Anda di halaman 1dari 18

Review Jurnal untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat

Kelas A

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan


Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi Di Desa
Wisata Penglipuran Bali)

Dosen Pengampu : Dwiana Novianti Tufail, S.T., M.T.

Devi Triwidya Sitaresmi, S.T., M.T.

Disusun Oleh:

Anisa Nur Aisyah Borneo 08161011


Risnayanti Arung 08161069
Riska Anggraini Purnomo 08161067
Vitanola Delisia 08161087
Rizkitiarsie
Zahra Salsabila 08161091

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN
2019

1
Daftar Isi

Daftar Isi ............................................................................................. 2


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3. Tujuan....................................................................................... 4
1.4. Urgensi Studi Kasus.................................................................... 5
1.5. Manfaat ..................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................... 6
2.1 Penjabaran Program ................................................................... 6
2.2 Potensi dan Permasalahan dalam Program Pemberdayaan
Masyarakat ......................................................................................... 9
2.3 Unsur dan Urgenitas Program Pengembangan ........................... 11
2.4 Diskusi Program Pengembangan ............................................... 12
BAB III PENUTUP ............................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 16
LEMBAR JOB DESCRIPTION ............................................................. 18
JOB DESCRIPTION ............................................................................ 18

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan masyarakat merupakan upaya mengembangkan sebuah
kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif dengan berlandaskan pada
prinsip-prinsip keadilan sosial dan saling menghargai. Selain itu pengembangan
masyarakat juga diartikan sebagai komitmen dalam memberdayakan masyarakat
lapisan bawah sehingga masyarakat memiliki berbagai pilihan nyata menyangkut
masa depan mereka (Zubaedi, 2013). Menurut Mubarak (2010) pemberdayaan
masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk memulihkan atau meningkatkan
kemampuan suatu komunitas agar mampu berbuat sesuai dengan harkat dan
martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan tanggung jawabnya.
Pemberdayaan masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai program salah
satunya adalah program desa wisata.
Pengembangan Desa Wisata sebagai program Pemberdayaan masyarakat
dilakukan untuk memberikan daya sekaligus sebagai salah satu upaya dalam
penanggulangan kemiskinan di suatu daerah dengan mengolah potensi lokal yang
ada di daerah tersebut. Sehingga melalui Desa Wisata tersebut masyarakat
diuntungkan melalui banyaknya wisatawan yang datang untuk mengunjungi Desa
Wisata yang ada. Adanya program desa wisata akan memberikan manfaat-manfaat
yang berguna untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang ada
didalamnya. Hal tersebut seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pariwisata
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 yaitu Pengembangan wisata berbasis
pedesaan (desa wisata) akan menggerakkan aktifitas ekonomi pariwisata di
pedesaan yang akan mencegah urbanisasi masyarakat desa ke kota. Program desa
wisata diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan
masyarakat.
Kabupaten Bangli merupakan salah satu kabupaten di provinsi Bali yang
melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program Desa Wisata. Adapun Desa
Wisata yang dimaksud yaitu Desa Wisata Panglipuran. Desa Wisata Penglipuran
memiliki berbagai potensi wisata yang dijadikan daya tarik bagi wisatawan untuk

3
berkunjung. Daya tarik yang dimiliki adalah pola tata ruang desa, arsitektur
tradisional
rumah penduduk, hutan bambu dengan beragam jenis pohon bambu di dalamnya,
adat istiadat masyarakat lokal, makanan dan minuman tradisional serta hasil
kerajinan bambu khas desa tersebut. Dalam pengembangan desanya, tidak terlepas
dari peran aktif masyarakatnya sebagai usaha pemberdayaan masyarakat setempat
untuk meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan seni budaya yang ada pada
desa wisata penglipuran. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan dalam program Desa Wisata pada Desa Wisata Penglipuran secara jelas,
maka dalam laporan ini akan dikaji terkait penerapan program pemberdayaan
masyarakat tersebut dalam jurnal “Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya
Wilayah (Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah
pada makalah ini ialah sebagai berikut :
1. Apa saja program terkait pengembangan masyarakat pada jurnal
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan
Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi Di Desa
Wisata Penglipuran Bali)” ?
2. Apa saja potensi dan permasalahan dalam program pengembangan
masyarakat pada jurnal “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan
Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)”?
3. Apa unsur dan urgenitas dari adanya program pada jurnal “Pemberdayaan
Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap
Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)”?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah untuk mengkaji terkait
penerapan program pemberdayaan masyarakat , potensi dan permasalahan
penerapan program beserta unsur dan urgenitas dari adanya program

4
pemberdayaan masyarakat pada jurnal “Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya
Wilayah (Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)”

1.4 Urgensi Studi Kasus


Adapun urgensi dari studi kasus ialah moderenisasi yang perlahan mulai
masuk di Desa Wisata Penglipuran harus ditangani dengan tepat mengingat desa
Panglipuran memiliki berbagai potensi wisata yang berkaitan langsung dengan
budaya dan kebiasaan sehari-hari masyarakat di desa tersebut sehingga adat
istiadat tersbut perlu untuk terus dipertahankan dan dikembangkan, maka peran dan
pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan sebagai pelaku utama yang dapat
mempertahankan adat yang sudah ada dan mengembangkannya menjadi potensi
yang lebih besar lagi .

1.5 Manfaat
Adapun manfaat makalah ini ialah sebagai berikut :
a. Penulis
Manfaat makalah ini bagi penulis ialah melatih penulis untuk mengulas
sebuah program pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan
perencanaan wilayah dari berbagai aspek perencanaan serta memberikan
pengetahuan baru bagi penulis terkait penerapan dari sebuah program
pemberdayaan masyarakat di Indonesia.
b. Pembaca
Manfaat makalah ini bagi pembaca ialah memberikan pengetahuan dan
ulasan mendalam terkait sebuah program pemberdayaan masyarakat yang
dalam hal ini ialah pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa
wisata dan implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya wilayah di Desa
Wisata Penglipuran Bali.

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penjabaran Program


Kabupaten Bangli merupakan salah satu kabupaten di Bali yang
memanfaatkan potensi wisata alam dan budaya masyarakat yang dimiliki menjadi
obyek dan daya tarik wisata melalui Desa Wisata Panglipuran. Adapun Desa Wisata
Panglipuran memiliki berbagai potensi wisata yang dijadikan daya Tarik wisatawan
untuk berkunjung. Daya tarik yang dimiliki adalah pola tata ruang desa, arsitektur
tradisional rumah penduduk, hutan bambu dengan beragam jenis pohon bambu di
dalamnya, adat istiadat masyarakat lokal, makanan dan minuman tradisional serta
hasil kerajinan bambu khas desa tersebut. Seiring berjalannya waktu, masyarakat
desa berusaha mengembangkan potensi wisata lain yang dikembangkan dan digali
dari aktivitas warga sehari-hari dan dikemas dalam bentuk atraksi wisata seperti
menganyam, membuat makanan tradisional, mengolah kopi, memanjat kelapa,
meodong (adu ayam), trancking Penglipuran-Cekeng dan melihat pengolahan
minuman tradisional loloh cemcem. Pengembangan Desa Wisata Panglipuran tidak
terlepas dari peran aktif masyarakat sekaligus sebagai upaya pemberdayan
masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan seni
budaya.
Dalam mengelola Desa Wisata Panglipuran terdapat organisasi yang berada
dibawah binaan prajuru adat dan dinas yang bertanggung jawab terhadap desa adat
dimana memiliki kedudukan yang sejajar dengan lembaga adat lainnya. Mulanya
pengelolaan desa wisata dikelola langsung oleh desa adat, akan tetapi beban prajuru
desa adat termasuk berat karena tugas yang dimiliki berkaitan dengan kegiatan dan
permasalahan adat. Seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan serta
permasalahan yang semakin kompleks maka dibentuklah organisasi khusus untuk
mengelola desa wisata. Organisasi pengelola desa wisata dibentuk dari kelompok
sadar wisata yang beranggotakan masyarakat Desa Panglipuran, dimana kelompok
ini telah ada sebelum terbentuknya organisasi. Adapun peran organisasi pengelola
desa wisata adalah mengumpulkan gagasan masyarakat melalui rapat desa, meliputi

6
perencanaan, pengelolaan dan pengaturan yang berkaitan dengan pengembangan
desa wisata.
Konsep pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Panglipuran berdasarkan
falsafah Hindu yaitu Tri Hita Karana atau tiga penyebab keharmonisan,
kesejahteraan, kebahagiaan, kedamaian. Falsafah ini diimplementasikan menjadi
tiga aspek yaitu aspek Parahyangan, Pawongan dan Palemahan, yaitu hubungan
yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, antar sesama manusia, dan manusia
dengan lingkungannya. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan
Desa Wisata Panglipuran dilakukan melalui tiga tahapan, meliputi tahap penyadaran,
tahap pengkapasitasan dan tahap pemberian daya. Tahap pertama yaitu penyadaran
dilakukan melalui sosialisasi pembentukan desa wisata kepada masyarakat
setempat. Proses sosialisasi dilakukan melalui rapat desa dengan melibatkan para
tokoh desa yang memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang
pembentukan desa wisata di lingkungan tempat tinggal mereka. Pada proses ini
tidak ditemukan hambatan yang berarti serta mendapatkan respon positif dari
masyarakat setempat, dilihat dari adanya keterlibatan dan dukungan masyarakat
dalam menjaga dan merawat kebersihan dan kenyamanan lingkungan, melestarikan
budaya baik secara fisik maupun non fisik serta partisipasi mereka dalam
mendukung berbagai kegiatan atraksi wisata. Partisipasi masyarakat lainnya yaitu
dalam menyediakan akomodasi wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan, seperti
homestay dan warung yang menyediakan makanan dan minuman serta
cinderamata.
Tahap kedua adalah tahap pengkapasitasan. Dalam tahap ini dibutuhkan
peran serta pemerintah sebagai stakeholder pariwisata yang berperan untuk
mengajak dan mendorong masyarakat dalam mengembangkan desa wisata. Peran
pemerintah di Desa Wisata Panglipuran yaitu berupa peningkatan sumber daya
manusia melalui bimbingan, penyuluhan dan pelatihan di bidang pariwisata maupun
kepada kelompok masyarakat yang memiliki usaha kerajinan di area objek wisata.
Dalam rangka meningkatkan sumberdaya manusia di bidang kepariwisataan,
pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Daerah Kabupaten
Bangli Bidang Bimbingan dan Penyuluhan mengadakan program pelatihan kepada

7
kelompok-kelompok sadar wisata yang ada di Bangli untuk setiap tahun. Selain itu
pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan Dinas Perindustrian Dan Perdagangan
memberikan bantuan berupa bimbingan, penyuluhan dan pelatihan kepada
kelompok pengrajin bamboo dan minuman tradisional untuk meningkatkan kualitas
hasil kerajinan mereka. Tahap ketiga yaitu tahap pemberdayaan masyarakat dimana
pemerintah berperan dalam mendukung pengembangan desa wisata dengan cara
memberikan bantuan berupa pinjaman dana kepada kelompok masyarakat yang
memiliki usaha maupun bantuan secara fisik untuk meningkatkan sarana dan
prasarana pariwisata. Bantuan secara fisik yang diberikan berupa pembuatan lahan
parkir, pengaspalan jalan, penataan kebun bamboo, pembuatan toilet umum dan
pembangunan rumah contoh.
Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa
wisata dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung dalam program pengembangan desa wisata, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, masyarakat setempat selalu
dilibatkan dalam pembicaraan mengenai program pembangunan desa wisata melalui
rapat-rapat desa yang dilaksanakan secara musyawarah mufakat. Sehingga apabila
pengelola membuat konsep-konsep dalam pengembangan program desa wisata,
konsep-konsep ini kemudian dicocokkan dengan agen pariwisata serta
disosialisasikan kepada masyarakat dimana masyarakat dapat memberikan masukan
terkait konsep yang diusulkan. Pada tahap pelaksanaan diwujudkan dengan
keterlibatan masyarakat dalam menyediakan berbagai fasilitas pendukung berupa
atraksi wisata, warung makan, minuman dan cinderamata, homestay serta
penggunaan tenaga kerja dari masyarakat setempat. Evaluasi program
pengembangan desa wisata meliputi evaluasi kegiatan pelayanan wisata sehari-hari
maupun kegiatan dalam event besar. Hasil evaluasi ini kemudian disampaikan di
rapat-rapat desa yang dihadiri pengelola desa wisata, prajuru desa adat dan
masarakat. Selain itu pengelola desa wisata juga mengumumkan dana hasil
penjualan tiket selama sebulan kepada masyarakat.

8
2.2 Potensi dan Permasalahan dalam Program Pemberdayaan
Masyarakat
Terdapat potensi dan permasalahan dalam proses pemberdayaan masyarakat
untuk pengembangan desa wisata Penglipuran yang dijelaskan sebagai berikut:
a) Potensi Program Pemberdayaan Masyarakat
1) Pemberdayaan masyarakat melalui penyadaran masyarakat dengan
mealkukan sosialisasi dalam pembentukan desa wisata berpotensi dalam
hal menjaga dan melestarikan budaya, adat istiadat, hukum adat (awig-
awig), dan tata cara kehidupan sehari-hari serta lingkungannya yang ada
di desa penglipuran agar nantinya tidak pudar seiring berjalannya waktu,
serta dapat diwariskan kepada generasi penerus. Karena pada dasarnya
pengembangan Desa Wisata ini berfokus pada keaslian yang dimiliki oleh
Desa Penglipuran baik dari aspek fisik maupun non fisik.
2) Pengembangan atraksi wisata yang dikembangkan dan digali dari
aktivitas kehidupan warga sehari-hari berpotensi untuk meningkatkan
keaktifan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan Desa
Wisata.
3) Tersedianya tempat penginapan atau homestay dan warung masyarakat
yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman serta aneka
cinderamata akan meningkatkan perekonomian masyarakat karena
menambah penghasilan.
4) Terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa karena dalam
proses pengembangan Desa Wisata Penglipuran melibatkan masyarakat
setempat sebagai tenaga kerja baik sebagai pengelola desa wisata,
petugas kebersihan maupun tenaga kerja untuk pembangunan
infrastruktur pendukung pariwisata.
5) Meningkatkan sumber daya manusia karena adanya bimbingan,
penyuluhan dan pelatihan di bidang kepariwisataan maupun kepada
kelompok masyarakat yang memiliki usaha kerajinan di area obyek wisata
oleh pemerintah.

9
6) Meningkatnya partisipasi warga dalam kegiatan sosial. Salah satu bentuk
partisipasi warga dalam kegiatan sosial adalah memberi sumbangan
(iuran) kepada desa adat untuk pembangunan desa,
7) Adanya usaha pengolahan makanan oleh masyarakat untuk dijual ke
wisatawan secara langsung meningkatkan nilai tambah bagi produk
pertanian lokal.
8) Terjaganya nilai-nilai kekeluargaan. Sikap kekeluargaan yang tinggi di
antara warga Desa wisata Penglipuran diwujudkan dalam aktivitas sehari-
hari dalam bentuk gotong-royong dan partisipasi aktif lainnya di berbagai
kegiatan sosial.
9) Adanya keuntungan yang dirasakan oleh semua pihak baik pemerintah,
masyarakat, pengelola wisata, maupun desa karena keuntungan yang
didapatkan dari pengembangan Desa Wisata ini menggunakan sistem
bagi hasil.
b) Permasalahan Program Pemberdayaan Masyarakat
1) Adanya sikap beberapa warga terutama dari kalangan generasi muda
yang berusaha untuk memodifikasi bentuk rumahnya ke arah modern,
hal ini tentu saja akan mengubah image/citra desa tradisional yang
menjadi salah satu daya tarik desa penglipuran.
2) Adanya sikap masyarakat desa yang belum memperhatikan peraturan
atau kesepakatan yang telah dibuat terhadap usaha dagang dan
penataan lingkungan.
3) Kurangnya pembimbingan dan penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang ada di Desa Penglipuran.
4) Kurangnya kegiatan promosi terkait atraksi wisata yang ditawarkan di
Desa Penglipuran menyebabkan banyak wisatawan tidak mengetahui
adanya atraksi wisata lain selain melihat view desa.
5) Adanya warga yang memanfaatkan kedatangan wisatawan untuk
meningkatkan pendapatan dengan jalan membuka warung/ kios di
pekarangan rumah mereka, dimana menurut peraturan Desa

10
Penglipuran, tidak diperkenankan membangun warung yang langsung
terlihat oleh wisatawan dari luar pekarangan karena akan mengganggu
pemandangan rumah-rumah tradisional.
6) Dampak dari kunjungan wisatawan pada saat-saat tertentu menimbulkan
kepadatan pengunjung yang berdampak pada kurangnya lahan parkir
sehingga terjadi kemacetan di beberapa titik akibat banyaknya kendaraan
yang memasuki area objek wisata
7) Dampak bagi lingkungan dengan adanya kepadatan pengunjung terlihat
banyaknya sampah berserakan disembarangan tempat akibat dari
kurangnya kesadaran pengunjung akan kebersihan lingkungan serta
rusaknya beberapa tanaman bunga ditelajakan akibat digunakan sebagai
latar foto bagi para pengunjung.
8) Terjadinya alih fungsi lahan. Selain karena berkembangnya jumlah
penduduk, alih fungsi lahan lainnya terjadi karena peningkatan jumlah
pengunjung tiap tahun yang berdampak pada ketidakmampuan daerah
tersebut untuk menampung jumlah kendaraan, solusi dari masalah ini
ada pembukaan lahan parkir baru. Lahan parkir di Desa Wisata
Penglipuran yang digunakan sekarang ini sebelumnya adalah tempat
pemukiman warga dan sebagian lagi adalah ladang/tegalan milik desa
adat dan milik warga.

2.3 Unsur dan Urgenitas Program Pengembangan


Desa Wisata Penglipuran memiliki berbagai potensi wisata yang dijadikan
daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Daya tarik yang dimiliki adalah pola
tata ruang desa, arsitektur tradisional rumah penduduk, hutan bambu dengan
beragam jenis pohon bambu di dalamnya, adat istiadat masyarakat lokal, makanan
dan minuman tradisional serta hasil kerajinan bambu khas desa tersebut.
Pengembangan pariwisata di Desa Wisata Penglipuran tidak terlepas dari peran aktif
masyarakat sekaligus sebagai usaha pemberdayaan masyarakat setempat untuk
meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan seni budaya. Adapun bentuk-bentuk
pemberdayaan masyarakat melibatkan partisipasi masyarakat mulai dari

11
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Namun, dalam pemberdayaan masyarakat
terdapat permaslaahan yang berkaitan dengan usaha mempertahankan budaya dan
adat istiadat dari arus modernisasi, sikap masyarakat, terbatasnya sumber daya
manusia dan ketersediaan akomodasi wisata serta kurangnya kegiatan
promosi.Padhal jika dilakukan dengan dengan baik pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan desa wisata dapat memberikan implikasi terhadap
ketahanan sosial budaya wilayah berupa penguatan dan beberapa perubahan pada
tata nilai sosial, budaya dan lingkungan
Untuk menjawab permasalahan dan mewujudkan pengembangan desa wisata
Penglipuran di bentuklah organisasi pengelola Desa Wisata Penglipuran yang
berperan sebagai pengumpulkan ide-ide dari masyarakat melalui rapat-rapat desa,
mulai dari perencanaan, pengelolaan dan mengatur segala sesuatu yang berkaitan
dengan pengembangan desa wisata. Organisasi pengelola Desa Wisata Penglipuran
merupakan organisasi baru di bawah naungan prajuru adat dan dinas yang
bertanggung jawab penuh kepada desa adat dan mempunyai kedudukan sejajar
dengan lembaga adat lainnya. Pada awalnya pengelolaan desa wisata dikelola
langsung oleh desa adat, mengingat beban prajuru desa adat yang begitu berat
berkaitan dengan kegiatan dan permasalahan adat dan seiring dengan
meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan serta permasalahan yang semakin
kompleks maka dibentuklah organisasi khusus untuk mengelola desa wisata. Konsep
pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Penglipuran berlandaskan falsafah agama
Hindu yaitu Tri Hita Karana atau tiga penyebab keharmonisan, kesejahteraan,
kebahagiaan, kedamaian. Falsafah ini diimplementasikan menjadi tiga aspek yaitu
aspek Parahyangan, Pawongan dan Palemahan, yaitu hubungan yang harmonis
antara manusia dengan Tuhan, antar sesama manusia, dan manusia dengan
lingkungannya.

2.4 Diskusi Program Pengembangan


Pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Penglipuran Bali ini dilakukan
melalui pengembangan desa wisata dengan implikasinya terhadap ketahanan sosial
budaya wilayah. Pengembangan pariwisata di Desa Wisata Penglipuran ini tidak

12
terlepas dari peran aktif masyarakat sekaligus sebagai usaha pemberdayaan
masyarakat setempat untuk meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan seni
budaya. Tujuan pembangunan kepariwisataan melalui pemberdayaan masyarakat
dapat terwujud apabila pembangunan tersebut bukan hanya pembangunan yang
bersifat ekonomik semata, tetapi pembangunan yang bersifat sosial dan budaya.
Diharapkan kepariwisataan yang berkembang melalui desa wisata tidak saja akan
memperkuat ketahanan sosial budaya masyarakat setempat namun lebih luas lagi
akan memperkuat ketahanan sosial budaya bangsa dan negara.
Dalam program pengembangan Desa Wisata Penglipuran Bali ini terdapat
organisasi Desa Wisata Penglipuran sendiri yang diresmikan pada tanggal 1 Mei
tahun 2012 melalui Surat Keputusan Nomor: 556/557/DISBUDPAR/2012 oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli. Adapun peran
organisasi desa wisata adalah mengumpulkan ide-ide dari masyarakat melalui rapat-
rapat desa, mulai dari perencanaan, pengelolaan dan mengatur segala sesuatu yang
berkaitan dengan pengembangan desa wisata. Organisasi desa wisata ini sangat
penting karena mementingkan partisipasi dan aspirasi masyarakat dalam
pelaksanaan program pengembangan desa wisata sehingga kemampuan masyarakat
dalam pengelolaan kegiatan pembangunan dapat meningkat. Pada program
pengembangan Desa Wisata ini terdapat proses pemberdayaan masyarakat yang
melalui tiga tahapan yaitu tahap penyadaran, tahap pengkapasitasan, dan tahap
pemberian daya. Tahap pertama adalah tahap penyadaran dimana pada tahap ini
dilakukan sosialisasi pembentukan desa wisata kepada masyarakat desa. Tahap
kedua adalah tahap pengkapasitasan dengan membutuhkan peran serta pemerintah
sebagai salah satu stakeholder pariwisata. Tahap ketiga yaitu tahap pemberian daya
berupa peran pemerintah dalam memberikan bantuan baik berupa dana pinjaman
kepada kelompok masyarakat yang memiliki usaha maupun bantuan secara fisik
untuk meningkatkan sarana dan prasarana pariwisata. Tahapan-tahapan pada
proses pemberdayaan masyarakat ini sudah cukup baik mengingat adanya bentuk
kerja sama antara pihak pemerintah dengan pihak masyarakat dalam
mengembangkan desa wisata tersebut sehingga akan memudahkan pelaksanaan

13
pengembangan desa wisata serta biaya kegiatan pembangunan akan relatif lebih
murah dibandingkan jika dilaksanakan oleh pihak lain.
Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat dalam program pengembangan
Desa Wisata Penglipuran Bali mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pada tahap perencanaan masyarakat setempat selalu dilibatkan dalam pembicaraan
mengenai program pengembangan desa wisata melalui rapat-rapat desa secara
musyawarah mufakat. Pada tahap pelaksanaan, bentuk pemberdayaan masyarakat
diwujudkan dengan bentuk keterlibatan masyarakat dalam menyediakan berbagai
fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di
destinasi wisata. Pada tahap evaluasi, evaluasi program pengembangan desa wisata
meliputi evaluasi kegiatan pelayanan wisata sehari-hari maupun kegiatan dalam
event besar lainnya yang kemudian disampaikan di rapat-rapat desa. Bentuk-bentuk
pemberdayaan masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam
program pengembangan Desa Wisata Penglipuran Bali ini tidak terdapat peran serta
pemerintah. Hanya ada pembagian hasil penjualan tiket antara pemerintah daerah
dengan desa. Adapun implikasi pemberdayaan masyarakat melalui program
pengembangan desa wisata di Desa Wisata Penglipuran Bali terhadap ketahanan
sosial budaya wilayah antara lain pelestaria terhadap budaya dan adat istiadat;
perubahan cara hidup dan tata nilai; serta dampak terhadap kehidupan sehari-hari
dan lingkungan.

14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan “Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial
Budaya Wilayah (Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)” antara lain:
1. Penerapan program pemberdayaan masyarakat dilakukan di Desa Wisata
Penglipuran Bali melalui pengembangan desa wisata dengan implikasinya
terhadap ketahanan sosial budaya wilayah.
2. Potensi dari penerapan program tersebut antara lain menjaga dan
melestarikan budaya, adat istiadat, hukum adat (awig-awig), dan tata
cara kehidupan sehari-hari serta lingkungannya yang ada di desa
penglipuran agar nantinya tidak pudar seiring berjalannya waktu, serta
dapat diwariskan kepada generasi penerus; meningkatkan keaktifan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata;
meningkatkan perekonomian masyarakat karena menambah penghasilan;
terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa karena dalam
proses pengembangan Desa Wisata Penglipuran; meningkatkan sumber
daya manusia karena adanya bimbingan; meningkatnya partisipasi warga
dalam kegiatan sosial; meningkatkan nilai tambah bagi produk pertanian
lokal; terjaganya nilai-nilai kekeluargaan; serta adanya keuntungan yang
dirasakan oleh semua pihak baik pemerintah, masyarakat, pengelola
wisata, maupun desa.
3. Permasalahan dari penerapan program tersebut antara lain adanya sikap
beberapa warga terutama dari kalangan generasi muda yang berusaha
untuk memodifikasi bentuk rumahnya ke arah modern; adanya sikap
masyarakat desa yang belum memperhatikan peraturan atau
kesepakatan yang telah dibuat terhadap usaha dagang dan penataan
lingkungan; kurangnya pembimbingan dan penyuluhan yang dilakukan
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli; kurangnya
kegiatan promosi terkait atraksi wisata yang ditawarkan di Desa
Penglipuran; adanya warga yang memanfaatkan kedatangan wisatawan

15
untuk meningkatkan pendapatan dengan jalan membuka warung/ kios di
pekarangan rumah mereka; dampak dari kunjungan wisatawan pada
saat-saat tertentu menimbulkan kepadatan pengunjung; dampak bagi
lingkungan dengan adanya kepadatan pengunjung terlihat banyaknya
sampah berserakan disembarangan tempat; serta terjadinya alih fungsi
lahan.
4. Unsur dan urgenitas dari adanya program pemberdayaan masyarakat
yaitu unsur antara lain daya tarik wisata dan peran aktif masyarakat,
serta urgenitas antara lain di bentuklah organisasi pengelola Desa Wisata
Penglipuran yang berperan sebagai pengumpulkan ide-ide dari
masyarakat melalui rapat-rapat desa, mulai dari perencanaan,
pengelolaan dan mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengembangan desa wisata.

3.2 Lesson Learned


Adapun pemberlajaran yang dapat diambil dari pembahasan sebelumnya
adalah bahwa Konsep pemberdayaan masyarakat pada tiap daerah maupun
desa dapat beragam. Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan desa wisata dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat secara
langsung maupun tidak langsung dalam program pengembangan desa wisata
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Keberlangsunganya
pelaksanaan program desa wisata juga memilki tiga tahap yaitu tahap
penyadaran, pengkapasitasan dan pemberian daya.
Jika terdapat potensi yang dapat dikembangkan, maka potensi tersebut
dapat menjadi patokan berkembangnya suatu desa. Pemegang tanggung jawab
dalam merencanakan pengembangan potensi ini pun bukan hanya penduduk
yang bertempat tingal di desa tersebut namun juga pemerintah. Masyarakat pun
menjadi belajar dalam mengembangkan desa dan memakai internet untuk
mengelolanya. Dari semua konsep desa wisata berbasis pengembangan
masyarakat ini mengayomi masyarakat juga perlu kooperatif dari berbagai
pihak.

16
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani, Anak Agung Istri, et. al. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan
Sosial Budaya Wilayah (Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali). Jurnal
Ketahanan Nasional ISSN: 0853-9340 (Print), ISSN: 2527-9688 (Online)
Volume 23 No. 1, 27 April 2017.
Mubarak. 2010. Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Ditinjau dari Proses
Pengembangan Kapasitas pada Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di
Desa Sastrodirjan Kabupaten Pekalongan. Skripsi. USU.
Muhamad, dkk. 2017. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan
Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya
Wilayah (Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali), dalam Jurnal
Ketahanan Nasional, Vol. 23 No. 1.
Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015
Tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata
Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat, Wacana dan Praktik. Jakarta:
Kencana

17
LEMBAR JOB DESCRIPTION

JOB DESCRIPTION
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang (Riska Anggraini Purnomo-08161067)
1.2 Rumusan Masalah (Risnayanti Arung-08161069)
1.3 Tujuan (Risnayanti Arung-08161069)
1.4 Urgensi Studi Kasus (Risnayanti Arung-08161069)
1.5 Manfaat (Risnayanti Arung-08161069)
2. Pembahasan
2.1 Penjabaran Program (Zahra Salsabila-08161091)
2.2 Permasalahan dan Potensi Pengembangan Program (Riska Anggraini
Purnomo-08161067)
2.3 Unsur dan urgenitas program (Risnayanti Arung-08161069)
2.4 Diskusi program pengembangan (Vitanola Delisia Rizkitiarsie-08161087)
3. Penutup
3.1 Kesimpulan (Vitanola Delisia Rizkitiarsie-08161087)
3.2 Lesson Learned (Annisa Nur Aisyah Borneo-08161011)

18

Anda mungkin juga menyukai