Anda di halaman 1dari 8

ISSN 2355-6056

KEADILAN DALAM PANDANGAN FILSAFAT HUKUM

Totok Sugiarto1
1
Staf Pengajar, Fakultas Hukum Universitas Panca Marga
Jl. Yos Sudarso, Pabean Dringu, Probolinggo

(diterima: 11.01.2014

Abstrak
Dalam makalah ini mencoba untuk menyelidiki dan menggambarkan Keadilan dalam
perspektif Ilmu Hukum. Keadilan dalam Filsafat Ilmu Hukum memperhatikan semua aspek
berkenaan dengan terminologi keadilan dan filsafat ilmu hukum. Keadilan merupakan cita-cita
dan tujuan hukum yang menjangkau wilayah filsafat ilmu hukum dengan memberikan perspektif
bahwa keadilan diwujudkan melalui hukum. Dengan mengkaji pendapat dari Plato dan
Aristoteles sebagai peletak dasar-dasar keadilan, Thomas Aquinas yang menyebut keadilan
sebagai sesuatu kesamaan proporsional, serta John Rawls dengan keadilan fairness maka nilai-
nilai dasar keadilan yang masuk dalam kajian filsafat ilmu hukum akan dijawab oleh filsafat ilmu
hukum itu sendiri. Adapun keadilan tidak saja ada dan terbaca dalam teks perundang-undangan
akan tetapi ada juga keadilan hukum dalam masyarakat. Baik pasal 16 ayat (1) UU 4/2004 dan
pasal 5 ayat (1) UU 48/2009 menyatakan bahwa keadilan wajib ditegakkan kendatipun tidak ada
dalam ketentuan normatif, serta bagaimana hakim juga dapat menggali dan memahami nilai-nilai
dan rasa keadilan yang ada dalam masyarakat.

Kata Kunci: keadilan, ilmu hukum, filsafat ilmu hukum.

Misalnya dalam putusan bebas yang dijatuhkan


PENDAHULUAN
oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Ukuran mengenai keadilan seringkali ditafsirkan Selatan beberapa waktu lalu, terhadap terdakwa
berbeda-beda. Keadilan itu sendiripun berdimensi dalam kasus korupsi Bank Mandiri yang dituntut
banyak, dalam berbagai bidang, misalnya ekonomi, oleh Jaksa, 20 (dua puluh) tahun penjara,
maupun hukum. Dewasa ini, berbicara mengenai mengundang berbagai pro dan kontra.
keadilan merupakan hal yang senantiasa dijadikan Berkaitan dengan pengusutan pelanggaran HAM
topik utama dalam setiap penyelesaian masalah masa lalu melalui penegakan supremasi hukum,
yang berhubungan dengan penegakan hukum. keadilan-pun menjadi bagian yang tidak terpisahkan
Banyaknya kasus hukum yang tidak terselesaikan dari penegakan HAM (Syamsiar Julia, 2006:152).
karena ditarik ke masalah politik. Kebenaran hukum Contoh lain dalam kasus BLBI, kepastian hukum
dan keadilan dimanipulasi dengan cara yang dan keadilan dalam kebijakan hukum yang diambil
sistematik sehingga peradilan tidak menemukan pemerintah telah menimbulkan ketidakadilan bagi
keadaan yang sebenarnya. Kebijaksanaan sebagian tersangka/terdakwa serta masyarakat luas,
pemerintah tidak mampu membawa hukum menjadi bahkan tampak diskriminatif, dan kasus-kasus
“panglima” dalam menentukan keadilan, sebab lainnya.
hukum dikebiri oleh sekelompok orang yang Seperti diketahui istilah keadilan senantiasa
mampu membelinya atau orang yang memiliki dipertentangkan dengan istilah ketidakadilan.
kekuasaan yang lebih tinggi (Muchsan, 1982:2). Dimana ada konsep keadilan maka disitu pun ada
Sebagai contoh dapat diilustrasikan dalam konsep ketidakadilan. Biasanya keduanya
penerapan beberapa putusan pengadilan yang sering disandingkan dan dalam konteks kajian hukum ada
dianggap mematikan rasa keadilan masyarakat.

9
Keadilan Dalam Pandangan Filsafat Hukum … Totok Sugiarto

banyak contoh ketidakadilan yang merupakan hal tersebut bukan merupakan keserakahan tidak
antithese dari keadilan dalam bidang hukum bisa disebut menimbulkan ketidakadilan. Sebaliknya
misalnya di Indonesia, seperti: ketidakadilan dalam suatu tindakan yang bukan merupakan kejahatan
kasus Poso, terhadap rakyat kecil, kasus Prita, dapat menimbulkan ketidakadilan.
ketidakadilan pemberitaan, ketidakadilan Ukuran keadilan sebagaimana disinggung di
pembagian BLT, ketidakadilan gender dalam atas sebenarnya menjangkau wilayah yang ideal
masyarakat daerah, ketidakadilan dalam pemecahan atau berada dalam wilayah cita, dikarenakan
masalah hukum, dan sebagainya. berbicara masalah keadilan, berarti sudah dalam
Bahkan Susanto membahas sesuatu yang tidak wilayah makna yang masuk dalam tataran filosofis
biasa dalam memaknai keadilan, yang terkait yang perlu perenungan secara mendalam sampai
dengan substansi yang ada di dalamnya. Keadilan hakikat yang paling dalam, bahkan Kelsen
akan dibenturkan dengan keraguan dan menekankan pada filsafat hukum Plato, bahwa
ketidakadilan, bahwa sesungguhnya keadilan tidak keadilan didasarkan pada pengetahuan perihal
akan berdaya tanpa ketidakadilan dan keraguan sesuatu yang baik (W.Friedman, 1990:118).
(Anthon, 2010:23). Membahas konsep keadilan, Pengetahuan akan hal yang baik secara
menurutnya, yang kemudian akan dibenturkan fundamental merupakan persoalan di luar dunia. Hal
dengan ketidakadilan dan keraguan, akan tersebut dapat diperoleh dengan kebijaksanaan
memasuki medan wilayah non sistematik, atau anti (Maryanto, 2003:52).
sistematik, bahkan hampir bersifat aphoristic, Jelas bahwa keadilan masuk ke dalam kajian
karena membicarakan keadilan, ketidakadilan, ilmu-ilmu filsafat. Banyak filsafat yang
keraguan kita berdiri pada wilayah yang labil, goyah mengharapkan inspirasi bagi pengetahuan keadilan.
atau cair (melee). Oleh karena itulah, keadilan Kesemua itu termasuk filsafat-filsafat yang sangat
(hukum) dianggap plural dan plastik (Erlyn Indaarti, berbeda dalam ruang dan waktu. Keadilan
2008:33). merupakan salah satu contoh materi atau norma
Keadilan, dalam literatur sering diartikan sebagai yang menjadi objek filsafat. Dalam kajian filsafat,
suatu sikap dan karakter. Sikap dan karakter yang keadilan telah menjadi pokok pembicaraan serius
membuat orang melakukan perbuatan dan berharap sejak awal munculnya filsafat Yunani. Pembicaraan
atas keadilan adalah keadilan, sedangkan sikap dan keadilan memiliki cakupan yang luas, mulai dari
karakter yang membuat orang bertindak dan yang bersifat etik, filosofis, hukum, sampai pada
berharap ketidakadilan adalah ketidakadilan. Secara keadilan sosial. Banyak orang yang berpikir bahwa
umum dikatakan bahwa orang yang tidak adil bertindak adil dan tidak adil tergantung pada
adalah orang yang tidak patuh terhadap hukum kekuatan dan kekuatan yang dimiliki untuk menjadi
(unlawful, lawless) dan orang yang tidak fair adil cukup terlihat mudah, namun tentu saja tidak
(unfair), maka orang yang adil adalah orang yang begitu halnya penerapannya dalam kehidupan
patuh terhadap hukum (law-abiding) dan fair. manusia.
Karena tindakan itu memenuhi/mematuhi hukum Keadilan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
adalah adil, maka semua tindakan pembuatan dari tujuan hukum itu sendiri, disamping kepastian
hukum oleh legislatif sesuai dengan aturan yang ada hukum dan kemanfaatan. Menyikapi adanya
adalah adil. Tujuan pembuatan hukum adalah untuk beberapa permasalahan (baca: kasus) hukum yang
mencapai kemajuan kebahagiaan masyarakat. terjadi di negara Indonesia yang kemudian
Maka, semua tindakan yang cenderung untuk dituangkan dalam beberapa putusan hakim
memproduksi dan mempertahankan kebahagiaan (M.Fauzan, 2010:30). Sehingga membawa pada satu
masyarakat adalah adil. perenungan bahwa terminologi keadilan yang
Keadilan sebagai bagian dari nilai sosial notabene ada dalam kajian filsafat dapatkah
memiliki makna yang amat luas, bahkan pada suatu dijadikan sebagai bagian utama dalam pencapaian
titik bisa bertentangan dengan hukum sebagai salah tujuan hukum, mengingat konsep keadilan yang
satu tata nilai sosial. Suatu kejahatan yang bersifat abstrak sehingga diperlukan pemahaman
dilakukan adalah suatu kesalahan. Namun apabila dalam filsafat ilmu hukum yang akan menjelaskan

10
I U S Vol.02 No.01 Maret Tahun 2015 ISSN 2355-6056

nilai dasar hukum secara filosofis sehingga dapat hukum. Demikian luasnya masalah yang dicakup
membangun hukum yang sebenarnya. Diskursus oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat
mengenai keadilan terjadi di semua belahan dunia, orang untuk mengatakan, bahwa “batas-batasnya
tidak terkecuali di Indonesia. tidak bisa ditentukan” (Satjito, 2000:3).
Seperti yang diuraikan dimuka, terjadinya Satjipto Rahardjo selanjutnya menambahkan,
gejolak sosial yang ada di Indonesia diduga sebagaimana halnya dengan setiap cabang ilmu,
disebabkan oleh belum terciptanya keadilan seperti maka ilmu hukum ini juga mempunyai objeknya
yang diharapkan masyarakat Indonesia secara sendiri, yaitu hukum. Seperti diuraikan sebelumnya,
keseluruhan. Mengingat hal-hal yang telah betapa ilmu hukum itu mencakup bidang yang luas
diuraikan di atas, disamping itu, hadirnya keadilan sekali. Sifat ini merupakan akibat dari beban yang
semakin dibutuhkan dengan semakin meningkatnya dipikulnya, yaitu memaparkan dihadapan kita
jumlah manusia yang diiringi dengan meningkatnya fenomena hukum dalam hakikatnya, sifat-sifatnya,
kebutuhan hidup dan meningkatnya kompleksitas fungsinya dalam masyarakat sehingga oleh karena
permasalahan yang dihadapi. Dalam rangka itulah bisa dimengerti, mengapa ia mengandung
menjelaskan kompleksitas tersebut, maka tulisan ini pikiran dan penjelasan yang cukup beragam, baik
dimaksudkan untuk menelaah tentang Aspek yang falsafati, teknik maupun sosiologis.
Keadilan dalam Pandangan Ilmu Hukum. Di dalam kepustakaan hukum, ilmu hukum ini
dikenal dengan nama, jurisprudence, yang berasal
dari kata jus, juris, yang artinya adalah hukum atau
PEMBAHASAN
hak; prudensi berarti melihat ke depan atau
Filsafat Ilmu Hukum dan Tujuan Hukum mempunyai keahlian. Arti yang umum dari
Untuk mengetahui kerangka keseluruhan filsafat jurisprudence ini adalah ilmu yang mempelajari
perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud hukum. Tetapi orang juga mengenal tiga artinya
dengan filsafat itu. “Filsafat” berasal dari kata yang lain. Para penulis Inggris memakainya dalam
Yunani filosofie. Kata filsafat ini terdiri dari kata anatomi perbandingan dari sistem-sistem hukum
filo yang artinya cinta atau ingin, sedangkan sofie yang sudah maju. Para penulis Prancis
berarti kebijaksanaan. mengartikannya sebagai kecenderungan dari
Filsafat artinya cinta akan kebijaksanaan, yakni putusan yang diambil oleh pengadilan-pengadilan.
kebijaksanaan hidup berarti, bahwa apa yang Di beberapa negara lain, terutama Amerika Serikat,
difikirkan dalam filsafat adalah hidup sebagai kata itu dipakai sinonim dari hukum itu sendiri. Dari
keseluruhan pengalaman dan pengertian. Dari penjelasan di atas, maka jelaslah pembedaan
beberapa cabang filsafat ilmu, pembicaraan pemakaian filsafat ilmu hukum maupun filsafat
mengenai keadilan merupakan masalah-masalah hukum terletak hanya pada tataran istilah saja, tanpa
yang dibahas oleh filsafat ilmu hukum (Sudjito, maksud memilah dan membedakannya secara pokok
2010:50), mengingat juga salah satu tujuan hukum krusial, yang sebenarnya keduanya mempelajari
adalah keadilan dan ini merupakan salah satu tujuan filsafat yang mempunyai objek hukum.
hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang Adapun, dilihat dari pengertiannya, filsafat Ilmu
perjalanan sejarah filsafat ilmu hukum. Hukum yang telah berkembang semenjak masa
Filsafat ilmu hukum, ada pula yang Yunani, didefinisikan oleh banyak pemikir dengan
menyebutnya dengan istilah filsafat hukum, berbagai rumusan, yang pada dasarnya menyatakan
sesungguhnya merupakan sub dari cabang filsafat bahwa filsafat ilmu hukum mempersoalkan hakikat
manusia, yang disebut etika atau filsafat manusia. hukum itu sendiri.
Oleh karena filsafat ilmu hukum maupun filsafat Menurut Sudjito, filsafat ilmu hukum adalah
hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum secara institusi pencarian jawaban atas persoalan-persoalan
filosofis, maka objeknya adalah hukum. Mengenai yang dihadapi manusia, mulai dari persoalan
pembedaaan ilmu hukum maupun hukum, Curzon ketuhanan, alam semesta, sampai kepada persoalan
menyebutnya bahwa ilmu hukum mencakup dan manusia itu sendiri.
membicarakan segala hal yang berhubungan dengan

11
Keadilan Dalam Pandangan Filsafat Hukum … Totok Sugiarto

Satjipto Rahardjo mengemukakan pendapatnya manusia harus didasarkan pada kodratnya tadi,
bahwa filsafat hukum itu mempersoalkan sehingga manusia dapat memandang tentang hal
pertanyaan-pertanyaan yang bersifat dasar dari yang “benar” dan “keliru”. Untuk melaksanakan
hukum. Pertanyaan-pertanyaan tentang hakikat peran kodrati manusia tadi, setiap manusia
hukum, tentang dasar-dasar bagi kekuatan mengikat seharusnya mendasarkan tindakannya sesuai dengan
dari hukum, merupakan contoh-contoh pertanyaan gagasan keadilan, sehingga manusia dapat
yang mendasar itu. memahami dan melakukan hal-hal yang
Gustav Radbruch merumuskannya dengan bertentangan dengan alam tempat manusia hidup”
sederhana yaitu bahwa filsafat hukum itu adalah (Made Subawa, 2007:244).
cabang filsafat yang mempelajari hukum yang Merosotnya demokrasi Athena, dalam perang
benar, sedangkan Langemeyer mengatakannya Peloponesus dan sesudahnya, menjadi bahan
pembahasan secara filosofis tentang hukum. perenungan tentang keadilan yang mendominasi
Rumusan lain dari Utrecht mengetengahkan filsafat hukum Plato dan Aristoteles. Keduanya
sebagai berikut: mencurahkan sebagian besar dari karya mereka
“Filsafat hukum memberi jawaban atas untuk memberi definisi yang konkrit mengenai
pertanyaan-pertanyaan seperti apakah hukum itu keadilan dan hubungan antara keadilan dan hukum
sebenarnya? (persoalan adanya dan tujuan hukum). positif. Plato berusaha untuk mendapatkan
Apakah sebabnya maka kita menaati hukum? konsepnya mengenai keadilan dari ilham.
(persoalan belakunya hukum). Apakah keadilan Sementara Aristoteles mengembangkannya dari
yang menjadi ukuran untuk baik buruknya hukum analisa ilmiah atas prinsip-prinsip rasional dengan
itu? (persoalan keadilan hukum)”. latar belakang model-model masyarakat politik dan
Baik Stamler maupun Kelsen menitik-beratkan undang-undang yang telah ada.
keadilan sebagai tujuan hukum. Demikian pula Doktrin-doktrin Aristoteles tidak hanya
Radbruch yaitu keadilan sebagai tujuan umum dapat meletakkan dasar-dasar bagi teori hukum, tetapi
diberikan arah yang berbeda-beda untuk mencapai juga kepada filsafat barat pada umumnya.
keadilan sebagai tujuan dari hukum. Oleh karena Kontribusi Aristoteles bagi filsafat hukum adalah
fungsi hukum adalah memelihara kepentingan formulasinya terhadap masalah keadilan, yang
umum dalam masyarakat, menjaga hak-hak membedakan antara: Keadilan “distributif” dengan
manusia, dan mewujudkan keadilan dalam hidup keadilan “korektif” atau “remedial” yang
bersama. Ketiga tujuan tersebut tidak saling merupakan dasar bagi semua pembahasan teoritis
bertentangan, tetapi merupakan pengisian suatu terhadap pokok persoalan. Keadilan distributif
konsep dasar, yaitu manusia harus hidup dalam mengacu kepada pembagian barang dan jasa kepada
suatu masyarakat dan masyarakat itu harus diatur setiap orang sesuai dengan kedudukannya dalam
oleh pemerintah dengan baik berdasarkan hukum. masyarakat. Dan perlakuan yang sama terhadap
kesederajatan dihadapan hukum (equality before the
Teori Keadilan menurut Plato, Aristoteles, law).
Thomas Aquinas Keadilan jenis kedua pada dasarnya merupakan
Persoalan keadilan menjadi hal yang utama ukuran teknis dari prinsip-prinsip yang mengatur
dalam pemikiran Hukum Kodrat pada masa Yunani penerapan hukum. Dalam mengatur hubungan-
Kuno, dengan peletak hukum kodrat Aristoteles. hubungan hukum harus ditemukan suatu standar
Hal ini dikarenakan pada saat itu, sudah terdapat yang umum untuk memperbaiki setiap akibat dari
gagasan umum tentang apa yang adil menurut setiap tindakan, tanpa memperhatikan pelakunya,
kodratnya dan apa yang adil itu harus sesuai atau dan tujuan dari perilaku-perilaku dan objek-objek
menurut keberlakuan hukumnya. Sselanjutnya tersebut harus diukur melalui suatu ukuran yang
menurut Sumaryono mengemukakan: “Dalil hidup objektif.
manusia harus sesuai dengan alam” merupakan Kontribusi ketiga dari Aristoteles adalah
pemikiran yang diterima saat itu, dan oleh sebab itu, pembedaan antara keadilan menurut hukum dan
dalam pandangan manusia, seluruh pemikiran keadilan menurut alam, atau antara hukum positif

12
I U S Vol.02 No.01 Maret Tahun 2015 ISSN 2355-6056

dengan hukum alam. Keadilan yang pertama John Rawls memunculkan suatu ide dalam
mendapat kekuasaannya dari apa yang ditetapkan bukunya A Theory of Justice atau teori keadilan
sebagai hukum, apakah adil atau tidak. Keadilan yang bertujuan agar dapat menjadi alternatif bagi
yang kedua mendapat kekuasaannya dari apa yang doktrin-doktrin yang mendominasi tradisi filsafat
menjadi sifat dasar manusia, yang tidak dibatasi terdahulunya, dengan cara menyajikan konsep
oleh ruang dan waktu. keadilan yang mengeneralisasikan dan mengangkat
Kontribusi terbesar keempat dari Aristoteles teori kontrak sosial yang diungkap oleh, katakanlah,
adalah pembedaannya terhadap keadilan abstrak dan Locke, Rousseau dan Kant ke tingkat yang lebih
kepatutan. Hukum harus menyamaratakan dan tinggi. Oleh Rawls cara pandang keadilan ini
banyak memerlukan kekerasan dalam penerapan- disebut keadilan sebagai fairness.
nya terhadap masalah individu. Kepatutan Keadilan sebagai fairness dimulai dengan salah
mengurangi dan menguji kekerasan tersebut, dengan satu pilihan yang paling umum yang bisa dibuat
mempertimbangkan hak yang bersifat individual. orang bersama-sama, yakni dengan pilihan prinsip
Semua pembahasan masalah mengenai kepatutan, pertama dari konsepsi keadilan yang mengatur kritik
ketepatan interpretasi terhadap undang-undang atau lebih lanjut serta reformasi institusi. Teori Rawls
preseden, bermula dari pernyataan terhadap masalah didasarkan atas dua prinsip yaitu: melihat tentang
yang fundamental. Equal Right dan Economic Equality. Dalam Equal
Thomas Aquinas, yang dikenal sebagai penerus Right dikatakannya: “Harus diatur dalam tataran
tradisi filsafat ala Aristoteles, sampai tingkat leksikal, yaitu different principles bekerja jika
tertentu meneruskan garis pemikiran Aristoteles dan prinsip pertama bekerja atau dengan kata lain
juga kaum Stoa. Thomas membedakan 3 (tiga) prinsip perbedaan akan bekerja jika basic right tidak
macam hukum yaitu hukum abadi (lex actena), ada yang dicabut (tidak ada pelanggaran HAM) dan
hukum kodrat (lex naturalis), dan hukum manusia meningkatkan ekspektasi mereka yang kurang
dan hukum positif (lex humana), serta memberikan beruntung. Dalam prinsip Rawls ini ditekankan
pandangannya mengenai masalah keadilan itu. harus ada pemenuhan hak dasar sehingga dengan
Keutamaan yang disebut keadilan menurut Thomas kata lain ketidaksetaraan secara ekonomi akan valid
Aquinas menentukan bagaimana hubungan orang jika tidak merampas hak dasar manusia.”
dengan orang yang selain dalam hal iustum, yakni Bagaimanapun, definisi Aristoteles jelas-jelas
mengenai apa yang sepatutnya bagi orang lain mengasumsikan penilaian tentang apa yang layak
menurut sesuatu kesamaan proporsional (aliquod menjadi milik seseorang dan apa yang berkaitan
opus adaequatum alteri secundum aliquem dengannya. Sekarang kekuasaan semacam itu, kerap
aequalitatis modum). kali diturunkan dari institusi-institusi sosial dan
ekspetasi yang salah. Tidak ada alasan untuk
Teori Keadilan menurut John Rawls berpikir bahwa Aristoteles tidak akan setuju dengan
Pada Abad Modern salah seorang yang dianggap hal ini, ia tentu punya konsep keadilan sosial untuk
memiliki peran penting dalam mengembangkan menilai klaim-klaim tersebut. Definisi yang Rawls
konsep keadilan adalah John Borden Rawls. Rawls, ajukan secara langsung dirancang untuk kasus yang
berpendapat bahwa keadilan hanya dapat ditegakkan paling penting, yakni keadilan struktur dasar. Tidak
apabila negara melaksanakan asas keadilan, berupa ada konflik dengan pandangan tradisional.
setiap orang hendaknya memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan kebebasan dasar (basic Keadilan dalam Perspektif Ilmu Hukum
liberties), dan perbedaan sosial dan ekonomi Hubungan antara keadilan dan hukum positif
hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga baru mulai abad 8 yang dilatarbelakangi oleh
memberi manfaat yang besar bagi mereka yang adanya kekacauan dalam masyarakat, tidak puasnya
berkedudukan paling tidak beruntung, dan bertalian rakyat dengan pemerintahan aristokrasi dan
dengan jabatan serta kedudukan yang terbuka bagi penyalahgunaan dari kekuasaan. Sejak waktu itu
semua orang berdasarkan persamaan kesempatan maka masalah hubungan antara keadilan dan hukum
yang layak. positif menguasai alam pikiran bangsa Yunani, dan

13
Keadilan Dalam Pandangan Filsafat Hukum … Totok Sugiarto

pada hakekatnya semua pikiran-pikiran tentang jauh terlihat bahwa pencarian keadilan di luar
hukum. Dalam hubungannya dengan filsafat ilmu tatanan adalah (seolah) tidak mungkin, artinya
hukum, keadilan diwujudkan melalui hukum pencarian keadilan di luar tatanan telah dihentikan
sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum yang (Anthon, hlm. 33).
mewujudkan keadilan itu mutlak perlu dalam Tugas filsafat hukum adalah memformulasi cita-
kehidupan bersama manusia. Tanpa hukum cita politik dalam istilah-istilah keadilan dan
kehidupan manusia menjadi kacau dan akan ketertiban hukum. Sebagaimana dikatakan oleh
kehilangan kemungkinan untuk berkembang secara Radbruch:
manusiawi. “Alle grossen politischen Wandlungenwaren
Friedmann mengatakan, para ahli fikir Romawi vor der Rechtspholosophie vorbereitet oder
telah meletakkan dasar-dasar ilmu hukum analisis begleitet. Am anfang standdie
modern, sekalipun sumbangan mereka terhadap Rechtsphilosophie, am Ende die
filsafat hukum tidak banyak. Dari mulai Cicero Revolution”. All great political changes
sampai Plato dan Aristoteles, mulai dari tulisan were prepared or accompanied by legal
mengenai hukum kontrak ataupun menuju pada philosophy. In the beginning there was legal
pemikiran-pemikiran yang mendalam tentang fungsi philosophy at the end, there was revolution”.
dan problema-problema hukum di dalam
masyarakat. Kekacauan-kekacauan sosial, konflik- Melihat dari uraian mengenai terminologi
konflik intern, sering terjadinya pergantian keadilan di atas jelaslah bahwa untuk dapat melihat
pemerintahan, banyaknya kezaliman dan adanya gambaran keadilan terdapat ukuran
kesewenang-wenangan, merupakan dorongan tersendiri yang dapat mengukurnya.
ekstern untuk merenungkan hubungan antara Bersandar pada gambaran itulah maka penulis
keadilan tertinggi dengan hukum positif. mengambil kesimpulan bahwa keadilan dalam
Dikatakan dalam karya Homerus bahwa hukum hukum terbagi pada 2 (dua) hal yakni keadilan
merupakan pusat kajian dan merupakan sesuatu menurut perundang-undangan (legal justice) atau
yang pasti dan tetap. Keadilan masih identik dengan keadilan dalam praktek (practical justice). Keadilan
perintah dan kewenangan. Kesadaran akan adanya berdasarkan perundang-undangan didasarkan pada
pertentangan antara hukum positif dan keadilan hukum yang tertulis dan ada dalam teks perundang-
menjadi lebih menonjol sejak abad kedelapan. undangan.
Keadaan itu timbul karena adanya rasa tidak aman Memaknai keadilan memang selalu berawal dari
dalam masyarakat, rasa tidak puas terhadap sistem keadilan sebagaimana juga tujuan hukum yang lain
pemerintahan aristokrasi dan banyaknya yaitu kepastian hukum dan kemanfaatan. Keadilan
penyalahgunaan kekuasaan. Pada masa itu memang memang tidak secara tersurat tertulis dalam teks
pertentangan antara keadilan versus ketidakadilan tersebut tetapi pembuat undang-undang telah
terjadi. Adanya hal-hal tersebut di atas menjadi memandang dalam pembuatan produk perundang-
pusat perhatian para ahli fikir Yunani, sama halnya undangannya didasarkan pada keadilan yang
dengan pemikiran tentang hukum sejak saat tersebut merupakan bagian dari tujuan hukum itu sendiri,
bahkan sampai sekarang. seperti ada dalam teori etis bahwa tujuan hukum
Susanto mencoba menganalisis apabila mencoba semata-mata untuk mewujudkan keadilan (justice),
memfokuskan pada kajian-kajian pada pandangan- yang dimuat dalam teori tujuan hukum klasik
pandangan di atas maka keadilan tidak dapat sedangkan dalam teori prioritas modern baku yang
ditemukan di luar sebuah tatanan yang tertib dan ada dalam teori modern yaitu tujuan hukum
teratur, entah tatanan hukum, tatanan moral atau mencakupi keadilan, kemanfaatan dan kepastian
tatanan itu adalah tatanan rasio dan keadilan eksis di hukum.
dalam tatanan tersebut. Maka dengan melihat pada Berkenaan dengan adanya tujuan hukum
pendapat Hans Kelsen yang mewakili kaum tersebut, disamping keadilan menjadi salah satu
Positivisme Hukum, bahwa makna keadilan adalah dari dibuatnya teks hukum maka tujuan hukum pun
keadilan yang diberlakukan dan jika ditelusuri lebih menjadi dasar yang menjadi acuan bagi seorang

14
I U S Vol.02 No.01 Maret Tahun 2015 ISSN 2355-6056

hakim dalam menetapkan putusannya. Hakim secara lain pihak pada teori politik (pandangan manusia
formal meletakkan dasar pertimbangan hukumnya tentang bentuk masyarakat yang terbaik). Pikiran
berdasarkan teks undang-undang (legal formal) dan tentang tujuan hukum berdasar pada “konsepsi”
keadilan menjadi harapan dari putusan tersebut. (pandangan) manusia sebagai manusia yang berfikir
Akan tetapi kemudian yang terjadi adalah makna (thinking individual) dan sebagai makhluk berpolitik
keadilan ini menjadi sempit manakala salah satu (political being). Dua aspek ini yang harus
pihak menganggap bahwa putusan hakim itu diperhatikan dalam menjawab pertanyaan tentang
menjadi tidak adil baginya dan hal ini yang filsafat ilmu hukum.
kemudian membawa pada pemikiran bahwa selalu Memperhatikan semua pembahasan dalam
terjadi disparitas antara keadilan dan ketidakadilan. tulisan ini, bahwa keadilan dalam filsafat ilmu
Bahwa memang makna keadilan itu bisa jadi hukum itu tetap akan ada sepanjang usia
menjadi tidak sama atau dengan kata lain pelaksanaan penegakan hukum dan akan dipegang
mempunyai perspektif yang berbeda. teguh karena keadilan merupakan cita dan
Aristoteles membagi keadilan menjadi tiga mengimbangi unsur lainnya yaitu kemanfaatan dan
macam. Adanya pembedaan keadilan menjadi tiga kepastian hukum. Pemahaman akan filsafat ilmu
apabila dilihat dari keterangan mengenai definsi hukum benar akan dapat menjelaskan nilai dasar
masing-masing dan ketiganya jelas berbeda. hukum secara filosofis dan sudah seharusnya
Keadilan yang dimaksud di sini adalah keadilan semakin diperkuat oleh para pihak-pihak yang
dalam pengertian kesamaan. kompeten sehingga dapat membangun hukum yang
Keadilan jenis ini kemudian membedakan pada sebenarnya.
jenis pembagian keadilan distributive dan corrective
atau remedial justice. Keadilan seperti diuraikan
PENUTUP
dalam pembagian tersebut, sejatinya dilaksanakan
dalam kenyataan tapi keadilan masyarakat (dalam Kesimpulan
Filsafat Ilmu Hukum memberikan perspektif
pembagian di atas tadi, selain keadilan berdasarkan
bahwa keadilan diwujudkan dalam hukum. Masalah
teks undang-undang) merupakan keadilan yang
hubungan antara keadilan dan hukum positif
merupakan harapan masyarakat. Ketentuan Pasal 16
dibahas menurut Plato dan Aristoteles yang
Ayat (1) UU No.4 Tahun 2004 pun memperkuat
meletakkan dasar bagi keadilan. Ide Plato berupa
keadilan jenis ini, yang menyatakan bahwa keadilan
keadilan ilham. Aristoteles yang membedakan tiga
menjadi wajib untuk tetap ditegakkan kendati pun
jenis keadilan distributif, korektif dan remedial.
tidak ada ketentuan hukum normatif. Keadilan
Thomas Aquinas yang bertolak dari ide-ide dasar
merupakan kebutuhan pokok rohaniah dalam tata
Aristoteles menyebut keadilan sebagai suatu
hubungan masyarakat, keadilan merupakan bagian
kesamaan proporsional, sedangkan John Rawls,
dari struktur rohaniah suatu masyarakat. Suatu
yang memetakan dua pendapat peletak keadilan di
masyarakat memiliki gambaran tentang mana yang
atas dan cara pandang keadilan disebutnya keadilan
patut dan tidak patut, mana yang benar dan yang
sebagai fairness dengan didasarkan 2 (dua) prinsip
salah, kendati pun dalam masyarakat tersebut tidak
yaitu equal right dan economic quality.
ada undang-undang tertulisnya. Di sisi yang lain,
Secara normatif, pelaksanaan keadilan di
dalam pasal 5 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009 tugas
masyarakat bersandarkan pada ketentuan Pasal 16
hakim yaitu menggali dan memahami nilai-nilai
Ayat (1) UU Nomor 4 Tahun 2004 yang
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
menyatakan bahwa keadilan menjadi wajib untuk
masyarakat.
tetap ditegakkan kendatipun tidak ada ketentuan
Berbicara dalam konteks filsafat ilmu hukum,
normatif. Dalam tataran praktikal, hakim
dalam semua aliran manapun, cara berfikir apa pun
berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) UU Nomor 48 Tahun
yang dipakai, semua pemikiran tentang hukum
2009 mempunyai tugas menggali dan memahami
secara sistematis (berfilsafat tentang hukum),
nilai-nilai hukum dan rasa keadilan dalam
berlandaskan di satu pihak pada filsafat (pandangan
masyarakat.
manusia tentang tempatnya di alam semesta) dan di

15
Keadilan Dalam Pandangan Filsafat Hukum … Totok Sugiarto

DAFTAR PUSTAKA Sumaryono, E. 2002. Etika dan Hukum: Relevansi


Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas. Penerbit
Amin, M. Kebenaran Hukum Vs Kanisius, Yogyakarta.
KeadilanMasyarakat. Website http://www.
Susanto, Anthon F. 2010. Keraguan dan
Palubuk-pakam.net/artikel/186-kebenaran
Ketidakadilan Hukum (Sebuah Pembacaan
hukum–vs-keadilan-masyarakat.html,
Dekonstruktif). Jurnal Keadilan Sosial, Edisi 1
diakses 9 Oktober 2010;
Tahun 2010.
Fauzan, M. 2010. Pesan Keadilan di Balik Teks
Hukum yang Terlupakan. Varia Peradilan,
Vol. XXVI No. 29 Oktober 2010.
Friedmann, W. 1990. Teori dan Filsafat Hukum,
PT. Rajawali Press, Jakarta.
Husni, M. 2006. Moral dan Keadilan sebagai
Landasan Penegakan Hukum Yang Responsif.
Jurnal Equality Vol.11 No.1 Februari 2006.
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Indarti, Erlyn. 2008. Demokrasi dan Kekerasan:
Sebuah Tinjauan Filsafat Hukum. Jurnal
Aequitas Juris, Vol.2 No.1. Fakultas Hukum
Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang.
Julia, Syamsiar. 2006. Pelanggaran HAM dan
Peranan Polri dalam Penegakan Hukum di
Indonesia. Jurnal Equality, Vol.11 No.2
Agustus 2006. Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
Lubis, Todung Mulya. 2009. Menegakan Hak Asasi
Manusia, Menggugat Diskriminasi. Jurnal
Hukum dan Pembangunan Vol.39 No.1 Januari-
Maret 2009. FH UI Jakarta.
Maryanto. 2003. Refleksi dan Relevansi Pemikiran
Filsafat Hukum Bagi Pengembangan Ilmu
Hukum. Jurnal Hukum, Vol.13 No.1 2003. FH
Unisulla, Semarang.
Muchsan. 1985. Hukum Tata Pemerintahan.
Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum.PT.Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Sewu, P. Lindawaty. 2006. Kegunaan Filsafat
Hukum dalam Mengupas Tuntas Permasalahan
Hukum Kontekstual. Wacana Paramarta: Jurnal
Ilmu Hukum, Vol.5 No.1, 2006. FH Universitas
Langlangbuana.
Subawa, Made. 2007. Pemikiran Filsafat Hukum
dalam Membentuk Hukum. Jurnal Sarathi: Kajian
Teori dan Masalah Sosial Politik,Vol.14 No.3,
2007. Asosiasi Ilmu Politik Indonesia, Denpasar.
Sudjito. 2010. Material Teaching Filsafat Ilmu
Hukum. FH UGM, Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai