Anda di halaman 1dari 15

PLURALITAS HUKUM DALAM LEGAL OPINION

Tugas ini dilakukan untuk memenuhi tugas


LEGAL OPINION
Dosen Pengampu: Al-Ustadzah Mayshinta Retnowati, M.E

Disusun oleh:
Rihan Nurul Aini
422021323118

Hukum Ekonomi Syariah/6


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
PERIODE 1445/2024
PLURALITAS HUKUM DALAM PENYUSUNAN LEGAL OPINION
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Berbagai bentuk ide, gagasan atau argumentasi mengenai
perihal isu yang berhubungan dengan ilmu hukum dapat banyak
ditemukan. Salah satu bentuk dari tulisan yang dapat digunakan
oleh seorang profesi hukum dalam penuangan ide juga gagasan atau
argumentasinya yakni Legal Opinion atau sering juga disebut
pendapat hukum.1
Dengan adanya Legal Opinion dapat memberikan
kemudahan kepada seorang berprofesi hukum dikarenakan cara
yang dilakukan berbentuk ulasan yang menengani suatu kasus atau
perkara dan dapat lebih jelas juga berstrukutr dari perspektif fakta,
dasar hukum hingga proses penyelesaian yang dilakukannya.
Dan itu yang dikatakan sebagai salah satu jasa hukum non-
litigasu yang diberikan oleh advokat atau profesi hukum lainnya
untuk kepentingan kliennya. Dalam artiannya Legal Opinion adalah
suatu dokumen yang tertulis disusun oleh konsultan hukum atau
advokat dan memuat mengenai pendapat hukum atas permasalahan
atau peristiwa hukum yang dihadapi dengan penjabaran yang
konkret, aktual dan faktual. Dan dalam artian lainnya Legal
Opinion dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil suatu
tindakan atau keputusan yang tepat atas suatu persoalan hukum.2
Dengan berjalannya modernisasi hukum, seharusnya hukum
yang merupakan kristalisasi dari asas dan nilai moral masyarakt
berubah menjadi sesuatu yang formal, pasti, tekstual, serta adanya
pemaksaan dari aparatur negara. Maka dari itu, hukum yang

1
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, “MODUL PENDIDIKAN
DAN LATIHAN KEMAHIRAN HUKUM ‘STRATEGI ANALISIS HUKUM DAN
PENYUSUNAN LEGAL OPINION,’” 2023, 2.
2
Universitas Muhammadiyah Malang. 3
termodernisasi ini menjadikan adanya dikotomi antara hukum
negara dan hukum non negara. Dengan hukum negara yang
menentang norma-norma dalam hukum adat sehingga hukum adat
atau kebiasaan yang sudah dibangun menjadi terkesampingkan.3
Dengan demikian, maka dibutuhkan suatu konsep yang
dapat menyetarakan antara keberadaan hukum adat juga dengan
hukum negara (nasional); agar tidak terdapat norma hukum adat
yang terkesampigkan atau terdelegitimasi baik materiil maupun
formil, yaitu dengan adanya pluralisme hukum.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Pluralisme Hukum?
2. Apa Urgensi Unifikasi Hukum dalam Legal Opinion?
1.3. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Memahami yang dimaksud dengan Pluralisme Hukum
2. Memahami Urgensi Unifikasi Hukum dalam Legal Opinion

3
The Concept et al., “Konsep Pluralisme Hukum Khas Indonesia Sebagai Strategi
Menghadapi Era Modernisasi Hukum,” 1945, 1–36.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pluralitas Hukum Dalam Legal Opinion
Seorang advokat sering menghadapi berbagai macam
perkara hukum. Mulai dari perkara tanah, waris, korporasi hingga
perkara pidana korupsi atau kepailitan. Seorang advokat dalam
menangani sebuah perkara atau dalam menyusun strategi atau upaya
hukum yang tepat haruslah berdasarkan pada pendapat hukum (legal
opinion). Pendapat hukum adalah pandangan yang diteliti baik
secara sebagian, tidak berpihak, bertahap, maupun penting khusus
menyangkut masalah yang dialami oleh klien. Selain itu dapat juga
diartikan sebagai pendapat dari sudut hukum yang merupakan
kesimpulan dari pemeriksaan fakta-fakta, dokumen yang relevan
atau keterangan saksi sebagai alat bukti dengan penggunaan
kualifikasi dan analisa hukum positif guna memberikan jawaban
atas masalah hukum yang ada sekaligus memberikan solusi atas
masalah tersebut agar diperoleh keputusan atau tindakan yang tepat
untuk klien atas masalah hukum yang dihadapi.
Dalam Black’s Law Dictionary, opini hukum dapat diartikan
sebagai kumpulan dokumen tertulis yang dapat dijadikan pedoman
aplikasi bagi advokat dalam menyelesaikan suatu masalah hukum
dengan pihak terkait sesuai dengan fakta-faktanya. Seorang
advokat bisa saja secara pribadi mewakili berbagai aspek peraturan
entitas hukum yang mengatur tentang hal itu. Selain itu, opini
hukum dapat dipergunakan oleh seorang advokat untuk
menentukan aturan hukum dan Norma hukum apa yang akan
dipergunakan dalam menyelesaikan masalah klien, serta tepat
dalam menerapkan prinsip dan asas hukum.4

4
Wildan Imaduddin Muhammad, “KEBERANJAKAN FATWA DARI LEGAL OPINION
MENJADI LEGAL ( Studi Kasus Fatwa DSN MUI Tentang Perbankan Syariah ) Abstrak :” 11
(2019): 146–63.
Budaya hukum adalah pandangan dan sikap masyarakat
terkait hukum, yang ditunjukkan oleh norma-norma hukum dan
adat yang menata kehidupan sehari-hari. Budaya hukum sangat
penting bagi masyarakat karena mempengaruhi bagaimana
masyarakat menafsirkan, menghargai, dan menerapkan hukum
dalam kehidupan sehari-hari mereka. Indonesia memiliki budaya
hukum yang beraneka ragam dan kaya. Sebagai negara yang
memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama, Indonesia memiliki
kekhasan dan kerumitan dalam tradisi hukumnya.
Budaya hukum di Indonesia terlihat dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat, seperti sistem hukum, norma-norma
hukum, peradilan, lembaga penegak hukum, dan sikap masyarakat
terhadap hukum. Budaya hukum di Indonesia didirikan atas
beberapa prinsip dan nilai. Salah satu prinsip utama dalam budaya
hukum Indonesia adalah keadilan. Keadilan dipandang sebagai
nilai yang sangat penting dalam hukum Indonesia dan menjadi
dasar dari sistem peradilan yang adil dan mandiri. 5
Prinsip keadilan ini terwujud dalam hukum proses perdata
dan pidana, di mana semua pihak memiliki hak yang sama di depan
hukum dan perlakuan yang adil. Norma-norma hukum juga
merupakan elemen penting dari budaya hukum Indonesia. Norma-
norma hukum adalah aturan yang menata perilaku masyarakat dan
menjamin ketaatan terhadap hukum. Norma-norma hukum di
Indonesia bersumber dari berbagai hal, termasuk konstitusi,
undang-undang, peraturan pemerintah, dan putusan pengadilan.
Norma-norma hukum ini menata berbagai aspek kehidupan
masyarakat, seperti pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan
lingkungan hidup.

5
Concept et al., “Konsep Pluralisme Hukum Khas Indonesia Sebagai Strategi
Menghadapi Era Modernisasi Hukum.”
Implementasi budaya hukum di Indonesia melibatkan
berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga penegak hukum,
masyarakat, dan individu-individu. Pemerintah memiliki peran
penting dalam membangun dan menjaga budaya hukum di
Indonesia melalui pembuatan dan pelaksanaan undang-undang
yang adil dan berkeadilan. Selain itu, pemerintah juga terlibat
dalam pendidikan dan sosialisasi tentang hukum kepada
masyarakat.
Lembaga penegak hukum, seperti kepolisian dan kejaksaan,
juga berperan penting dalam implementasi budaya hukum di
Indonesia. Mereka bertanggung jawab untuk menegakkan hukum
dan menindak pelanggaran hukum. Untuk melaksanakan tugasnya
dengan baik, lembaga penegak hukum harus memiliki integritas,
independensi, dan akuntabilitas.
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam
implementasi budaya hukum di Indonesia. Masyarakat harus
menghormati hukum dan norma-norma hukum yang berlaku, serta
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai hukum yang dijunjung tinggi.
Masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam upaya penegakan
hukum dengan melaporkan pelanggaran hukum kepada lembaga
penegak hukum.6
Budaya hukum juga berperan dalam pemeliharaan
ketertiban dan keamanan masyarakat. Dengan menghormati hukum
dan norma-norma hukum, masyarakat dapat mencegah terjadinya
konflik dan melindungi diri mereka sendiri serta orang lain dari
tindakan kriminal dan pelanggaran hukum lainnya.
Dalam konteks global, budaya hukum juga penting untuk
menjaga hubungan yang baik antara Indonesia dan negara lain.
Budaya hukum yang dihormati oleh masyarakat Indonesia dapat
mencerminkan kedewasaan dan keterbukaan negara dalam

6
Legal Opinion, “Etimologi Penggunaan Bahasa Ilmiah Dalam Legal Opinion,” n.d.
menjalin hubungan perdagangan, diplomasi, dan kerja sama
dengan negara-negara lain.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk
terus membangun, menjaga, dan menghormati budaya hukum.
Pemerintah juga harus berperan aktif dalam menyediakan
perlindungan hukum yang adil, pelaksanaan hukum yang
konsisten, dan sosialisasi hukum yang efektif kepada masyarakat.
Dengan demikian, Indonesia dapat menjadi negara yang kuat dan
maju berlandaskan hukum yang berkualitas dan berkeadilan.
Budaya hukum berperan penting dalam memelihara
ketertiban, keadilan, dan harmoni dalam masyarakat. Peran budaya
hukum dapat dilihat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Berikut adalah beberapa peran budaya
hukum dalam masyarakat:7
1) Peran memelihara ketertiban Budaya hukum berperan
penting dalam memelihara ketertiban masyarakat.
Dalam masyarakat yang memiliki budaya hukum yang
kuat, setiap individu diwajibkan mengikuti aturan-
aturan yang berlaku. Ketertiban ini mencakup
penghormatan terhadap hak-hak dan kebebasan individu
lain, serta peraturan-peraturan yang mengatur interaksi
sosial. Dengan adanya budaya hukum yang kuat,
masyarakat dapat hidup dalam harmoni dan aman.
2) Peran memelihara keadilan Budaya hukum juga
berperan penting dalam memelihara keadilan dalam
masyarakat. Keadilan merupakan prinsip yang
mendasari sistem hukum dan menjadi landasan dalam
menyelesaikan berbagai sengketa dan konflik yang
terjadi dalam masyarakat. Dalam budaya hukum yang
kuat, semua individu memiliki hak yang sama di depan

7
“LEGAL OPINION KUMHAM Sessi II - 2021,” n.d.
hukum dan tidak ada diskriminasi dalam proses
peradilan. Hal ini membantu memelihara kedamaian
serta keadilan sosial dalam masyarakat.
3) Peran memelihara harmoni Budaya hukum juga
berperan dalam memelihara harmoni dalam masyarakat.
Dalam masyarakat yang memiliki budaya hukum yang
kuat, norma-norma dan nilai-nilai hukum dihormati dan
dipatuhi oleh setiap individu. Ini membantu mencegah
konflik antarindividu atau kelompok masyarakat yang
dapat mengganggu kedamaian dan harmoni sosial.
Dengan adanya budaya hukum yang kuat, masyarakat
dapat hidup dalam kerukunan dan saling menghormati
satu sama lain.
4) Peran perlindungan hak-hak individu Budaya hukum
juga berperan penting dalam perlindungan hak-hak
individu. Setiap individu dalam masyarakat memiliki
hak-hak yang dijamin dan dilindungi oleh hukum.
Budaya hukum yang kuat akan mendorong masyarakat
untuk menghormati dan melindungi hak-hak individu,
seperti hak atas kebebasan berpendapat, hak atas
kebebasan beragama, hak atas hak milik, serta hak atas
keadilan. Dengan adanya budaya hukum yang kuat,
hak-hak individu akan terlindungi dan masyarakat akan
hidup dalam kebebasan dan kesejahteraan.
5) Peran pendidikan hukum Budaya hukum juga memiliki
peran dalam pendidikan masyarakat tentang hukum dan
peraturan yang berlaku. Dalam masyarakat yang
memiliki budaya hukum yang kuat, pendidikan hukum
menjadi penting guna membentuk kesadaran dan
pemahaman masyarakat tentang hak dan kewajiban
mereka. Dengan pendidikan hukum yang baik,
masyarakat dapat mengerti dan mematuhi aturan-aturan
yang ada, serta menghindari pelanggaran hukum yang
dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
6) Peran menjaga budaya dan spiritualitas Budaya hukum
juga berfungsi dalam menjaga budaya dan spiritualitas
masyarakat. Dalam masyarakat Indonesia yang
majemuk, terdapat berbagai tradisi dan kebudayaan
yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
hukum dapat menjadi sarana untuk mendorong
masyarakat dalam menjaga dan menghormati tradisi
serta kebudayaan yang ada. Selain itu, budaya hukum
juga berperan dalam menjaga spiritualitas masyarakat,
yaitu nilai-nilai keagamaan dan keyakinan yang
diyakini oleh setiap individu.
Dan salah satu bentuk budaya hukum adalah Pluralisme
Hukum. Pluralisme hukum merujuk pada adanya berbagai macam
sistem hukum yang berlaku di Indonesia. Selain hukum nasional
yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia, terdapat pula hukum
adat yang masih diterapkan oleh masyarakat di beberapa daerah.
Hukum adat ini terbentuk berdasarkan tradisi dan kebiasaan yang
telah ada sejak lama, dan sering kali berbeda dengan hukum
nasional yang berakar dari sistem hukum Barat.8
2.2. Urgensi Unifikasi Hukum Dalam Legal Opinion
Legal Opinion yang dibuat oleh seorang Advokat atau
Penasehat Hukum harus memberi perhatian terhadap beberapa hal,
yaitu:
1) Legal opinion harus dibuat dengan memperhatikan prinsip,
sehingga legal opinion yang dihasilkan bersifat obyektif
dan tepat sasaran,

8
Concept et al., “Konsep Pluralisme Hukum Khas Indonesia Sebagai Strategi
Menghadapi Era Modernisasi Hukum.”
2) Legal opinion harus mudah dipahami oleh klien atau pihak
yang membutuhkan sehingga tidak menimbulkan tafsiran
ganda (bias) agar klien memperoleh pemahaman yang
benar atas masalah yang dihadapi.
3) Legal opinion tidak boleh berisikan tentang jaminan atau
janji memenangkan sebuah perkara;
4) Legal opinion harus diberikan dan disampaikan secara
jujur, lengkap dan obyektif yang didasarkan pada norma
hukum, kaidah-kaidah hukum dan peraturan hukum yang
berlaku;
Selain itu, dalam membuat legal opinion harus menggunakan
metode yang tepat dan jelas, sehingga seorang advokat dapat dengan
mudah untuk merumuskan upaya hukum apa yang akan digunakan
dalam memecahkan suatu perkara, yaitu:
1) Harus didasarkan pada fakta yang diperoleh dari klien
yang berisikan informasi materiil baik tertulis maupun
lisan;
2) Harus didasarkan pada isu hukum dengan cara
memberikan sebuah pertanyaan yang relevan dan
merupakan causal verband dari suatu fakta yang benar,
tanpa ada pertanyaan hukum tidak mungkin ada pendapat
hukum. Pertanyaan hukum merupakan close question,
yaitu pertanyaan yang harus dijawab dengan: “benar oleh
karena apa, atau salah oleh karena apa”. Kadang kala satu
pertanyaan hanya dapat dijawab berdasarkan pertanyaan
lain. Kalau demikian adanya maka urutan isu hukum harus
dibuat berurutan dengan urutan yang logis;
3) Harus didasarkan pada norma-norma hukum yang
dirumuskan secara sederhana namun tepat.
4) Harus didasarkan pada analisa hukum yang tajam, dimana
dalam melakukan analisa diperlukan pisau analisa yaitu
dengan SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats) disertai dengan penerapan aturan hukum yang
relevan berikut unsur-unsurnya secara rinci terhadap sajian
fakta yang ada. Langkah sederhana yang dapat dilakukan
dengan menentukan unsur-unsur dan apa akibat
hukumnya, yaitu apabila unsur-unsur terpenuhi oleh fakta
yang relevan dalam bentuk algoritma tergambar sebagai
berikut:9

Suatu hasil akhir dari analisa hukum yang telah dilakukan


harus dapat memberikan jawaban hukum secara afirmatif atau
negatif yaitu betul atau salah, iya atau tidak. Sebaiknya mengulang
pertanyaan dalam isu hukum kemudian menjawabnya, apabila isu
hukumnya dua, maka konklusinya juga dua tidak boleh kurang atau
lebih. Konklusi harus sesuai dengan analisa hukum yang ada,
biasanya kalimat terakhir dari analisa hukum juga merupakan
konklusi dari segi hukum.
Dan yang terakhir haruslah disertai dengan saran yang
berisi langkah-langkah hukum apa saja yang harus dilakukan dan
tidak dilakukan oleh klien. Dalam saran tersebut juga memuat dan
menjelaskan risiko-risiko terburuk yang bisa terjadi apabila
langkah hukum yang disarankan tidak dilakukan. Menawarkan
solusi penyelesaian guna mengurangi sebuah risiko yang mungkin
terjadi di kemudian hari yang bisa menimbulkan kesulitan hukum
atau menyelesaikan masalah yang ada sesuai fakta hukum dengan
alternatif penyelesaian yang tepat baik secara litigasi maupun non
litigasi.

9
Opinion, “Etimologi Penggunaan Bahasa Ilmiah Dalam Legal Opinion.”
Sehingga akhirnya seorang advokat dapatlah mengambil
upaya atau langkah-langkah hukum yang tepat, cepat dan efisien
serta maksimal. Dengan demikian, legal opinion yang dibuat oleh
seorang advokat dapat menentukan upaya dan langkah hukum yang
tepat, efektif dan efisien dalam menyelesaikan sebuah perkara.
Kebanyakan advokat sekarang ini, melupakan betapa pentingnya
legal opinion yang dibuat oleh seorang advokat. Bahkan beberapa
advokat cenderung memberikan janji dan jaminan dapat
memenangkan sebuah perkara tanpa didasarkan pada legal opinion
yang tepat, yang akhirnya mengecewakan klien saja.
Untuk memastikan legal opinion yang dibuat akurat dan
sesuai dengan kondisi masyarakat, advokat dapat melakukan
beberapa hal berikut:
1) Mengidentifikasi permasalahan hukum secara
tepat: Advokat harus memahami permasalahan
hukum yang sedang dihadapi oleh klien dengan baik
agar legal opinion yang dibuat dapat
memperhitungkan aspek-aspek hukum yang berlaku.
2) Mengumpulkan informasi yang relevan: Advokat
harus mengumpulkan informasi yang relevan dan
memadai terkait permasalahan hukum yang sedang
dihadapi oleh klien. Informasi yang dikumpulkan
harus mencakup aspek-aspek hukum dan budaya yang
berlaku di masyarakat.
3) Menganalisis informasi yang telah dikumpulkan:
Advokat harus menganalisis informasi yang telah
dikumpulkan dengan seksama agar legal opinion yang
dibuat dapat memperhitungkan aspek-aspek hukum
dan budaya yang berlaku di masyarakat.
4) Menggunakan bahasa yang jelas dan mudah
dipahami: Advokat harus menggunakan bahasa yang
jelas dan mudah dipahami oleh klien agar legal
opinion yang dibuat dapat dimengerti dengan baik
oleh klien.
5) Mengikuti prinsip-prinsip objektivitas dan
keakuratan: Advokat harus mengikuti prinsip-prinsip
objektivitas dan keakuratan dalam menyusun legal
opinion agar legal opinion yang dibuat dapat
diandalkan dan akurat.10

BAB 3
KESIMPULAN DAN PENUTUP

3.1. Pluralitas Hukum Dalam Legal Opinion


Dalam konteks diversitas hukum budaya, legal opinion yang dibuat
oleh advokat harus memperhatikan perbedaan budaya dan hukum yang ada
di masyarakat. Hal ini penting karena perbedaan budaya dan hukum dapat
mempengaruhi pandangan dan penilaian seseorang terhadap suatu
peristiwa hukum. Dalam menyusun legal opinion, advokat harus
mempertimbangkan perbedaan budaya dan hukum yang ada di masyarakat
agar legal opinion yang dibuat dapat memperhitungkan aspek-aspek
budaya dan hukum yang berlaku. Dengan demikian, legal opinion yang
dibuat akan lebih akurat dan sesuai dengan kondisi masyarakat.
Unifikasi hukum budaya merujuk pada upaya untuk menyatukan
hukum yang berlaku secara nasional atau menyatukan pemberlakuan
hukum secara nasional. Namun, penyatuan hukum yang bersifat sensitif
seperti hukum kebiasaan sulit untuk diimplementasikan karena setiap
daerah memiliki adat istiadat yang berbeda. Dalam konteks unifikasi
hukum budaya, legal opinion yang dibuat oleh advokat harus
memperhatikan perbedaan budaya dan hukum yang ada di masyarakat. Hal

10
Concept et al., “Konsep Pluralisme Hukum Khas Indonesia Sebagai Strategi
Menghadapi Era Modernisasi Hukum.”
ini penting karena perbedaan budaya dan hukum dapat mempengaruhi
pandangan dan penilaian seseorang terhadap suatu peristiwa hukum.
Dalam menyusun legal opinion, advokat harus mempertimbangkan
perbedaan budaya dan hukum yang ada di masyarakat agar legal opinion
yang dibuat dapat memperhitungkan aspek-aspek budaya dan hukum yang
berlaku. Dengan demikian, legal opinion yang dibuat akan lebih akurat
dan sesuai dengan kondisi masyarakat.
Dalam konteks pluralitas hukum, penyusunan legal opinion yang
tidak mempertimbangkan perbedaan budaya dan hukum yang ada di
masyarakat dapat menimbulkan permasalahan. Hal ini karena perbedaan
budaya dan hukum dapat mempengaruhi pandangan dan penilaian
seseorang terhadap suatu peristiwa hukum. Jika advokat tidak
mempertimbangkan perbedaan budaya dan hukum yang ada di
masyarakat, maka legal opinion yang dibuat dapat menjadi tidak akurat
dan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. Selain itu, legal opinion yang
tidak mempertimbangkan pluralitas hukum juga dapat menimbulkan
ketidakadilan bagi masyarakat yang memiliki pandangan dan penilaian
yang berbeda terhadap suatu peristiwa hukum.

Anda mungkin juga menyukai