Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan segala rahmatnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
sistem politik yang berjudul Tipologi Kebijakan dalam mata kuliah Pengantar Kebijakan
Publik. Adapun penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi kewajiban saya sebagai
mahasiswa dalam melengkapi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Kebijakan Publik.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan meskipun saya telah
berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang saya miliki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan. Karena tugas yang saya buat
ini sudah siap, semoga ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi diri saya sendiri
dan juga bagi pembaca pada umumnya.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Para ilmuwan politik dan ilmuwan Administrasi Publik telah mengembangkan sejumlah
bentuk (tipologi) umum untuk mengelompokkan kebijakan-kebijakan publik. Pengembangan
pemahaman bentuk kebijakan publik sangat diperlukan oleh karena akan membantu kita dalam
mengetahui beberapa perbedaan antara kebijakan (policies) dan penggeneralisasikan kebijakan.
Tipologi tradisional yang telah banyak digunakan, meliputi: Kebijakan Substansif (misalnya:
kebijakan perburuhan, kesejahteraan, hak-hak sipil, utusan luar negeri); Kebijakan Institusional
(kebijakan legislatif, kebijakan yudikatif, kebijakan antar departemen), dan Kebijakan TimePeriod (era perjanjian baru, kebijakan Pasca-Perang Dunia II) (Anderson, 1979:126).
2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari Tipologi Kebijakan Publik?
2) Apa saja macam-macam dari Tipologi Kebijakan Publik?
3) Bagaimana cara-cara menetapkan kebijakan yang ada tersebut?

3. Tujuan Penulisan

1) Untuk mengetahui apa itu Tipologi Kebijakan Publik.


2) Untuk memahami berbagai macam Tipologi Kebijakan Publik.
3) Untuk mengetahui bagaimana kebijakan tersebut dilaksanakan dan diatur.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Tipologi Kebijakan Publik


Menurut Ripley kebijakan publik dapat dikategorikan menjadi dua bagian besar yakni
Kebijakan Dalam Negeri dan Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan. Masing masing kategori
tersebut memiliki beberapa tipe kebijakan berdasarkan tujuannya. Ripley yang menelaah
hubungan antara berbagai tipe kebijakan dengan dinamika interaksi antara aktor yang terlibat
dalam pengimplementasian menyimpulkan bahwa kebijakan kebijakan dengan tipe tertentu
secara substansi memiliki tingkat kesulitan pengimplementasian yang berbeda- beda.
2. Kebijakan Distributif
Kebijakan distributif adalah kebijakan dalam mengalokasikan pelayanan atau manfaat
terhadap segmen tertentu dari masyarakat individu, kelompok, perusahaan dan masyarakat.
Kebijakan distributif biasanya melibatkan penggunaan dana publik untuk membantu kelompok,
masyarakat atau perusahaan tertentu. Kebijakan distributif ditandai dengan pengenaan paksaan
secara tidak langsung (kemungkinan pengenaan paksaan fisik sangat jauh), tetapi kebijakan itu
diterapkan secar langsung terhadap individu. Individu dapat menarik manfaat dari kebijakan itu,
walaupun tidak dikenakan paksaan kepada individu untuk meggunakannya.
Dalam pengertian yang lebih konkret, kebijakan distributif berarti penggunaan anggaran
belanja negara atau daerah untuk memberikan manfaat secara langsung kepada individu, seperti
pendidikan dasar yang bebas biaya, subsidi kepada sekolah lanjutan dan perguruan tinggi negeri,
subsidi energi bahan bakar minyak, subsidi sarana produksi pertanian, pelayanan kesehatan,
fasilitas jalan raya, dan pemberian hak paten kepada individu yang berhasil menemukan sesuatu
yang baru.
Contoh kebijakan distributif: Perda tentang APBD, yang di dalamnya berisi alokasi sejumlah
dana untuk bantuan siswa miskin. Bantuan siswa miskin bertujuan untuk menghilangkan halangan siswa
miskin berpartisipasi untuk bersekolah dengan membantu siswa miskin memperoleh akses pendidikan
yang layak.

3. Kebijakan Redistributif
Kebijakan redistributif adalah kebijakan atau program yang dibuat oleh pemerintah dengan
tujuan dapat mendistribusikan kekayaan, hak kepemilikan dan nilai-nilai yang lain diantara
berbagai kelas sosial masyarakat atau etnisitas di dalam masyarakat.
Tujuan kebijakan redistributif adalah untuk mencegah ketimpangan yang makin lebar pada
masyarakat. Asumsi yang dipakai dalam pembuatan kebijakan ini adalah bahwa kompetisi yang
terjadi didalam masyarakat akan menghasilkan pemenang dan pecundang.
Berbagai contoh kebijakan redistributif, yaitu:
Mencegah adanya deskriminasi rasial atau gender.
Program pelatihan kerja untuk orang miskin.
Program reformasi agrarian.
Masalah redistributif menyangkut masalah-masalah yang menghendaki perubahan sumbersumber antara kelompok-kelompok atau kelas-kelas dalam masyarakat. Mereka yang membatasi
ketidaksetaraan sebagai masalah publik seringkali menuntut pajak-pajak pendapatan yang
dibagi-bagi dari lapisan masyarakat kaya ke lapisan masyarakat miskin.
Contoh kebijakan redistributif: Pungutan pajak yang dipungut oleh pemerintah dan
dikembalikan lagi dalam bentuk perbaikan infrastruktur umum.
4. Kebijakan Pengaturan Pola Persaingan
Kebijakan ini adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang membatasi sebuah
provinsi mengedarkan barang-barang dan pelayanan yang bersifat khusus kepada setiap orang
atau individu. Contoh yang ada didalam kebijakan ini yaitu:
-

Perijinan untuk membuka usaha

Perijinan trayek bus

5. Kebijakan Pengaturan Perlindungan

Kebijakan ini adalah kebijakan yang melindungi sektor publik dengan merancang kondisi
boleh tidaknya ada aktivitas swasta. Contoh yang ada didalam kebijakan ini yaitu:
-

Sertifikasi obat-obatan

Pelabelan halal pada makanan dll.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Para ilmuwan politik dan ilmuwan Administrasi Publik telah mengembangkan sejumlah
bentuk (tipologi) umum untuk mengelompokkan kebijakan-kebijakan publik. Pengembangan
pemahaman bentuk kebijakan publik sangat diperlukan karena akan membantu kita dalam
mengetahui beberapa perbedaan antara kebijakan (policies) dan penggeneralisasikan kebijakan.
Satu demi satu tahapan dalam proses pembentukan kebijakan publik menunjukkan bahwa suatu
tahapan proses kebijakan publik terkait dengan tahapan yang sebelumnya dan mempengaruhi
tahapan yang selanjutnya.
Adanya siklus kebijakan memberikan keuntungan, antara lain untuk membantu mempermudah
kompleksitas perumusan kebijakan publik, memberikan kesempatan yang bagus untuk
melakukan kajian-kajian kebijakan publik yang relevan secara sistimatis dan analitis sesuai
dengan batasan area, dan sebagai tolak ukur untuk menilai efektifitas dan efesiensi sebuah
kebijakan dilihat berdasarkan masing-masing tahapan itu.

Anda mungkin juga menyukai