Anda di halaman 1dari 10

KEADILAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUKUM

Inge Dwisvimiar
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
E-mail: ingedwi@yahoo.co.id

Abstract

The author in this paper tries to investigate and describe the perspective of Justice in Legal Studies.
Fairness in Legal Studies Philosophy attention to all aspects of terminology relating to justice and
legal philosophy of science. Justice is the ideals and purposes of the law that reach from the
philosophy of science perspective of the law by providing that justice is realized through law. By
reviewing the opinion of Plato and Aristotle as the foundations of justice, Thomas Aquinas, who
called for justice as well as John Rawls proportional equality with justice fairness the the basic
values of justice are included in the study of philosophy of science philosophy of law will be
answered by the legal science it self.The justice is not just there and read the text of legislation but
also the legal justice in society. Both Article 16 paragraph (1) Law 4/2004 and Article 5 paragraph
(1) Law 48/2009 states that justice shall be upheld in spite of no normative provisions and how
thejudge alone buat also to explore and understand the values and sense of justice that exists in the
community.

Key words: justice, legal studies, philosophy of science of law

Abstrak
Penulis dalam tulisan ini mencoba untuk menyelidiki dan menggambarkan Keadilan dalam perspektif
Ilmu Hukum. Keadilan dalam Filsafat Ilmu Hukum memperhatikan semua aspek berkenaan dengan
terminologi keadilan dan filsafat ilmu hukum. Keadilan merupakan cita-cita dan tujuan hukum yang
menjangkau wilayah filsafat ilmu hukum dengan memberikan perspektif bahwa keadilan diwujudkan
melalui hukum. Dengan mengkaji pendapat dari Plato dan Aristoteles sebagai peletak dasar-dasar
keadilan, Thomas Aquinas yang menyebut keadilan sebagai sesuatu kesamaan proporsional serta John
Rawls dengan keadilan fairness maka nilai-nilai dasar keadilan yang masuk dalam kajian filsafat ilmu
hukum akan dijawab oleh filsafat ilmu hukum itu sendiri. Adapun keadilan tidak saja ada dan terbaca
dalam teks perundang-undangan akan tetapi ada juga keadilan hukum dalam masyarakat. Baik pasal
16 ayat (1) UU 4/2004 dan pasal 5 ayat (1) UU 48/2009 menyatakan bahwa keadilan wajib ditegakkan
kendatipun tidak ada dalam ketentuan normatif serta bagaimana hakim juga dapat menggali dan
memahami nilai-nilai dan rasa keadilan yang ada dalam masyarakat.

Kata kunci: keadilan, ilmu hukum, filsafat ilmu hukum.

Pendahuluan kan keadaan yang sebenarnya. Kebijaksanaan


Ukuran mengenai keadilan seringkali di- pemerintah tidak mampu membawa hukum
tafsirkan berbeda-beda. Keadilan itu sendiri menjadi “panglima” dalam menentukan keadil-
pun berdimensi banyak, dalam berbagai bi- an, sebab hukum dikebiri oleh sekelompok
dang, misalnya ekonomi, maupun hukum. De- orang yang mampu membelinya atau orang
wasa ini, berbicara mengenai keadilan merupa- yang memiliki kekuasaan yang lebih tinggi. 1
kan hal yang senantiasa dijadikan topik utama Sebagai contoh dapat diilustrasikan da-
dalam setiap penyelesaian masalah yang ber- lam penerapan beberapa putusan pengadilan
hubungan dengan penegakan hukum. Banyak- yang sering dianggap mematikan rasa keadilan
nya kasus hukum yang tidak terselesaikan kare-
na ditarik ke masalah politik. Kebenaran hukum 1
Muchsan, 1985, Hukum Tata Pemerintahan, Yogyakarta:
dan keadilan dimanipulasi dengan cara yang Penerbit Liberty, hlm. 42. Bandingkan dengan M. Husni,
sistematik sehingga peradilan tidak menemu- “Moral dan Keadilan Sebagai Landasan Penegakan Hukum
Yang Responsif”, Jurnal Equality Fakultas Hukum Univer-
sitas Sumatera Utara, Vol. 11 (1) Februari 2006, hlm. 1-7
Keadilan dalam Perspektif Ilmu Hukum 523

masyarakat. Misalnya dalam putusan bebas


rutnya, yang kemudian akan dibenturkan de-
yang dijatuhkan oleh majelis hakim Pengadilan
ngan ketidakadilan dan keraguan, akan mema-
Negeri Jakarta Selatan beberapa waktu lalu,
suki medan wilayah non sistematik, atau anti
terhadap terdakwa dalam kasus korupsi Bank
sistematik, bahkan hampir bersifat aphoristic,
Mandiri yang dituntut oleh Jaksa 20 tahun pen-
karena membicarakan keadilan, ketidakadilan,
jara, mengundang berbagai pro dan kontra. 2
keraguan kita berdiri pada wilayah yang labil,
Berkaitan dengan pengusutan pelanggaran HAM
goyah atau cair (melee). Oleh karena itulah,
masa lalu melalui penegakan supremasi hukum,
keadilan (hukum) dianggap plural dan plastik.5
keadilan pun menjadi bagian yang tidak ter-
Keadilan, dalam literatur sering diartikan
pisahkan dari penegakan HAM.3 Contoh lain
sebagai suatu sikap dan karakter. Sikap dan
dalam kasus BLBI, kepastian hukum dan ke-
karakter yang membuat orang melakukan per-
adilan dalam kebijakan hukum yang diambil
buatan dan berharap atas keadilan adalah ke-
pemerintah telah menimbulkan ketidakadilan
adilan, sedangkan sikap dan karakter yang
bagi sebagian tersangka/terdakwa serta masya-
membuat orang bertindak dan berharap keti-
rakat luas, bahkan tampak diskriminatif, dan
dakadilan adalah ketidakadilan. Secara umum
kasus-kasus lainnya.
dikatakan bahwa orang yang tidak adil adalah
Seperti diketahui istilah keadilan senan-
orang yang tidak patuh terhadap hukum (un-
tiasa dipertentangkan dengan istilah ketidak-
lawful, lawless) dan orang yang tidak fair (un-
adilan. Dimana ada konsep keadilan maka di-
fair), maka orang yang adil adalah orang yang
situ pun ada konsep ketidakadilan. Biasanya
patuh terhadap hukum (law-abiding) dan fair.
keduanya disandingkan dan dalam konteks ka-
Karena tindakan memenuhi/mematuhi hukum
jian hukum ada banyak contoh ketidakadilan
adalah adil, maka semua tindakan pembuatan
yang merupakan antithese dari keadilan dalam
hukum oleh legislatif sesuai dengan aturan yang
bidang hukum misalnya di Indonesia, seperti :
ada adalah adil. Tujuan pembuatan hukum ada-
ketidakadilan dalam kasus Poso, terhadap rak-
lah untuk mencapai kemajuan kebahagiaan ma-
yat kecil, kasus Prita, ketidakadilan pemberita-
syarakat. Maka, semua tindakan yang cende-
an, ketidakadilan pembagian BLT, ketidakadil-
rung untuk memproduksi dan mempertahankan
an gender dalam masyarakat daerah, ketidak-
kebaha-giaan masyarakat adalah adil.
adilan dalam pemecahan masalah hukum, dan
Keadilan sebagai bagian dari nilai sosial
sebagainya.
memiliki makna yang amat luas, bahkan pada
Bahkan Susanto membahas sesuatu yang
suatu titik bisa bertentangan dengan hukum
tidak biasa dalam memaknai keadilan, yang
sebagai salah satu tata nilai sosial. Suatu ke-
terkait dengan substansi yang ada di dalamnya.
jahatan yang dilakukan adalah suatu kesa-la-
Keadilan akan dibenturkan dengan keraguan
han. Namun apabila hal tersebut bukan me-
dan ketidakadilan, bahwa sesungguhnya keadil-
rupakan keserakahan tidak bisa disebut menim-
an tidak akan berdaya tanpa ketidakadilan dan
bulkan ketidakadilan. Sebaliknya suatu tindak-
keraguan.4 Membahas konsep keadilan, menu-
an yang bukan merupakan kejahatan dapat
2
menimbulkan ketidakadilan.
M. Amin, “Kebenaran Hukum Vs Keadilan Masyarakat”,
tersedia di website http://www. Pa - lubukpakam. Ukuran keadilan sebagaimana di singgung
net/artikel/186-kebenaran-hukum–vs-keadilan- di atas sebenarnya menjangkau wilayah yang
masyarakat.html, diakses pada tanggal 9 Oktober 2010.
3
Lihat Syamsiar Julia, “Pelanggaran HAM Dan Peranan ideal atau berada dalam wilayah cita, dikare-
Polri Dalam Penegakan Hukum di Indonesia”, Jurnal Equ- nakan berbicara masalah keadilan, berarti su-
ality Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Vol. 11
(2) Agustus 2006, hlm. 115-122; Bandingkan dengan dah dalam wilayah makna yang masuk dalam
Todung Mulya Lubis, “Menegakan Hak Asasi Manusia,
Menggugat Diskriminasi”, Jurnal Hukum dan Pembangun-
an Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Vol. 39 (1) 5
Erlyn Indarti, “Demokrasi dan Kekerasan: Sebuah Tinjau-
Januari-Maret 2009, hlm. 58-73
4 an Filsafat Hukum”, Aequitas Juris, Jurnal Fakultas
Anthon F. Susanto, “Keraguan dan Ketidakadilan Hukum
Hukum Universitas Katolik Widya Mandira Kupang,
(Sebuah Pembacaan Dekonstruktif)”, Jurnal Keadilan
Fakultas Hukum Universitas Katolik Widya Mandira, Vol. 2
Sosial, Edisi 1 tahun 2010, hlm. 23.
(1), 2008, hlm.33
tataran filosofis yang perlu perenungan secara
renungan bahwa terminologi keadilan yang no-
mendalam sampai hakikat yang paling dalam,
tabene ada dalam kajian filsafat dapatkah di-
bahkan Kelsen menekankan pada filsafat hu-
jadikan sebagai bagian utama dalam pencapai-
kum Plato, bahwa keadilan didasarkan pada pe-
an tujuan hukum, mengingat konsep keadilan
ngetahuan perihal sesuatu yang baik6. Penge-
yang bersifat abstrak sehingga diperlukan pe-
tahuan akan hal yang baik secara fundamental
mahaman dalam filsafat ilmu hukum yang akan
merupakan persoalan di luar dunia. Hal ter-
menjelaskan nilai dasar hukum secara filosofis
sebut dapat diperoleh dengan kebijaksanaan.7
sehingga dapat membangun hukum yang sebe-
Jelas bahwa keadilan masuk ke dalam ka-
narnya.
jian ilmu-ilmu filsafat. Banyak filsafat yang
Diskursus mengenai keadilan terjadi di
mengharapkan inspirasi bagi pengetahuan ke-
semua belahan dunia, tidak terkecuali di Indo-
adilan. Kesemua itu termasuk filsafat-filsafat
nesia. Seperti yang diuraikan di muka, terjadi-
yang sangat berbeda dalam ruang dan waktu.
nya gejolak sosial yang ada di Indonesia diduga
Keadilan merupakan salah satu contoh materi
disebabkan oleh belum terciptanya keadilan se-
atau forma yang menjadi objek filsafat. Dalam
perti yang diharapkan masyarakat Indonesia
kajian filsafat, keadilan telah menjadi pokok
secara keseluruhan. Mengingat hal-hal yang te-
pembicaraan serius sejak awal munculnya fil-
lah diuraikan di atas, di samping itu, hadirnya
safat Yunani. Pembicaraan keadilan memiliki
keadilan semakin dibutuhkan dengan semakin
cakupan yang luas, mulai dari yang bersifat
meningkatnya jumlah manusia yang diiringi de-
etik, filosofis, hukum, sampai pada keadilan
ngan meningkatnya kebutuhan hidup dan me-
sosial. Banyak orang yang berpikir bahwa
ningkatnya kompleksitas permasalahan yang
bertindak adil dan tidak adil tergantung pada
dihadapi. Dalam rangka menjelaskan komplek-
kekuatan dan kekuatan yang dimiliki, untuk
sitas tersebut, maka tulisan ini dimaksudkan
menjadi adil cukup terlihat mudah, namun
untuk menelaah tentang Aspek Keadilan dalam
tentu saja tidak begitu halnya penerapannya
Perspektif Ilmu Hukum.
dalam kehidupan manusia.
Keadilan menjadi bagian yang tidak ter- Pembahasan
pisahkan dari tujuan hukum itu sendiri, di sam- Filsafat Ilmu Hukum dan Tujuan Hukum
ping kepastian hukum dan kemanfaatan. Mensi-
Untuk mengetahui kerangka keseluruhan
kapi adanya beberapa permasalahan (baca: ka-
filsafat perlu diketahui terlebih dahulu apa
sus) hukum yang terjadi di negara Indonesia
yang dimaksud dengan filsafat itu. “Filsafat”
yang kemudian dituangkan dalam beberapa pu-
berasal dari kata Yunani filosofie. Kata filsafat
tusan hakim8 sehingga membawa pada satu pe-
ini terdiri dari kata filo yang artinya cinta atau
6
ingin, sedangkan sofie berarti kebijaksanaan.
W. Friedmann, 1990, Teori dan Filsafat Hukum, Jakarta:
PT. Rajawali Press, hlm. 118. Filsafat artinya cinta akan kebijaksanaan, yakni
7
Filsafat, dalam satu pengertiannya diartikan sebagai kebijaksanaan hidup berarti, bahwa apa yang
suatu kebijaksanaan yang rasional dari segala sesuatu,
disamping diartikan sebagai suatu sikap dan pandangan, difikirkan dalam filsafat adalah hidup sebagai
serta suatu proses kritis dan sistematis dari segala keseluruhan pengalaman dan pengertian.9 Dari
pengetahuan manusia. Lihat Maryanto, “Refleksi dan
Relevansi Pemikiran Filsafat Hukum Bagi Pengembangan beberapa cabang filsafat ilmu, pembicaraan
Ilmu Hukum”, Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas mengenai keadilan merupakan masalah-masa-
Islam Sultan Agung Semarang, Vol. 13 (1) tahun 2003,
hlm. 52-54
8
Sejatinya hakim adalah “wakil Tuhan” yang bertugas
untuk menyampaikan kebenaran dan keadilan, maka keadilan Tuhan, M. Fauzan, “Pesan Keadilan Di Balik
setiap putusan hakim wajib mencantumkan “Demi Teks Hukum yang Terlupakan”, Varia Peradilan, Vol.
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. XXVI ( 29) Oktober 2010, hlm. 30.
9
Adanya hakim sebagai “wakil Tuhan” dilatarbelakangi Dengan kata lain: objek filsafat bersifat universal,
secara historis, dalam teori hukum dan negara, suara mencakup segala-galanya yang ditemui manusia. Maka
Tuhan tersebut dalam konteks renungan kefilsafatan dari itu memikirkan sesuatu hal secara filsafati ialah
tentang kedaulatan negara atau raja, melahirkan filsafat mencari arti yang sebenarnya dari hal itu dengan
kedaulatan Tuhan, dan ketika dikaitkan dengan memandangnya dalam cakrawala yang paling luas, yakni
persoalan hukum dan keadilan, melahirkan filsafat segala yang ada.
lah yang dibahas oleh filsafat ilmu hukum10,
dingan dari sistem-sistem hukum yang sudah
mengingat juga salah satu tujuan hukum adalah
maju. Para penulis Prancis mengartikannya se-
keadilan dan ini merupakan salah satu tujuan
bagai kecenderungan dari putusan yang diambil
hukum yang paling banyak dibicarakan sepan-
oleh pengadilan-pengadilan. Dibeberapa negara
jang perjalanan sejarah filsafat ilmu hukum.
lain, terutama Amerika Serikat, kata itu dipa-
Filsafat ilmu hukum, ada pula yang me-
kai sinonim dari hukum itu sendiri. 13 Dari pen-
nyebutnya dengan istilah filsafat hukum, se-
jelasan di atas, maka jelaslah pembedaan pe-
sungguhnya merupakan sub dari cabang filsafat
makaian filsafat ilmu hukum maupun filsafat
manusia, yang disebut etika atau filsafat ma-
hukum terletak hanya pada tataran istilah saja,
nusia. Oleh karena filsafat ilmu hukum maupun
tanpa maksud memilah dan membedakannya
filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari
secara pokok krusial, yang sebenarnya kedua-
hukum secara filosofis maka objeknya adalah
nya mempelajari filsafat yang mempunyai ob-
hukum. Mengenai pembedaaan ilmu hukum
jek hukum.
maupun hukum, Curzon menyebutnya bahwa
Adapun, dilihat dari pengertiannya, filsa-
ilmu hukum mencakup dan membicarakan sega-
fat Ilmu Hukum yang telah berkembang semen-
la hal yang berhubungan dengan hukum. Demi-
jak masa Yunani, didefinisikan oleh banyak pe-
kian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu
mikir dengan berbagai rumusan, yang pada
ini, sehingga sempat memancing pendapat
dasarnya menyatakan bahwa filsafat ilmu hu-
orang untuk mengatakan, bahwa “batas-batas-
kum mempersoalkan hakikat hukum itu sendiri.
nya tidak bisa ditentukan”.11
Menurut Sudjito, filsafat ilmu hukum adalah
Satjipto Rahardjo selanjutnya menam-
institusi pencarian jawaban atas persoalan-per-
bahkan, sebagaimana halnya dengan setiap ca-
soalan yang dihadapi manusia, mulai dari per-
bang ilmu, maka ilmu hukum ini juga mempu-
soalan ketuhanan, alam semesta, sampai kepa-
nyai objeknya sendiri, yaitu hukum. Seperti di-
da persoalan manusia itu sendiri.14
uraikan sebelumnya, betapa ilmu hukum itu
Satjipto Rahardjo mengemukakan pen-
mencakup bidang yang luas sekali. Sifat ini me-
dapatnya bahwa filsafat hukum itu memper-
rupakan akibat dari beban yang dipikulnya, yai-
soalkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
tu memaparkan di hadapan kita fenomena hu-
dasar dari hukum. Pertanyaan-pertanyaan ten-
kum dalam hakikatnya, sifat-sifatnya, fungsinya
tang hakikat hukum, tentang dasar-dasar bagi
dalam masyarakat sehingga oleh karena itulah
kekuatan mengikat dari hukum, merupakan
bisa dimengerti, mengapa ia mengandung piki-
contoh-contoh pertanyaan yang mendasar itu.
ran dan penjelasan yang cukup beragam, baik
Gustav Radbruch merumuskannya dengan se-
yang falsafati, teknik maupun sosiologis.12
derhana yaitu bahwa filsafat hukum itu adalah
Di dalam kepustakaan hukum, ilmu hu-
cabang filsafat yang mempelajari hukum yang
kum ini dikenal dengan nama, jurisprudence,
benar, sedangkan Langemeyer mengatakannya
yang berasal dari kata jus, juris, yang artinya
pembahasan secara filosofis tentang hukum.
adalah hukum atau hak; prudensi berarti me-
Rumusan lain dari Utrecht mengetengah-
lihat ke depan atau mempunyai keahlian. Arti
kan sebagai berikut:
yang umum dari jurisprudence ini adalah ilmu
Filsafat hukum memberi jawaban atas
yang mempelajari hukum. Tetapi orang juga pertanyaan-pertanyaan seperti apakah
mengenal tiga artinya yang lain. Para penulis hukum itu sebenarnya (persoalan adanya
Inggris memakainya dalam anatomi perban- dan tujuan hukum) Apakah sebabnya ma-
ka kita menaati hukum? (persoalan be-
lakunya hukum) Apakah keadilan yang
10
Istilah Filsafat Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum, ada
banyak penggunaan yang bergantian menurut para pakar,
Sudjito, 2010, Material Teaching Filsafat Ilmu Hukum,
Yogyakarta: FH UGM Yogyakarta.
11
Satjipto Rahardjo, 2000, Ilmu Hukum, Bandung: Penerbit
PT. Citra Aditya Bakti, hlm.3 13
12 Ibid, hlm.9
Loc.cit 14
Loc,cit
menjadi ukuran untuk baik buruknya hu-
ngan cara memetakan dua arus utama pemi-
kum itu (persoalan keadilan hukum).15
kiran keadilan di atas.
Baik Stamler maupun Kelsen menitikbe-
ratkan keadilan sebagai tujuan hukum. Demi- Keadilan menurut Plato, Aristoteles dan
kian pula Radbruch yaitu keadilan sebagai tuju- Thomas Aquinas
an umum dapat diberikan arah yang berbeda- Persoalan keadilan menjadi hal yang uta-
beda untuk mencapai keadilan sebagai tujuan ma dalam pemikiran Hukum Kodrat pada masa
dari hukum. Oleh karena fungsi hukum adalah Yunani Kuno, dengan peletak hukum kodrat
memelihara kepentingan umum dalam masya- Aristoteles.18 Hal ini dikarenakan pada saat itu,
rakat, menjaga hak-hak manusia, dan mewu- sudah terdapat gagasan umum tentang apa
judkan keadilan dalam hidup bersama. Ketiga yang adil menurut kodratnya dan apa yang adil
tujuan tersebut tidak saling bertentangan, te- itu harus sesuai atau menurut keberlakuan
tapi merupakan pengisian suatu konsep dasar, hukumnya19, selanjutnya menurut Sumaryono
yaitu manusia harus hidup dalam suatu masya- mengemukakan
rakat dan masyarakat itu harus diatur oleh “Dalil “hidup manusia harus sesuai de-
pemerintah dengan baik berdasarkan hukum. ngan alam” merupakan pemikiran yang di
terima saat itu, dan oleh sebab itu, da-
lam pandangan manusia, seluruh pemikir-
Teori Keadilan menurut Plato, Aristoteles, an manusia harus didasarkan pada ko-
Thomas Aquinas dan John Rawls dratnya tadi, sehingga manusia dapat
Masalah hubungan antara keadilan dan memandang tentang hal yang ‘benar’ dan
hukum positif jadi pusat perhatian para ahli fi- ‘keliru’. Untuk melaksanakan peran ko-
drati manusia tadi, setiap manusia seha-
kir Yunani, sama halnya dengan pemikiran ten-
rusnya mendasarkan tindakannya sesuai
tang hukum pada saat tersebut16. Di bawah ini dengan gagasan keadilan, sehingga ma-
akan diuraikan beberapa pemikiran dalam kon- nusia dapat memahami dan melakukan
teks keadilan dalam hukum yang penulis pilih hal-hal yang bertentangan dengan alam
dalam pembahasan makalah ini yaitu teori Pla- tempat manusia hidup”. 20
to, Aristoteles, Thomas Aquinas dan John
Merosotnya demokrasi Athena, dalam pe-
Rawls. Plato dan Aristoteles dipilih mewakili
rang Peloponesus dan sesudahnya, menjadi ba-
dari pemikiran masa klasik yang meletakkan
han perenungan tentang keadilan yang mendo-
dasar bagi keadilan, Thomas Aquinas17 menje-
minasi filsafat hukum Plato dan Aristoteles. Ke-
laskan bertolak dari ide-ide dasar filsafat Aris-
duanya mencurahkan sebagian besar dari karya
toteles, sedangkan John Rawls mewakili dari
pemikiran masa modern yang menegaskan de-
18
Aristoteles, murid Plato, pada dasarnya mengikuti pemi-
15
kiran Plato ketika Aristoteles memulai memersoalkan
Inilah pertanyaan-pertanyaan yang sebetulnya juga tentang keadilan dan kaitannya dengan hukum positif.
dijawab oleh ilmu hukum. Akan tetapi, bagi banyak Namun yang membedakan diantara mereka, bahwa Plato
orang jawaban ilmu hukum tidak memuaskan. Filsafat dalam mendekati problem keadilan dengan sudut
hukum hendak melihat hukum sebagai kaidah dalam arti pandang yang bersumber dari inspirasi, sementara
kata ethisch wardeoordeel. Filsafat hukum berusaha Aristoteles mendekati dengan sudut pandang yang
membuat ‘dunia etis yang menjadi latar belakang yang rasional. Yang menghubungkan keduanya adalah, bahwa
tidak dapat diraba pancaindera’ dari hukum. keduanya sama-sama berupaya membangun konsep ten-
16
W. Friedmann, op.cit, hlm 6. tang nilai keutamaan (concept of virtue), yang bertujuan
17
Thomas Aquinas (1225-1275) adalah seorang rohaniwan untuk mengarahkan manusia kepada suatu kecondongan,
Gereja Katolik yang lahir di Italia, seorang doktor filsafat yang pada dasarnya telah menjadi problem utama dalam
dan Teologi. Dalam membahas arti hukumThomas mulai pemikiran Hukum Kodrat masa itu, tentang arah yang
membedakan antara hukum-hukum yang berasal dari baik atau arah yang buruk, berdasarkan nilai Keadilan
wahyu dan hukum-hukum yang dijangkau oleh akal budi atau tiadanya Keadilan.
itu sendiri.Hukum yang didapati dari wahyu disebut 19
Made Subawa, “Pemikiran Filsafat Hukum Dalam
‘hukum ilahi positif (ius divinum positivum). Hukum yang
Membentuk Hukum”, Sarathi : Kajian Teori Dan Masalah
diketahui berdasarkan kegiatan akal budi ada beberapa
Sosial Politik, Asosiasi Ilmu Politik Indonesia Denpasar,
macam. Pertama-tama terdapat ‘hukum alam’ (ius natu- Vol. 14 (3), 2007, hlm. 244-245
rale), kemudian juga ‘hukum bangsa-bangsa’ (ius gen- 20
E.Sumaryono, 2002, Etika dan Hukum: Relevansi Teori
tium), akhirnya ‘hukum positif manusiawi’ (ius positivum
Hukum Kodrat Thomas Aquinas, Yogyakarta: Penerbit
humanum). Kanisius, hlm. 92.
mereka untuk memberi definisi yang konkrit
tetapkan sebagai hukum, apakah adil atau ti-
mengenai keadilan dan hubungan antara ke-
dak; keadilan yang kedua mendapat kekuasaan-
adilan dan hukum positif. Plato berusaha untuk
nya dari apa yang menjadi sifat dasar manusia,
mendapatkan konsepnya mengenai keadilan
yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
dari ilham; sementara Aristoteles mengem-
Kontribusi terbesar keempat dari Aristo-
bangkannya dari analisa ilmiah atas prinsip-
teles adalah pembedaannya terhadap keadilan
prinsip rasional dengan latar belakang model-
abstrak dan kepatutan. Hukum harus menyama-
model masyarakat politik dan undang-undang
ratakan dan banyak memerlukan kekerasan da-
yang telah ada21.
lam penerapannya terhadap masalah individu.
Doktrin-doktrin Aristoteles tidak hanya
Kepatutan mengurangi dan menguji kekerasan
meletakkan dasar-dasar bagi teori hukum,
tersebut, dengan mempertimbangkan hak yang
tetapi juga kepada filsafat barat pada umum-
bersifat individual. Semua pembahasan masa-
nya. Kontribusi Aristoteles bagi filsafat hukum
lah mengenai kepatutan, ketepatan interpre-
adalah formulasinya terhadap masalah keadil-
tasi terhadap undang-undang atau preseden,
an, yang membedakan antara :
bermula dari pernyataan terhadap masalah
Keadilan “distributif” dengan keadilan yang fundamental.
“korektif” atau “remedial” yang merupa-
kan dasar bagi semua pembahasan teo- Thomas Aquinas, yang dikenal sebagai
ritis terhadap pokok persoalan. Keadilan penerus tradisi filsafat ala Aristoteles, sampai
distributif mengacu kepada pembagian tingkat tertentu meneruskan garis pemikiran
barang dan jasa kepada setiap orang se- Aristoteles dan juga kaum Stoa23. Thomas
suai dengan kedudukannya dalam masya- membedakan 3 (tiga) macam hukum yaitu hu-
rakat;dan perlakuan yang sama terhadap
kesederajatan di hadapan hukum (equa- kum abadi (lex actena), hukum kodrat (lex na-
lity before the law).22 turalis), dan hukum manusia dan hukum positif
24
(lex humana) serta memberikan pandangan-
Keadilan jenis kedua pada dasarnya me- nya mengenai masalah keadilan itu. Keutama-
rupakan ukuran teknis dari prinsip-prinsip yang an yang disebut keadilan menurut Thomas Aqu-
mengatur penerapan hukum. Dalam mengatur inas menentukan bagaimana hubungan orang
hubungan-hubungan hukum harus ditemukan dengan orang yang selain dalam hal iustum,
suatu standar yang umum untuk memperbaiki yakni mengenai apa yang sepatutnya bagi orang
setiap akibat dari setiap tindakan, tanpa mem- lain menurut sesuatu kesamaan proporsional
perhatikan pelakunya, dan tujuan dari perila- (aliquod opus adaequatum alteri secundum ali-
ku-perilaku dan objek-objek tersebut harus quem aequalitatis modum).
diukur melalui suatu ukuran yang objektif.
23
Kontribusi ketiga dari Aristoteles adalah Menurut Kaum Stoa: manusia adalah makhluk rasional
yang diciptakan Tuhan sesuai dengan hakikatnya dan akal
pembedaan antara keadilan menurut hukum budi terdapat pada manusia, maka hal pertama yang
dan keadilan menurut alam, atau antara hukum dimiliki secara barusan oleh manusia dan Tuhan adalah
akal budi.
positif dengan hukum alam. Keadilan yang per- 24
Hukum abadi adalah kebijakan atau rencana abadi Tuhan
tama mendapat kekuasaannya dari apa yang di- berkaitan dengan pencarian alam semesta atau dunia
dengan segala isinya. Hukum kodrat adalah perwujudan
kebijaksanaan atau rencana abadi tadi dalam kodrat
21
Ibid, hlm 7. manusia. Hukum manusia adalah ketentuan tertentu dari
22
Ibid, hlm. 10, dia membedakan keadilan menjadi jenis akal budi manusia demi kepentingan bersama yang
keadilan distributif dan keadilan korektif. Yang pertama dibuat oleh orang yang peduli terhadap komunitas dan
berlaku dalam hukum publik, yang kedua dalam hukum diberlakukan secara merata bagi semua orang.
perdata dan pidana. Keadilan distributif dan korektif Selanjutnya hukum ini harus memenuhi syarat formal dan
sama-sama rentan terhadap problema kesamaan atau material tertentu. Secara formal hukum manusia harus
kesetaraan dan hanya bisa dipahami dalam kerangkanya. adil dan dimaksudkan untuk kesejahteraan manusia.
Dalam wilayah keadilan distributif, hal yang penting Secara materiil : pertama, hukum manusia sah kalau
ialah bahwa imbalan yang sama rata diberikan atas begitu saja mengungkapkan hukum kodrat; kedua,
pencapaian yang sama rata. Pada yang kedua, yang hukum manusia sah kalau merupakan kesimpulan logis
menjadi persoalan ialah bahwa ketidaksetaraan yang dari hukum kodrat; ketiga, hukum manusia sah kalau
disebabkan oleh, misalnya, pelanggaran kesepakatan, memberi keterangan dalam hal yang memang harus di
dikoreksi dan dihilangkan. atur, tetapi dari segi hukum kodrat masih tetap terbuka
kepada pengaturan mana yang mau dipilih
prinsip ketidaksetaraan dapat dijalankan
Keadilan menurut John Rawls dengan kata lain ketidaksetaraan secara
Pada Abad Modern salah seorang yang di ekonomi akan valid jika tidak merampas
hak dasar manusia.”
anggap memiliki peran penting dalam mengem-
bangkan konsep keadilan adalah John Borden Bagaimanapun, definisi Aristoteles jelas-
Rawls. Rawls, berpendapat bahwa keadilan ha- jelas mengasumsikan penilaian tentang apa
nya dapat ditegakkan apabila negara melaksa- yang layak menjadi milik seseorang dan apa
nakan asas keadilan, berupa setiap orang hen- yang berkaitan dengannya. Sekarang kekua-
daknya memiliki hak yang sama untuk menda- saan semacam itu, kerap kali diturunkan dari
patkan kebebasan dasar (basic liberties); dan institusi-institusi sosial dan ekspetasi yang
perbedaan sosial dan ekonomi hendaknya distur salah. Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa
sedemikian rupa sehingga memberi manfaat Aristoteles tidak akan setuju dengan hal ini, ia
yang besar bagi mereka yang berkedudukan pa- tentu punya konsep keadilan sosial untuk me-
ling tidak beruntung, dan bertalian dengan ja- nilai klaim-klaim tersebut. Definisi yang Rawls
batan serta kedudukan yang terbuka bagi se- ajukan secara langsung dirancang untuk kasus
mua orang berdasarkan persamaan kesempatan yang paling penting, yakni keadilan struktur
yang layak. dasar. Tidak ada konflik dengan pandangan tra-
John Rawls memunculkan suatu ide da- disional26.
lam bukunya A Theory of Justice atau teori ke-
adilan yang bertujuan agar dapat menjadi Keadilan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hu-
alternatif bagi doktrin-doktrin yang mendomi- kum
nasi tradisi filsafat terdahulunya, dengan cara Hubungan antara keadilan dan hukum po-
menyajikan konsep keadilan yang mengenerali- sitif baru mulai abad 8 yang dilatarbelakangi
sasikan dan mengangkat teori kontrak sosial oleh adanya kekacauan dalam masyarakat, ti-
yang diungkap oleh, katakanlah, Locke, Rousse- dak puasnya rakyat dengan pemerintahan aris-
au dan Kant ke tingkat yang lebih tinggi. Oleh tokrasi dan penyalahgunaan dari kekuasaan 27.
Rawls cara pandang keadilan ini disebut ke- Sejak waktu itu maka masalah hubungan antara
adilan sebagai fairness. keadilan dan hukum positif menguasai alam
Keadilan sebagai fairness dimulai dengan pikiran bangsa Yunani, dan pada hakekatnya
salah satu pilihan yang paling umum yang bisa semua pikiran-pikiran tentang hukum. Dalam
dibuat orang bersama-sama, yakni dengan pili- hubungannya dengan filsafat ilmu hukum, ke-
han prinsip pertama dari konsepsi keadilan adilan diwujudkan melalui hukum sehingga da-
yang mengatur kritik lebih lanjut serta refor- pat disimpulkan bahwa hukum yang mewujud-
masi institusi. Teori Rawls didasarkan atas dua kan keadilan itu mutlak perlu dalam kehidupan
prinsip25 yaitu melihat tentang Equal Right dan bersama manusia. Tanpa hukum kehidupan ma-
Economic Equality. Dalam Equal Right dikata- nusia menjadi kacau dan akan kehilangan ke-
kannya mungkinan untuk berkembang secara manu-
“Harus diatur dalam tataran leksikal, yai- siawi.28
tu different principles bekerja jika prin-
sip pertama bekerja atau dengan kata
lain prinsip perbedaan akan bekerja jika 26
Ibid, hlm. 11-12.
basic right tidak ada yang dicabut (tidak 27
Masalah keadilan menguasai syair-syair Hesiod dan Solon,
ada pelanggaran HAM) dan meningkatkan pembuat undang-undang Atica yang tersohor. Kedua-
ekspektasi mereka yang kurang berun- duanya minta pertolongan dari Dike putrid Zeus sebagai
penjamin keadilan terhadap tirani dunia, pelang-garan
tung. Dalam prinsip Rawls ini ditekankan hak-hak dan tidak adanya keadilan sosial. Solon
harus ada pemenuhan hak dasar sehingga menggambarkan Dike, sebagai seorang dewi yang meng-
hukum kekacauan dan tidak keadilan dengan”kejahatan-
kejahatan sosial” (social evil) sedang masyarakat yang
25
Wibowo, “Teori Keadilan John Rawls”, tersedia di web- adil dianugrahi dengan perdamaian dan kemakmuran.
28
site http://www. file://localhost/D:/Filsafat Manusia, Sewu, P. Lindawaty S, “Kegunaan Filsafat Hukum Dalam
diakses tanggal 29 Oktober 2010. Mengupas Tuntas Permasalahan Hukum Kontekstual”,
Friedmann29 mengatakan, para ahli fikir
sebut. Maka dengan melihat pada pendapat
Romawi telah meletakkan dasar-dasar ilmu hu-
Hans Kelsen yang mewakili kaum Positivisme
kum analisis modern, sekalipun sumbangan me-
Hukum, bahwa makna keadilan adalah keadilan
reka terhadap filsafat hukum tidak banyak. Da-
yang diberlakukan dan jika ditelusuri lebih jauh
ri mulai Cicero sampai Plato dan Aristoteles,
terlihat bahwa pencarian keadilan diluar tata-
mulai dari tulisan mengenai hukum kontrak
nan adalah (seolah) tidak mungkin, artinya
ataupun menuju pada pemikiran-pemikiran
pencarian keadilan di luar tatanan telah dihen-
yang mendalam tentang fungsi dan problema-
tikan.31
problema hukum di dalam masyarakat. Keka-
Tugas filsafat hukum adalah memformulir
cauan-kekacauan sosial, konflik-konflik intern,
cita-cita politik dalam istilah-istilah keadilan
sering terjadinya pergantian pemerintahan, ba-
dan ketertiban hukum. Sebagaimana dikatakan
nyaknya kezaliman dan kesewenang-wenangan,
oleh Radbruch :
merupakan dorongan ektern untuk merenung-
“Alle grossen politischen Wandlungen
kan hubungan antara keadilan tertinggi dengan waren vor der Rechtspholosophie vorbe-
hukum positif. reitet oder begleitet. Am anfang stand
Dikatakan dalam karya Homerus 30 bahwa die Rechtsphilosophie, am Ende die Re-
hukum merupakan pusat kajian dan merupakan volution”. All great political changes we-
sesuatu yang pasti dan tetap. Keadilan masih re prepared or accompanied by legal phi-
losophy. In the beginning there was legal
identik dengan perintah dan kewenangan. Ke- philosophy; at the end, there was re-
sadaran akan adanya pertentangan antara hu- volution”.32
kum positif dan keadilan menjadi lebih menon-
jol sejak abad kedelapan. Keadaan itu timbul Melihat dari uraian mengenai terminologi
karena adanya rasa tidak aman dalam masya- keadilan di atas jelaslah bahwa untuk dapat
rakat, rasa tidak puas terhadap sistem peme- melihat adanya gambaran keadilan terdapat
rintahan aristokrasi dan banyaknya penyalah- ukuran tersendiri yang dapat mengukurnya.
gunaan kekuasaan. Pada masa itu memang per- Bersandar pada gambaran itulah maka penulis
tentangan antara keadilan versus ketidakadilan mengambil kesimpulan bahwa keadilan dalam
terjadi. Adanya hal-hal tersebut di atas men- hukum terbagi pada 2 (dua) hal yakni keadilan
jadi pusat perhatian para ahli fikir Yunani, menurut perundang-undangan (legal justice)
sama halnya dengan pemikiran tentang hukum atau keadilan dalam praktek (practical justi-
sejak saat tersebut bahkan sampai sekarang. ce). Keadilan berdasarkan perundang-undangan
Susanto mencoba menganalisis apabila didasarkan pada hukum yang tertulis dan ada
mencoba memfokuskan pada kajian-kajian pa- dalam teks perundang-undangan.
da pandangan-pandangan di atas maka keadilan Memaknai keadilan memang selalu ber-
tidak dapat ditemukan di luar sebuah tatanan awal dari keadilan sebagaimana juga tujuan
yang tertib dan teratur, entah tatanan hukum, hukum yang lain yaitu kepastian hukum dan
tatanan moral atau tatanan itu adalah tatanan kemanfaatan. Keadilan memang tidak secara
rasio dan keadilan eksis di dalam tatanan ter- tersurat tertulis dalam teks tersebut tetapi
pembuat undang-undang telah memandang da-
Wacana Paramarta: Jurnal Ilmu Hukum, Fakultas Hukum lam pembuatan produk perundang-undangan-
Universitas Langlangbuana, Vol. 5 (1), 2006, hlm. 25-38
29
W.Friedmann, op.cit, hlm.5. nya didasarkan pada keadilan yang merupakan
30
Karya-karya Homerus adalah hasil pertama peradaban bagian dari tujuan hukum itu sendiri, seperti
Hellenis yang menonjol. Segala hal mengenai Homerus
sebetulnya bersifat dugaan, namun opini yang terkuat ada dalam teori etis bahwa tujuan hukum se-
menunjukkan bahwa Homerus sesungguhnya adalah mata-mata untuk mewujudkan keadilan (justi-
sejumlah penyair dan bukan hanya satu orang. Penulis
modern dalam ilmu antropologi sampai pada kesimpulan ce), yang dimuat dalam teori tujuan hukum
bahwa Homerus adalah seorang juru sensor yang klasik sedangkan dalam teori prioritas modern
samasekali jauh dari ciri primitive, sejenis ahli tafsir
abad ke-18 yang merasionalisir mitos-mitos kuno, yang
menjunjung cita-cita kelas atas untuk mencapai 31
Anthon F. Susanto, loc.cit , hlm. 33
peradaban tinggi. 32
Ibid, hlm. 24.
530 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 11 No. 3 September 2011

baku yang ada dalam teori modern yaitu tujuan


dalam pasal 5 ayat (1) UU No.48 Tahun 2009
hukum mencakupi keadilan, kemanfaatan dan
tugas hakim yaitu menggali dan memahami ni-
kepastian hukum.
lai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup
Berkenaan dengan adanya tujuan hukum
dalam masyarakat.
tersebut, di samping keadilan menjadi salah
Berbicara dalam konteks filsafat ilmu hu-
satu dari dibuatnya teks hukum maka tujuan
kum, dalam semua aliran manapun, cara ber-
hukum pun menjadi dasar yang menjadi acuan
fikir apa pun yang dipakai, semua pemikiran
bagi seorang hakim dalam menetapkan putus-
tentang hukum secara sistematis (berfilsafat
annya. Hakim secara formal meletakkan dasar
tentang hukum), berlandaskan di satu pihak pa-
pertimbangan hukumnya berdasarkan teks un-
da filsafat (pandangan manusia tentang tem-
dang-undang (legal formal) dan keadilan men-
patnya di alam semesta) dan di lain pihak pada
jadi harapan dari putusan tersebut. Akan tetapi
teori politik (pandangan manusia tentang ben-
kemudian yang terjadi adalah makna keadilan
tuk masyarakat yang terbaik). Pikiran tentang
ini menjadi sempit manakala salah satu pihak
tujuan hukum berdasar pada “konsepsi” (pan-
menganggap bahwa putusan hakim itu menjadi
dangan) manusia sebagai manusia yang berfikir
tidak adil baginya dan hal ini yang kemudian
(thinking individual) dan sebagai makhluk ber-
membawa pada pemikiran bahwa selalu terjadi
politik (political being). Dua aspek ini yang ha-
disparitas antara keadilan dan ketidakadilan.
rus diperhatikan dalam menjawab pertanyaan
Bahwa memang makna keadilan itu bisa jadi
tentang filsafat ilmu hukum.
menjadi tidak sama atau dengan kata lain
Memperhatikan semua pembahasan da-
mempunyai perspektif yang berbeda.
lam tulisan ini, bahwa keadilan dalam filsafat
Aristoteles membagi keadilan menjadi
ilmu hukum itu tetap akan ada sepanjang usia
tiga macam. Adanya pembedaan keadilan men-
pelaksanaan penegakan hukum dan akan dipe-
jadi tiga apabila dilihat dari keterangan me-
gang teguh karena keadilan merupakan cita dan
ngenai definsi masing-masing dan ketiganya
mengimbangi unsur lainnya yaitu keman-faatan
jelas berbeda. Keadilan yang dimaksud disini
dan kepastian hukum. Pemahaman akan filsafat
adalah keadilan dalam pengertian kesamaan.
ilmu hukum benar akan dapat men-jelaskan
Keadilan jenis ini kemudian membedakan pada
nilai dasar hukum secara filosofis dan sudah
jenis pembagian keadilan distributive, dan
seharusnya semakin diperkuat oleh para para
corrective atau remedial justice. Keadilan se-
pihak yang kompeten sehingga dapat
perti diuraikan dalam pembagian tersebut, se-
membangun hukum yang sebenarnya.
jatinya dilaksanakan dalam kenyataan tapi ke-
adilan masyarakat (dalam pembagian di atas
Penutup
tadi, selain keadilan berdasarkan teks undang-
Simpulan
undang) merupakan keadilan yang merupakan
Filsafat Ilmu Hukum memberikan pers-
harapan masyarakat. Ketentuan Pasal 16 Ayat
pektif bahwa keadilan diwujudkan dalam hu-
(1) UU No. 4 Tahun 2004 pun memperkuat ke-
kum. Masalah hubungan antara keadilan dan
adilan jenis ini, yang menyatakan bahwa ke-
hukum positif dibahas menurut Plato dan Aris-
adilan menjadi wajib untuk tetap ditegakkan
toteles yang meletakkan dasar bagi keadilan.
kendati pun tidak ada ketentuan hukum nor-
Ide Plato berupa keadilan ilham, Aristoteles
matif. Keadilan merupakan kebutuhan pokok
yang membedakan tiga jenis keadilan distribu-
rohaniah dalam tata hubungan masyarakat, ke-
tif, korektif dan remedial. Thomas Aquinas
adilan merupakan bagian dari struktur rohaniah
yang bertolak dari ide-ide dasar Aristoteles me-
suatu masyarakat. Suatu masyarakat memiliki
nyebut keadilan sebagai suatu kesamaan pro-
gambaran tentang mana yang patut dan tidak
porsional sedangkan John Rawls, yang memeta-
patut, mana yang benar dan yang salah, ken-
kan dua pendapat peletak keadilan di atas dan
dati pun dalam masyarakat tersebut tidak ada
cara pandang keadilan disebutnya keadilan
undang-undang tertulisnya. Di sisi yang lain,
sebagai fairness dengan didasarkan 2 (dua)
Julia, Syamsiar. “Pelanggaran HAM Dan Peranan
prinsip yaitu equal right dan economic quality. Polri Dalam Penegakan Hukum di Indo-
Secara normatif, pelaksanaan keadilan di nesia”. Jurnal Equality Vol. 11 No. 2
masyarakat bersandarkan pada ketentuan Pasal Agustus 2006. Fakultas Hukum Universitas
16 Ayat (1) UU Nomor 4 tahun 2004 yang me- Sumatera Utara;
nyatakan bahwa keadilan menjadi wajib untuk Lubis, Todung Mulya. “Menegakan Hak Asasi
tetap ditegakkan kendatipun tidak ada keten- Manusia, Menggugat Diskriminasi”. Jurnal
Hukum dan Pembangunan Vol. 39 (1) Ja-
tuan normatif. Dalam tataran praktikal, hakim nuari-Maret 2009. FH UI Jakarta;
berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) UU Nomor 48 ta-
Maryanto. “Refleksi dan Relevansi Pemikiran
hun 2009 mempunyai tugas menggali dan me- Filsafat Hukum Bagi Pengembangan Ilmu
mahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan Hukum”. Jurnal Hukum, Vol. 13 (1)
dalam masyarakat. 2003. FH Unisulla Semarang,
Muchsan. 1985. Hukum Tata Pemerintahan,
Daftar Pustaka Yogyakarta: Penerbit Liberty
Amin, M. Kebenaran Hukum Vs Keadilan Ma- Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Ban-
syarakat. Website http://www. Palubuk- dung: PT. Citra Aditya Bakti;
pakam.net/artikel/186-kebenaran hukum Sewu, P. Lindawaty. “Kegunaan Filsafat
–vs-keadilan-masyarakat.html, diakses 9 Hukum Dalam Mengupas Tuntas
Oktober 2010; Permasalahan Hukum Kontekstual”,
Fauzan, M. “Pesan Keadilan Di Balik Teks Hu- Wacana Paramarta: Jurnal Ilmu
kum yang Terlupakan”. Varia Hukum, Vol. 5 (1), 2006. FH Universitas
Peradilan, Vol. XXVI No. 29 Oktober Langlangbuana;
2010; Subawa, Made. “Pemikiran Filsafat Hukum
Friedmann. W.1990. Teori dan Filsafat da- lam Membentuk Hukum”. Jurnal
Hukum, Jakarta: PT. Rajawali Press; Sarathi: Kajian Teori Dan Masalah
Sosial Politik, Vol. 14 (3), 2007.
Husni, M. “Moral dan Keadilan sebagai Landa- Asosiasi Ilmu Politik Indonesia
san Penegakan Hukum Yang Responsif”. Denpasar;
Jurnal Equality Vol. 11 No. 1 Februari
2006. Fakultas Hukum Universitas Suma- Sudjito. 2010. Material Teaching Filsafat Ilmu
tera Utara; Hukum. Yogyakarta: FH UGM;
Indarti, Erlyn. “Demokrasi dan Kekerasan: Se- Sumaryono, E. 2002. Etika dan Hukum: Rele-
buah Tinjauan Filsafat Hukum”. Jurnal vansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aqui-
Aequitas Juris, Vol. 2 (1), 2008. nas. Yogyakarta: Penerbit Kanisius;
Fakultas Hukum Universitas Katolik Susanto, Anthon F. “Keraguan dan Ketidakadil-
Widya Mandira Kupang; an Hukum (Sebuah Pembacaan Dekons-
truktif)”. Jurnal Keadilan Sosial, Edisi 1
tahun 2010.

Anda mungkin juga menyukai