Disusun Oleh:
Farraz Zakyardana P 04151016
Muhammad Alfian 04151033
Fadhillah Raeng Nugraha 09151015
Miftahurrahmah 02161019
Adha Setiawan Wiyana 10161008
Vitanola Delisia Rizkitiarsie 08161087
Ema Larissa 05171029
Muhammad Hafiz Paresi 06171041
Saridah 07171077
1.2 Tujuan
Seperti yang sudah dijelaskan diatas tujuan dari pengolahan sampah sebenarnya
dilakukan untuk melihat apakah sampah tersebut masih di proses dan menjadi sebuah
produk baru yang dapat digunakan oleh banyak orang. Selain menjadi produk baru tujuan
lain dari proses pengolahan sampah ini dilakuan dengan tujuan agar sampah tersebut
sebisa mungkin jumlah terus berkurang, karena apabila tidak di lakukan proses seperti itu
maka tidak menuntut kemungkinan sampah – sampah tersebut dapat menyebabkan
masalah besar seperti rusaknya ekosistem alam, bau busuk dll.
1.3 Manfaat
Secara umum pengolahan sampah yang baik biasanya dapat menghasilkan hal – hal
seperti hilang nya bau busuk, kelestarian ekosistem, dan turun ancaman penyakit
berbahaya. Tetapi jika benar di kaji dan di pelajari secara mendalam tidak menuntut
kemungkinan bahwa pengolahan sampah bisa memberikan manfaat seperti naik nya nilai
ekonomi, munculnya tenaga alternatif dll.
BAB II
GAMBARAN UMUM
Pembuangan sampah plastik yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan
kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan
setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan mungkin juga
mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka akan diperlukan
waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari lokasi tersebut. Selama
waktu itu, lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh buruk terhadap manusia dan
lingkungan sekitarnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 3.1 Diagram Alur Mekanisme dan Inovasi Pengelolaan Sampah di Uganda
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan isu
persampahan di Uganda dalam makalah ini antara lain yaitu:
1. Sampah yang telah terkumpul dari lima divisi dari PT. Kota Kampala dibuang di
tempat pembuangan sampah Kiteezi seluas 8 ha yang terletak 12 km dari pusat
kota. Namun, orang yang tinggal di dekat lokasi TPA mengeluh bahwa tempat
pembuangan sampah ini membuat tempat huni mereka menjadi tidak layak. Hal
tersebut disebabkan oleh bau tak sedap, Lindi (yang mencemari sumber air),
sampah yang berserakan akibat angin dan pemulung serta gangguan lainnya seperti
kutu, nyamuk dan lalat.
2. Industri air kemasan yang turut mengundang perusahaan multinasional menyisakan
masalah lain yang tak kalah genting, yaitu sampah plastik yang kian menggunung.
Jika tidak dibuang dengan benar, plastik-plastik ini dapat mengotori daerah-daerah
berpenduduk, mencemari sistem-sistem perairan dan menciptakan kerusakan
lingkungan.
3. Pembuangan sampah plastik yang tidak dilakukan dengan baik misalnya di lahan
kosong atau TPA yang dioperasikan secara sembarangan akan menyebabkan lahan
setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah organik dan
mungkin juga mengandung Bahan Buangan Berbahaya (B3). Bila hal ini terjadi maka
akan diperlukan waktu yang sangat lama sampai sampah terdegradasi atau larut dari
lokasi tersebut. Selama waktu itu, lahan setempat berpotensi menimbulkan pengaruh
buruk terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya.
4. Hubungan antara penghasilan dan pemilahan sampah di Kota Kampala (Uganda),
adalah negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 10%. Hal ini menyatakan
secara tidak langsung bahwa rumah tangga dengan penghasilan tinggi, kurang
terlibat dalam pemilahan sampah. Mayoritas rumah tangga berpenghasilan rendah di
Uganda lebih banyak menjual sampah dibandingkan rumah tangga berpenghasilan
tinggi.
5. Inovasi dari negara Uganda yaitu membuat bank sampah untuk mengurangi
penyebaran sampah plastik dan membuka lapangan perkerjaan bagi masyarakat
Uganda berupa mengumpulkan sampah untuk didaur ulang.
6. Untuk mekanisme di negara Uganda sendiri dalam mengelolah sampah mereka
membangun sebuah pabrik di Kampala (Uganda) untuk mendaur ulang 650 kilogram
plastik per jam dan lebih dari 3 juta kilogram, David Kibande mengelola sekitar 10
pekerja yang mengumpulkan sampai 10 ton sampah plastik per minggu, dan
menjualnya dengan harga sekitar Rp 9.000 per kilogram.
7. Plastik-plastik dalam prosesnya dipilih, dicuci dan diproses untuk pembuatan produk-
produk plastik lainnya, termasuk ubin dan atap. Ubin dan atap tersebut diproduksi
dalam jumlah besar sehingga masyarakat Uganda memiliki lapangan pekerjaan yang
semakin terbuka dalam bidang daur ulang sampah plastik, dapat dilihat bukan hanya
pada saat pengumpulan sampah tapi negara Uganda juga dapat menarik
masyakatnya untuk bekerja untuk proses daur ulang sampah plastic sehingga
banyak pengganguran yang mendapatkan lapangan perkerjaan.
8. Di Uganda terdapat taman hiburan yang semuanya terbuat dari sampah. Taman
hiburan ini diprakasai seorang seniman dan ahli lingkungan, Ruganzu Bruno yang
bangun taman hiburan ini ke daerah kumuh di Kampala, Uganda. FYI, Bruno
memang tergabung dalam Eco Art Uganda – sebuah perkumpulan seniman yang
berkomitmen untuk mempromosikan kesadaran lingkungan masyarakat. Lewat
ayunan dan permainan papan dari botol-botol plastik bekas ini, mereka berhasil
mengajarkan kepada anak-anak kalau sampah juga bermanfaat untuk hal
menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA