Anda di halaman 1dari 13

ISU PERSAMPAHAN DI UGANDA

Mata Kuliah : Wawasan Teknologi dan Lingkungan


Dosen Pengampu : Muhammad Ma’arij Harfadli, S.T., M.T.

Disusun Oleh:
Farraz Zakyardana P 04151016
Muhammad Alfian 04151033
Fadhillah Raeng Nugraha 09151015
Miftahurrahmah 02161019
Adha Setiawan Wiyana 10161008
Vitanola Delisia Rizkitiarsie 08161087
Ema Larissa 05171029
Muhammad Hafiz Paresi 06171041
Saridah 07171077

INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN


BALIKPAPAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah adalah salah satu masalah yang sudah menjadi musuh lama di banyak
negara. Tidak peduli negara tersebut adalah negara maju atau negara berkembang sampah
pasti menjadi salah masalah yang sudah pasti ada di tiap negara. Sama dengan negara –
negara yang ada Uganda juga memiliki masalah yang serupa dengan negara – negara lain.
Masalah sampah di uganda juga tidak dapat diremehkan, hal ini dikarenakan banyak nya
jumlah penduduk dan kebutuhan mereka untuk sehari – hari selain itu hal ini menjadi lebih
parah lagi ketika banyak nya jumlah industri yang bertambah di negara tersebut. Tidak
heran jika uganda menjadi negara yang bisa masuk kedalam kategori negara yang cukup
rentan terhadap penyakit. Umumnya pengolahan sampah yang baik adalah dengan
membedakan jenis sampah yang di hasilkan oleh masyarakat. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk melihat apakah sampah tersebut masih bisa di proses menjadi hal lain seperti,
sampah alami yang di hasilkan dari kulit buah dan sisa makanan bisa menjadi pupuk
sedangkan sampah plastik dapat di proses ulang atau didaur ulang agar dapat di manfaat
kembali. Karena proses pemilahan seperti ini sudah menhadi hal yang umum maka hal ini
juga berlaku bagi negara seperti uganda. Selain memproses sampah dengan pemilahan
uganda sendiri sebenarnya juga melakukan hal lain dimana mereka membuat peraturan
bahwa penggunaan plastik disana dibatasi ketat dengan tujuan agar jumlah sampah mereka
dapat terus berkurang setiap tahun nya.

1.2 Tujuan
Seperti yang sudah dijelaskan diatas tujuan dari pengolahan sampah sebenarnya
dilakukan untuk melihat apakah sampah tersebut masih di proses dan menjadi sebuah
produk baru yang dapat digunakan oleh banyak orang. Selain menjadi produk baru tujuan
lain dari proses pengolahan sampah ini dilakuan dengan tujuan agar sampah tersebut
sebisa mungkin jumlah terus berkurang, karena apabila tidak di lakukan proses seperti itu
maka tidak menuntut kemungkinan sampah – sampah tersebut dapat menyebabkan
masalah besar seperti rusaknya ekosistem alam, bau busuk dll.

1.3 Manfaat
Secara umum pengolahan sampah yang baik biasanya dapat menghasilkan hal – hal
seperti hilang nya bau busuk, kelestarian ekosistem, dan turun ancaman penyakit
berbahaya. Tetapi jika benar di kaji dan di pelajari secara mendalam tidak menuntut
kemungkinan bahwa pengolahan sampah bisa memberikan manfaat seperti naik nya nilai
ekonomi, munculnya tenaga alternatif dll.
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Definisi Sampah


Sampah adalah suatu bahan yang terbuang/dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah juga dapat
diartikan dengan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses.
Sampah berdasarkan bentuknya dapat diartikan dengan bahan, baik padat atau cair yang
tidak dipergunakan lagi dan telah dibuang.
Sampah manusia istilah yang digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia,
seperti feses dan urine. Sampah manusa dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan,
karena dapat digunakan sebagai faktor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan
virus dan bakteri salah satu perkembangan utama pada dialekta manusia. Penguraian
penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang higenis dan sanitasi. Termasuk
didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia
dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna
barang. Dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini
adalah sampah yang umum dipikiran manusia. meskipun demikian, jumlah sampah kategori
inipun masih jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri.
Limbah radio aktif sampah nuklir merupakan hasil dari fusi dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium danthorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan juga
manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan di tempat-tempat yang tidak berpotensi
tinggi untuk melakukan aktivitas, tempat-tempat yang dituju biasanya bekas tambang garam
atau dasar laut (walau jarang namun kadang masih dilakukan). sampah plastik dibuat dari
bahan sintetis umumnya menggunakan bahan minyak bumi, sehingga bahan dasar,
ditambah bahan tambahan yang umumnya merupakan logam berat(kadnium,timbal&nikel)
atau bahan beracun lainnya seperti chlor. Racun dari plastik ini terlepas pada saat terurai
atau terbakar. (European Environmental Agency, 2005/01/05 di URI ybs.)
Menurut Undang-Undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No.4 Tahun 1982,
polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat energi, dan/atau komponen lain kedalam lingkungan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Segala sesuatu yang dapat menimbulkan pencemaran dinamakan bahan pencemar
atau polutan. Syarat-syarat suatu zat atau bahan dapat disebut polutan adalah jika
keberadaannya dapat merugikan makhluk hidup karena jumlahnya melebihi batas normal,
berada pada waktu yang tidak tepat, atau berada pada tempat yang tidak tepat (Witoelar,
1990).

2.2 Gambaran Umum Persampahan di Uganda


Di Kampala, Uganda sekitar 28.000 Ton sampah dikumpulkan dan dikirim ke tempat
pembuangan sampah setiap bulan. Catatan Otoritas Ibu Kota Kampala menunjukkan bahwa
kumpulan sampah tersebut mewakili 40% dari sampah yang dihasilkan di Kota. 60%
sampah yang lain biasanya dibuang di lokasi yang tidak sah yang menyebabkan masalah
kesehatan dan lingkungan. Sampah yang dihasilkan bergantung pada musim, saat musim
hujan 88,5% limbah organik, 3,8% plastik lunak, 2,8% plastik keras, 2,2% kertas, 0,9% kaca,
0,7% tekstil dan kulit, 0,2% logam, dan 1,0% lainnya. Pada musim kemarau limbah terdiri
dari 94,8% organik, 2,4% plastik lunak, 1,0% plastik keras, 0,7% kertas, 0,3% kaca, 0,3%
tekstil dan kulit, 0,1% logam, dan 1% lainnya.
Sampah yang telah terkumpul dari lima divisi dari PT. Kota Kampala dibuang di
tempat pembuangan sampah Kiteezi seluas 8 ha yang terletak 12 km dari pusat kota.
Namun, orang yang tinggal di dekat lokasi TPA mengeluh bahwa tempat pembuangan
sampah ini membuat tempat huni mereka menjadi tidak layak. Hal tersebut disebabkan oleh
bau tak sedap, Lindi (yang mencemari sumber air), sampah yang berserakan akibat angin
dan pemulung serta gangguan lainnya seperti kutu, nyamuk dan lalat.
Gambar 2.1 Tempat Pembuangan Sampah Kiteezi, Kampala
Sumber: European Enviromental Agency, 2005

Beberapa negara berkembang termasuk juga di Uganda, air dalam kemasan


merupakan satu-satunya cara agar mendapatkan air yang tidak terkontaminasi limbah.
Namun industri air kemasan yang turut mengundang perusahaan multinasional itu
menyisakan masalah lain yang tak kalah genting, yaitu sampah plastik yang kian
menggunung. Jika tidak dibuang dengan benar, plastik-plastik ini dapat mengotori daerah-
daerah berpenduduk, mencemari sistem-sistem perairan dan menciptakan kerusakan
lingkungan.
Gambar 2.2 Tumpukan Sampah Plastik di Uganda
Sumber: European Enviromental Agency, 2005

Pembuangan sampah plastik yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan
kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan
setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga
mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan
waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama
waktu itu, lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan
lingkungan sekitarnya.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Mekanisme dan Inovasi Pengelolaan Sampah di Uganda


Orang-orang di seluruh dunia menggunakan wadah plastik sekali buang untuk air,
makanan dan bahan lainnya karena kepraktisan dan bobot yang ringan. Namun jika tidak
dibuang dengan benar, plastik-plastik ini dapat mengotori daerah-daerah berpenduduk,
mencemari sistem-sistem perairan dan menciptakan kerusakan lingkungan. Sampah plastik
adalah masalah nyata di banyak negara miskin. Sebuah negara di Afrika dan satu lagi di
Amerika Selatan telah mengubah ancaman tersebut menjadi manfaat.
Hubungan antara penghasilan dan pemilahan sampah di Kota Kampala (Uganda),
adalah negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 10%. Hal ini menyatakan secara
tidak langsung bahwa rumah tangga dengan penghasilan tinggi, kurang terlibat dalam
pemilahan sampah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh fakta bahwa rumah tangga
dengan penghasilan tinggi mampu membayar jasa pengangkutan sampah. Oleh karena itu,
rumah tangga dengan penghasilan tinggi tidak melihat alasan untuk memilah sampah
sebelum dibuang. Kedua, mayoritas mereka yang memilah sampah melakukannya untuk
menjual bahan daur-ulang dan mendapatkan pemasukan. Aktivitas ini tidak penting untuk
rumah tangga dengan penghasilan tinggi. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian
Furedy yang menemukan bahwa rumah tangga yang memiliki penghasilan yang rendah,
relatif lebih banyak menjual sampah daripada rumah tangga yang memiliki penghasilan
tinggi . Lebih dari setengah sampah di ibukota Uganda tidak dikumpulkan oleh dinas
kebersihan kota yang kekurangan pegawai dan dana. Banyak sampah berakhir di saluran-
saluran pembuangan air, perairan, jalan dan lahan kosong. Inovasi dari negara Uganda
yaitu membuat bank sampah untuk mengurangi penyebaran sampah plastic dan membuka
lapangan perkerjaan bagi masyarakat Uganda berupa mengumpulkan sampah untuk didaur
ulang.
Untuk mekanisme di negara Uganda sendiri dalam mengelolah sampah mereka
membangun sebuah pabrik di Kampala (Uganda) untuk mendaur ulang 650 kilogram plastik
per jam dan lebih dari 3 juta kilogram, David Kibande mengelola sekitar 10 pekerja yang
mengumpulkan sampai 10 ton sampah plastik per minggu, dan menjualnya dengan harga
sekitar Rp 9.000 per kilogram. Kibande mengatakan orang-orang yang ia awasi akan jadi
pengangguran jika tidak ada pekerjaan itu. Sekarang, mereka menghasilkan uang sambil
membantu membersihkan kotak sampah plastik per tahun, Plastik-plastik dalam prosesnya
dipilih, dicuci dan diproses untuk pembuatan produk-produk plastik lainnya, termasuk ubin
dan atap. Ubin dan atap tersebut diproduksi dalam jumlah besar sehingga masyarakat
Uganda memiliki lapangan pekerjaan yang semakin terbuka dalam bidang daur ulang
sampah plastik, dapat dilihat bukan hanya pada saat pengumpulan sampah tapi negara
Uganda juga dapat menarik masyakatnya untuk bekerja untuk proses daur ulang sampah
plastic sehingga banyak pengganguran yang mendapatkan lapangan perkerjaan. Sementara
masyarakat di Kolombia membangun sebuah rumah dengan bahan daur ulang. Di Uganda
terdapat taman hiburan yang semuanya terbuat dari sampah. Taman hiburan ini diprakasai
seorang seniman dan ahli lingkungan, Ruganzu Bruno yang bangun taman hiburan ini ke
daerah kumuh di Kampala, Uganda. FYI, Bruno memang tergabung dalam Eco Art Uganda
– sebuah perkumpulan seniman yang berkomitmen untuk mempromosikan kesadaran
lingkungan masyarakat. Lewat ayunan dan permainan papan dari botol-botol plastik bekas
ini, mereka berhasil mengajarkan kepada anak-anak kalau sampah juga bermanfaat untuk
hal menyenangkan.
3.2 Diagram Alur
Berikut diagram alur dari mekanisme dan inovasi pengelolaan sampah di Uganda.

Gambar 3.1 Diagram Alur Mekanisme dan Inovasi Pengelolaan Sampah di Uganda
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan isu
persampahan di Uganda dalam makalah ini antara lain yaitu:
1. Sampah yang telah terkumpul dari lima divisi dari PT. Kota Kampala dibuang di
tempat pembuangan sampah Kiteezi seluas 8 ha yang terletak 12 km dari pusat
kota. Namun, orang yang tinggal di dekat lokasi TPA mengeluh bahwa tempat
pembuangan sampah ini membuat tempat huni mereka menjadi tidak layak. Hal
tersebut disebabkan oleh bau tak sedap, Lindi (yang mencemari sumber air),
sampah yang berserakan akibat angin dan pemulung serta gangguan lainnya seperti
kutu, nyamuk dan lalat.
2. Industri air kemasan yang turut mengundang perusahaan multinasional menyisakan
masalah lain yang tak kalah genting, yaitu sampah plastik yang kian menggunung.
Jika tidak dibuang dengan benar, plastik-plastik ini dapat mengotori daerah-daerah
berpenduduk, mencemari sistem-sistem perairan dan menciptakan kerusakan
lingkungan.
3. Pembuangan sampah plastik yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan
kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan
setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan
mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka
akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari
lokasi tersebut. Selama waktu itu, lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh
buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
4. Hubungan antara penghasilan dan pemilahan sampah di Kota Kampala (Uganda),
adalah negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 10%. Hal ini menyatakan
secara tidak langsung bahwa rumah tangga dengan penghasilan tinggi, kurang
terlibat dalam pemilahan sampah. Mayoritas rumah tangga berpenghasilan rendah di
Uganda lebih banyak menjual sampah dibandingkan rumah tangga berpenghasilan
tinggi.
5. Inovasi dari negara Uganda yaitu membuat bank sampah untuk mengurangi
penyebaran sampah plastik dan membuka lapangan perkerjaan bagi masyarakat
Uganda berupa mengumpulkan sampah untuk didaur ulang.
6. Untuk mekanisme di negara Uganda sendiri dalam mengelolah sampah mereka
membangun sebuah pabrik di Kampala (Uganda) untuk mendaur ulang 650 kilogram
plastik per jam dan lebih dari 3 juta kilogram, David Kibande mengelola sekitar 10
pekerja yang mengumpulkan sampai 10 ton sampah plastik per minggu, dan
menjualnya dengan harga sekitar Rp 9.000 per kilogram.
7. Plastik-plastik dalam prosesnya dipilih, dicuci dan diproses untuk pembuatan produk-
produk plastik lainnya, termasuk ubin dan atap. Ubin dan atap tersebut diproduksi
dalam jumlah besar sehingga masyarakat Uganda memiliki lapangan pekerjaan yang
semakin terbuka dalam bidang daur ulang sampah plastik, dapat dilihat bukan hanya
pada saat pengumpulan sampah tapi negara Uganda juga dapat menarik
masyakatnya untuk bekerja untuk proses daur ulang sampah plastic sehingga
banyak pengganguran yang mendapatkan lapangan perkerjaan.
8. Di Uganda terdapat taman hiburan yang semuanya terbuat dari sampah. Taman
hiburan ini diprakasai seorang seniman dan ahli lingkungan, Ruganzu Bruno yang
bangun taman hiburan ini ke daerah kumuh di Kampala, Uganda. FYI, Bruno
memang tergabung dalam Eco Art Uganda – sebuah perkumpulan seniman yang
berkomitmen untuk mempromosikan kesadaran lingkungan masyarakat. Lewat
ayunan dan permainan papan dari botol-botol plastik bekas ini, mereka berhasil
mengajarkan kepada anak-anak kalau sampah juga bermanfaat untuk hal
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

European Enviromental Agency, 2005/01/05


Komakech,Allan J. 2015. Characterization of Municipal Waste in Kampala Uganda. Energy
and Technology Department. Swedish University of Agricultural Sciences. Uppsala,
Sweden.
Witoelar,Rachmat. 1990. Political Developments in Indonesia. Universitas Michigan. Institute
of Policy Studies

Anda mungkin juga menyukai