Anda di halaman 1dari 81

GAMBARAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA PADA

IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KARAWANGPADA FEBRUARI 2013 – SEPTEMBER 2016

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Oleh :

Nama : Vera Utami Dewi

NIM : 2013730117

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
GAMBARAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA / EKLAMPSIA PADA
IBU BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
PADA FEBRUARI 2013 – SEPTEMBER 2016

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) pada
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Oleh :

Nama : Vera Utami Dewi

NIM : 2013730117

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Tugas Akhir / Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber

baik yang dikutip maupun yang di rujuk telah saya nyatakan dengan benar

Tanggerang, Desember 2016

( Vera Utami Dewi)

NIM: 2013730117

i
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Muhammadiyah Jakarta, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :

Nama : Vera Utami Dewi


NPM : 2013730117
Program Studi : Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepadaUniversitas Muhammadiyah Jakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Nonexclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul :

“GAMBARAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA/EKLAMPSIA PADA IBU


BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG PADA
FEBRUARI 2013-SEPTEMBER 2016”.

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Muhammadiyah Jakarta berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengolah data dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis, pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-sebenarnya

Dibuat di : Jakarta, Desember 2016


Yang Menyatakan

(Vera Utami Dewi)

ii
Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

GAMBARAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA / EKLAMPSIA PADA IBU


BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANGPADA
FEBRUARI 2013 – SEPTEMBER 2016.
Vera Utami Dewi*, Dr. dr. Busjra M Nur, M.Sc**
*) Mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta
**) Dosen Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRAK

Latar Belakang. Sekitar 80% kematian maternal disebabkan secara langsung oleh
komplikasi obstetri yaitu: perdarahan (25%), sepsis (15%), abortus tidak aman (13%),
hipertensi pada kehamilan, eklampsia (12%). Di negara maju eklampsia merupakan penyebab
utama kematian maternal. Di Indonesia angka kejadian eklampsia saat ini cenderung
mengalami peningkatan. Sebelum kejadian eklampsia penderita ini akan mengalami
Preeklampsia.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kejadian preeklampsia/eklampsia
pada ibu bersalin di RSUD Karawang.
Metode. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional dengan metode deskriptif
kuantitatif. Jumlah sampel sebanyak 158 ibu bersalin yang mengalami
preeklampsia/eklampsia yang bersalin di RSUD Karawang. Analisis data yang digunakan
adalahanalisis univariat.
Hasil. Dari 158 responden dalam penelitian ini, didapatkan ibu yang menderita preeklampsia
112 orang (70,9%) dan yang menderita eklampsia sebanyak 46 orang (29,1%). Pada tahun
2013 kejadian kematian ibu karena preeklampsia terdapat (10%) dari 501 penderita
preeklampsia, 2014 terdapat (0,2%) dari 715 penderita preeklampsia, 2015 terdapat(0,65%)
dari 918 penderita preeklampsia,2016 terdapat (1,9%) dari 681 penderita preeklampsia.
Sedangkan kematian ibu karena eklampsia pada tahun 2013 terdapat (10,5%) dari 85
penderita eklampsia, 2014 terdapat (11,5%) dari 52 penderita eklampsia, 2015 terdapat
(100%) dari 12 penderita eklampsia, 2016 terdapat (62,5%) dari 8 penderita eklampsia.
Kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD Karawang berdasarkan usia <20 dan >35 tahun
yaitu 98 orang, multigravida yaitu 55,7%, nullipara yaitu 38,0%, tidak pernah mengalami
abortus yaitu 86,7%, usia gestasi 20-37 minggu yaitu 88,0%, pekerjaan didominasi pada
kelompok yang bekerja yaitu 58,9%.
Kesimpulan. Pasien dengan preeklampsia setiap tahunnya mengalami peningkatan,
sedangkan eklampsia sebaliknya. Kasus kematian ibu karena preeklampsia terbanyak pada
tahun 2013 sedangkan kasus eklampsia yaitu tahun 2015. Kejadian preeklampsia/eklampsia
di RSUD Karawang didominasi pada kelompok usia <20 tahun dan >35 tahun, multigravida,
nullipara, tidak pernah mengalami abortus, usia gestasi 20-37 minggu, dan ibu yang bekerja.

Kata Kunci: Preeklampsia, Eklampsia, ibu hamil, usia, graviditas, paritas, usia gestasi,
riwayat abortus, dan pekerjaan.

iii
Program Study of Medicine
Faculty of Medicine and Health
University of Muhammadiyah Jakarta

DESCRIPTION OF INCIDENTPREECLAMPSIA / ECLAMPSIA


MATERNAL IN GENERAL HOSPITAL REGIONAL KARAWANGIN
FEBRUARY 2013 - SEPTEMBER 2016.
Vera Utami Dewi*, Dr. Dr. Busjra M Nur, Sp. M.Sc**
*) Student ofMedicine, Faculty of Medicineand Health, University
ofMuhammadiyahJakarta
**) Lecturer Program of Medicine, Faculty of Medicine and Health,
University of Muhammadiyah Jakarta

ABSTRACT.

Background. About 80% of maternal deaths are directly caused by obstetric complications
are: hemorrhage (25%), sepsis (15%), unsafe abortion (13%), hypertension in pregnancy,
eclampsia (12%). In developed countries eclampsia is a major cause of maternal deaths. In
Indonesia the incidence of eclampsia today tends to increase. Before the incident eclampsia
these patients will experience preeclampsia.
Objective. This study aims to determine the factors associated with the occurrence of
preeclampsia / eclampsia maternal in RSUD Karawang.
Method.This study uses a Cross-sectional study with quantitative descriptive method. The
total sample of 158 mothers who have preeclampsia / eclampsia maternity hospitals in
Karawang. Analysis of the data used is the univariate analysis.
Results. Of the 158 respondents in this study, mothers who suffer preeclampsia obtained 112
(70.9%) and suffering from eclampsia as many as 46 people (29.1%). In 2013 the incidence
of maternal deaths are due to preeclampsia (10%) of 501 patients with preeclampsia, there are
2014 (0.2%) of 715 patients with preeclampsia, there are 2015 (0.65%) of 918 patients with
preeclampsia, there are 2016 (1.9 %) of 681 patients with preeclampsia. While maternal
death due to eclampsia in 2013 there were (10.5%) of 85 patients with eclampsia, in 2014
there were (11.5%) of 52 patients with eclampsia, there are 2015 (100%) of 12 patients with
eclampsia, there are 2016 (62.5 %) of 8 patients with eclampsia. Preeclampsia / eclampsia in
hospitals Karawang age <20 and> 35 years is 98 people, multigravida namely 55.7%, ie
38.0% nullipara, never experienced abortion, namely 86.7%, gestational age 20-37 weeks ie
88.0%, predominantly work in the working group that is 58.9%.
Conclusion. Patients with preeclampsia each year has increased, whereas the opposite
eclampsia. Cases of maternal death due to preeclampsia most in 2013 while the case is 2015.
The incidence of eclampsia preeclampsia / eclampsia in hospitals Karawang predominantly in
the age group <20 years and> 35 years, multigravida, nullipara, never experienced abortion,
gestational age 20-37 weeks and working mothers.

Keywords: Preeclampsia, Eclampsia, pregnant women, age, gravidity, parity, gestational


age, history of abortion, and employment.

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk diajukan pada Sidang Skripsi di Program Studi Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Pada hari :

Tanggal : 30 November 2016

Pembimbing Utama

(Dr. dr. Busjra M Nur, M. Sc)

v
PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI

Skripsi dengan Judul

GAMBARAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA / EKLAMPSIA PADA IBU


BERSALIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG
PADA FEBRUARI 2013 – SEPTEMBER 2016

Telah disusun dan dipersiapkan oleh :

Vera Utami Dewi

(2013730117)

TELAH DIUJI DAN DIPERTAHANKAN DIHADAPAN DEWAN PENGUJI

Tanggal : 21 Desember 2016

Susunan Dewan Penguji

Pendamping Utama Penguji/Pendamping

Dr.dr. H. Busjra M. Nur, M.Sc Dr.dr. Fanny Septiani, M.Biomed

Telah diterima sebagai salah satu persyaratan kelulusan pendidikan tahap sarjana

dr.Tri Ariguntar Wikaning Tyas, Sp. PK

Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN

Yang Utama Dari Segalanya...

Sembah sujud serta puji dan syukurku pada-Mu Allah SWT. Tuhan semesta alam
yang menciptakanku dengan bekal yang begitu teramat sempurna. Taburan cinta, kasih
sayang, rahmat dan hidayat-Mu telah memberikan ku kekuatan, kesehatan, semangat
pantang menyerah dan memberkatiku dengan ilmu pengetahuan serta cinta yang pasti
ada disetiap ummat-Mu. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan
akhirnya tugas akhir ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu ku limpahkan
kehadiran Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang…
Ku persembahkan skripsi ini untuk Mamah Bapak dan kedua adikku tercinta atas
limpahan kasih sayang yang diberikan dan selalu mendukung serta nasihatnya yang
menjadi kekuatan untuku. Hanya sebuah kado kecil yang dapat ku berikan dari
bangku kuliahku yang memiliki sejuta cinta, sejuta kenangan dan perjalanan
mendapatkan masa depan yang ku inginkan atas restu dan dukungan yang kalian
berikan. Tak lupa permohonan maaf yang sedalam-dalamnya atas segala tingkah laku
ku yang tak menyenangkan yang membuat hati bapak dan mamah terluka.
Terimakasih atas motivasi yang selalu kau berikan, semua doa yang selalu
mengiringiku. Ku berdoa untuk kedua orang tua dan kedua adikku agar sehat,
bahagia, sukses dan selalu dalam lindungan ALLAH SWT di dunia dan di akhirat.
Amin ya Rabbal’alamin.
Untuk semua sahabat dan teman seperjuangan Frontale 2013. Perkuliahan akan
tidak ada rasanya jika tanpa kalian. Terlalu banyak kenangan manis bersama kalian,
terimakasih telah mengajarkan ku tentang arti persahabatan, ketulusan, keiklasan,
kesabaran dan yang lainnya. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan
dihati kalian. Sukses untuk kalian semua. Amin

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji kehadirat Allah SWT, yang tidak pernah tidur dan selalu dekat
dengan hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran
Kejadian Preeklampsia/Eklampsia Pada Ibu Bersalin Pada Februari 2013 –
September 2016 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata
Satu (S1) pada Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin berterima kasih
sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. dr. H. Busjra M Nur, M. Sc, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
dengan sabar membantu mengarahkan, membimbing, dan meluangkan waktu,
tenaga, serta pikiran hingga terselesaikannya pembuatan skripsi ini.

2. dr.Slamet Sudi Santoso, M.Pd, Ked selaku dekan Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

3. dr. Tri Ariguntar W T, Sp.PK, Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

4. dr. Sugiarto Sp.PA, Dosen Penasehat Akademik.

viii
5. Para dosen Fakultas Kedokteran Fakultas dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta yang saya hormati yang telah memberikan banyak ilmu
yang bermanfaat.

6. Kepada Mama dan Bapak, Ilham dan Hasby yang selalu membantu penulis
dalam berbagai hal, serta memberikan motivasi kepada penulis selama ini.

7. Sahabat-sahabat sejawat, Akbar, Khoirussyifa, Sari, Aghnia, Syeli, Ratih, Priska,


Niki, Mirzan, Dimas Aditya, Arief, Ray, Doni, Basri, Irma, Raisa.

8. Teman seperjuangan dan seperbimbingan skripsi, Yessi Oktavianti, Wulandari,


Widya dan Wibowo.

9. Keluarga besar angkatan 2013, terutama PSPD Cirendeu 2013 yang namanya
tidak bisa disebutkan satu per satu yang selalu memberikan bantuan, semangat
dan perhatian sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

10. Direktur utama Rumah Sakit Umum Daerah Karawang yang telah mengizinkan
peneliti untuk melakukan penelitian.

11. Bagian rekam medis yang membantu selama berjalannya penelitan.

12. Serta semua pihak yang mungkin tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
mendukung dan mendoakan terwujudnya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak akan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini.

ix
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini dengan balasan yang terbaik.
Aamin. Mohon maaf jika di dalam skripsi ini ada yang kurang berkenan bagi
pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi para
pembaca pada umumnya.Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Jakarta, Desember 2016

Vera Utami Dewi

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................................... iii

ABSTRACT .................................................................................................................... iv

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. v

LEMBAR PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ...................................................... vi

LEMBAR PERSEMBAHAN ...................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xv

DAFTAR BAGAN ........................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xvii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1. Tujuan Umum ......................................................................... 3
2. Tujuan Khusus ........................................................................ 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori ............................................................................. 5
1. Definisi preeklampsia/eklampsia .......................................... 5

xi
2. Epidemiologi preeklampsia/eklampsia.................................. 5
3. Faktor Risiko ......................................................................... 6
4. Etiologi Preeklampsia/eklampsia ......................................... 12
5. Patofisiologi preeklampsia/eklampsia ................................... 12
6. Gejala preeklampsia/eklampsia ............................................. 14
7. Klasifikasi preeklampsia/eklampsia ...................................... 15
8. Prognosis preeklampsia/eklampsia........................................ 17
9. Komplikasi ............................................................................ 18
10. Pencegahan ............................................................................ 19
11. Penatalaksana ........................................................................ 20
B. Kerangka Teori ............................................................................. 24
C. Kerangka Konsep ......................................................................... 25

BAB III: METODE PENELITIAN


A. Jenis & Desain Penelitian .............................................................. 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 26
C. Variabel dan Definisi Operasional ................................................ 26
1. Variabel Dependen .......................................................... 26
2. Variabel Independen........................................................ 26
D. Populasi dan Sampel Penelitian..................................................... 28
E. Pengukuran dan Pengamatan Variabel Penelitian ......................... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 30
G. Metode Analisis Data .................................................................... 31

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................................... 32
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 33
C. Pembahasan ................................................................................... 38

xii
D. Keterbatasan Penelitian ................................................................. 45

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ................................................................................... 46
B. Saran ............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 48

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Operasional Dependen ........................................................ 27

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Preeklampsia/Eklampsia Pada Februari 2013-


September 2016 ................................................................................. 33

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Preeklampsia/Eklampsia Di Rumah Sakit Umum


Daerah Karawang .............................................................................. 33

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Kematian Ibu Karena Preeklampsia/Eklampsia .... 34

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia ............................................. 35

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Graviditas .................................... 35

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas ......................................... 36

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Riwayat Abortus ......................... 36

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Gestasi ................................ 37

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Pekerjaan ......................... 38

xiv
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Alur penilaian klinik ................................................................. 16

Bagan 2.2. Alur diagnosis ............................................................................ 17

Bagan 2.3. Kerangka Teori ......................................................................... 24

Bagan 2.4. Kerangka Konsep ...................................................................... 25

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ........................................................................ 51

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Kesatuan Bangsa dan Politik ............................. 52

Lampiran 3. Surat Diizinkan Melakukan Penelitian ............................................. 53

Lampiran 4. Data Responden ............................................................................. 54

Lampiran 5.Hasil Analisis Data SPSS................................................................. 58

Lampiran 6 Riwayat Hidup ................................................................................ 61

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses keluarnya bayi, plasenta, dan selaput ketuban
dari rahim ibu hamil pada usia kehamilan cukup bulan tanpa disertainya penyulit.
Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Kehamilan
bisa menginduksi hipertensi pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan
darah normal atau memperberat hipertensi yang sudah ada sebelumnya.
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi (>140/90 mmHg) disertai proteinuria
>300mg/24 jam dan apabila tidak diobati maka bisa timbul kejang (eklampsia).1
Preeklampsia disebabkan oleh beberapa faktor risiko yaitu usia, paritas,
mola hidatidosa, diabetes melitus, obesitas, hidrops fetal dan kehamilan ganda.
Faktor risiko preeklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida, usia ibu
kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun, faktor ras dan etnik, faktor keturunan
(genetik), pendidikan yang rendah, sosioekonomi rendah, obesitas, kehamilan
ganda, hidramnion, hidrops fetalis, mola hidatidosa dan riwayat penyakit ibu
seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan diabetes melitus. Kejadian
semakin meningkat degan semakin tuanya usia kehamilan.2
Data World Health Organization (WHO) terdapat sekitar 585.000 ibu
meninggal per tahun saat hamil atau bersalin dan 58,1% diantaranya dikarenakan
oleh preeklampsia dan eklampsia. Penyebab utama kematian adalah perdarahan,
hipertensi, infeksi dan penyebab tidak langsung, sebagian besar karena interaksi
antara kondisi medis yang sudah ada sebelumnya.3

Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dan patologis yang mengancam


keadaan ibu dan janin.4Tinggi rendahnya angka kematian ibu di suatu wilayah
dijadikan sebagai indikator yang menggambarkan besarnya masalah kesehatan,
kualitas pelayanan kesehatan dan sumber daya di suatu wilayah.5 Berdasarkan
laporan rutin program kesehatan ibu Dinas Kesehatan Provinsi,

1 Universitas Muhammadiyah Jakarta


2

penyebab kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan


(32%),hipertensi dalam kehamilan (25%), infeksi (5%), partus lama (5%) dan
abortus (1%).6

Di negara maju angka kejadian preeklampsia berkisar 6-7% dan


eklampsia 0,1-0,7%. Di Indonesia kematian ibu pada penderita preeklampsia dan
eklampsia berkisar 1,5% sampai 25%. Jawa Barat menempati urutan ketiga
provinsi, dengan angka kematian ibu akibat preeklampsi berat yaitu 37,69%.7

Kejadian preeklampsia dan eklampsia sulit dicegah tetapi diagnosa dini


sangat menentukan prognosis janin. Pengawasan pada masa kehamilan sangat
penting karena preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian
yang cukup tinggi, terutama di Negara berkembang diagnosis dapat ditetapkan
dengan tiga dari trias preeklampsia yaitu edema, kenaikan tekanan darah, dan
terdapat proteinuria.1

Berdasarkan data yang menunjukan tingginya angka kejadian


preeklampsia/eklampsia pada ibu bersalin, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang Gambaran Kejadian Preeklampsia/Eklampsia Pada
Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Pada Februari 2013-
September 2016.
Pada kasus diatas peneliti mengambil salah satu ayat dari al-Qur’an
yang membahas tentang penyakit diatas tersebut, karena preeklampsia /eklampsia
adalah suatu penyakit yang dialami oleh ibu hamil.

Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur’an ( Q.S Al-Anbiyya : 83)

Universitas Muhammadiyah Jakarta


3

“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya


Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan
yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang"”. (QS. Al-Anbiya 21 : 83).

Hadits Riwayat Muslim

Artinya:Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu

penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizin allah‘azza wa Jalla.” (HR.

Muslim)

B. Rumusan Masalah
Bagaimanagambaran kejadian preeklampsia / eklampsia di RSUD Karawang
pada bulan februari 2013- september 2016 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran kejadian preeklampsia / eklampsia pada ibu


bersalin di RSUD Karawang pada Februari 2013 – September 2016.

2. Tujuan Khusus
Diketahui tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Diketahui nilai distribusi frekuensi dari faktor-faktor usia ibu, jumlah
gravida, jumlah paritas, riwayat abortus, usia gestasi, status pekerjaan ibu
dengan kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD Karawang.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


4

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang gambaran kejadian
preeklampsia/eklampsia pada ibu bersalin.
2. Bagi institusi
Sebagai bahan bacaan atau informasi serta untuk perbaikan dan
pengembangan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan kepada ibu hamil
preeklampsia/eklampsia.

E. Ruang lingkup penelitian


Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 dan penelitian ini
menggunakan data sekunder yang didapatkan dari rekam medis RSUD Karawang
Februari 2013 – September 2016.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, DAN KERANGKA KONSEP

A. Landasan Teori
1. Definisi Preeklampsia / Eklampsia
Preeklampsia ialah timbulnya hipertensi (>140/90 mmHg) disertai
proteinuria (>300 mg/24 jam urin)yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu
pada wanita yang sebelumnya normotensi. Eklampsia ialah timbulnya kejang
pada penderita preeklampsia tanpa disertai penyebab lain.8
Eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “halilintar” karena
gejala eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat
dalam kebidanan.9
Eklampsia merupakan keadaan dimana terjadi kejang yang disebabkan
oleh ensefalopati hipertensi dengan preeklampsia sebelumnya. Oleh karena itu,
kejang pada pertengahan akhir kehamilan tanpa penyebab lain dapat didiagnosis
eklampsia.10

2. Epidemiologi Preeklampsia / Eklampsia


Berdasarkan data WHO bahwa setiap tahun diseluruh dunia 358.000 ibu
meninggal saat hamil atau bersalin di mana 355.000 ibu (99%) berasal dari
negara berkembang. Berdasarakan data yang dipublikasikan oleh WHO,
diketahui Indonesia kasus kematian ibu sebanyak 240 per 100.000 kelahiran
hidup.3
Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak
faktor yang mempengaruhinya. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia
sekitar 3-10%, di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia
sebanyak 5%, di Australia 10-25%, dan di Inggris frekuensi kejadian
preeklampsia sekitar 100 per 1 juta kehamilan.3

5
Universitas Muhammadiyah Jakarta
6

Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila


dibandingkan dengan multigravida. Diabetes mellitus, mola hidatidosa,
kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas juga
merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsia.11

Disamping itu, preeklampsia juga dipengaruhi oleh paritas. Wanita


dengan kehamilan ganda memperlihatkan insiden hipertensi gestasional dan
preeklampsia yang secara bermakna lebih tinggi. Selain itu, wanita dengan
kehamilan ganda memperlihatkan prognosis neonatus yang lebih buruk
daripada wanita dengan kehamilan tunggal.1

3. Faktor Risiko Preeklampsia/Eklampsia


Preeklampsia merupakan salah satu penyulit kehamilan yang belum
diketahui dengan pasti penyababnya. Tetapi beberapa penelitian
menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
preeklampsia, antara lain :

3.1 Faktor genetik


Risiko insiden preeklampsia sebesar 20 hingga 40 persen pada anak
dari ibu yang pernah mengalami preeklampsia. 11 hingga 37 persen pada
saudara perempuan seorang penderita preeklampsia, 22 hingga 47 persen
pada kembar.1
Kecenderungan herediter ini mungkin merupakan akibat interaksi
ratusan gen yang diwariskan, baik dari ayah maupun ibu yang
mengendalikan sejumlah besar fungsi metabolik enzimatik di setiap
sistem organ.1Beberapa variabel genetik antara lain :
a. Genotipe ganda : maternal dan paternal
b. Subkelompok : penyakit yang terkait, seperti diabetes dan sifat-sifat
seperti paritas
c. Interaksi antar gen : alael spesifik atau produk dari dua atau lebih
gen yang saling mempengaruhi sehingga mempengaruhi fenotipe.1

Universitas Muhammadiyah Jakarta


7

3.2 Faktor imunologis


Wanita dengan preeklampsia dapat mengalami kelainan aktivasi
imun dan hal ini dapat menghambat invasi trofoblas pada pembuluh
darah. Hal ini menjelaskan bagaimana preeklampsia sering terjadi pada
wanita yang terpajan antigen paternal untuk yang pertama kali seperti
kehamilan pertama atau pada wanita multigravida, dan kehamilan
pertama dengan pasangan baru.13

3.3 Faktor graviditas


Graviditas adalah banyaknya kehamilan pada seorang ibu hamil.
Gravida adalah seorang ibu hamil. Berdasarkan teori immunologis, pada
kehamilan pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap
antigen tidak sempurna. Pada kehamilan pertama dapat terjadi
pembentukan Human Leucocyte Antigen Protein G (HLA) yang berperan
penting dalam modulasi respon imun, sehingga ibu menolak hasil
konsepsi (plasenta) atau terjadi intoleransi ibu terhadap plasenta sehingga
terjadi preeklampsia. Preeklampsia merupakan gangguan yang terutama
terjadi pada primigravida.14,15
Primigravida adalah seorang wanita hamil yang untuk pertama
kalinya sedangkan multigravida adalah status kehamilan ibu yang
berulang. Primigravida merupakan faktor resiko terjadinya preeklampsia.
Pada primigravida atau ibu yang pertama kali hamil sering mengalami
stres dalam mengahadapi persalinan. Stres emosi yang terjadi pada
primigravida menyebabkan peningkatan pelepasan Corticotropic
Relasing Hormone (CRH) oleh hipotalamus, yang kemudian
menyebabkan peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah mempersiapkan
tubuh untuk berespons terhadap semua stresor dengan meningkatkan
respons simpatis, termasuk respons yang ditujukan untuk meningkatkan
curah jantung dan mempertahankan tekanan darah.12
Pada umumnya preklampsia diperkirakan sebagai penyakit pada
kehamilan pertama. Bila kehamilan sebelumnya normal, maka insidens
preeklampsia akan menurun, bahkan abortus pada kehamilan sebelumnya

Universitas Muhammadiyah Jakarta


8

merupakan faktor protektif terhadap kejadian preeklampsia. Hal ini


disebabkan pada primigravida pembentukan antibodi penghambat belum
sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya preeklampsia.16

3.4 Faktor usia


Usia sangat mempengaruhi kehamilan maupun persalinan. Usia
yang baik untuk hamil atau melahirkan berkisar antara 20-35 tahun. Pada
usia tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi
secara maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia dibawah 20 tahun
atau diatas 35 tahun kurang baik untuk hamil maupun melahirkan, karena
kehamilan pada usia ini memiliki resiko tinggi seperti terjadinya
keguguran, atau kegagalan persalinan bahkan bisa menyebabkan
kematian.17
Wanita dengan usia<20 tahun dan >35 tahun memiliki risiko 3,37
kali dibandingkan wanita usia 20-35 tahun.18 Selain itu, hasil penelitian
Asrianti pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa ibu hamil <20 tahun dan
>35 tahun berisiko 3,144 kali mengalami preeklampsia.13
Pada umur kurang dari 20 tahun, rahim dan panggul seringkali
belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya ibu hamil pada umur
itu berisiko mengalami penyulit kehamilannya dikarenakan belum
matangnya alat reproduksinya. Keadaan tersebut diperparah jika ada
tekanan (stress) psikologi saat kehamilan.19
Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun
akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk mempunyai anak cacat, pesalinan lama dan perdarahan. Disamping
itu, pada wanita usia >35 tahun sering terjadi kekakuan pada bibir rahim
sehingga menimbulkan perdarahan hebat bila tidak segera diatasi dapat
menyebabkan kematian ibu.19
Wanita hamil dengan usia kurang dari 20 tahun memiliki insiden
preeklampsia/eklampsia lebih dari 3 kali lipat. Pada wanita hamil berusia
lebih dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten oleh karena itu semakin

Universitas Muhammadiyah Jakarta


9

lanjut usia maka kualitas sel telur sudah berkurang hingga berakibat juga
menurunkan kualitas keturunan yang dihasilkan1.

3.5 Faktor usia gestasi


Usia gestasi adalah masa kehamilan dimulai dari ovulasi sampai
dengan lahirnya janin. Kehamilan dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Kehamilan trimester I di mulai saat konsepsi sampai sebelum usia
kehamilan 14 minggu.
2. Kehamilan trimester II, usia kehamilan 14-28 minggu.
3. Kehamilan trimester III, usia kehamilan lebih dari 28 minggu sampai
40 minggu.14
Preeklampsia paling sering ditemukan pada usia kehamilan di
trimester kedua dan setelah umur kehamilan 20 minggu sampai 37
minggu. Akan tetapi dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada
penyakit trofoblastik.16,18

3.6 Paritas
Paritas yang berisiko mengalami komplikasi yaitu apabila tidak
hamil selama 8 tahun atau lebih sejak kehamilan terakhir dan kehamilan
terjadi dalam waktu 3 bulan dari persalinan terakhir. Preeklampsia sering
terjadi pada kehamilan anak pertama.20 Hal tersebut dikarenakan pada
setiap kehamilan terjadi peregangan rahim, jika kehamilan berlangusung
terus menerus maka rahim akan semakin melemah sehingga
dikhawatirkan akan terjadi gangguan pada saat kehamilan, persalinan,
dan nifas.21

3.7 Riwayat abortus


Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Penyebab
abortus salah satunya adalah adanya penyakit kronis seperti hipertensi
pada kehamilan.1

Universitas Muhammadiyah Jakarta


10

3.8 Faktor indeks massa tubuh


Obesitas disamping menyebabkan peningkatan kolesterol dalam
darah dan menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah
darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, maka
makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di
dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung
sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsia. Sudah
diketahui secara umum bahwa wanita obesitas mempunyai resiko
mengalami preeklampsia/eklampsia 3 ½ kali lebih tinggi dibandingkan
dengan wanita yang berat badannya ideal dan berat badan yang kurang.12

3.9 Faktor bayi


Insidens preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan kembar
dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Preeklampsia dan eklampsia 3
kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua
didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia.
Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah
distensia uterus.12

3.10 Faktor Ras


Faktor ras merupakan unsur yang penting karena mendukung
insiden hipertensi kronis yang mendasari. Insiden hipertensi dalam
kehamilan untuk multipara adalah 6,2% pada kulit putih, 6,6% pada
hispanik, dan 8,5% pada kulit hitam, yang menunjukkan bahwa wanita
kulit hitam lebih sering terkena dibandingkan dengan kulit putih.Risiko
preeklampsia ringan dihubungkan dengan ras kulit hitam, namun
preeklampsia berat ras tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.1

3.11 Faktor riwayat penyakit


Peningkatan resiko preeklampsia/eklampsia dapat terjadi pada ibu
yang memiliki riwayat hipertensi kronis, diabetes, dan adanya riwayat
preeklampsia/eklampsia sebelumnya.18

Universitas Muhammadiyah Jakarta


11

Salah satu faktor predisposisi terjadinya preeklampsia/eklampsia


adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit hipertensi
sebelumnya, atau hipertensi esensial.22 Sebagian besar kehamilan dengan
hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Sepertiga
wanita preeklampsia tekanan darah meningkat setelah kehamilan 30
minggu tanpa disertai gejala lain. Sekitar 20% menunjukkan kenaikan
yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia atau
lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah
gangguan visus (Supperimposed preeklampsia), bahkan dapat timbul
eklampsia dan perdarahan otak.1

3.12Faktor lingkungan
Faktor pendidikan, pekerjaan, dan sosial ekonomi mempengaruhi
terjadinya preeklampsia/eklampsia.
a. Teori pendidikan mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu
kegiatan atau usaha untuk meningkatkan kepribadian, sehingga
proses perubahan perilaku menuju kepada kedewasaan dan
penyempurnaan kehidupan manusia. Semakin banyak pendidikan
yang didapat seseorang, maka kedewasaannya semakin matang,
mereka dengan mudah untuk menerima dan memahami suatu
informasi yang positif. Kaitannya dengan masalah kesehatanwanita
yang mempunyai pendidikan lebih tinggi cenderung lebih
memperhatikan kesehatan dirinya.14
b. Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan
peredaran darah. Begitu jugabila terjadi pada seorang ibu hamil,
dimana peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi perubahan seiring
dengan bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari
pembesaran rahim. Semakin bertambahnya usia kehamilan akan
berdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah
dalam rangka memenuhi kebutuhan selama proses kehamilan.14

Universitas Muhammadiyah Jakarta


12

Wanita yang bekerja di luar rumah memiliki faktor risiko lebih


tinggi mengalami preeklampsia/eklampsia bila dibandingkan dengan ibu
rumah tangga dan wanita yang berpendidikan rendah lebih sering terjadi
preeklampsia/eklampsia dibandingkan dengan yang berpendidikan
tinggi.14,19

4 Etiologi Preeklampsia / Eklampsia


Laporan mengenai eklampsia telah ditelusuri sejauh 2200 SM.
Preeklampsia tidaklah sesederhana “satu penyakit”, melainkan merupakan
hasil akhir berbagai faktor yang kemungkinan meliputi sejumlah faktor pada
ibu, plasenta, dan janin.1
Faktor-faktor yang saat ini dianggap penting mencakup :
a. Implantasi plasenta disertai invasi trofoblastik abnormal pada pembuluh
darah uterus
b. Toleransi imunologis yang bersifat maladaptif di antara jaringan
maternal, paternal (plasental) dan fetal.
c. Maladaptasi maternal terhadap perubahan kardiovaskular atau
inflamatorik yang terjadi pada kehamilan normal.
d. Faktor-faktor genetik termasuk gen predisposisi yang diwariskan, serta
pengaruh epigenetik.1

5 Patofisiologi Preeklampsia / Eklampsia


Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi
perburukan patologis pada sebuah organ dan sistem yang kemungkinan
diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada
kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi
endogen (prostaglandin dan tromboxan) yang dapat menyebabkan
vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan
dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala
dan defisit saraf lokal serta kejang.1 Pada preeklampsia terjadi perubahan-
perubahan organ antara lain :

Universitas Muhammadiyah Jakarta


13

a. Perubahan kardiovaskuler
Pada preeklampsia, endotel mengeluarkan vasoaktif yang
didominasi oleh vasokonstriktor, seperti endothelin dan tromboksan A2.
Selain itu, terjadi penurunan kadar renin, angitensin I, dan angiotensin
II dibandingkan kehamilan normal.1
b. Sistem perdarahan dan koagulasi
Pada perempuan dengan preeklampsia terjadi trombositopenia,
penurunan kadar beberapa faktor pembekuan, dan eritrosit dapat
memiliki bentuk yang tidak normal sehingga mudah mengalami
hemolisis. Jejas pada endotel menyebabkan peningkatan agregasi
trombosit, serta menekan kadar antitrombin III.1
c. Hemeostasis dan cairan tubuh
Pada preeklampsia terjadi retensi natrium karena meningkatnya
sekresi deoksikortikosteron yang merupakan hasil konversi
progesteron.1
d. Ginjal
Selama kehamilan normal terjadi penurunan aliran darah ke
ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Pada preeklampsia terjadi perubahan
seperti peningkatan retensi aferen ginjal dan perubahan bentuk endotel
glomerulus. Filtrasi yang semakin menurun menyebabkan kadar
kreatinin serum meningkat.1
e. Serebrovaskular dan gejala neurologis lain
Seperti sakit kepala dan gangguan pengelihatan. Mekanisme
pasti penyebab kejang belum jelas. Kejang diperkirakan terjadi akibat
vasospasme serebral, edema dan kemungkinan hipertensi mengganggu
autoregulasi serta sawar darah otak.1
f. Mata
Dapat terjadi vasospasme retina, edema retina, ablasio retina,
sampai kebutaan pada preeklampsia.1

Universitas Muhammadiyah Jakarta


14

6. Gejala Preeklampsia / Eklampsia


Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda
lain.Bila peningkatan tekanan darah tercatat pada waktu kunjungan pertama
kali dalam trimester pertama atau kedua awal, ini mungkin menunjukkan
bahwa penderita menderita hipertensi kronik. Tetapi bila tekanan darah ini
meninggi dan tercatat pada akhir trimester kedua dan ketiga, mungkin
penderita menderita preeklampsia.23
Peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mm Hg, atau
peningkatan tekanan diastolik sekurang-kurangnya 15 mm Hg, atau adanya
tekanan sistolik sekurang-kurangnya 140 mmHg, atau tekanan diastolik
sekurang-kurangnya 90 mm Hg atau lebih hal ini sudah dapat dibuat sebagai
diagnosa preeklampsia.14
Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu
6 jam pada keadaan istirahat. Tetapi bila diastolik sudah mencapai 100
mmHg atau lebih, ini sebuah indikasi terjadi preeklampsia berat.14
Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan kelebihan dalam
jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta
penbengkakan pada kaki, jari-jari tangan, dan muka, atau pembengkan pada
ektrimitas dan muka.14Edema disebabkan karena retensi air dalam jaringan
dan kemudian edema nampak dan tidak hilang dengan istirahat.24Edema
pretibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak
seberapa berarti untuk penentuan diagnosa preeklampsia. Kenaikan berat
badan ½ kg setiap minggu dalam kehamilan masih diangap normal, tetapi
bila kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan
preeklampsia harus dicurigai. Atau bila terjadi pertambahan berat badan
lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan mungkin merupakan
tanda preeklampsia.23
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3
g/liter dalam urin 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ atau
2+ (menggunakan metode turbidimetrik standard) atau 1g/liter atau lebih
dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream untuk
memperoleh urin yang bersih yang diambil minimal 2 kali dengan jarak 6

Universitas Muhammadiyah Jakarta


15

jam. Proteinuria biasanya timbul lebih lambat dari hipertensi dan


peningkatan berat badan. Proteinuria sering ditemukan pada
preeklampsia,karena vasospasme pembuluh-pembuluh darah di ginjal.
Karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
Disamping adanya gejala yang nampak diatas pada keadaan yang lebih
lanjut timbul gejala-gejala subyektif. Gejala subjektif tersebut ialah:1
a. Sakit kepala yang keras karena vasospasme atau edema otak.
b. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorrhagia atau
edema, atau sakit kerena perubahan pada lambung.
c. Gangguan penglihatan : Penglihatan menjadi kabur malahan kadang-
kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan vasospasme, edema atau
ablatio retina. Perubahan ini dapat dilihat dengan ophtalmoscop.
d. Gangguan pernafasan sampai sianosis.
e. Pada keadaan berat akan diikuti gangguan kesadaran.1

7. Klasifikasi Preeklampsia/Eklampsia
7.1 Preeklampsia ringan
a. Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam.
b. Tekanan darah diastol 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan
interval pemeriksaan 6 jam.
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
d. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai
plus 2 pada urin kateter atau urin midstream. 1

7.2 Preeklampsia berat


Digolongkan berat apabila ditemukan satu atau lebih tanda dan gejala
dibawah ini :
a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik
110 mmHg atau lebih.
b. Proteinuria 5 gram dalam 24 jam atau lebih, 3+ atau 4+ pada
pemeriksaan semikuantitatif.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


16

c. Oliguria, produksi urin 400 ml kurang dalam 24 jam.


d. Keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrium.
e. Edema paru-paru atau sianosis.1

7.3 Eklampsia
Kejang yang tidak disebabkan oleh penyebab lain pada
perempuan dengan preeklampsia.1
Disamping terdapat preeklampsia ringan dan berat / eklampsia, dapat
pula ditemukan hipertensi kronis yaitu kondisi dimana terjadi peningkatan
tekanan darah yang menetap. Kebanyakan wanita dengan hipertensi kronik
(Hipertensi esensial) telah didiagnosa sebelum kehamilan menderita
hipertensi pada kunjungan antenatal pertama. Bila tanpa penyebab sekunder
hipertensi (misalnya stenosis arteri renalis atau feokromositoma),
peningkatan tekanan darah (>140/90) yang menetap dan terjadi sebelum
kehamilan atau dideteksi sebelum kehamilan minggu ke 20, diagnosis
hipertensi esensial dapat ditegakkan dan lebih sering terdapat pada wanita di
atas usia 35 tahun.1
Bagan 2.1. Alur penilaian klinik

Tekanan darah

Meningkat (TD > 140/90 Normal


mmHg)

Hamil > 20 minggu


Hamil <20 minggu

Kejang (-) Kejang (+)


Hipertensi kronik Superimposed
preeklampsia

Hipertensi Preeklampsia Preeklampsia Eklampsia


ringan berat

Universitas Muhammadiyah Jakarta


17

8. Prognosis Preeklampsia/Eklampsia
Penderita preeklampsia/eklampsia yang terlambat penanganannya
akan dapat berdampak pada ibu dan janin yang dikandungnya. Pada ibu
dapat terjadi perdarahan otak, dekompensasi kordis dengan edema paru,
payah ginjal dan masuknya isi lambung ke dalam pernafasan saat kejang.
Pada janin dapat terjadi kematian karena hipoksia intrauterin dan kelahiran
prematur.2
Dampak jangka pendek dan jangka panjang penyakit ini dapat dilihat
pada bagan di bawah ini :

Bagan 2.2Alur diagnosis ibu dan bayi pada kasus preeklampsia/eklampsia

PREEKLAMPSIA

RINGAN BERAT

MATI
HELLP
EKLAMPSIA
BAYI

PJT/UGR HIDUP
Hamil lagi :
- Solusio plasenta
2,5%
Preeklampsia 22%
Eklampsia 1,9%

Perempuan yang didiagnosis hipertensi berhubungan dengan


kehamilan karena memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular
baik yang didiagnosis preeklampsia ringan ataupun preeklampsia berat.
Peningkatan risiko itu berhubungan dengan prevalensi sindrom metabolik
yang lebih besar karena sindrom metabolik yang lebih besar menyebabkan
gangguan vasodilatasi persisten.25

Universitas Muhammadiyah Jakarta


18

9. Komplikasi Preeklampsia
Bila preeklampsia tidak ditangani dengan baik, maka dapat
berkembang menjadi eklampsia yang mana tidak hanya dapat
membahayakan ibunya tetapi janin dalam rahim ibu. Kemungkinan yang
terberat adalah terjadinya kematian ibu dan janin, solusio plasenta,
hipofibrinogemia, hemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru,
nekrosis hati, sindroma HELLP, dan kelainan hati. Komplikasi pada bayi
yaitu berat lahir bayi pada ibu preeklampsia rata-rata lebih kecil dari ibu
yang tidak preeklampsia.1,2
Penelitian besar yang dilakukan di Norwegia dan Skotlandia
meloporkan bahwa di masa mendatang, hipertensi dan penyakit
kardiovaskular meningkat pada perempuan dengan riwayat hipertensi dalam
kehamilan atau preeklampsia. Sebaliknya perempuan yang sampai dengan
melahirkan dalam keadaan normotensi, risikonya lebih kecil. Berdasarkan
hal tersebut, semua perempuan dengan hipertensi dalam kehamilan harus
memeriksakan tekanan darah secara berkala dan setelah melahirkan tetap
memantau tekanan darahnya. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah:25
a. Koagulasi intravaskular
Peningkatan kadar indikator aktivasi trombosit (beta
tromboglobulin), koagulasi (komplek antitrombin III) dan kerusakan sel
endotel (fibronektin dan laminin) dalam plasma telah diukur sampai 4
minggu sebelum muncul gambaran klinis Preeklampsia. Berbagai
petanda inflamasi ditemukan setelah proses Preeklampsia dimulai. Pada
preeklampsia berat aktivasi koagulasi intravaskular dan deposisi fibrin
mengakibatkan kerusakan organ.25
b. Sindrom HELLP (Hemolitic anemia, Liver enzyme elevation, Low
Platelet count)
Sindrom HELLP merupakan komplikasi preeklampsia yang
sangat serius, yang meliputi anemia hemolitik, peningkatan enzim hati,
dan jumlah trombosit yang rendah. Sindrom HELLP memberikan
banyak gambaran seperti sindrom uremik hemolitik dan thrombotic
thrombocytopenic purpura (TTP). Sindrom tersebut mengancam nyawa

Universitas Muhammadiyah Jakarta


19

karena jumlah trombosit dapat mencapai level yang sangat rendah 10-
1000/mm3, sedangkan kadar transaminase dan asam laktat
dehidrogenase meningkat lebih tinggi dari 1000 unit/L semuanya
kurang dari 24 jam. Deteksi dini sindrom HELLP dan melakukan
terminasi kehamilan sangat penting untuk mengurang angka kematian
ibu. Kortikosteroid dapat membantu mengatasi sindrom HELLP.25
c. Gangguan Susunan Saraf Pusat (SSP)
Gangguan SSP dapat bermanifestasi sebagai kejang dan
penurunan kesadaran. Kejang dapat terjadi dengan satu atau tanpa
manifestasi preeklampsia. Banyak perempuan dengan preeklampsia
mengalami nyeri kepala, sebagian kecil berkembang menjadi buta
kortikal dan ensefalopati hipertensi yang lain. Ensefalopati hipertensi
menggambarkan hiperperfusi saat vasospasme. Vasospasme dan edema
otak menunjukkan peningkatan aliran darah ke otak dengan kegagalan
autoregulasi. Profilaksis magnesium sulfat penting untuk mencegah
kejang/eklampsia.25

10. Pencegahan
Preeklampsia/eklampsia merupakan kehamilan yang berkelanjutan
dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis
dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan
hamil yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan kenaikan
tekanan darah, dan pemeriksaan untuk menentukan proteinuria.26
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan
tanda-tanda dini preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan
penanganan semestinya. Timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah,
namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pengawasan yang baik pada
wanita hamil, antara lain:1

Universitas Muhammadiyah Jakarta


20

a. Diet makanan.
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan
rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau
edema. Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk
meningkatkan protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.Diet
Rendah Garam salah satu usaha penelitian pertama untuk mencegah
preeklampsia adalah retriksi garam.1
b. Cukup istirahat
Ibu hamil diperlukan istirahat yang cukup, mengurangi aktivitas
dan sesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring
ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak
mengalami gangguan.1
c. Pengawasan antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim
segera datang ke tempat pemeriksaan. Uji kemungkinan preeklampsia
seperti pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri,
pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema, pemeriksaan protein
urin, pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum, dan
pemeriksaan retina mata.7
Selain itu dilakukan penilainan kondisi janin dalam rahim
seperti pemantauan tingi fundus uteri, pemeriksaan janin (gerakan janin
dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban) dan
melakukan pemeriksaan ultrasonografi.7

11. Penatalaksanaan Preeklampsia/Eklampsia


11.1 Penatalaksanaan Preeklampsia ringan
11.1.1 Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklampsia ringan.
a. Banyak istirahat ( berbaring tidur/miring).
b. Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
c. Kunjungan ulang setiap 1 minggu.
d. Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hematokrit,
trombosit, urin lengkap, asam urat, fungsi hati, fungsi ginjal.1

Universitas Muhammadiyah Jakarta


21

11.1.2 Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklampsia ringan.


Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak
menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklampsia.
Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali
berturut-turut (2minggu). Timbul salah satu atau lebih gejala atau
tanda-tanda preeklampsia berat. Bila setelah 1 minggu perawatan
di atas tidak ada perbaikan maka preeklampsia ringan dianggap
sebagai preeklampsia berat.
Bila dalam perawatan dirumah sakit sudah ada perbaikan
sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm (kehamilan
kurang dari 37 minggu) maka penderita dirawat selama 2 l a gi
baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan
rawat jalan.1
11.1.3 Perawatan obstetri pasien preeklampsia ringan.
Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) bila tekanan darah
mencapai normotensif selama perawatan, persalinan ditunggu
sampai aterm. Dan bila tekanan darah turun tetapi belum
mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya
dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.1
Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) persalinan
ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan
untuk melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.1
Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu
memperpendek kala II.1

11.2 Penatalaksanaan Preeklampsia berat

Ditinjau dari usia kehamilan dan perkembangan gejala-gejala


preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi
perawatan aktif dan perawatan konservatif .

Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau ditermi-


nasi ditambah pengobatan medisinal dan perawatan konservatif yaitu

Universitas Muhammadiyah Jakarta


22

kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medisinal.1


Sebelum perawatan aktif pada setiap pasien preeklampsia berat
dilakukan pemeriksaan fetal assessment (NST & USG). Indikasi untuk
ibu yaitu usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda-tanda
atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu
setelah 6 jam pengobatan terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah
24 jam perawatan medisinal tidak ada perbaikan. Indikasi untuk janin
yaitu hasil fetal assessment yang kurang baik (NST&USG), adanya
tanda Intrauterine growth restriction.1

Pengobatan medisinal pasien preeklampsia berat yaitu tirah


baring miring ke satu sisi.Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks
patella setiap jam. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi
dengan infus RL (60-125 cc/jam)500cc. Diet cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam. Pemberian obat anti kejang
“magnesium sulfat”.1

Diberikan diuretikum bila ada tanda-tanda edema paru, payah


jantung kongestif atau edema. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.
Diberikan obat antihipertensi bila tekanan darah sistolik lebih 180
mmHg, diastolic lebih 110 mmHgatauMAP (Mean Arterial Pressure/
tekanan arteri rata-rata) lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah
tekanan diastolik kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena
akan menurunkan perfusi plasenta. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul
dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan
darah. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan
tablet antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal
4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang
sama mulai diberikan secara oral.1

Pemberian Magnesium Sulfat 4 gram MgSO4 IV (20% dalam


20cc) selama 1 gr/menit kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4
(dalam3-5menit). Untuk mengurangi nyeri dapat diberikan 1 cc
xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada suntikan IM. Dosis

Universitas Muhammadiyah Jakarta


23

ulangan diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam pemberian


dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam dimana
pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.1

11.3Penatalaksanaan Eklampsia

Sama seperti pengobatan preeklampsia berat kecuali bila timbul


kejang-kejang lagi maka dapat diberikan MgSO4 2 gram intravenous
selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian terakhir. Dosis
tambahan 2 gram hanya diberikan 1 kali. Setelah diberi dosis tambahan
masih tetap kejang maka diberikan amobarbital/thiopental 3-
5mg/kgBB/IV perlahan-lahan.1 Dilakukan terminasi kehamilan apabila
pada pemeriksaan, syarat - syarat untuk mengakhiri persalinan
pervaginam dipenuhi maka persalinan tindakan dengan trauma yang
minimal. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung
dilakukan amniotomi lalu diikuti partograf. Bila ada kesulitan
dilakukan seksio sesar. Tindakan seksio sesar dilakukan pada keadaan
penderita belum inpartu, fase laten,gawat janin.1

Universitas Muhammadiyah Jakarta


6

Universitas Muhammadiyah Jakarta


24

B. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka diatas pada bab sebelumnya, maka kerangka
teori tentang faktor-faktor risiko pada preeklampsia/eklampsia adalah sebagai
berikut :
Bagan 2.3 Kerangka Teori Faktor Resiko Preeklampsia/Eklampsia

 Faktor Usia
 Faktor Graviditas
 Faktor Paritas
 Riwayat Abortus
 Usia Gestasi
 Faktor Pekerjaan

Ibu : kematian,
Faktor Riwayat Penyakit : kecacatan
• PE/E di kehamilan PREEKLAMPSIA
sebelumnya / EKLAMPSIA
• Hipertensi
• DM Bayi : prematur,
BBLR, Kematian

Faktor Lingkungan :

 Pekerjaan

 Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Jakarta


25

C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori di atas, maka disusun kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
Bagan 2.4 Kerangka Konsep Faktor Risiko Preeklampsia/Eklampsia

• Faktor usia
• Faktor gravida
• Faktor paritas
• Riwayat abortus
• Usia gestasi
Preeklampsia / Eklampsia

Faktor
Variabel lingkungan :
independen
• Pekerjaan

variabel independen variabel dependen

Kerangka konsep di atas tidak meliputi semua variabel yang terdapat dalam
kerangka teori. Hal ini disebabkan penelitian ini menggunakan data sekunder yang
tercatat dalam rekam medis pasien Rumah Sakit Umum Daerah Kawarang. Jadi
variabel yang akan diteliti adalah variabel-variabel yang terdapat di rekam medis
pasien tersebut.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis &Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan Cross-
sectional. Dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian
preeklampsia/eklampsia di RSUD Kabupaten Karawang pada Februari 2013 –
September 2016.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang
pada bulan Oktober 2016 dengan melihat data rekam medis pasien pada Februari
2013 – September 2016.

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Berdasarkan pada kerangka konsep penelitian, maka penulis
mengelompokkan variabel menjadi dua yaitu :

1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah preeklampsia/eklampsia
dengan definisi operasionalnya adalah pasien yang diambil dari catatan rekam
medis yang didiagnosis oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan
menderita preeklampsia/eklampsia.

2. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini sebagai
berikut:

26
Universitas Muhammadiyah Jakarta
27

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No. Variabel Definisi Alat Cara Hasil ukur Skala
Operasional ukur ukur ukur
1. Usia Jumlah tahun Rekam Melihat  <20 tahun Nominal
hidup pasien medis data dari  20-35 tahun
sampai saat rekam  >35 tahun
melahirkan medis
kehamilan yang
sekarang.

2. Graviditas Jumlah Rekam Melihat 1. Primigravida Nominal


kehamilan yang medis data dari 2. Multigravida
pernah dialami rekam 3. Grande
pasien. medis Multigravida

3. Paritas Jumlah anak Rekam Melihat 1. Nullipara Nominal


yang pernah medis data dari 2. Primipara
dilahirkan oleh rekam 3. Multipara
pasien. medis

4. Riwayat Jumlah kejadian Rekam Melihat 1. Pernah Ordinal


abortus abortus yang medis data dari mengalami
pernah dialami rekam 2. Tidak pernah
oleh pasien. medis mengalami

5. Usia Umur Rekam Melihat 1. 20-37 minggu Ordinal


gestasi kehamilan medis data dari 2. > 37 minggu
pasien saat rekam
melahirkan medis
sekarang.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


28

6. Pekerjaan Kegiatan pasien Rekam Melihat 1. Bekerja Ordinal


untuk mencari medis data dari 2. Tidak bekerja
nafkah di luar rekam
rumah. medis

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena
yang secara potensial dapat di ukur sebagai bagian dari penelitian.26 Populasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
bersalindan mengalami preeklampsia/eklampsia di RSUD Kabupaten
Karawang pada Februari 2013 – September 2016.

2. Sampel
2.1 Teknik pengambilan sampel
Dalam penelitian ini sampel yang diambil sejumlah pasien
preeklampsia/eklampsia dari data rekam medis pada ibu bersalin di
RSUD Karawang Februari 2013 – September 2016 yang dihitung
dengan menggunakan rumus Lameshow secara total sampling.

a. Kriteria inklusi
Sampel yang nantinya akan dipilih adalah sampel untuk pasien yang
melahirkan di RSUD Karawang pada Februari 2013 – September
2016 dengan diagnosa preeklampsia/eklampsia dan mempunyai
data yang lengkap dalam rekam medisnya.

b. Kriteria eksklusi
Responden yang tidak dapat dimasukkan ke dalam sampel
penelitian ini adalah ibu bersalin yang tidak di diagnosa mengalami
preeklampsia/eklampsia.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


29

2.2 Besar sampel


Untuk menentukan besar sampel yang harus diambil dalam
penelitian ini. Besarnya sampel dihitung dengan menggunakan rumus
Lameshow :
𝑍 2 1 − 𝛼⁄2 1 − 𝑃
𝑛=
𝑑2 𝑃

Keterangan:

n = besar sampel minimum

Z 1-/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu

Nilai α = 5%, CI 95%, maka Z α=1,96.


P = harga proporsi di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Dengan demikian, maka:

1,962⁄
2 1 − 0,80
𝑛= = 97
𝑂, 102 𝑥 0,80

Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 97 data


sekunder. Dan untuk mengantisipasi terjadinya drop out perlu dilakukan
dengan menambahkan sejumlah subjek agar besar sampel minimal tetap
dapat terpenuhi dengan menambahkan 10% menjadi 107 data sekunder.

E. Pengukuran dan pengamatan variabel penelitian


Pengukuran dan pengamatan variabel diambil dari data sekunder yang
tercatat di rekam medis.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


30

F. Teknik pengumpulan data


1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan merupakan data kuantitatif, yang diperoleh
dari data sekunder yaitu rekam medis pasien di Rumah Sakit Umum Daerah
Karawang pada Februari 2013 – September 2016.

2. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini adalah sekunder yang diperoleh
melalui data analisis di rekam medis pasien.
2.1 Data sekunder
Berupa data tentang kejadian preeklampsia/eklampsia hasil
diagnosa yang tercantum di dalam rekam medis. Data diambil dari
rekam medis pasien di RSUD Karawang pada Februari 2013 –
September 2016. Data yang dikumpulkan meliputi Usia, Graviditas,
Paritas, Riwayat abortus, Usia gestasi dan Pekerjaan.
2.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memilih data rekam
medis pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian.

3. Langkah-langkah penelitian
3.1 Instrumen Penelitian
a. Data rekam medis
b. Alat tulis
c. Kertas
d. Software SPSS Versi 21

3.2 Alur penelitian


a. Mengumpulkan data rekam medis pasien preeklampsia atau
eklampsia yang diperoleh dari RSUD Karawang.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


31

b. Memilih data rekam medis yang sesuai dengan kriteria inklusi


penelitian.
c. Mengolah data yang diperoleh.
d. Melakukan analisis data rekam medis pasien.
e. Mencatat hasil observasi.

3.3 Pengolahan Data


Data yang diperoleh dari proses pengumpulan data selanjutnya diteliti
ulang dan diolah sebagai berikut :
a. Editting : Melakukan pengecekan ulang terhadap data yang sudah
diperoleh, apakah data sudah lengkap dan sesuai dengan yang
diharapkan dan apakah masih terdapat kekurangan yang mungkin
akan menyulitkan dalam pengolahan data berikutnya.
b. Coding : Setelah semua data rekam medis diedit atau disunting
selanjutnya dilakukan pengkodean atau “Koding”, yakni mengubah
data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
c. Entry Data : Hasil dari rekam medis berbentuk “kode” dimasukkan
ke dalam program untuk diolah dengan menggunakan perangkat
lunak dan pendekatan statistik.
d. Cleaning : Melakukan pengecekan kembali data yang sudah di
entry untuk melihat ada kesalahan atau tidak.

G. Metode Analisis Data


Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi
frekuensi dari setiap variabel yang diteliti meliputi variabel dependen dan
variabel independen.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


Rumah Sakit Umum Daerah Karawang merupakan rumah sakit milik
Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Karawang yang didirikan pada tanggal
29 Mei 1952, yang digunakan untuk merawat dan mengobati penderita cacar.
Lokasi rumah sakit di Jl.Dr Taruno dengan luas 2,8 Ha.
Pada tahun 1969 rumah sakit umum mengadakan kerjasama dengan
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Kemudian pada tahun 1971 ditanda
tangani program kerjasama antar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Jakarta dengan Pemda Karawang.
Pada tahun 1979 Pemda Kabupaten Karawang mengadakan kerjasama
dengan Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung, Akademi Perawat Depkes
Bandung dan Akademi Gizi Jakarta untuk menjadi lahan praktek bagi mahasiswa
tingkat ahir.
Pada tanggal 11 Juni 1983 berdasarkan SK Menkes No.233-
Menkes/SK/FI/1983, RSUD Karawang ditetapkan menjadi Rumah Sakit Kelas C,
yang kemudian diperkuat dengan SK Bupati tanggal 29 Agustus 1984. Untuk
meningkatkan kinerja RSUD Karawang, pada tahun 1993 dengan Peraturan
Daerah No. 1 tahun 1993,RSUD Karawang menjadi Rumah Sakit Swadana.
Tanggal 28 Oktober 1997 RSUD Karawang menjadi Rumah Sakit Kelas B
Non Pendidikan yang disahkan oleh Pemda Karawang melalui Perda No. 9 tahun
1999.
Pada tanggal 1 April 2004 rumah sakit seluruhnya pindah ke gedung baru
yaitu di Jl.Galuh Mas Raya No.1 Sukaharja Telukjambe Karawang. Pada periode
2014 sampai dengan sekarang Direktur RSUD Karawang dipimpin oleh Dr. H.
Asep Hidayat Lukman, MM.27

32
Universitas Muhammadiyah Jakarta
33

B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analsis univariat pada penelitian ini memaparkan analisis dari usia,
graviditas, paritas, riwayat abortus, usia gestasi dan pekerjaan

1.1 Gambaran frekuensi preeklampsia / eklampsia di RSUD Karawang pada


Tahun 2013-2016

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit


Umum Daerah Karawang pada Februari 2013 sampai September 2016.

Frekuensi Persentase (%)


Preeklampsia 112 70,9
Eklampsia 46 29,1
Total 158 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dari total 158 responden dalam penelitian ini,
didapatkan responden yang menderita preeklampsia terdapat 112 orang
(70,9%) dan yang menderita eklampsia terdapat 46 orang (29,1%).

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit


Umum Daerah Karawang.

Tahun Jumlah Preeklampsia Eklampsia


partus n (%) n (%)
n (%)
B
2013 (Februari-Desember) 3452 501 (14,1%) 85 (2,46%)
e
2014 (Januari-Desember) 3594 715 (19,89%) 52 (1,44%)
r
2015 (Januari-Desember) 2375 918 (38,65%) 12 (0,5%)
d
2016 (Januari-September) 1690 681 (40%) 8 (0,4%)
a
Total 11.111 2815 (25,33%) 158 (1,42%)
s

Universitas Muhammadiyah Jakarta


34

arkan tabel 4.2 dari total persalinan 11.111 pada Februari 2013 – September
2016 didapatkan ibu bersalin yang mengalami preeklampsia adalah 2815
(25,33%) dan yang mengalami eklampsia adalah 158 (1,42%). Pasien dengan
preeklampsia setiap tahunnya meningkat pada tahun 2013 terdapat 501
(14,1%), tahun 2014 terdapat 715 (19,89%), tahun 2015 terdapat 918
(38,65%), dan pada Januari 2016-September 2016 terdapat 681 (40%). Pada
pasien dengan eklampsia setiap tahunnya mengalami penurunan pada tahun
2013 terdapat 85 (2,46%), pada tahun 2014 terdapat 52 (1,44%), pada tahun
2015 terdapat 12 (0,5%), dan pada 2016 terdapat 8 (0,4%).

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi kematian ibu karena preeklampsia/eklam-


psia di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada tahun 2015 dan 2016.

Tahun Preeklampsia Eklampsia

Jumlah Meninggal n (%) Jumlah Meninggal n (%)


2013 501 5 10% 85 9 10,5%
2014 715 2 0,2% 52 6 11,5%
2015 918 6 0,65% 12 12 100%
2016 681 13 1,9% 8 5 62,5%

Berdasarkan tabel 4.3 kematian ibu karena preeklampsia pada tahun


2013 adalah 5 orang (10%) dari 501 penderita preeklampsia, pada tahun 2014
terdapat 2 orang (0,2%) dari 715 penderita preeklampsia, pada tahun 2015
terdapat 6 orang (0,65%) dari 918 penderita preeklampsia dan pada tahun
2016 terdapat 13 orang (1,9%) dari 681 penderita preeklampsia.

Sedangkan kematian ibu karena eklampsia pada tahun 2013 terdapat 9


orang 10,5% dari 85 penderita eklampsia, pada tahun 2014 terdapat 6 orang
(11,5%) dari 52 penderita eklampsia, pada tahun 2015 terdapat 12 orang
(100%) dari 12 penderita eklampsia dan pada tahun 2016 terdapat 5 orang
(62,5%) dari 8 penderita eklampsia.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


35

1.2 Distribusi responden berdasarkan usia ibu

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Preeklampsia/Eklampsia Berdasarkan Usia


Ibu di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada Februari 2013- September
2016.

Usia Frekuensi Persentase (%)


< 20 tahun 53 33,5%
20-35 tahun 60 38,0%
> 35 tahun 45 28,5%
Total 158 100%

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kejadian


preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada tahun
2013-2016 didapatkan pada kelompok usia <20 tahun terdapat 53 orang
(33,5%), pada kelompok usia 20-35 tahun terdapat 60 orang (38,0%), dan
kelompok usia lebih dari 35 tahun terdapat 45 orang (28,5%)

1.3 Distribusi responden berdasarkan jumlah graviditas

Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Preeklampsia/Eklampsia Berdasarkan


Jumlah Graviditas di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada Februari
2013-September 2016.

Graviditas Frekuensi Persentase (%)


Primigravida 58 36,7%
Multigravida 88 55,7%
Grande Multigravida 12 7,6%
Total 158 100%

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa kejadian


preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada tahun

Universitas Muhammadiyah Jakarta


36

2013-2016 didominasi oleh penderita dengan multigravida dengan jumlah 88


orang (55,7%), 58 orang (36,7%) dengan primigravida dan angka terendah
pada grande multigravida dengan jumlah 12 orang (7,6%).

1.4 Distribusi responden berdasarkan jumlah paritas

Tabel 4.6Distribusi Frekuensi Preeklampsia/Eklampsia Berdasarkan


Jumlah Paritas di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada Februari 2013
sampai September 2016.

Paritas Frekuensi Persentase (%)


Nullipara 60 38,0%
Primipara 56 35,4%
Multipara 42 26,6%
Total 158 100%

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa kejadian


preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada tahun
2013-2016 didominasi oleh penderita dengan nullipara dengan jumlah 60
orang (38,0%), 56 orang (35,4%) dengan primipara dan angka terendah pada
multipara dengan jumlah 42 orang (26,6 %).

1.5 Distribusi responden berdasarkan riwayat abortus

Tabel 4.7Distribusi Jumlah Kejadian Preeklampsia/Eklampsia


Berdasarkan Riwayat Abortus di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada
Februari 2013-September 2016.

Riwayat Abortus Frekuensi Persentase (%)


Pernah abortus (>1) 21 13,3%
Belum pernah abortus 137 86,7%
Total 158 100%

Universitas Muhammadiyah Jakarta


37

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa kejadian preeklampsia/


eklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada tahun 2013-2016
didominasi oleh penderita yang tidak mempunyai riwayat abortus dengan
jumlah 137 orang (86,7%) dan angka terendah pada penderita yang pernah
mengalami abortus dengan jumlah 21 orang (13,3%).

1.6 Distribusi responden berdasarkan usia gestasi

Tabel 4.8Distribusi Frekuensi Preeklampsia/Eklampsia Berdasarkan Usia


Gestasi di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada Februari 2013-
September 2016.

Usia Gestasi Frekuensi Persentase (%)


20-30 minggu 139 88,0%
>37 minggu 19 12,0%
Total 158 100%

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kejadian


preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada tahun
2013-2016 didominasi oleh penderita dengan usia gestasi 20-37 minggu
dengan jumlah 139 orang (88,0%) dan angka terendah pada penderita dengan
usia gestasi >37 minggu dengan jumlah 19 orang (12,0%).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


38

1.7 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.9Distribusi Frekuensi Preeklampsia/Eklampsia Berdasarkan


Pekerjaan di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada Februari 2013-
September 2016.

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)


Bekerja 93 58,9%
Tidak Bekerja 65 41,1%
Total 158 100%

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kejadian


preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada tahun
2013-2016 didominasi oleh penderita yang bekerja dengan jumlah 93 orang
(58,9%) dan angka terendah pada penderita yang tidak bekerja dengan jumlah
65 orang (41,1%).

C. Pembahasan
1. Angka Kejadian

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan responden yang menderita


preeklampsia 112 orang (70,9%) dan yang menderita preeklampsia sebanyak
46 orang (29,1%).

Berdasarkan tabel 4.2 dari total persalinan 11.111 pada Februari 2013
– September 2016 didapatkan ibu bersalin yang mengalami preeklampsia
sebanyak 2815 (25,33%) dan yang mengalami eklampsia sebanyak 158
(1,42%). Pasien dengan preeklampsia setiap tahunnya mengalami peningkatan
pada tahun 2013 terdapat 501 (14,1%), tahun 2014 terdapat 715 (19,89%),
tahun 2015 terdapat 918 (38,65%), dan kasus terbanyak terdapat pada Januari
2016-September 2016 yaitu 681 (40%). Sedangkan pada pasien dengan
eklampsia setiap tahunnya mengalami penurunan kasus terbanyak pada tahun

Universitas Muhammadiyah Jakarta


39

2013 terdapat 85 (2,46%), pada tahun 2014 terdapat 52 (1,44%), pada tahun
2015 terdapat 12 (0,5%), dan kasus terendah yaitu pada 2016 terdapat 8
(0,4%).

Banyaknya kasus preeklampsia dan eklampsia di RSUD Karawang di


karenakan RSUD karawang merupakan Rumah Sakit rujukan untuk seluruh
masyarakat di Kabupaten Karawang, untuk penderita preeklampsia setiap
tahunnya mengalami peningkatan sedangkan untuk penderita eklampsia setiap
tahunnya mengalami penurunan. Kejadian tersebut dikarenakan pada pasien
preeklamsia diberikan penanganan dengan baik agar tidak berkembang
menjadi eklampsia.

Berdasarkan tabel 4.3 kematian ibu karena preeklampsia pada tahun


2013-2014 mengalami penurunan yang cukup besar tetapi pada tahun 2015
sampai tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah kematian ibu. Pada tahun 2013
kejadian kematian ibu karena preeklampsia pada tahun tersebut merupakan
kasus terbesar yaitu terdapat 5 orang (10%) dari 501 penderita preeklampsia,
pada tahun 2016 terdapat 13 orang (1,9%) dari 681 penderita preeklampsia,
pada tahun 2015 terdapat 6 orang (0,65%) dari 918 penderita preeklampsia,
dan pada tahun 2014 kejadian kematian ibu karena preeklampsia merupakan
kasus terendahyaitu terdapat 2 orang (0,2%) dari 715 penderita preeklampsia.

Sedangkan kematian ibu karena eklampsia pada tahun 2013 sampai


2015 mengalami peningkatan, dan pada tahun 2015 sampai 2016 sudah mulai
ada penurunan. Pada tahun 2015 kejadian kematian ibu karena eklampsia pada
tahun tersebut merupakan kasus terbesar yaitu terdapat 12 orang (100%) dari
12 penderita eklampsia, pada tahun 2016 terdapat 5 orang (62,5%) dari 8
penderita eklampsia, pada tahun 2014 terdapat 6 orang (11,5%) dari 52
penderita eklampsia, dan pada tahun 2013 kejadian kematian ibu karena
eklampsia pada tahun tersebut merupakan kasus terendah yaitu terdapat 9
orang (10,5%) dari 85 penderita eklampsia.Hal ini sesuai dengan teori yang

Universitas Muhammadiyah Jakarta


40

menyatakan bahwa apabila preeklampsia tidak ditangani dengan baik, maka


dapat berkembang menjadi eklampsia yang salah satunya dapat
membahayakan ibu, kemungkinan yang terberat adalah terjadinya kematian
ibu.1

Penelitian yang sama dilakukan oleh Sitti Nur Djannah danIka Sukma
Arianti yang dilakukan pada 1 Januari 2007 sampai dengan 30 Desember
2009 terdapat 118 (3,9 persen) kasus preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta dari total persalinan 3036, terbanyak adalah
kasus dengan preeklampsia berat/eklampsia yaitu sebesar 83,9%, sedangkan
preeklampsia ringan sebanyak 16,1%.28

2. Usia
Berdasarkan tabel 4.4 kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD
Karawang pada Februari 2013-September 2016 berdasarkan kelompok ibu
lebih dididominasi oleh penderita dengan kelompok usia <20 tahun 53 orang
(33,5%) dan >35 tahun 45 orang (28,5%) dan apabila di jumlah 98 orang
(62,0%) dan angka terendah pada kelompok 20-35 tahun dengan jumlah 60
orang (38,0%).
Usia merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Usia
berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga
mempengaruhi status kesehatan seseorang.16Pada penelitian ini sesuai dengan
teori faktor penyebab kejadian preeklampsia/eklampsia. Wanita usia kurang
dari 20 tahun dan wanita yang hamil pada usia >35 tahun akan mempunyai
resiko yang sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia/eklampsia.17
Menurut Stone et.al wanita dengan usia <20 tahun dan >35 tahun
memiliki risiko 3,37 kali dibandingkan dengan wanita usia 20-35 tahun.18
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Asrianti yang menyatakan
bahwa ibu hamil <20 tahun dan >35 tahun berisiko 3,144 mengalami
preeklampsia. 19

Universitas Muhammadiyah Jakarta


41

Pada usia kurang dari 20 tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum
tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya ibu hamil pada umur itu berisiko
mengalami penyulit kehamilannya dikarenakan belum matangnya alat
reproduksinya. Keadaan tersebut diperparah jika ada tekanan (stress)
psikologi saat kehamilan. Pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah
menurun akibatnya ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan lama dan perdarahan. Pada
wanita dengan usia 35 tahun atau lebih sering terjadi kekakuan pada bibir
rahim sehingga menimbulkan perdarahan hebat bila tidak segera diatasi dapat
menyebabkan kematian ibu.20
Penelitian yang sama dilakukan oleh Sitti Nur Djannah danIka Sukma
Arianti yang dilakukan pada tahun 2007-2009. Berdasarkan kelompok usia
ibu lebih didominasi pada kelompok usia ibu 20–35 tahun dengan jumlah 76
orang (64,4% ), kelompok usia lebih dari 35 tahun (> 35 tahun) sebanyak 37
orang (31,7%) dan angka terendah terjadi pada kelompok usia ibu kurang dari
20 tahun (< 20 tahun) yaitu sebanyak 5 orang (4,2%). Pada penelitian ini tidak
sesuai dengan teori, hal ini disebabkan dari data seluruh ibu hamil kebanyakan
memang masih primigravida berarti kebanyakan masih mempunyai satu anak
dengan demikian usianya memang rata-rata usia produktif dan ada beberapa
faktor lain yang belum diteliti dari responden seperti: riwayat tekanan darah
tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami preeklampsia
sebelumnya, riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan,
28
kegemukan dan lain sebagainya.

3. Graviditas
Berdasarkan tabel 4.5 kejadian preeklampsia/eklampsia di Rumah
Sakit Umum Daerah Karawang pada tahun 2013-2016 didominasi oleh
penderita dengan multigravida dengan jumlah 88 orang (55,7%), 58 orang
(36,7%) dengan primigravida dan angka terendah pada grande multigravida
dengan jumlah 12 orang (7,6%).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


42

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
preeklampsia merupakan gangguan yang terutama terjadi pada primigravida.
Preeklampsia biasanya terjadi pada kehamilan pertama dan proporsi
primigravida lebih tinggi daripada wanita yang pernah hamil
sebelumnya.14,15,16
Pada penelitian ini di kaitkan dengan riwayat abortus, terdapat 21
orang yang pernah mengalami abortus jadi didalam penelitian ini terdapat
primigravida 58 orang dengan 12 orang pernah mengalami aborsi. Hal ini
yang menyebabkan jumlah multigravida lebih banyak dibandingkan dengan
primigravida.
Teori imunlogik menjelaskan secara jelas perihal hubungan gravida
atau paritas dengan insiden preeklampsia yang menyatakan bahwa ibu hamil
terpajan vili korion untuk yang pertama kali, khususnya trofoblas yang berasal
dari janin.29 Dan ibu yang pertama kali hamil sering mengalami stress dalam
mengadapi kehamilan dan persalinan yang menyebabkan peningkatan tekanan
darah akibat dari pelepasan corticotropic-relasing hormone oleh hipotalamus,
yang kemudian menyebabkan peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah untuk
mempersiapkan tubuh berespons terhadap semua stressor dengan
meningkatkan respons simpatis termasuk respons yang ditunjukkan untuk
meningkatkan curah jantung dan mempertahankan tekanan darah, apabila
terjadi peningkatan kortisol maka tekanan darah akan meningkat dan
menyebabkan terjadinya preeklampsia.12
Penelitian yang sama dilakukan oleh Rohaya dan Suprida di
RSUP.DR.Moh.Hoesin di Palembang pada tahun 2009 dapat diketahui bahwa
dari 352 ibu bersalin, yang primigravida sebanyak 123 orang (34,9%) dan
yang multigravida sebanyak 229 orang (65,1%).30

Universitas Muhammadiyah Jakarta


43

4. Paritas
Berdasarkan tabel 4.6 kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD
Karawang berdasarkan paritas didominasi oleh penderita dengan nullipara
dengan jumlah 60 orang (38,0%), 56 orang (35,4%) dengan primipara dan
angka terendah pada multipara dengan jumlah 42 orang (26,6 %).
Penelitian ini sesuai dengan teori yang preeklampsia adalah penyulit
kehamilan yang umumnya terjadi pada nullipara. Karena pada kehamilan
pertama terjadi blocking antibodies terhadap antigen plasenta yang terbentuk
pada kehamilan pertama menjadi penyebab preeklampsia, baik spermatozoa
maupun janin (hasil pembuahan) akan bersifat sebagai benda asing (antigen)
didalam kadungan sehingga kehamilan dapat ditolak akibatnya seorang ibu
membentuk zat penolak (antibodi) untuk menghambat reaksi tersebut
sehingga terjadi blocking antibodies, pada preeklampsia dengan kehamilan
pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen tidak sempurna.
Teori ini juga menyebutkan karena penurunan human antigen protein G
(HLA) yang berperan penting dalam modulasi respon imun sehingga ibu
menolak hasil konsepsi.31
Penelitian yang sama dilakukan oleh Sitti Nur Djannah danIka Sukma
Arianti yang dilakukan pada tahun 2007-2009. Kejadian
preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
pada tahun 2007–2009 berdasarkan paritas sangat didominasi oleh kelompok
primigravida dengan jumlah 82 orang (69,5%), sedangkan 36 orang (30,5%)
terjadi pada kelompok multigravida.28

5. Riwayat Abortus
Berdasarkan tabel 4.7 kejadian preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit
Umum Daerah Karawang pada tahun 2013-2016 didominasi oleh penderita
yang tidak mempunyai riwayat abortus dengan jumlah 137 orang (86,7%) dan
angka terendah pada penderita yang pernah mengalami abortus dengan jumlah
21 orang (13,3%).

Universitas Muhammadiyah Jakarta


44

Penelitian yang sama dilakukan oleh Nanien Indriani yang dilakukan Di


RSUD Kardinah Kota Tegal pada tahun 2011 didominasi oleh kelompok yang
belum pernah mengalami abortus. Sampel yang belum pernah mengalami
abortus adalah 90% dan yang pernah mengalami abortus adalah 10%.32
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stone dan
Sibai yang mengemukakan bahwa riwayat abortus tidak mempengaruhi
kejadian preeklampsia/eklampsia.16 Hasil tersebut dikarenakan sudah jarang
terjadi kejadian abortus di RSUD Karawang.

6. Usia Gestasi
Bersarkan tabel 4.8 kejadian preeklampsia/eklampsia di Rumah Sakit
Umum Daerah Karawang pada tahun 2013-2016 didominasi oleh penderita
dengan usia gestasi 20-37 minggu dengan jumlah 139 orang (88,0%) dan
angka terendah pada penderita dengan usia gestasi >37 minggu dengan jumlah
19 orang (12%).
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa preeklampsia
timbul setelah usia kehamilan >20 minggu.18 Pada seorang ibu hamil
peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi perubahan seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan dengan bertambahnya usia kehamilan akan
berdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah dan
menjadi faktor risiko terhadap terjadinya preeklampsia. Dan sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Taber yang menyatakan bahwa keadaan
preeklamsia/eklampsia timbul setelah umur kehamilan 20 minggu tetapi dapat
pula bekembang sebelum saat tersebut pada penyakit trofoblastik.14
Penelitian yang sama dilakukan oleh Nanien Indriani yang dilakukan Di
RSUD Kardinah Kota Tegal pada tahun 2011. Untuk usia kehamilan 20-37
minggu adalah 31,3% sedangkan usia kehamilan >37 minggu terdapat
68,7%.32

Universitas Muhammadiyah Jakarta


45

7. Pekerjaan
Berdasarkan tabel 4.9 kejadian preeklampsia/eklampsia di Rumah
Sakit Umum Daerah Karawang pada tahun 2013-2016 didominasi oleh
penderita yang bekerja dengan jumlah 93 orang (58,9%) dan angka terendah
pada penderita yang tidak bekerja dengan jumlah 65 orang (41,1%).
Menurut teori yang ada aktifitas pekerjaan seseorang mempengaruhi
kerja otot dan peredaran darah. Wanita yang bekerja di luar rumah memiliki
resiko lebih tinggi mengalami preeklampsia/eklampsia bila dibandingkan
dengan ibu rumah tangga. Pekerjaan dikaitkan dengan adanya aktifitas fisik
dan stress yang merupakan faktor risiko terjadinya preeklampsia. Ibu yang
bekerja diluar rumah mempunyai resiko yang lebih besar dibandingkan
dengan ibu yang tidak bekerja di luar rumah.19,33
Penelitian yang sama dilakukan oleh Nanien Indriani yang dilakukan
Di RSUD Kardinah Kota Tegal pada tahun 2011 yang menyatakan bahwa ibu
yang bekerja yaitu 70% sedangkan ibu yang tidak bekerja hanya 30%.32

D. Keterbatasan Penelitian
Di dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa kelemahan dan
tidak terlepas dari berbagai kekurangan dan keterbatasan-keterbatasan yang tidak
dapat dihindarkan dan berpengaruh terhadap hasil penelitian. Keterbatasan
penelitian tersebut adalah :
1. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari dalam
rekam medis pasien, sehingga validitas data dalam penelitian ini sangat
bergantung pada validitas data yang terdapat di dalam rekam medis tersebut.
2. Tidak semua variabel yang menjadi faktor risiko preeklampsia/eklampsia
dapat diambil untuk diteliti, karena harus disesuaikan dengan ketersediaan
data yang ada dalam format rekam medis tersebut.
3. Terdapat bias informasi, karena pengisian rekam medis terkadang tidak
hanya oleh pasien, tetapi oleh keluarga pasien. Hal ini diatasi dengan

Universitas Muhammadiyah Jakarta


46

mencocokkan antara satu variabel dengan variabel lain yang saling


berkaitan.
4. Terdapat sejumlah rekam medis yang akan diambil sebagai sampel yang
tidak dapat diakses dikarenakan data yang terdapat di rekam medis tidak
termasuk kriteria inklusi.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Dari total 158 responden dalam penelitian ini, didapatkan responden yang
menderita preeklampsia 112 orang (70,9%) dan yang menderita eklampsia
sebanyak 46 orang (29,1%). Dari Februari 2013 – September 2016
didapatkan ibu bersalin yang mengalami preeklampsia 25,33% dan
eklampsia sebanyak 1,42%. Pasien dengan preeklampsia setiap tahunnya
mengalami peningkatan, sedangkan pada pasien dengan eklampsia setiap
tahunnya mengalami penurunan. Kematian ibu karena preeklampsia dan
eklampsia setiap tahunnya mengalami peningkatan dan penurunan namun
kasus kematian ibu karena preeklampsia terbanyak pada tahun 2013
sedangkan pada tahun 2015 kasus kematian ibu karena eklampsia
merupakan kasus terbanyak.
2. Distribusi responden penelitian
a. Kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD Karawang berdasarkan
usia didominasi pada kelompok usia <20 tahun dan >35 tahun yaitu 98
orang ( 62,0%).
b. Kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD Karawang berdasarkan
graviditas didominasi pada kelompok multigravida yaitu 55,7%.
c. Kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD Karawang berdasarkan
paritas didominasi pada kelompok nullipara yaitu 38,0%.
d. Kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD Karawang berdasarkan
riwayat abortus didominasi pada kelompok yang tidak pernah
mengalami abortus yaitu 86,7%.
e. Kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD Karawang berdasarkan
usia gestasi didominasi pada usia gestasi 20-37 minggu yaitu 88,0%.
f. Kejadian preeklampsia/eklampsia di RSUD Karawang berdasarkan
pekerjaan didominasi pada kelompok yang bekerja yaitu 58,9%.

46
Universitas Muhammadiyah Jakarta
47

B. Saran
1. Kepada RSUD Karawang
Memberikan pelayanan yang baik kepada pasien
preeklampsia/eklampsia untuk menghindari bertambahnya kematian ibu
dan memberikan informasi terkait faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kejadian preeklampsia pada ibu hamil dan ibu yang akan
bersalin melalui leflet atau poster di setiap fasilitas pelayanan kesehatan
di RSUD Karawang.
2. Kepada Dinas Kesehatan Kota Karawang
Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat tentang preeklampsia
dan eklampsia mengenai faktor-faktor predisposisi terjadinya
preeklampsia/eklampsia agar masyarakat dapat menghindarinya sehingga
angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di Kota Karawang dapat
menurun dan menekankan kepada masyarakat bahwa usia 20-35 tahun
merupakan usia yang paling baik untuk hamil.
3. Kepada Masyarakat
Mau menerima informasi yang diberikan dari pemerintah maupun
tenaga kesehatan seperti dokter maupun bidan mengenai preeklampsia dan
eklampsia, selalu menjaga kehamilannya yaitu dengan periksa secara rutin
ke tempat layanan kesehatan sehingga apabila terdapat tanda terjadinya
preeklampsia dan eklampsia dapat di tangani secara dini, dan kepada ibu
yang sedang hamil dan akan melahirkan hindari aktifitas fisik yang
berlebihan dan mengindari stress.
4. Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan
terkait kejadian preeklampsia dengan menggunakan faktor-faktor lain
yang belum di teliti seperti kehamilan ganda/kembar, faktor indeks massa
tubuh, faktor ras, faktor riwayat penyakit dan sebagainya.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham F. G. Hypertensive Disorders In Pregnancy In Williams

Obstetri.22nd Ed. New York:Medical Publishing Division;2005.

2. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan. Edisi III Jakarta:YBP-SP;2006.

3. Indonesia.Kementrian Kesehatan RI. Rencana Aksi Percepatan Penurunan AKI.

Jakarta:Kementrian Kesehatan RI;2013-2015;30-2.

4. Mansjoer,Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius;2007.

5. Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan

Indonesia 2010.Jakarta;201;172.

6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2012.

Jakarta:2013;507.

7. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.

Jakarta: EGC;1997.

8. Purwita WL. Penyakit-penyakit Pada Kehamilan Peran Seorang Internis.

Jakarta:Interna Publishing;2008.

9. Manuaba,C. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan.

Jakarta:EGC;1998.

10. Kaplan NM. Clinical hypertension. In:Baltimore 9th ed:Wiilliams &

Wilkins;2006.

11. Wibowo B, Rachimhadi T. Ilmu Kebidanan;Pre-eklampsia dan Eklampsia.

Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Parwirohardjo;1997.

48
Universitas Muhammadiyah Jakarta
49

12. Zhang J, et.al. Epidemiologi Of Pregnancy-Induced Hypertension. Epidemiologis

review.1997;19:218-31.

13. Asrianti, Tanti. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia pada Ibu Melahirkan di

RSIA Siti fatimah Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar. 2009.

14. Taber, Benzion.MD. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri Dan Ginekologi.

Jakarta:EGC;2014.

15. Marshall, Connie, R.N. From Here To Maternity. Jakarta:Arcan;2008.

16. Sibai B.M,et.al. Risk factors For Preeclampsia In Healthy Nulliparous Women:

A Prospective Multicenter Study. AMJ Obstet.Gynaecol, 1995;172:642-8.

17. Gunawan S. Reproduksi kehamilan Dan Persalinan. Jakarta:CV Graha;2010.

18. Stone JL, et.al. Risk Factor For Severe Preeclampsia. Obstet an Gynaecol.

1994,83(3):357-61.

19. Klonoff, CHS,et.al. An Epidemiology Study of Contraception And Preeclampsia.

JAMA.1989;262:3143-47.

20. Lockhart, Ania dan Lyndon Saputra. Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis &

Patologis. Jakarta:Binapura Aksara Publisher;2014.

21. Sukaesih, Sri. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu Hamil

Mengenai Tanda Bahaya dalam kehamian di Puskesmas tega Selatan Kota Tegal

Tahun 2012. Skripsi. Program sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia;2012.

22. Derek Lewellyn-jones. Dasar-dasar obstetric dan ginekologi. Alih

bahasa;Hadyanto,Ed.6. Jakarta;2001.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


50

23. Michael D. Benson. Obstetrical Pearts A Practical Guide for the Efficient

Resident: F.A.David Company;1992.

24. Suhardiyanto B, Marta Adudubrata D. Tinjauan pengelolaan kasus kehamilan

risiko tinggi yang melakukan antenatal di RS Hasan Sadikin. Padang:Naskah

lengkap KOGI X;1996;69-87.

25. Kaplan NM. Clinical hypertension 9th ed. Baltimore:Williams & Wilkins;2006.

26. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka cipta;2012.

27. http://www.rsudkarawang.id/tentang.php?i=3

28. Sitti Nur Djannah, Ika Sukma Arianti. Gambaran Epidemiologi Kejadian

Preeklampsia/Eklampsia di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2007-

2009. Universitas Ahmad Dahlan. 2010.

29. Royston E & Armstrong S. Preventing Maternal Deaths. WHO, Geneva;1989.

30. Rohaya, Suprida. Hubungan Umur, Usia Kehamilan dan Gravida Dengan

Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin Di Instalasi Rawat Inap Kebidanan

Dan Penyakit Kandungan RSUP DR.Moh.Hoesin Palembang Tahun 2009.

Politeknik Kesehatan Palembang.2009.

31. Angsar MD. Pathogenesis Preeclampsia. Malang : PIT XIII POGI, 2014.

32. Nanien Indriani. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Preeklampsia/Eklampsia Pada Ibu Bersalin Di RSUD Kardinah Kota Tegal

Tahun 2011. Skripsi. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia; 2011.

33. Dekker, G.A. Risk Factors For Preeclampsia. Clinical Obstetric and

Gynaecology.1999;42(3):422-435.

Universitas Muhammadiyah Jakarta


51

Lampiran 1

Universitas Muhammadiyah Jakarta


52

Lampiran 2

Universitas Muhammadiyah Jakarta


53

Lampiran 3

Universitas Muhammadiyah Jakarta


54

Lampiran 4
Data Responden

No TD Tahun Umur Graviditas Paritas R.abortus Usia gestasi Pekerjaan Diagnosis


1 190/130 2016 36 3 1 1 32 minggu bekerja Eklampsi
2 150/110 2016 23 1 0 0 34 minggu tidak bekerja Preeklampsi
3 200/150 2016 27 1 0 0 24 minggu tidak bekerja Eklampsi
4 160/100 2016 30 2 1 0 32 minggu bekerja Eklampsi
5 190/100 2016 36 5 4 0 36 minggu bekerja Eklampsi
6 170/100 2016 16 1 0 0 32 minggu tidak bekerja Eklampsi
7 160/100 2013 32 3 1 1 26 minggu bekerja Eklampsi
8 140/90 2013 21 1 0 0 28 minggu bekerja Preeklampsi
9 140/100 2014 19 2 1 0 36 minggu bekerja Eklampsi
10 160/120 2014 17 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Eklampsi
11 180/120 2013 13 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
12 140/90 2013 36 3 1 1 39 minggu bekerja Preeklampsi
13 130/90 2013 40 2 1 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
14 160/100 2014 38 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
15 200/110 2014 25 1 0 0 28 minggu bekerja Preeklampsi
16 190/100 2013 16 1 0 0 32 minggu tidak bekerja Preeklampsi
17 110/80 2015 18 1 0 0 37 minggu bekerja Preeklampsi
18 140/90 2015 28 2 1 0 37 minggu bekerja Preeklampsi
19 140/90 2015 19 2 1 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
20 160/110 2013 34 4 1 2 25 minggu bekerja Preeklampsi
21 120/80 2013 22 1 0 0 38 minggu bekerja Preeklampsi
22 160/100 2013 20 1 0 0 38 minggu bekerja Eklampsi
23 130/90 2013 28 2 0 1 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
24 200/130 2013 31 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
25 150/100 2013 31 2 1 0 36 minggu bekerja Eklampsi
26 140/100 2013 35 1 0 0 31 minggu tidak bekerja Eklampsi
27 150/100 2013 28 2 1 0 37 minggu bekerja Preeklampsi
28 120/80 2013 34 4 2 1 32 minggu bekerja Preeklampsi
29 200/90 2013 28 1 0 0 34 minggu tidak bekerja Eklampsi
30 150/120 2016 33 2 1 0 36 minnggu bekerja Eklampsi
31 130/80 2016 23 1 0 0 32 minggu tidak bekerja Preeklampsi
32 140/90 2015 29 1 0 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
33 140/90 2014 36 4 2 1 26 minggu tidak bekerja Preeklampsi
34 200/120 2013 34 3 2 0 38 minggu bekerja Eklampsi
35 220/140 2015 35 3 2 0 32 minggu bekerja Preeklampsi
36 110/70 2014 38 2 1 0 34 minggu tidak bekerja Preeklampsi
37 140/80 2016 20 1 0 0 33 minggu bekerja Preeklampsi
38 140/100 2015 25 1 0 0 35 minggu bekerja Preeklampsi

Universitas Muhammadiyah Jakarta


55

39 200/130 2016 43 2 1 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi


40 130/80 2016 30 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
41 140/90 2015 23 2 1 0 37 minggu tidak bekerja Preeklampsi
42 110/70 2015 40 4 3 0 24 minggu bekerja Preeklampsi
43 160/110 2015 33 3 2 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
44 150/100 2016 24 1 0 0 24 minggu bekerja Eklampsi
45 160/120 2016 27 2 1 0 26 minggu bekerja Preeklampsi
46 130/80 2016 21 1 1 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
47 160/100 2016 20 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
48 110/70 2016 30 3 2 0 38 minggu bekerja Preeklampsi
49 130/90 2016 29 2 1 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
50 120/70 2016 36 4 3 0 39 minggu bekerja Preeklampsi
51 150/100 2016 22 1 0 0 38 minggu bekerja Preeklampsi
52 160/100 2016 32 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
53 130/90 2016 17 1 0 0 32 minggu tidak bekerja Preeklampsi

54 140/90 2016 21 2 1 0 24 minggu tidak bekerja Eklampsi

55 130/80 2016 17 1 0 0 34 minggu bekerja Preeklampsi

56 140/90 2016 15 1 0 0 35 minggu tidak bekerja Eklampsi

57 130/100 2014 17 1 0 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

58 140/100 2013 27 2 1 0 30 minggu bekerja Eklampsi

59 130/80 2014 17 1 0 1 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi

60 140/100 2014 19 1 0 0 36 minggu bekerja Eklampsi

61 180/80 2013 40 4 2 1 36 minggu bekerja Preeklampsi

62 150/100 2013 31 2 1 0 38 minggu bekerja Preeklampsi

63 150/110 2013 23 1 0 0 38 minggu bekerja Preeklampsi

64 140/100 2013 31 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

65 160/100 2014 30 2 1 0 32 minngu bekerja Eklampsi

66 140/80 2016 34 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

67 180/80 2013 39 5 3 1 36 minggu bekerja Preeklampsi

68 180/110 2013 36 4 3 0 31 minggu bekerja Preeklampsi

69 260/140 2014 39 5 4 0 40 minggu bekerja Eklampsi

70 180/80 2013 36 3 2 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi

71 138/99 2013 17 1 0 0 32 minggu bekerja Preeklampsi

72 180/100 2013 16 1 0 0 36 minggu bekerja Eklampsi

73 160/100 2013 40 5 4 0 32 minggu bekerja Eklampsi

74 170/120 2014 22 1 0 0 37 minggu tidak bekerja Eklampsi

75 120/80 2013 37 3 2 0 40 minggu tidak bekerja Preeklampsi

76 150/100 2016 31 2 1 0 37 minggu bekerja Preeklampsi

77 130/80 2016 28 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

78 130/90 2015 37 4 3 0 36 mingggu bekerja Preeklampsi

79 150/90 2016 27 1 0 0 36 minggu bekerja Eklampsi

Universitas Muhammadiyah Jakarta


56

80 150/110 2015 33 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi

81 140/90 2015 37 4 3 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi

82 150/100 2016 45 2 1 0 32 minggu bekerja Eklampsi

83 160/100 2015 38 1 0 0 38 minggu bekerja Preeklampsi

84 120/80 2014 28 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

85 140/100 2014 35 4 3 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

86 140/80 2014 27 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi

87 130/90 2016 17 2 1 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi

88 130/70 2016 28 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

89 110/70 2016 44 5 2 2 38 minggu tidak bekerja Preeklampsi

90 130/90 2015 20 1 0 0 28 minggu bekerja Preeklampsi

91 190/100 2016 37 2 1 0 32 minggu bekerja Preeklampsi

92 130/80 2016 33 4 3 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi

93 160/90 2016 27 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

94 130/80 2016 35 2 1 0 40 minggu bekerja Preeklampsi

95 160/100 2016 41 2 1 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi

96 110/60 2016 31 2 1 0 37 minggu bekerja Preeklampsi

97 160/100 2016 39 4 3 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

98 140/60 2016 25 2 1 0 37 minggu tidak bekerja Preeklampsi

99 180/100 2016 36 6 4 1 37 minggu tidak bekerja Preeklampsi

100 160/90 2016 38 3 1 1 39 minggu bekerja Preeklampsi

101 200/100 2015 32 5 3 1 36 minggu tidak bekerja Eklampsi


102 160/120 2015 37 3 1 1 36 minggu bekerja Preeklampsi
103 130/80 2015 33 1 0 0 24 minggu bekerja Eklampsi
104 140/100 2015 24 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
105 130/90 2015 39 4 3 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
106 150/120 2015 19 1 0 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
107 170/100 2014 23 1 0 0 33 minggu tidak bekerja Eklampsi
108 140/90 2014 17 1 0 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
109 170/100 2016 37 3 2 0 34 minggu tidak bekerja Preeklampsi
110 120/80 2016 19 1 0 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
111 160/100 2016 29 2 1 0 38 minggu tidak bekerja Eklampsi
112 170/100 2016 24 1 0 0 32 minggu bekerja Eklampsi
113 160/100 2016 20 2 1 0 32 minggu tidak bekerja Eklampsi
114 140/90 2016 19 1 0 0 38 minggu tidak bekerja Eklampsi
115 150/100 2016 35 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
116 130/90 2016 36 3 2 0 32 minggu tidak bekerja Preeklampsi
117 210/130 2015 36 2 1 0 29 minggu bekerja Preeklampsi
118 140/90 2014 41 7 4 2 34 minggu bekerja Preeklampsi
119 160/100 2015 40 5 4 0 29 minggu bekerja Preeklampsi
120 180/100 2016 41 4 3 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
121 160/100 2014 31 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

Universitas Muhammadiyah Jakarta


57

122 170/90 2016 30 3 1 1 32 minggu bekerja Preeklampsi


123 160/100 2016 18 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
124 150/100 2016 53 4 2 1 35 minggu tidak bekerja Preeklampsi
125 160/100 2016 32 4 2 1 36 minggu bekerja Preeklampsi
126 140/100 2013 20 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Eklampsi
127 130/80 2013 23 1 0 0 36 minggu bekerja Eklampsi
128 120/80 2013 40 4 3 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
129 170/100 2013 41 1 0 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
130 210/110 2013 37 1 0 0 34 minggu tidak bekerja Preeklampsi
131 160/90 2013 36 2 1 0 34 minggu tidak bekerja Preeklampsi
132 150/90 2013 39 2 0 1 36 minggu bekerja Preeklampsi
133 180/90 2015 38 4 3 0 31 minggu tidak bekerja Preeklampsi
134 140/100 2014 16 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
135 130/80 2014 21 1 0 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
136 150/90 2015 45 5 3 1 36 minggu tidak bekerja Eklampsi
137 160/100 2016 36 2 1 0 36 minggu bekerja Eklampsi
138 160/100 2016 35 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
139 150/90 2016 19 1 0 0 34 minggu tidak bekerja Eklampsi
140 160/90 2015 20 1 0 0 31 minggu tidak bekerja Eklampsi
141 160/100 2016 33 7 4 2 36 minggu bekerja Preeklampsi
142 210/140 2016 24 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
143 140/90 2016 35 2 1 0 36 mnggu bekerja Preeklampsi
144 150/90 2016 19 1 0 0 32 minggu tidak bekerja Eklampsi
145 150/100 2016 18 1 0 0 37 minggu tidak bekerja Eklampsi
146 140/90 2016 34 6 5 0 36 minggu bekerja Eklampsi
147 140/80 2016 20 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Eklampsi
148 170/100 2016 25 1 0 0 37 minggu bekerja Preeklampsi
149 150/100 2016 30 2 1 0 34 minggu tidak bekerja Eklampsi
150 160/100 2016 25 1 0 0 38 minggu bekerja Preeklampsi
151 150/100 2016 33 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi
152 170/100 2016 34 4 3 0 37 minggu bekerja Preeklampsi
153 160/100 2016 36 3 2 0 37 minggu tidak bekerja Preeklampsi
154 160/100 2016 30 2 1 0 36 minggu bekerja Eklampsi
155 160/120 2016 22 1 0 0 34 minggu tidak bekerja Preeklampsi
156 160/100 2016 22 1 0 0 36 minggu tidak bekerja Preeklampsi
157 150/90 2016 20 1 0 0 39 minggu tidak bekerja Eklampsi
158 170/100 2016 27 2 1 0 36 minggu bekerja Preeklampsi

Universitas Muhammadiyah Jakarta


58

Lampiran 5
FREQUENCIES VARIABLES=Diagnosis

/PIECHART FREQ

/ORDER=ANALYSIS.

Statistics

Diagnosis

N Valid 158

Missing 0

Diagnosis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Preeklampsia 112 70,9 70,9 70,9

Eklampsia 46 29,1 29,1 100,0

Total 158 100,0 100,0

FREQUENCIES VARIABLES=Usia Graviditas Paritas Abortus Usia_gestasi Pekerjaan

/PIECHART FREQ

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics

Usia Graviditas Paritas Abortus Usia_gestasi Pekerjaan

N Valid 158 158 158 158 158 158

Missing 0 0 0 0 0 0

Universitas Muhammadiyah Jakarta


59

Frequency Table

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <20 tahun 53 33,5 33,5 33,5

20-35 tahun 60 38,0 38,0 71,5

> 35 tahun 45 28,5 28,5 100,0

Total 158 100,0 100,0

Graviditas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Primigravida 58 36,7 36,7 36,7

Multigravida 88 55,7 55,7 92,4

Grande Multigravida 12 7,6 7,6 100,0

Total 158 100,0 100,0

Paritas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid nullipara 60 38,0 38,0 38,0

Primipara 56 35,4 35,4 73,4

Multipara 42 26,6 26,6 100,0

Total 158 100,0 100,0

Universitas Muhammadiyah Jakarta


60

Abortus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pernah abortus 21 13,3 13,3 13,3

Tidak penah abortus 137 86,7 86,7 100,0

Total 158 100,0 100,0

Usia_gestasi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-37 minggu 139 88,0 88,0 88,0

>37 minggu 19 12,0 12,0 100,0

Total 158 100,0 100,0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Bekerja 93 58,9 58,9 58,9

Tidak Bekerja 65 41,1 41,1 100,0

Total 158 100,0 100,0

Universitas Muhammadiyah Jakarta


61

Lampiran 6

RIWAYAT HIDUP

Nama : Vera Utami Dewi

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tgl Lahir : Karawang, 05-Desember-1995

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Kecamatan Telagasari, Desa Pasirtalaga 1 rt.05/02

Kabupaten Karawang Jawa Barat

Email : verautamid05@yahoo.co.id

No. Hp : 081294650620

Riwayat Pendidikan:

2001 - 2007 : SDN Pasiratalaga 1

2007 – 2010 : SMPN 1 Telagasari

20010 – 2013 : SMAN 1 Karawang

2013 – Sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai