Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Badruzzaman

NIM : 11150510000041
Kelas : KPI VI D

PENDEKATAN ANALISIS INSTITUSIONAL : LEGISLATIF, EKSEKUTIF, YUDIKATIF


Pendekataan ini berfokus pada aspek kelembagaan atau institusi komunikasi massa. Aspek
ini dianggap penting karena secara langsung mencerminkan sistem yang dianut oleh suatu
masyarakat. Pendekatan institusional ini berpandangan bahwa kelembagaan yang mewadahi
akivitas komunikasi massa ditentukan oleh sistem komunikasi yang berlaku di masyarakat yang
bersangkutan. Dalam bidang pers dikenal ada empat jenis pers : otoritas. Liberal, komunis dan
bebas bertanggung jawab.
Analisi mengenai bentuk-bentuk kelembagaan (institusional) komunikasi massa adalah
menyangkut mengenai deteksi, deskripsi dan analisis tentang ekspetasi sosial dan preskripsi yang
melingkungi produksi, isi, distribusi, ekshibisi, dan penerimaan serta penggunaan komunikasi
massa.
Dapat dikatakan bahwa pers bahkan mempunyai peran lebih kuat dari ketiga pilar
demokrasi lain yang berpotensi melakukan abuse of power. Demokrasi akan berkembang dengan
baik jika pers juga berkembang dengan baik. Akan tetapi perlu dipahami bahwa Kebebasan media
massa untuk memberikan informasi kepada masyarakat jangan menjadi tidak terbatas dan tanpa
memperhatikan norma-norma sosial, kesopanan, dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat.
Oleh karena itu, kebebasan pers harus sesuai dan sebangun dengan norma-norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat sehingga kebebasan pers tidak kebablasan.
Dalam perkembangan masyarakat yang semakin maju dan modern seperti dewasa ini, pers
memiliki peranan yang semakin luas sehingga eksistensi pers sering disebut sebagai kekuasaan
keempat (the fourth of estate). Artinya, di samping lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif yang
menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan dalam arti luas bahwa pers juga berperan dalam
mengawal dan mengawasi jalannya pembangunan nasional menuju tercipatnya kesejahteraan
rakyat.
Harus diakui, di era reformasi ini ada kecenderungan media melakukan fungsi kebebasan
pers yang berlebihan. Tuntutan perkembangan demokrasi yang bergulir cepat di tengah-tengah
kehidupan masyarakat sering menjadi penyebabnya. Sehingga tidak jarang terjadi “out of context”
dalam menyampaikan pemberitaan-pemberitaan kepada masyarakat. Juga terjadinya pelanggaran
kode etik pers serta penyimpangan prinsip-prinsip jurnalistik yang adil dan berimbang. Selain itu
juga tidak jarang kita menangkap kesan bahwa media pers ditunggangi oleh kelompok-kelompok
kepentingan tertentu.
Pada kenyataannya memang sekarang ini media masa atau pers hampir semuanya dipegang
oleh kalangan elit atau eksekutif. Seperti MNC Group dipegang oleh Hary Tanoe Soedibjo yang
merupakan kalangan elit dari partai PERINDO. Kita sering melihat iklan-iklan di MNC Group
mengenai beliau dan partainya. Hal ini sebenarnya tidak dibenarkan karena tidak sesuai dengan
prinsip pers yang objektif. Akan tetapi iklan seperti itu masih tayang sampai saat ini, walaupun
MNC Group sudah diberikan teguran tetapi tidak ada tindakan tegas dari KPI ataupun Kepolisian.
Semua itu karena adanya kepentingan-kepentingan pribadi dibaliknya.
Dalam pasal 8 UU tersebut dinyatakan bahwa Komisi Penyiaran Indonesia memiliki
wewenang menetapkan Standar Program Siaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran, serta
memberikan sanksi terhadap pelanggaran Standar dan Pedoman tersebut. Sebuah Pedoman yang
mengatur perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam dunia penyiaran Indonesia dibutuhkan
mengingat lembaga penyiaran beroperasi dengan menggunakan spektrum frekuensi radio yang
merupakan sumber daya alam terbatas, sehingga pemanfaatannya harus senantiasa ditujukan untuk
kemaslahatan masyarakat sebesar-besarnya. Dengan demikian, kemerdekaan menyampaikan
informasi, pendapat dan ekspresi yang dimiliki lembaga penyiaran harus dibarengi dengan
penataan yang menjadikan kemerdekaan tersebut membawa manfaat sebesar-besarnya bagi
kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
Kita membutuhkan media pers yang benar-benar independen, berpihak pada keadilan dan
kebenaran. Media pers seharusnya bisa memosisikan diri sebagai pihak yang netral.Kita percaya
bahwa pers yang bebas dapat menjadi katalisator demokrasi bagi sebuah negara.

Anda mungkin juga menyukai