Anda di halaman 1dari 2

sejarah Cikal bakal berdirinya Wapa Manggala sudah ada sejak angkatan pertama Praja STPDN, yaitu ketika

beberapa praja penggemar kegiatan alam terbuka mencoba menyatukan hobinya dalam sebuah organisasi. Namun hal ini belumlah terealisasi secara nyata, sehingga kegiatan-kegiatan tersebut masih bersifat individu dan belum terorganisir. Baru pada angkatan kelima cita-cita tersebut mulai direalisasikan, yang berawal dari dibentuknya Lembaga Swadaya Praja (LSP) Gerakan Cinta Lingkungan (GCL) dengan diprakarsai oleh beberapa fungsionaris Wahana Bina Praja waktu itu didukung oleh ketua STPDN I.G.K Manila, yang yang dikenal sebagai salah satu pemerhati kegiatan alam terbuka di Indonesia (beliau adalah anggota kehormatan WANADRI). Bersama dengan itu, diluar STPDN, Pak Manila diangkat juga menjadi Pembina kehormatan Zabra yang ditandai dengan dibuatnya papan panjat pertama di STPDN yang terletak di depan rumah beliau (dekat Iapangan voli komplek dosen). Maka tidaklah salah apabila dikatakan Wapa dan Zabra adalah saudara kandung se-bapak tidak se-ibu. Sejalan dengan berdirinya GCL, pada waktu itu Pak Manila menawarkan suatu kegiatan Sekolah SAR yang pertama bagi praja bekerja sama dengan WANADRI (akhir tahun 1996). Sekolah SAR tersebut diikuti oleh perwakilan praja dari Muda hingga Wasana, baik putra maupun putri, setelah melalui berbagai seleksi. Selepas sekolah SAR, para alumni terinspirasi dan mencoba merealisasikan cita-cita untuk mendirikan sebuah organisasi pecinta alam bagi praja, maka dibentuklah organisasi MANGGALA, walaupun belum dinyatakan resmi oleh lembaga karena sudah ada organisasi GCL. Disinilah sebenarnya awal berdirinya Wapa Manggala. Tahun berikutnya (1997) Sekolah SAR angkatan kedua kembali dilaksanakan, dengan peserta lebih banyak, dan sebagian dari mereka merupakan fungsionaris WBP angkatan VI dan kader-kader fungsionaris Angkatan VII. Selepas Sekolah SAR tersebut, animo untuk mengembangkan MANGGALA semakin kuat. Dengan dimotori oleh alumni sekolah SAR tersebut, maka diambillah inisiatif untuk menggabungkan GCL dengan MANGGALA, kemudian muncullah WAPA MANGGALA, yang artinya kurang lebih adalah sebagai Wahana Praja Mengenal Masyarakat, Gunung, Alam dan Lingkungan. Munculnya organisasi independent dibidang kegiatan pecinta alam ini mendapat tanggapan yang bagus dari pak Manila, maka sejak saaat itu berdirilah Lembaga Swadaya Praja Wapa Manggala dengan Pembina adalah Pak Manila dan Pak lndrarto (keduanya Pembina Zabra juga). Sayangnya tidak ada catatan resmi yang menyatakan hari jadi dan tanggal berdirinya Wapa Manggala. Selanjutnya pada masa transisi dari angkatan VI dan VII praja STPDN, sebagai oraganisasi baru, Wapa Manggala mengadakan perekrutan anggota untuk angkatan pertama (1998). Perekrutan anggota ini tidak melalui kegiatan Pendidikan dasar atau proses MABIM sebagaimana seharusnya, yang penting waktu itu adalah menarik animo dan minat praja secara keseluruhan untuk bergabung dan menjadi anggota. Maka kemudian diadakan acara pelantikan angkatan pertama yang terdiri dari angkatan VII dan VIII praja STPDN, secara simbolis di kaki Gunung Manglayang dengan ditandai oleh syal biru tua berlambang delapan arah mata angin

sebagai tanda keanggotaan. Jumlah anggota yang dilantik cukup banyak berkisar diatas 50 orang, belum ditambah simpatisan Wapa dan Praja yang Iainnya. Salah satu komitmen mendasar Wapa Manggala, yang disosialisasikan pada waktu pelantikan angkatan pertama, adalah dinyatakan bahwa dalam Wapa Manggala anggota terbebas dari belenggu senioritas, namun tetap dengan prinsip saling menghargai dan menghormati antar sesama anggota serta dilandasi oleh semangat kebersamaan dan persaudaraan.

Anda mungkin juga menyukai