0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
361 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas pendekatan analisis institusional terhadap lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam komunikasi massa. Dokumen juga membahas peran pers yang semakin luas dalam masyarakat modern sebagai kekuasaan keempat setelah tiga lembaga pemerintahan, namun perlu diatur agar tidak melanggar norma sosial atau kepentingan kelompok tertentu.
Dokumen tersebut membahas pendekatan analisis institusional terhadap lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam komunikasi massa. Dokumen juga membahas peran pers yang semakin luas dalam masyarakat modern sebagai kekuasaan keempat setelah tiga lembaga pemerintahan, namun perlu diatur agar tidak melanggar norma sosial atau kepentingan kelompok tertentu.
Dokumen tersebut membahas pendekatan analisis institusional terhadap lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam komunikasi massa. Dokumen juga membahas peran pers yang semakin luas dalam masyarakat modern sebagai kekuasaan keempat setelah tiga lembaga pemerintahan, namun perlu diatur agar tidak melanggar norma sosial atau kepentingan kelompok tertentu.
Pendekataan ini berfokus pada aspek kelembagaan atau institusi komunikasi massa. Aspek ini dianggap penting karena secara langsung mencerminkan sistem yang dianut oleh suatu masyarakat. Pendekatan institusional ini berpandangan bahwa kelembagaan yang mewadahi akivitas komunikasi massa ditentukan oleh sistem komunikasi yang berlaku di masyarakat yang bersangkutan. Dalam bidang pers dikenal ada empat jenis pers : otoritas. Liberal, komunis dan bebas bertanggung jawab. Analisi mengenai bentuk-bentuk kelembagaan (institusional) komunikasi massa adalah menyangkut mengenai deteksi, deskripsi dan analisis tentang ekspetasi sosial dan preskripsi yang melingkungi produksi, isi, distribusi, ekshibisi, dan penerimaan serta penggunaan komunikasi massa. Dapat dikatakan bahwa pers bahkan mempunyai peran lebih kuat dari ketiga pilar demokrasi lain yang berpotensi melakukan abuse of power. Demokrasi akan berkembang dengan baik jika pers juga berkembang dengan baik. Akan tetapi perlu dipahami bahwa Kebebasan media massa untuk memberikan informasi kepada masyarakat jangan menjadi tidak terbatas dan tanpa memperhatikan norma-norma sosial, kesopanan, dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu, kebebasan pers harus sesuai dan sebangun dengan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat sehingga kebebasan pers tidak kebablasan. Dalam perkembangan masyarakat yang semakin maju dan modern seperti dewasa ini, pers memiliki peranan yang semakin luas sehingga eksistensi pers sering disebut sebagai kekuasaan keempat (the fourth of estate). Artinya, di samping lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif yang menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan dalam arti luas bahwa pers juga berperan dalam mengawal dan mengawasi jalannya pembangunan nasional menuju tercipatnya kesejahteraan rakyat. Harus diakui, di era reformasi ini ada kecenderungan media melakukan fungsi kebebasan pers yang berlebihan. Tuntutan perkembangan demokrasi yang bergulir cepat di tengah-tengah kehidupan masyarakat sering menjadi penyebabnya. Sehingga tidak jarang terjadi “out of context” dalam menyampaikan pemberitaan-pemberitaan kepada masyarakat. Juga terjadinya pelanggaran kode etik pers serta penyimpangan prinsip-prinsip jurnalistik yang adil dan berimbang. Selain itu juga tidak jarang kita menangkap kesan bahwa media pers ditunggangi oleh kelompok-kelompok kepentingan tertentu. Pada kenyataannya memang sekarang ini media masa atau pers hampir semuanya dipegang oleh kalangan elit atau eksekutif. Seperti MNC Group dipegang oleh Hary Tanoe Soedibjo yang merupakan kalangan elit dari partai PERINDO. Kita sering melihat iklan-iklan di MNC Group mengenai beliau dan partainya. Hal ini sebenarnya tidak dibenarkan karena tidak sesuai dengan prinsip pers yang objektif. Akan tetapi iklan seperti itu masih tayang sampai saat ini, walaupun MNC Group sudah diberikan teguran tetapi tidak ada tindakan tegas dari KPI ataupun Kepolisian. Semua itu karena adanya kepentingan-kepentingan pribadi dibaliknya. Dalam pasal 8 UU tersebut dinyatakan bahwa Komisi Penyiaran Indonesia memiliki wewenang menetapkan Standar Program Siaran dan Pedoman Perilaku Penyiaran, serta memberikan sanksi terhadap pelanggaran Standar dan Pedoman tersebut. Sebuah Pedoman yang mengatur perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam dunia penyiaran Indonesia dibutuhkan mengingat lembaga penyiaran beroperasi dengan menggunakan spektrum frekuensi radio yang merupakan sumber daya alam terbatas, sehingga pemanfaatannya harus senantiasa ditujukan untuk kemaslahatan masyarakat sebesar-besarnya. Dengan demikian, kemerdekaan menyampaikan informasi, pendapat dan ekspresi yang dimiliki lembaga penyiaran harus dibarengi dengan penataan yang menjadikan kemerdekaan tersebut membawa manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Kita membutuhkan media pers yang benar-benar independen, berpihak pada keadilan dan kebenaran. Media pers seharusnya bisa memosisikan diri sebagai pihak yang netral.Kita percaya bahwa pers yang bebas dapat menjadi katalisator demokrasi bagi sebuah negara.