitar 2000-2500 kalori , tetapi
dalam aktifitas berat kebutuhan akan makanan meningkat menjadi 2500-3000 kalori. Kalori yang dimaksud
dalam sumber makanan adalah karbohidrat, protein, lemak dengan komposisi yang baik adalah
karbohidrat 75%, protein 25%, dan lemak disusaikan oleh proses pencernaan tubuh.
Kelebihan lebih mudah dicerna oleh tubuh bila dibandingkan dengan kelebihan protein dan lemak. Yapi
yang harus diingar bahwa jenis makanan yang akan dimakan dalam perjalanan harus sesuai dengan
jumlah kalori yang dibutuhkan.
Selain faktor diatas sebagai penunjang keberhasilan kegiatan di alam bebas juga diperlukan:
1. Obat-obatan:
Obat penurun panas dan penghilang rasa sakit
Obat diare, mulas, dan sakit perut
Obat untuk keracunan makanan
Obat anti alergi
Obat peawar asam lambung
Obat flu, batuk, dan pilek
Obat anti malaria (jika akan memasuki daerah endemis malaria, pil kina dimakan sebelum, selama dan
setelah pulang dari daerah tersebut)
Obat anti septik
Obat tetes mata (iritasi ringan)
Salep mata dan salep kulit yang mengandung anti biotik
Salep luka bakar
Salep untuk luka memar
Krim penghilang nyeri otot
Krim untuk pelindung dari sinar matahari (SPF minimal 15)
Alkohol 75%, Rivanao 1/1000, Boor Water.
Obat gosok
Oralit dan bedak salisil
2. Peralatan Penanganan Keadaan Gawat Darurat
Buku petunjuk mengenai penanganan keadaan darurat dari medis
Mitela (pembalut segitiga) minimal 2 buah
Perban elastis ukuran 2 inchi
Perban ukuran 5 cm dan 10 cm
Perban steril dan kapas
Plester, tensoplant, band vit
Gunting, pingset, dan pisau kecil
Lampu senter
Cotton bad, jarum kecil, peniti
Sofratur.
Kedua jenis diatas merupakan sesuatu yang baik untuk, dibawa dalam kegiatan petualangan di alam
bebas seperti medan gunung dan hutan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Desa Wisata Kertalangu. Letaknya tidak begitu jauh dari kota Denpasar, tepatnya di By Pass Sanur, daerah Kesiman.
Desa Wisata Kertalangu ini sebenarnya adalah suatu kawasan persawahan tapi menjadi sedikit berbeda karena disana
dibangun jogging track melingkar yang dapat dipakai sebagai areal untuk jogging atau sekedar jalan santai sambil
menikmati pemandangan sawah. Ide ini berasal dari seorang pengusaha lokal yang sangat jenius. Sebenarnya Desa
Wisata Kertalangu memang sudah lama dirintis dan sudah lumayan terkenal dikalangan masyarakat Denpasar,
terutama yang senang jalan-jalan. karena ini bisa menjadi alternatif liburan yang murah meriah dan tidak jauh dari
kota. Apalagi bisa sambil olah raga dan menghirup udara segar bebas polusi. Terbukti tempat ini selalu ramai tiap pagi
atau sore, terutama di akhir pekan atau hari libur. Untuk masuk kawasan ini pun kita juga tidak perlu membayar tiket
apapun, cukup bayar parkir saja.Jogging atau olah raga disini cukup menyenangkan. Terutama buat mereka orang
kota yang tidak terbiasa dengan alam persawahan, atau bagi mereka yang dulunya orang desa dan ingin bernostalgia
dengan masa kecilnya waktu bermain-main disawah. Disini kita bisa melihat aktifitas para petani yang bekerja
disawah.
Desa wisata ini, selain terdapat jogging track di areal persawahan juga tersedia gazebo-gazebo yang bisa
dimanfaatkan untuk bersantai atau sekedar istirahat setelah lelah berolahraga. Jika suka dengan kegiatan memancing,
disana juga terdapat kolam ikan. Pengunjung dapat meminjam/menyewa alat pancing dan nantinya akan membayar
sesuai dengan berat ikat yang dipancing untuk dibawa pulang.
Yang paling seru tentu saja wisata kuliner disana. Meski belum banyak, tapi jajanan dan makanan yang ditawarkan
penjual disekitar desa wisata ini cukup beragam. Disana kita bisa menjumpai beraneka makanan untuk sarapan pagi
dan aneka jajanan khas Bali. Bahkan bagi yang ingin pijat refleksi, spa, atau kegiatan salon juga lengkap terdapat
disini. Jalan-jalan pagi semakin seru kalau kita ke Kertalangu, apalagi bersama teman-teman. Wisatawan yang
mengunjungi desa wisata ini berasal dari berbagai kalangan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara, dengan berbagai tujuan dan motivasi yang berbeda sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui
karakteristik wisatawan yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini dapat di
rumuskan sebagai berikut :
2. Apakah yang menjadi motivasi wisatawan yang berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu?
Untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Desa budaya Kertalangu
Secara akademis penelitian ini mencoba untuk menambah wawasan berfikir mahasiswa serta mengaplikasikan
pengetahuan yang diperoleh di bangku perkuliahan.
Bagi lembaga khususnya Fakultas Pariwisata Universitas Udayana adalah untuk menambah pengetahuan yang
berhubungan dengan daerah tujuan wisata yaitu Desa Budaya Kertalangu.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan masukan
bagi pengelolaan Desa Budaya Kertalangu dalam meningkatkan kunjungan wisatawan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat
Desa Wisata Kertalangu ini sebenarnya adalah suatu kawasan persawahan tapi menjadi sedikit berbeda karena disana
dibangun jogging track melingkar yang dapat dipakai sebagai areal untuk jogging atau sekedar jalan santai sambil
menikmati pemandangan sawah.
Akses menuju desa budaya kertalangu sangatlah bagus karena dekat dengan pusat kota denpasar,dapat
menggunakan motor dan mobil
Atraksi wisata dapat didefinisikan segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah
tertentu (Oka A. Yoeti,1996). Terdapat atraksi yang menjadi daya tarik pada Desa Wisata Kertalangu ini seperti
mancing, out bound, jogging track dan pameran anggrek.
Amenities dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana yang berada di Desa Wisata Kertalangu ini seperti
restoran, gazebo, spa dan salon. Disamping itu, juga terdapat tempat mancing, parkir dan penginapan.
Bicara mengenai wisatawan akan didapatkan suatu cerita yang panjang tentang mereka, siapa, darimana, mau
kemana, dengan apa, dengan siapa, kenapa ke sana dan masih banyak lagi. Wisatawan memang sangat beragam, ada
tua-muda, miskin-kaya, asing-domestik, berpengalaman maupun tidak, semua ingin berwisata dengan keinginan dan
harapan yang berbeda-beda.
Gambaran mengenai wisatawan biasanya dibedakan berdasarkan karakteristik perjalanannya (trip descriptor) dan
karakteristik wisatawannya (tourist descriptor) (Seaton dan Bennet, 1996).
1. Trip Descriptor
Wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis
perjalanan dibedakan menjadi : perjalanan rekreasi, mengunjungi teman/keluarga (VFR = visiting friends and
relatives), perjalanan bisnis dan kelompok perjalanan lainnya (Seaton & Bennet, 1996). Smith (1995) menambahkan
jenis perjalanan untuk kesehatan dan keagamaan di luar kelompok lainnya. Lebih lanjut jenis-jenis perjalanan ini juga
dapat dibedakan lagi berdasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu melakukan perjalanan tersebut, jenis
akomodasi atau transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan
lain-lain.
2. Tourist Descriptor
Memfokuskan pada wisatawannya, biasanya digambarkan dengan Who wants what, why, when, where and how
much?. Untuk menjelaskan hal-hal tersebut digunakan beberapa karakteristik diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Karakteristik Sosio-demografis
Karakteristik
sosio-demografis
mencoba
menjawab
pertanyaan
who
wants
what.
Pembagian
berdasarkan
karakteristik ini paling sering dilakukan untuk kepentingan analisis pariwisata, perencanaan dan pemasaran, karena
sangat jelas definisinya dan relatif mudah pembagiannya (Kotler, 1996). Yang termasuk dalam karakteristik sosiodemografis diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, kelas sosial,
ukuran keluarga atau jumlah anggota keluarga dan lain-lain yang dielaborasi dari karakteristik tersebut.
Karakteristik sosio-demografis juga berkaitan satu dengan yang lain secara tidak langsung. Misalnya tingkat
pendidikan seseorang dengan pekerjaan dan tingkat pendapatannya, serta usia dengan status perkawinan dan ukuran
keluarga.
Pembagian wisatawan berdasarkan karakteristik sosio-demografis ini paling nyata kaitannya dengan pola berwisata
mereka. Jenis kelamin maupun kelompok umur misalnya berkaitan dengan pilihan jenis wisata yang dilakukan (Seaton
& Bennet, 1996). Jenis pekerjaan seseorang maupun tipe keluarga akan berpengaruh pada waktu luang yang dimiliki
orang tersebut, dan lebih lanjut pada kemampuannya berwisata.
Selain karakteristik sosio-demografis, karakteristik lain yang biasa digunakan dalam mengelompokkan wisatawan
adalah karakteristik geografis, psikografis dan tingkah laku (behavior) (Smith, 1995).
b. Karakteristik geografis
Karakteristik geografis membagi wisatawan berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, biasanya dibedakan menjadi desakota, propinsi, maupun negara asalnya. Pembagian ini lebih lanjut dapat pula dikelompokkan berdasarkan ukuran
(size) kota tempat tinggal (kota kecil, menengah, besar/metropolitan), kepadatan penduduk di kota tersebut dan lainlain.
c. Karakteristik psikografis
Sementara itu karakteristik psikografis membagi wisatawan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial,
life-style dan karakteristik personal. Wisatawan dalam kelompok demografis yang sama mungkin memiliki profil
psikografis yang sangat berbeda.
Beragamnya karakteristik dan latar belakang wisatawan menyebabkan beragamnya keinginan dan kebutuhan mereka
akan suatu produk wisata. Pengelompokan-pengelompokan wisatawan dapat memberi informasi mengenai alasan
setiap kelompok mengunjungi objek wisata yang berbeda, berapa besar ukuran kelompok tersebut, pola pengeluaran
setiap kelompok, kesetiaannya terhadap suatu produk wisata tertentu, sensitivitas mereka terhadap perubahan
harga produk wisata, serta respon kelompok terhadap berbagai bentuk iklan produk wisata. Lebih lanjut, pengetahuan
mengenai wisatawan sangat diperlukan dalam merencanakan produk wisata yang sesuai dengan keinginan kelompok
pasar tertentu, termasuk merencanakan strategi pemasaran yang tepat bagi kelompok pasar tersebut (Ir. Ina Herliana
Koswara, M.Sc.)
Hal yang selalu timbul di dalam membahas mengenai kajian pariwisata adalah mencari jawaban dari pertanyaan
Mengapa orang orang melakukan perjalanan wisata ? hal ini berkaitan erat dengan motivasi seseorang untuk
melakukan perjalanan wisata
1. Physycal motivations
Hal ini banyak hubunganya dengan hasrat untuk mengembalikan kondisi fisik, beristirahat, santai, berolah raga, atau
pemeliharaan kesehatan agar kegairahan bekerja timbul kembali.
2. Cultural Motivation
Motivasi ini erat hubunganya dengan keinginan pribadi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata agar dapat
melihat dan mengetahui negara lain, penduduknya, tata cara hidupnya serta adat istiadatnya yang berbeda dengan
negara lainya.
3. Interpersonal Motivation
Di sini motivasinya didorong oleh keinginan seseorang untuk mengunjungi sanak - keluarga, kawan - kawan, atau
ingin menghindarkan diri dari lingkungan kerja, ingin mencari teman baru atau lain - lain. Secara singkat motivasi ini
erat hubungannya dengan keinginan untuk melarikan diri dari kesibukan rutin sehari hari .
Di sini motivasinya, suatu show, maksud seseorang seseoran ingin untuk memperlihatkan siapa dia, kedudukanya,
status,nya dalam masyarakat tertentu demi prestige pribadinya. Jadi sifat perjalanan di sini sangat emosional dan
adakalanya di hubungkan dengan perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Karakteristik Wisatawan yang Berkunjung ke Desa Wisata
Kertalangu
Penelitian ini dilakukan dengan observasi dan pengamatan langsung ke lapangan, hal ini untuk mengetahui , melihat
dan mengamati langsung objek yang sedang diteliti untuk mendapatkan data yang lebih lengkap juga dibantu dengan
koisioner dan wawancara langsung dengan wisatawan beserta pengelola.
Responden yang akan diambil dalam penelitiaan ini ditentukan secara random (acak), sedangkan pengambilan data
dilakukan secara Aksidental sampling, artinya Bahwa pengambilan responden dilakukan pada saat penelitian di
lapangan (Sudaryato,1998).
3.1.1. Karakteristik Wisatawan yang berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu ini Berdasarkan Asal Daerah
Tabel 3.1
No
Asal
wisatawan
Jumlah
Persentase
(%)
1.
nusantara
11
90%
2.
mancanegara
10%
Total
12
100%
Berdasarkan data dari table 3.1 sebanyak 12 responden, maka dapat diketahui bahwa wisatawan yang dominan
mengunjungi Desa Wisata Kertalangu adalah berasal dari nusantara dengan jumlah pengunjung sebanyak 11 orang
dan persentase sebesar 90% dan mancanegara sebanyak 1 orang dengan jumlah persentase 10%.
3.1.2. Karakteristik Wisatawan Yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu Berdasarkan Usia
Tabel 3.2
No
Usia
wisatawan
Jumlah
Persentase
(%)
1.
0 th 6 th
0%
2.
7 th - 13 th
0%
3.
14 th 20 th
20%
4.
21 th 27 th
10%
70%
12
100%
5. 28 th ke atas
Total
Berdasarkan data dari 12 responden, maka dapat diketahui bahwa usia wisatawan yang dominan mengunjungi Desa
Budaya Kertalangu dari 28 th ke atas (dewasa) dengan jumlah wisatawan sebanyak 8 orang dengan persentase
sejumlah 70 % .
3.1.3. Karakteristik Wisatawan Yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.3
No
Persentase
(%)
1.
Laki-laki
70%
2.
Perempuan
30%
Total
12
100%
Berdasarkan data dari 12 responden, maka dapat diketahui bahwa jenis kelamin wisatawan yang dominan
mengunjungi Desa Budaya Kertalangu adalah laki laki dengan jumlah sebanyak 9 orang dengan persentase sejumlah
70 %.
3.1.4. Karakteristik Wisatawan Yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu Berdasarkan Pendidikan
Tabel 3.4
No
Pendidikan
Jumlah
Persentase
(%)
1.
SD
0%
2.
Smp
0%
3.
Sma
40%
4.
Diploma
20%
5.
Sarjana
40%
Total
12
100%
Berdasarkan data dari 12 responden, maka dapat diketahui bahwa pendidikan dari wisatawan yang dominan
mengunjungi Desa Budaya Kertalangu adalah sebagai berikut SMA dan sarjana dengan jumlah 5 orang dan dengan
persentase sejumlah 40 %.
3.1.5. Karakteristik Wisatawan Yang Berkunjung Ke Desa Wisata Kertalangu Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3.5
No
Pekerjaan
Jumlah
Persentase
(%)
1. Pelajar/Mahasi
swa
20%
2.
Pegawai
Negeri
10%
3.
Pegawai
Swasta
70%
Total
12
100%
Berdasarkan data dari 12 responden, maka dapat diketahui bahwa pekerjaan wisatawan yang dominan berkunjung ke
Desa Budaya Kertalangu adalah sebagai pegawai swasta dengan jumlah wisatawan sebanyak 7 orang dengan
presentase sejumlah 70 %.
Tabel 3.6
No
Motivasi
Jumlah
Persentase
(%)
1.
Berekreasi
30%
2.
Relaksasi
70%
3.
Bisnis
0%
Total
12
100%
Berdasarkan data dari 12 responden, maka dapat diketahui bahwa motivasi wisatawan yang dominan berkunjung ke
Desa Budaya Kertalangu adalah relaksasi dengan jumlah wisatawan sebanyak 9 orang dengan persentase sejumlah 70
%.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Setelah melakukan penelitian dengan cara observasi dan pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan data
yang lebih lengkap juga dibantu dengan kuisioner dan wawancara langsung dengan wisatawan. Responden yang akan
diambil dalam penelitiaan ini ditentukan secara acak, sedangkan pengambilan data dilakukan secara aksidental
sampling, sehingga dapat diketahui bahwa wisatawan yang dominan mengunjungi Desa Wisata Kertalangu adalah
wisatawan laki-laki berasal dari nusantara yang berprofesi sebagai pegawai swasta dengan pendidikan SMA dan
sarjana dari usia 28 tahun s.d ke atas.
MOTIVASI
A.
PENGERTIAN
Motivasi merupakan suatu faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Motivasi ini dimaksudkan untuk
memberikan daya perangsang kepada pegawai yang bersangkutan agar pegawai tersebut bekerja dengan segala daya dan
upayanya
(Manulang
2002).:
Motivasi pada dasarnya adalah proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan yang kita inginkan. Dengan
kata lain adalah dorongan dari luar terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu (Martoyo, 2000)
Motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sehingga mereka mau
bekerja ikhlas. Motivasi berasal dari motive atau bahasa latinnya, yaitu movere yang berarti mengerahkan. Konsep motivasi,
merupakan
sebuah
konsep
penting
B.
Pada
1.
studi
tentang
kinerja
individual.
JENIS-JENIS
dasarnya,
jenis
Material
motivasi
incentive
tersebut
2.
MOTIVASI
dapat
pendorong
dibagi
yang
Semi
3.
yaitu
dapat
berikut
dengan
incentive
dinilai
dengan
Penempatan
uang
seperti,
yang
:
uang.
incentive
material
tak
sebagai
dinilai
material
Non
yang
tiga
dapat
tepat
Latihan
sistematik
Promosi
yang
obyektif
Pekerjaan
yang
terjamin
Keikutsertaan
wakil-wakil
Kondisi
Pemberian
karyawan
dalam
pekerjaan
pengambilan
yang
informasi
keputusan
menyenangkan
tentang
perusahaan
Fasilitas
rekreasi
Penjagaan
kesehatan
Perumahan,
C.
Ada
dsb.
TEORI
beberapa
1.
teori
tentang
Teori
MOTIVASI
motivasi,
di
Hirarki
antaranya
adalah
Kebutuhan
:
(Maslow)
Teori ini dikemukakan oleh Abraham H. Maslow. Teori ini menyatakan bahwa motivasi kerja ditunjukkan untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan kerja baik secara biologis maupun psikologis, baik yang berupa materi maupun non-materi.
Kebutuhan manusia ini dikategorikan dalam lima tingkatan dari yang paling rendah hingga yang paling tinggi, yaitu sebagai
berikut
a.
Kebutuhan
Fisiologis
(Basic
Needs)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang berkaitan langsung dengan kehidupan manusia. Apabila
kebutuhan
b.
ini
sudah
terpenuhi
Kebutuhan
maka
dapat
diikuti
Rasa
oleh
Aman
pemenuhan
(Safety
kebutuhan
lainnya.
Needs)
Kebutuhan ini dapat dikatakan sebagai keinginan manusia untuk mendapatkan kemanan saat bekerja, perasaan aman yang
menyangkut
c.
masa
Kebutuhan
depan
Sosial
karyawan.
(Social
Needs)
Manusia adalah makhluk sosial sehingga suka, bahkan butuh untuk berhubungan dengan orang lain dan menjadi bagian dari
yang
d.
lain.
Kebutuhan
Penghargaan
(Esteem
Needs)
Melalui berbagai macam upaya, seseorang ingin dirinya dipandang penting. Namun kebutuhan akan prestise ini pada dasarnya
memiliki batasan tertentu. Apabila seseorang meraa telah sampai pada tingkat yang dianggapnya puncak, maka
persoalannya
bukan
d.
Kebutuhan
lagi
pada
peningkatan
prestise
melainkan
Aktualisasi
bagaimana
Diri
cara
mempertahankannya.
(Self-Actualization
Needs)
Aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi. Pada hakekatnya kebutuhan ini mendorong orang untuk
mampu
melakukan
apa
yang
dia
mampu
lakukan
2.
dalam
perwujudan
diri
yang
terbaik.
Teori
Erg
Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer. Teori ini mengungkapkan adanya tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu :
a. Existence (E) : yaitu kebutuhan untuk bisa hidup dan tetap eksis dengan kebutuhan-kebutuhan yang kita perlukan.
b.
Relatedness
(R)
yaitu
kebutuhan
untuk
berhubungan
dan
mempunyai
relasi
dengan
orang
lain.
c. Growth (G) : yaitu kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki suatu kreativitas dan produktivitas terhadap diri
sendiri
dan
lingkungan,
hal
3.
ini
berguna
dalam
Teori
proses
pertumbuhan
seseorang.
Kebutuhan
McCleland
Teori ini juga disebut sebagai Teori Motivasi Prestasi, teori ini dicetuskan oleh David McCleland. Teori ini menekankan bahwa
kebutuhan seseorang terbentuk melalui proses belajar dan diperoleh dalam interaksinya dengan lingkungan.
4.
Teori
Teori
ini
dikemukakan
oleh
Dua
Frederick
Herzberg
yang
Faktor
menjelaskan
faktor
motivasi,
yaitu
a. Faktor Higienis : yaitu faktor-faktor yang dapat menyebabkan ataupun mencegah ketidak puasan. Faktor ini meliputi gaji,
kondisi
kerja,
status,
dan
lainnya.
b. Faktor Motivasi : yaitu faktor-faktor yang berkaitan dengan isi pekerjaan atau sifat-sifat pekerjaan tersebut yang membawa
pada pengembangan sikap positif dan merupakan pendorong pribadi. Faktor ini meliputi tanggung jawab, prestasi, tantangan
pekerjaan,
penghargaan,
upaya
4.
karyawan,
pengembangan
Teori
potensi,
dan
lainnya.
Harapan/
Ekspentasi
Pencetus teori ini adalah Victor Vroom. Teori ini mengungkapkan bahwa motivasi dapat muncul apabila seseorang mempunyai
harapan atas apa yang dikerjakannya. Dan saat mereka berupaya untuk mencapai pengharapan tersebut, mereka yakin dan
melakukan
hal-hal
5.
Teori
tertentu
guna
mencapai
apa
dan
yang
diharapkannya.
(Mc.
Gregor)
Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc.Gregor. Douglas membedakan 2 tipe pekerja, yaitu tipe X dan tipe Y. Tipe X adalah
para karyawan yang rata-rata malas bekerja, tidak mau bekerja sama, karyawan tidak mempunyai ambisi untuk mencapai
prestasi, dan terkadang lebih mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan Tipe Y adalah karyawan yang enerjik, mempunyai
semagat
kerja,
berorientasi
kepada
6.
perkembangan,
dan
tertarik
Teori
untuk
menjadi
lebih
produktif.
Motivasi
Klasik
Teori ini diungkapkan oleh Frederick Taylor yang menyatakan bahwa karyawan hanya termotivasi pada uang semata. Konsep
ini menyatakan bahwa seseorang akan menurun semangat kerjanya bila upah yang diterima dirasa terlalu sedikit atau tidak
sebanding
dengan
D.
Adapun
TUJUAN
tujuan
dan
manfaat
yang
DAN
dari
motivasi
Mendorong
menurut
Sowatno
kedisiplinan
dan
dan
hubungan
Meningkatkan
Meningkatkan
sebagai
pegawai.
pegawai
tingkat
perusahaan.
absensi
pengadaan
kerja
kreativitas
dan
kesejahteraan
pegawai.
pegawai.
suasana
dan
pegawai.
kerja
menurunkan
berikut
kerja.
kerja
kestabilan
Mengefektifan
Menciptakan
MOTIVASI
diantaranya
kepuasan
produktifitas
loyalitas
dilakukan.
semangat
dan
Meningkatkan
Meningkatkan
(2001:147),
dan
moral
Mempertahankan
harus
MANFAAT
Dr.
gairah
Meningkatkan
pekerjaan
partisipasi
yang
baik.
pegawai.
pegawai.
Mempertinggi
Menigkatkan
E.
rasa
efisiensi
tanggung
penggunaan
jawab
alat-alat
MASALAH
karyawan
dan
bahan
terhadap
baku,
DALAM
tugas-tugasnya.
dan
sebagainya.
MOTIVASI
Ada perbedaan antara masalah motivasi dengan masalah untuk kerja. Masalah motivasi timbul apabila terdapat kesenjangan
antara hasil yang dicapai dengan hasil yang diharapkan, dan kesenjangan tersebut disebabkan oleh kurangnya usaha yang
dilakukan. Sementara masalah untuk kerja timbul apabila perilaku kerja seseorang berada di bawah yang diharapkan, dan
masalah tersebut bukan disebabkan oleh rendahnya motivasi melainkan dapat disebabkan oleh hal-hal berikut :
- Masalah komunikasi : dalam hal ini, kegagalan dlam melaksanakan suatu tugas disebabkan oleh persepsi yang salah atas
apa
yang
diharapkan.
- Masalah kemampuan/keterampilan : seorang karyawan kurang memiliki kemampuan fisik maupun mental untuk
melaksanakan
tugas
sesuai
yang
diharapkan.
- Masalah pelatihan : dalam hal ini kemampuan kerja tetap akan kurang memadai terlepas dari tingkat motivasi, sampai suatu
pelatihan
telah
diberikan.
- Masalah kesempatan : seorang karyawan mengetahui apa dan bagaimana yang seharusnya dilakukan namun terkendala
oleh kondisi lingkungan, seperti misalnya kekurangan peralatan atau metode yang sudah usang.