Terhitung sejak Januari hingga Desember tahun 2017, Kota Tangerang menyerap
investasi sebesar 7 triliun rupiah. Sektor perdagangan dan jasa, industri logam dan industri
elektronik menjadi penyumpang terbesar dalam investasi tersebut. Tercatat dalam data Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang, pada
Maret 2017 penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA)
mencapai nilai investasi sebesar 1.614.486,6 rupiah dan menjadi investasi tertinggi sepanjang
tahun itu. Diketahui di tahun itu juga nilai investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN)
dan penanaman modal asing (PMA) sampai tanggal 31 Desember terdapat 1.338 proyek
dengan total nilai 7.668.53 miliar. Serapan tenaga kerja WNI mencapai 20.836 dan WNA
sebanyak 36 orang.
1
Kota Tangerang masih menjadi magnet investasi industri berat yang paling diminati di
Indonesia. Hal ini terungkap dari nilai investasi yang masuk ke kota itu dalam lima tahun
terakhir. Berdasarkan data Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(PBMTSP) Kota Tangerang, untuk 2017 saja, sektor industri logam berhasil menyumbang
investasi sebesar 50%. Sisanya, 15% disumbang oleh sektor perdagangan dan jasa, seperti
perhotelan dan mal dan 10%-nya dari sektor makanan. Hingga 2017 ini saja serapan investasi
di kota itu hampir mencapai target, yakni Rp24,7 triliun.
Sebelum berkembang menjadi kota seribu industri dan sejuta jasa, wilayah Kota
Tangerang terdiri atas sawah tadah hujan dan perkebunan karet. Peralihan dari kawasan
agraris menjadi industri sendiri mulai terjadi pada 1970-an. Dengan tumbuhnya investasi itu,
para tuan tanah di Kota Tangerang, yang banyak berasal dari para haji dan ulama, menjual
tanah mereka kepada pihak swasta dan mulai mengalihkan investasi ekonominya ke bidang
perumahan buruh dan migran.
Hal ini ditunjang dengan adanya peraturan yang menetapkan Kota Tangerang sebagai
kawasan industri. Aturan itu ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Presiden (Kepres) No
13 pada 16 Juli 1967. “Sejak 1982 hingga sekarang ada perkembangan yang sangat pesat
terkait investasi. Sebelumnya Kota Tangerang hanya konsen pada sektor pembangunan
industri berat, tapi ada kendala,” tuturnya.
Salah satu kendala tersebut adalah makin minimnya lahan yang ada di Kota
Tangerang untuk pembangunan industri berat yang baru. Apalagi, banyak lahan yang ada
telah dimanfaatkan untuk pengembangan Bandara Soekarno-Hatta. “Sementara lahan di Kota
2
Tangerang terbatas dan sebagian besar wilayahnya dipakai untuk Bandara Soetta. Untuk itu,
kami coba berpikir bagaimana investasi dari sektor industri bisa dialihkan kepada sektor jasa
dan barang,” ujar Mahdiar.
Sejak 1970 hingga 2005 tercatat sebanyak 1.407 pabrik berdiri di Kota Tangerang dan
menempati lahan seluas 1.367 hektare. Pertumbuhan pabrik di Kota Tangerang
mendatangkan migran dari sejumlah daerah ke kota itu. Selama 30 tahun Kota Tangerang
telah berkembang menjadi kawasan industri yang pesat dengan jumlah migran yang sangat
besar, dari Jawa Barat, Tengah, Timur, hingga Sumatera Selatan. “Untuk usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM), kami juga punya kepentingan yang bisa menunjang. Pertama,
sektor ini banyak menyerap tenaga kerja dan tidak butuh lahan yang cukup luas,”
ungkapnya.
“Dengan sistem perizinan yang sudah online, kami berharap baik temanteman yang
dari sisi UMKM bisa memanfaatkan sistem online dalam perizinan. Untuk perdagangan dan
jasa juga masih punya peluang yang cukup besar,” paparnya. Kabid UMKM Kota Tangerang
Sarmili menambahkan, dalam mengupas iklim investasi di Kota Tangerang, pihaknya juga
memiliki kepentingan untuk menggeliatkan sektor ekonomi kota seribu industri tersebut. Hal
ini tampak dari tumbuh suburnya ratusan koperasi warga dan UMKM di Kota Tangerang.
Tercatat, sebanyak 950 koperasi telah berdiri di Kota Tangerang. Namun, setelah
diverifikasi hanya sekitar 655 koperasi yang berjalan efektif. “Kami punya 950 koperasi dan
setelah diverifikasi tinggal 655 koperasi. Sisanya dihapus karena tidak aktif dan tidak bisa
melaksanakan koperasi. Dari 655 itu, yang aktif 300-600 koperasi,” ujarnya. Pendirian
3
koperasi yang seperti jamur di Kota Tangerang sebagai akibat dari perkembangan industri
yang ada di kota tersebut. Namun, sayang koperasi yang berdiri berjalan tidak sehat.
“Koperasi baru bisa dibilang sehat ketika melaksanakan rapat anggota tahunan. Jadi, di situ
nanti dilaporkan, baik modal, bagi hasil, dan sosialnya. Ketika itu tidak dilaporkan, koperasi
yang ada dianggap tidak sehat,” ujar Sarmili.
Meski begitu, pihaknya melihat positif inisiatif warga dalam mendirikan koperasi
dengan berbagai bentuknya. Untuk itu, pihaknya akan mengendalikan koperasi yang ada agar
berjalan sehat dan efektif. “Makanya kami mendorong pembentukan koperasi baru, di setiap
kelurahan. Kami akan dorong 50 koperasi baru yang akta notarisnya dibiayai oleh APBD.
Nanti yang jadi anggotanya kader kelurahan,” ujar dia. Dampak lain dari pertumbuhan
investasi adalah berdirinya UMKM. Tercatat, sebanyak 10.595 UMKM berdiri di Kota
Tangerang. Setelah dilakukan verifikasi, hanya ada 10.284 UMKM yang bertahan dan masih
berjalan hingga sekarang.
“UMKM ada 10.595 lebih. Setelah diverifikasi ada 10.284 UMKM. Ada yang pindah
dan tidak aktif. Kami ingin UMKM ke depan punya izin usaha mikro dan menengah. Jadi
tidak ke satu atap, cukup ke tingkat kecamatan,” ucap Sarmili. Sebagai bagian dari investasi,
UMKM juga perlu diperhatikan. Salah satu bentuk dari perhatian ekonomi rakyat itu adalah
membuat data base terhadap keberadaan mereka agar bisa mendapatkan dana KUR. “Nilai
KUR bervariasi, maksimal Rp25 juta tanpa jaminan. Minimal bisa Rp2 juta-5 juta. KUR itu
mereka pinjam ke bank dengan bunganya 19%. Nanti yang 10%- nya dijamin pemerintah
pusat. Jadi, mereka hanya dikenakan bunga 9%,” ungkapnya.
4
adalah peningkatan nilai objek jual beli pajak dan tanah, pertumbuhan pusat perekonomian,
pendirian pabrik, kemunculan pusat perdagangan, serta pasar sehingga masyarakat akan tetap
berada di daerah tanpa harus mencari lapangan pekerjaan di Jakarta. Untuk mengembangkan
kota industri yang terintegrasi, kata dia, diperlukan investasi yang besar baik dari investasi
dalam negeri ataupun luar negeri terutama saat membangun infrastruktur dan menarik anchor
investors untuk masuk.
Manfaat dari investasi tersebut akan menghasilkan pendapatan yang bisa digunakan
dalam membangun daerah itu sendiri. “Kami sudah membuat jalan-jalan untuk membuka
daerah-daerah baru yang dapat digunakan sebagai daerah tujuan investasi perumahan,
industri, dan lain sebagainya,” imbuh Ahmed Zaki. Zaki menjelaskan, sebagai pemerintah
daerah pihaknya saat ini telah dan sedang melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi disertai
inovasi-inovasi baru. Salah satu contohnya adalah pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
yang telah bekerjasama dengan minimarket guna meningkatkan pendapatan daerah. “Kami
terus berinovasi dan berimprovisasi juga melakukan sosialisasi baik ke dalam maupun ke luar
termasuk untuk menarik investor global, misalnya bekerjasama dengan perusahaan dari luar
Indonesia,” ujarnya saat dihubungi wartawan, Selasa (26/9/2017).
Kabid Dinas Penanaman Modal Kota Tangerang Mahdiar Menurutnya kini Kota
Tangerang tengah mem-branding sebagai Kota Seribu Industri Sejuta Jasa. Sektor
5
perdagangan mau pun peran UMKM pun terus didorong guna pertumbuhan angka ekonomi
di kota berjuluk Akhlakul Karimah ini. "Maka dari itu segala pelayanannya kami permudah.
Sekarang mengurus perizinan sistemnya online semua. Kami berharap dari sisi UMKM dapat
memanfaatkan ini," kata Mahdiar.
Pihaknya juga menawarkan konsep agar pinjaman tidak berbunga ke BJB. Dengan bantuan
modal ini, para pelaku UMKM akan semakin bergairah, terutama dalam menunjang investasi
di Kota Tangerang. “Dengan berbagai bantuan ini, target saya dalam jangka lima tahun
kedepan, yang namanya bank keliling itu berakhir, karena sangat menjerat para pelaku
UMKM. Kalaupun ada, maksimal angkanya 0,25%. Sehingga UMKM berjalan sehat,”
tukasnya.