Vivi Ariyanti
Abstrak
Hakikat hukum bertumpu pada ide keadilan dan kekuatan moral. Keadilan dan
ketidakadilan menurut hukum akan diukur dan dinilai oleh moralitas yang mengacu pada
harkat dan martabat manusia. Hakim ikut serta dalam pembentukan hukum, bukan secara
objektif seperti undang-undang yang dibuat oleh lembaga legislatif, tetapi menerapkan teks
undang-undang yang abstrak ke dalam peristiwa kongkrit. Tulisan ini membahas tentang
peran hakim dalam menjamin kepastian hukum dan keadilan di masyarakat, khususnya dalam
menangani perkara pidana. Kajian dalam tulisan ini menggunakan analisis normatif dan
filosofis terhadap penerapan asas kebebasan hakim dalam penyelesaian perkara pidana
dalam sistem peradilan pidana Indonesia. Tulisan ini berkesimpulan bahwa Hakim sebagai
ujung tombak penegakan keadilan perlu mempunyai persepsi yang sama tentang penerapan
asas kebebasan hakim dalam melakukan penjatuhan pidana. Dengan adanya keseragaman
pola pikir dalam penerapan aturan tersebut dari para hakim di seluruh Indonesia diharapkan
tidak terjadi lagi adanya disparitas putusan pemidanaan, yang berujung pada ketidakpuasan
masyarakat atas putusan hakim tersebut.
Abstract
The nature of law rests on the idea of justice and moral strength. Justice and
injustice according to a law will be measured and judged by a morality that refers to human
dignity. Judges participate in the formation of law, not objectively like the law created by
legislators, but judges apply abstract text of the law to concrete legal events. This paper
discusses the role of judges in ensuring legal certainty and justice in society, especially in
handling criminal cases. This study uses a normative and philosophical analysis of the
application of the principle of judicial independence in the resolution of criminal cases in the
Indonesian criminal justice system. This paper concludes that judges as the spearhead of the
enforcement of justice need to have the same perception about the application of the principle
of judicial independence in carrying out criminal offenses. It is hoped that the uniformity of
mindset in applying these rules from judges throughout Indonesia is no longer the case with
the disparity in the conviction, which results in public dissatisfaction with the judge's
decision.
163
164 Mahkamah, Vol. 4, No. 2,Desember 2019
165
166 Mahkamah, Vol. 4, No. 2,Desember 2019
analisis normatif dan filosofis terhadap Pasal 1 angka 1 dan Pasal 3 Undang-Undang
penerapan asas kebebasan hakim dalam kekuasaan kehakiman, yang melarang
penyelesaian perkara pidana dalam sistem adanya campur tangan pihak lain dalam
peradilan pidana Indonesia. urusan peradilan, kecuali dalam hal
sebagaimana disebut Undang-Undang Dasar
B. Asas Kebebasan Hakim dan Prinsip- Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Prinsip Penemuan Hukum dalam Menurut Oemar Seno Adji,
Hukum Pidana sebagaimana dikutip Adonara, independensi
Kebebasan Hakim merupakan salah kekuasaan kehakiman dapat dilihat dari 2
satu prinsip penting dalam konsep Negara (dua) sudut, yaitu: independensi zakelijk
hukum. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat atau fungsional dan independensi
(3) Perubahan Ketiga UUD 1945, Negara persoonlijk atau rechtspositionele.16 Dari
Indonesia adalah Negara hukum. Menurut kedua hal tersebut setidaknya ada dua aspek
Miriam Budiardjo, salah satu ciri-ciri yang perlu dipahami, pertama indepedensi
Negara hukum adalah adanya prinsip kekuasaan kehakiman dalam arti sempit
penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang berarti kekuasaan institusional atau dalam
merdeka yang dijamin secara arti lain disebut indepedensi struktural.
14
konstitusional. Berdasarkan ketentuan Kedua, independensi kekuasaan kehakiman
Pasal 24 ayat (1) perubahan ketiga Undang- dalam arti luas berarti juga meliputi
Undang Dasar Negara Republik Indonesia independensi individual atau independensi
Tahun 1945, secara konstitusional fungsional atau indepedensi normatif.17
disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman Hakim adalah salah satu predikat
merupakan salah satu kekuasaan Negara yang melekat pada seorang yang memiliki
dalam menyelenggarakan peradilan. pekerjaan dengan spesifikasi khusus dalam
Ketentuan Pasal ini kemudian dituangkan bidang hukum dan peradilan, sehingga
kembali dalam Pasal 1 angka 1 Undang- banyak bersinggungan dengan masalah
Undang No. 48 Tahun 2009 tentang mengenai kebebasan dan keadilan secara
Kekuasaan Kehakiman, dimana dalam pasal legal dalam konteks putusan atas perkara
tersebut disebutkan bahwa kekuasaan yang dibuat.18 Untuk dapat menjatuhkan
kehakiman adalah kekuasaan Negara yang sebuah putusan yang adil tersebut
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan mensyaratkan adanya kebebasan dan
guna menegakkan hukum dan keadilan integritas moral otonom yang selalu melekat
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang pada diri seorang hakim. Kebebasan seorang
Dasar Negara Republik Indonesia demi hakim merupakan suatu kebebasan untuk
tersenggaranya Negara hukum Republik menentukan sebuah keputusan pengadilan
Indonesia.15 atas perkara yang diadili, yang
Kekuasaan kehakiman yang merdeka mensyaratkan bahwa keputusan yang
atau bebas merupakan asas yang bersifat diambil harus mempertimbangkan
universal karena pada dasarnya setiap
Negara mengenal asas kebebasan dalam 16
Firman Floranta Adonara, “Prinsip
kekuasaan kehakiman, hanya bentuk dan Kebebasan Hakim dalam Memutus Perkara sebagai
isinya berbeda satu sama lain. Asas Amanat Konstitusi”, Jurnal Konstitusi, Vol. 12, No.
kebebasan hakim ini dituangkan ke dalam 2, Juni 2015, . 225.
17
Firman Floranta Adonara, “Prinsip
Kebebasan Hakim dalam Memutus Perkara sebagai
14
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Amanat Konstitusi”,, . 225
18
Politik (Jakarta: Gramedia, 1982), . 50. Ahmad Kamil, Filsafat Kebebasan Hakim
15
Supandriyo, Asas Kebebasan Hakim, . 18. (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), .169.
Vivi Ariyanti 167
167
168 Mahkamah, Vol. 4, No. 2,Desember 2019
169
170 Mahkamah, Vol. 4, No. 2,Desember 2019
171
172 Mahkamah, Vol. 4, No. 2,Desember 2019
res judicata pro varitate habetur (putusan pidana.49 Di Indonesia, disparitas hukuman
hakim dianggap benar). Sedangkan dalam sangat terkait dengan independensi hakim.
mengadili, hakim dibebaskan dari segala Dalam menjatuhkan putusan, hakim tidak
tuntutan hukum, apabila hakim dianggap boleh diintervensi pihak manapun. Undang-
melakukan kesalahan teknis yuridis, bukan Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
etika dan moral.46 Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwa
Independensi hakim dalam hakim wajib menggali, mengikuti, dan
menjatuhkan sanksi pidana bukan tanpa memahami nilai-nilai hukum dan rasa
batas. Eva Achjani Zulfa mengatakan ada keadilan yang hidup dalam masyarakat.
asas nulla poena sine lege yang memberi Selain itu, model pemidanaan yang diatur
batas kepada hakim untuk memutuskan dalam perundang-undangan (perumusan
sanksi pidana berdasarkan ketentuan yang sanksi pidana maksimal) juga ikut memberi
sudah ditentukan dalam peraturan andil. Bahkan hakim juga wajib
perundang-undangan. Meskipun ada takaran, mempertimbangkan sifat baik dan buruk
masalah disparitas akan tetap terjadi karena pada diri terdakwa.
perbedaan antara sanksi pidana minimal dan Menghapuskan sama sekali
maksimal dalam aturan itu terlampau perbedaan putusan hakim untuk kasus yang
besar.47 Misalnya, ada dua orang yang mirip tidak mungkin dilakukan. Selama ini,
melakukan tindakan penyalahgunaan upaya yang dilakukan adalah meminimalisir
narkotika bagi diri sendiri dengan barang disparitas dengan cara antara lain membuat
bukti yang sama dan kondisi yang hampir pedoman pemidanaan (sentencing
sama, misalnya baru sekali pakai. Meskipun guidelines). Diskresi hakim sangat mungkin
hakim sama-sama menggunakan Pasal 127 disalahgunakan, sehingga pedoman
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 pemidanaan dianggap sebagai jalan terbaik
tentang Narkotika, bisa jadi hukuman yang membatasi kebebasan hakim. Pedoman
dijatuhkan berbeda.48 pemidanaan itu, menurut Andrew Asworth,
Disparitas putusan mungkin saja ikut harus „a strong and restrictive guideline‟.50
berpengaruh pada cara pandang dan Demikian juga Eva Achjani Zulfa
penilaian masyarakat terhadap peradilan. Ia mengatakan bahwa ide tentang penjatuhan
dapat dilihat sebagai wujud ketidakadilan pidana yang proporsional berkembang
yang dirasakan oleh sebagian masyarakat. menjadi gagasan untuk membuat suatu
Namun demikian, Andrew Ashworth pedoman pemidanaan yang mampu
mengatakan bahwa disparitas putusan tidak mereduksi subjektivitas hakim dalam
bisa dilepaskan dari diskresi hakim dalam memutus perkara.51 Hakim merupakan pihak
menjatuhkan hukuman dalam suatu perkara yang paling menentukan rasa keadilan bagi
masyarakat.
46
E. KESIMPULAN
Ery Setyanegara, “Kebebasan Hakim dalam Interpretasi hakim tentang penerapan
Memutus Perkara dalam Konteks Pancasila (Ditinjau
dari Keadilan Substantif…. 467. asas kebebasan hakim dalam melakukan
47
Eva Achjani Zulfa dan Indriyanto Seno
49
Adji, Pergeseran Paradigma Pemidanaan (Bandung: Andrew Ashworth, Sentencing and
Lubuk Agung, 2011), . 33. Criminal Justice (Cambridge: Cambridge University
48
Vivi Ariyanti, “Indonesia‟s Criminal Law Press, 2005), . 72.
50
Policy On The Victim Of Narcotics Abuse In The Andrew Ashworth, Sentencing and
Perspective Of Victimology”, Veteren Law Review, Criminal Justice ,.. 101.
51
Vol. 1, No. 1, 2018, Universitas Pembangunan Eva Achjani Zulfa dan Indriyanto Seno
Veteran, Jakarta, . 32. Adji, 2011, Pergeseran Paradigma, . 37-38.
Vivi Ariyanti 173
173
174 Mahkamah, Vol. 4, No. 2,Desember 2019