Anda di halaman 1dari 6

Industrialisasi dan Perkembangan Sektor Industri di Tangerang

Tangerang yang dijuluki Kota Seribu Industri banyak mengalami perubahan


signifikan, terutama dari segi pelayanan. Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Mahdiar
dalam pemaparannya yang juga disaksikan oleh ratusan pelaku UMKM di Kota Tangerang.
"Sektor investasi di Kota Tangerang sangat luas, UMKM juga bisa jadi penyumbang
investasi itu. Kota Tangerang ini memang perkembangannya sangat pesat dalam sektor
investasi," ujar Mahdiar, Rabu (22/11/2017). Ia mengklaim pihaknya saat ini tengah konsen
merangkul para investor dari sisi industri. Menurutnya kini Kota Tangerang tengah mem-
branding sebagai Kota Seribu Industri Sejuta Jasa. Sektor perdagangan mau pun peran
UMKM pun terus didorong guna pertumbuhan angka ekonomi di kota berjuluk Akhlakul
Karimah ini.

Terhitung sejak Januari hingga Desember tahun 2017, Kota Tangerang menyerap
investasi sebesar 7 triliun rupiah. Sektor perdagangan dan jasa, industri logam dan industri
elektronik menjadi penyumpang terbesar dalam investasi tersebut. Tercatat dalam data Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Tangerang, pada
Maret 2017 penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA)
mencapai nilai investasi sebesar 1.614.486,6 rupiah dan menjadi investasi tertinggi sepanjang
tahun itu. Diketahui di tahun itu juga nilai investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN)
dan penanaman modal asing (PMA) sampai tanggal 31 Desember terdapat 1.338 proyek
dengan total nilai 7.668.53 miliar. Serapan tenaga kerja WNI mencapai 20.836 dan WNA
sebanyak 36 orang.

1
Kota Tangerang masih menjadi magnet investasi industri berat yang paling diminati di
Indonesia. Hal ini terungkap dari nilai investasi yang masuk ke kota itu dalam lima tahun
terakhir. Berdasarkan data Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(PBMTSP) Kota Tangerang, untuk 2017 saja, sektor industri logam berhasil menyumbang
investasi sebesar 50%.  Sisanya, 15% disumbang oleh sektor perdagangan dan jasa, seperti
perhotelan dan mal dan 10%-nya dari sektor makanan. Hingga 2017 ini saja serapan investasi
di kota itu hampir mencapai target, yakni Rp24,7 triliun.

Kepala Bidang (Kabid) Penanaman Modal PBMTSP Mahdiar mengatakan, pihaknya


optimistis dengan pertumbuhan investasi di kota ini. Dengan begitu, target investasi senilai
Rp27,8 triliun pada 2018 bisa dikejar. “Kami punya target untuk investasi pada 2018 sebesar
Rp27,8 triliun. Capaian sekarang sudah Rp24,7 triliun. Kami masih punya pekerjaan rumah
Rp3 triliun lagi,” kata Mahdiar saat coffee morning dengan KORAN SINDO beberapa waktu
lalu. 

Sebelum berkembang menjadi kota seribu industri dan sejuta jasa, wilayah Kota
Tangerang terdiri atas sawah tadah hujan dan perkebunan karet. Peralihan dari kawasan
agraris menjadi industri sendiri mulai terjadi pada 1970-an. Dengan tumbuhnya investasi itu,
para tuan tanah di Kota Tangerang, yang banyak berasal dari para haji dan ulama, menjual
tanah mereka kepada pihak swasta dan mulai mengalihkan investasi ekonominya ke bidang
perumahan buruh dan migran. 

Hal ini ditunjang dengan adanya peraturan yang menetapkan Kota Tangerang sebagai
kawasan industri. Aturan itu ditetapkan pemerintah melalui Keputusan Presiden (Kepres) No
13 pada 16 Juli 1967. “Sejak 1982 hingga sekarang ada perkembangan yang sangat pesat
terkait investasi. Sebelumnya Kota Tangerang hanya konsen pada sektor pembangunan
industri berat, tapi ada kendala,” tuturnya. 

Salah satu kendala tersebut adalah makin minimnya lahan yang ada di Kota
Tangerang untuk pembangunan industri berat yang baru. Apalagi, banyak lahan yang ada
telah dimanfaatkan untuk pengembangan Bandara Soekarno-Hatta. “Sementara lahan di Kota

2
Tangerang terbatas dan sebagian besar wilayahnya dipakai untuk Bandara Soetta. Untuk itu,
kami coba berpikir bagaimana investasi dari sektor industri bisa dialihkan kepada sektor jasa
dan barang,” ujar Mahdiar. 

Sejak 1970 hingga 2005 tercatat sebanyak 1.407 pabrik berdiri di Kota Tangerang dan
menempati lahan seluas 1.367 hektare. Pertumbuhan pabrik di Kota Tangerang
mendatangkan migran dari sejumlah daerah ke kota itu. Selama 30 tahun Kota Tangerang
telah berkembang menjadi kawasan industri yang pesat dengan jumlah migran yang sangat
besar, dari Jawa Barat, Tengah, Timur, hingga Sumatera Selatan. “Untuk usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM), kami juga punya kepentingan yang bisa menunjang. Pertama,
sektor ini banyak menyerap tenaga kerja dan tidak butuh lahan yang cukup luas,”
ungkapnya. 

Mahdiar melanjutkan, keberadaan Bandara Soetta menjadi penunjang investasi di kota


ini sehingga masih diminati. Apalagi, mobilitas di pintu gerbang dunia ke Indonesia itu
sangat tinggi sekali. “Ini merupakan satu keunggulan yang kita punya, terutama soal investasi
sehingga mobilitas yang masuk ke Kota Tangerang menjadi sangat tinggi. Memang ada satu
masa investasi mengalami titik jenuh, tetapi semua itu bisa diatasi,” ujarnya. Salah satu cara
yang ditempuh dengan mempermudah sistem perizinan dari yang tadinya manual menjadi
serbaonline. Sistem ini cukup membantu untuk menggeliatkan kembali investasi. 

“Dengan sistem perizinan yang sudah online, kami berharap baik temanteman yang
dari sisi UMKM bisa memanfaatkan sistem online dalam perizinan. Untuk perdagangan dan
jasa juga masih punya peluang yang cukup besar,” paparnya. Kabid UMKM Kota Tangerang
Sarmili menambahkan, dalam mengupas iklim investasi di Kota Tangerang, pihaknya juga
memiliki kepentingan untuk menggeliatkan sektor ekonomi kota seribu industri tersebut. Hal
ini tampak dari tumbuh suburnya ratusan koperasi warga dan UMKM di Kota Tangerang. 

Tercatat, sebanyak 950 koperasi telah berdiri di Kota Tangerang. Namun, setelah
diverifikasi hanya sekitar 655 koperasi yang berjalan efektif. “Kami punya 950 koperasi dan
setelah diverifikasi tinggal 655 koperasi. Sisanya dihapus karena tidak aktif dan tidak bisa
melaksanakan koperasi. Dari 655 itu, yang aktif 300-600 koperasi,” ujarnya. Pendirian

3
koperasi yang seperti jamur di Kota Tangerang sebagai akibat dari perkembangan industri
yang ada di kota tersebut. Namun, sayang koperasi yang berdiri berjalan tidak sehat.
“Koperasi baru bisa dibilang sehat ketika melaksanakan rapat anggota tahunan. Jadi, di situ
nanti dilaporkan, baik modal, bagi hasil, dan sosialnya. Ketika itu tidak dilaporkan, koperasi
yang ada dianggap tidak sehat,” ujar Sarmili. 

Meski begitu, pihaknya melihat positif inisiatif warga dalam mendirikan koperasi
dengan berbagai bentuknya. Untuk itu, pihaknya akan mengendalikan koperasi yang ada agar
berjalan sehat dan efektif. “Makanya kami mendorong pembentukan koperasi baru, di setiap
kelurahan. Kami akan dorong 50 koperasi baru yang akta notarisnya dibiayai oleh APBD.
Nanti yang jadi anggotanya kader kelurahan,” ujar dia. Dampak lain dari pertumbuhan
investasi adalah berdirinya UMKM. Tercatat, sebanyak 10.595 UMKM berdiri di Kota
Tangerang. Setelah dilakukan verifikasi, hanya ada 10.284 UMKM yang bertahan dan masih
berjalan hingga sekarang.

“UMKM ada 10.595 lebih. Setelah diverifikasi ada 10.284 UMKM. Ada yang pindah
dan tidak aktif. Kami ingin UMKM ke depan punya izin usaha mikro dan menengah. Jadi
tidak ke satu atap, cukup ke tingkat kecamatan,” ucap Sarmili. Sebagai bagian dari investasi,
UMKM juga perlu diperhatikan. Salah satu bentuk dari perhatian ekonomi rakyat itu adalah
membuat data base terhadap keberadaan mereka agar bisa mendapatkan dana KUR. “Nilai
KUR bervariasi, maksimal Rp25 juta tanpa jaminan. Minimal bisa Rp2 juta-5 juta. KUR itu
mereka pinjam ke bank dengan bunganya 19%. Nanti yang 10%- nya dijamin pemerintah
pusat. Jadi, mereka hanya dikenakan bunga 9%,” ungkapnya. 

Investasi Sangat Menguntungkan Bagi Kota Tangerang

Menurut Ahmed Zaki, keberadaan investasi yang besar dapat mendorong


pembangunan secara masif sehingga memberikan keuntungan lain. Berbagai keuntungan itu

4
adalah peningkatan nilai objek jual beli pajak dan tanah, pertumbuhan pusat perekonomian,
pendirian pabrik, kemunculan pusat perdagangan, serta pasar sehingga masyarakat akan tetap
berada di daerah tanpa harus mencari lapangan pekerjaan di Jakarta. Untuk mengembangkan
kota industri yang terintegrasi, kata dia, diperlukan investasi yang besar baik dari investasi
dalam negeri ataupun luar negeri terutama saat membangun infrastruktur dan menarik anchor
investors untuk masuk.

Manfaat dari investasi tersebut akan menghasilkan pendapatan yang bisa digunakan
dalam membangun daerah itu sendiri. “Kami sudah membuat jalan-jalan untuk membuka
daerah-daerah baru yang dapat digunakan sebagai daerah tujuan investasi perumahan,
industri, dan lain sebagainya,” imbuh Ahmed Zaki. Zaki menjelaskan, sebagai pemerintah
daerah pihaknya saat ini telah dan sedang melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi disertai
inovasi-inovasi baru. Salah satu contohnya adalah pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
yang telah bekerjasama dengan minimarket guna meningkatkan pendapatan daerah. “Kami
terus berinovasi dan berimprovisasi juga melakukan sosialisasi baik ke dalam maupun ke luar
termasuk untuk menarik investor global, misalnya bekerjasama dengan perusahaan dari luar
Indonesia,” ujarnya saat dihubungi wartawan, Selasa (26/9/2017).

Menurutnya, pemerintah daerah juga mengarahkan pembangunan Tangerang menjadi


wilayah yang seimbang dan mandiri. Tidak hanya mengembangkan industri, namun ke
depan Tangerang juga fokus pada pembangunan pemukiman, perkantoran, dan komersil
dimana semua bisa dilakukan secara integrasi. Sebagai mitra strategis Jakarta,
Kabupaten Tangerang dianggap memperoleh dampak baik positif maupun negatif dari
pengembangan ibu kota. “Langkah yang akan dilakukan yaitu bekerjasama dengan investor
baik dari dalam maupun luar negeri,” Zaki menjelaskan.

Upaya Pemerintah Daerah Dalam Sektor Industri di Tangerang

Kabid Dinas Penanaman Modal Kota Tangerang Mahdiar Menurutnya kini Kota
Tangerang tengah mem-branding sebagai Kota Seribu Industri Sejuta Jasa. Sektor

5
perdagangan mau pun peran UMKM pun terus didorong guna pertumbuhan angka ekonomi
di kota berjuluk Akhlakul Karimah ini. "Maka dari itu segala pelayanannya kami permudah.
Sekarang mengurus perizinan sistemnya online semua. Kami berharap dari sisi UMKM dapat
memanfaatkan ini," kata Mahdiar.

Sementara itu Kabid Dinas UMKM Kota Tangerang, Sarmili menambahkan


jajarannya akan berupaya memfasilitasi pelaku peserta UMKM. Terutama yang berada di
Kota Tangerang. "Kami berikan modal dan pembinaan untuk mendorong geliatnya investasi.
Pembinaan juga kami lakukan. Kami pesan agar para UMKM ini dapat didorong ke tingkat
Kecamatan untuk lebih pro aktif. Supaya tidak ada kesulitan termasuk biaya," paparnya.

Pihaknya juga menawarkan konsep agar pinjaman tidak berbunga ke BJB. Dengan bantuan
modal ini, para pelaku UMKM akan semakin bergairah, terutama dalam menunjang investasi
di Kota Tangerang. “Dengan berbagai bantuan ini, target saya dalam jangka lima tahun
kedepan, yang namanya bank keliling itu berakhir, karena sangat menjerat para pelaku
UMKM. Kalaupun ada, maksimal angkanya 0,25%. Sehingga UMKM berjalan sehat,”
tukasnya.

Anda mungkin juga menyukai