Anda di halaman 1dari 4

B.

Landasan Hukum Dibentuknya JSS (Jogja Smart Service)

Dari beberapa layanan Jogja Smart Service yang merupakan wujud implementasi
konsep smart city memperlihatkan bahwa media informasi yang terintegrasi memudahkan
bagi pengguna dalam mengakses segala informasi. Terintegrasinya aplikasi Jogja Smart
Service tidak lepas dari partisipasi pemerintah serta keaktifan masyarakat Kota
Yogyakarta. Setelah dirilis secara resmi dikutip dari website Play Store aplikasi Jogja
Smart service telah diunduh sebanyak lebih dari 10.000 kali dan memperoleh tingkat
kepuasan 4,3 dari 5 bintang. Berkat respon yang besar Pemerintah Kota Yogyakarta akan
selalu memberikan pembaruan kepada aplikasi Jogja Smart Service agar terdapat
peningkatan partisipasi dari masyarakat.

Pembuatan aplikasi Jogja Smart Service (JSS) merupakan salah satu strategi dari
pengembangan pemerintahan yang berbasis teknologi informasi atau yang biasa disebut
dengan E-government. Sementara secara landasan hukum kebijakan nasional dan strategi
dalam pengembangan E-government sendiri sudah diatur secara spesifik dalam Inpres
Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Strategi Pengembangan E-government.

Pengembangan E-government di Indonesia dilaksanakan melalui 4 tingkatan


dalam Inpres Nomor 3 Tahun 2003 tentang Strategi Pengembangan E-Government yaitu:
Tingkat kesiapan yang meliputi; (1) pembuatan situs informasi di setiap lembaga, (2)
penyediaan SDM, (3) penyiapan sarana akses yang mudah, (4) dan sosialisasi situs
informasi baik untuk internal maupun untuk publik. Tingkat pematangan yang meliputi;
(1) pembuatan situs informasi publik interaktif, (2) pembuatan antarmuka keterhubungan
antar lembaga lain. Tingkat pemantapan yang meliputi; (1) pembuatan situs transaksi
pelayanan publik, (2) dan pembuatan interoperabilitas aplikasi maupun data dengan
lembaga lain. Tingkat pemanfaatan yang meliputi; (1) pembuatan aplikasi untuk
pelayanan yang bersifat G2G (government to government), G2C (government to citizen),
G2B (government to business) yang terintegrasi. Untuk mengembangkan sistem
manajemen (2) dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi maka pemarintah harus
segara melaksanakan proses transformasi E-government.

Sementara beberapa faktor yang mendorong pelaksanaan aplikasi jogja smart service
terbagi menjadi tiga faktor yang pertama adalah faktor dukungan, faktor kapasitas dan
yang terakhir adalah faktor efektifitas. Faktor pertama yaitu faktor dukungan yang juga
menjadi landasan hukum dari penciptaan aplikasi Jogja Smart Service ini. Oleh karena
itu, faktor pertama ini merupakan faktor yang sangat krusial bagi pengembangan aplikasi
Jogja Smart Service. Pemerintah Kota Yogyakarta dalam pengembangan aplikasi ini
mengeluarkan Peraturan Walikota Kota Yogyakarta Nomor 15 tahun 2015 yang
membahas pengembangan E-government dan smart city diwilayah Kota Yogyakarta. Lalu
peraturan ini menjadi acuan dan menjadi faktor pendorong pengembangan aplikasi Jogja
Smart Service. Setelah aplikasi tersebut dirilis maka pemerintah kota Yogyakarta lantas
memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar dapat mengenal aplikasi Jogja Smart
Service secara lebih jauh. Tidak hanya itu Pemerintah Kota Yogyakarta juga memiliki
koneksi internet yang merata disetiap tempat. Hal ini lah yang sejatinya menjadi
pendorong bagi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk terus mengembangkan dan
meningkatkan kualitas aplikasi Jogja Smart Service.

Jauh sebelum Peraturan Walikota Nomor 15 Tahun 2015 tersebut berlaku, sebetulnya
telah dikeluarkan peraturan yang mengatur tentang E-government sebagai turunan dari
Inpres Nomor 3 Tahun 2003 untuk diberlakukan di wiliayah Kota Yogyakarta, yaitu
Peraturan Walikota Nomor 78 Tahun 2007. Kemudian setelah Peraturan Walikota Nomor
15 Tahun 2015 resmi disahkan dan diberlakukan, maka menurut ketentuan Pasal 10 pada
ketentuan penutup Peraturan Walikota tersebut menyatakan bahwa Peraturan Walikota
Nomor 78 Tahun 2007 Tentang E-government, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Dibentuknya peraturan Walikota yang baru dikarenakan adanya sebuah rencana strategis
yang dibuat oleh pemerintah dalam menjalankan program E-governmentnya.
Implementasi dari Rencana Strategis ini memerlukan landasan hukum supaya menjamin
kepastian hukum bagi para pihak yang terkait dengan pelaksanaan Rencana Strategis ini.
Sebagai aturan dasar untuk melaksanakan Rencana Strategis ini maka perlu perubahan
terhadap peraturan sebelumnya dalam hal ini perlu menyesuaikan dengan munculnya
beberapa peraturan baru setelah aturan lama berlaku. Beberapa aturan baru yang menjadi
acuan untuk Perwal baru adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaran Sistem dan Transaksi Elektronik dan juga Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Apabila melihat tambahan aturan baru yang menjadi pertimbangan untuk
perubahan perwal, maka salah satu muatan yang perlu digaris bawahi adalah masalah
kerahasiaan data. Dengan adanya Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik maka
ada istilah data public yaitu data yang boleh diakses oleh public dan ada data yang
bersifat rahasia. Khusus untuk data yang bersifat rahasia tersebut maka perlu dijabarkan
secara eksplisit dalam peraturan mengenai kewajiban dari pihak pengelola untuk benar-
benar menjaga kerahasiannya. Dengan adanya kewajiban menjaga kerahasian yang
tertuang dalam produk hukum sebenarnya juga menjadi dasar bagi pengelola untuk tidak
membocorkan data dan atau informasi yang bersifat rahasia.

Beberapa hal yang perlu ditambahkan dalam perubahan Perwal tersebut adalah
tentang perlindungan hukum bagi pengelola informasi dan staf teknis yang mengelola
sistem informasi terkait dengan kerahasiaan data. Substansi ini menjadi penting
dikarenakan dapat digunakan sebagai landasan hukum untuk tidak menyebarkan
informasi kepada pihak yang tidak berhak.

Untuk menjaga keberlangsungan dan kepastian dalam pelaksanaan e- Government di


Pemerintah Kota Yogyakarta diperlukan peraturan-peraturan yang memiliki kekuatan
hukum terkait dengan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

a. Masterplan e-Government
b. Kebijakan Kewenangan Pengembangan dan Pemeliharaan TIK
c. Kebijakan Implementasi Aplikasi Sistem Informasi
d. Perlindungan terhadap kerahasiaan data
e. Perlindungan terhadap SDM pengelola e-Government
f. Standar Pelayanan Publik berbasis Teknologi Informasi
g. Berbagai SOP yang diperlukan dalam pengelolaan e-Government

Poin-poin diatas lah yang telah diatur dalam Peraturan Walikota yang baru mengenai
penerapan strategi e-Government yang kemudian diterapkan kepada masyarakat Kota
Yogyakarta. Sedangakan Jogja Smart Service (JSS) sendiri juga termasuk dari
implementasi di poin B diatas, yaitu implementasi Aplikasi Sistem Informasi yang sudah
diatur dalam pewal Nomor 15 Tahun 2015. Jadi pelaksanaan aplikasi Jogja Smart Service
ini bukan tanpa landasan hukum, melainkan sudah sangat jelas diatur secara jelas
kekuatan hukumnya.

Anda mungkin juga menyukai